You are on page 1of 53

National Institute for Health and Clinical Excellence

Perawatan antenatal

Perawatan rutin untuk wanita hamil sehat

Pedoman ini memperbaharui dan menggantikan pedoman klinis NICE 6

Maret 2008

NICE clinical guideline 62

Dikembangkan oleh the National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Pendahuluan

Pedoman perawatan antenatal dipublikasikan oleh NICE pada tahun 2003. Setelah itu, beberapa

bukti penting telah terseedia terutama terkait diabetes gestasional, hemoglobinopati dan

ultrasonografi, maka dari itu pembaharuan pedoman dikeluarkan lebih dulu dari rencana.

Pembaruan awal ini juga memberikan kesempatan untuk melihat sejumlah aspek perawatan

antenatal, termasuk:

 Perkembangan metode penilaian wanita hamil untuk mengedentifikasi mereka yang

membutuhkan perawatan tambahan

 Memberi informasi pada wanita hamil

 Pertimbangan gaya hidup:

o Suplementasi vitamin D

o Konsumsi alkohol

 Skrining untuk bayi:

o Penggunaan ultrasonografi untuk menghitung usia kehamilan dan skrining

abnormalitas janin

o Metode untuk menilai pertumbuhan janin normal

o Deteksi hemoglobinopati

 Skrining wanita hamil:

o Diabetes gestasional

o Preeklamsi dan persalinan prematur

o Plasenta previa

o Bakteriuria asimptomatik

o Klamidia
Tujuan

Tujuan dari pedoman ini ialah kehamilan merupakan proses fisiologis normal dan dengan

demikian, intervensi apapun yang ditawarkan harus diketahui manfaatnya dan diterima oleh wanita

hamil. Pedoman telah dikembangkan dengan tujuan berikut: untuk menawarkan informasi pada

praktek terbaik untuk dasar perawatan klinis dari seluruh kehamilan dan informasi komprehensif

dari perawatan antenatal pada wanita sehat dengan kehamilan tunggal tanpa komplikasi.

Pedoman ini akan melengkapi the Children national service framework yang menyediakan standar

pelayanan dengan penekanan pada bagaimana perawawtan disampaikan dan oleh siapa, meliputi

isu mengenai kesamaan akses perawatan untuk wanita yang dirugikan dan pandangan wanita

mengenai penyediaan layanan. Pedoman ini telah disebut dalam rekomendasi berbasis bukti dari

UK National Screening Committee.

Perawatan selama kehamilan harus memungkinkan seorang wanita untuk membuat keputusan

berdasarkan kebutuhannya, setelah mendiskusikan hal-hal penuh dengan para ahli profesional

perawatan kesehatan yang terlibat.

Perawatan yang berpusat pada wanita

Pedoman ini menawarkan saran terbaik untuk perawatan ibu hamil sehat. Ibu, pasangannya, dan

keluarga mereka harus selalu diperlakukan dengan kebaikan, hormat, dan bermartabat. Pandangan,

keyakinan dan nilai-nilai wanita, pasangannya dan keluarganya dalam hubungannya dengan

perawatannya dan bahwa bayinya harus dicari dan dihormati setiap saat.
Perempuan harus memiliki kesempatan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang

perawatan dan pengobatan mereka, dalam kemitraan dengan profesional perawatan kesehatan

mereka. Komunikasi yang baik antara profesional perawatan kesehatan dan ibu sangat penting. Itu

harus didukung oleh informasi berbasis bukti dan tertulis yang disesuaikan dengan kebutuhan ibu.

Perawatan dan informasi harus sesuai dengan budaya.

Setiap kesempatan harus diambil untuk memberikan ibu dan pasangannya atau anggota keluarga

yang relevan lainnya dengan informasi dan dukungan yang mereka butuhkan.

Kunci utama untuk implementasi

Informasi antenatal

Ibu hamil harus diberitahukan informasi berdasarkan bukti terkini yang tersedia bersama dengan

dukungan untuk memungkinkan mereka membuat keputusan yang baik mengenai perawatannya.

Informasi ini harus meliputi dimana mereka ingin melakukan perwatan dan bersama siapa.

Pertimbangan gaya hidup

Seluruh wanita harus diberitahu mengenai kepentingan pertemuan untuk perawatan antenatal

untuk kesehatannya dan kesehatan bayi dengan menjaga kecukupan penyimpanan vitamin D saat

kehamilan dan menyusui. Untuk mencapai hal ini, banyak ibu memilih mengambil 10 mikrogram

vitamin D per hari. Perhatian khusus harus diambil untuk menanyakan apakah wanita dengan

risiko terbesar mengikuti saran untuk mengambil suplemen harian ini. Hal ini meliputi:

- Ibu yang berasal dari keluarga Asia Selatan, Afrika, Karibean atau Timur tengah.
- Ibu yang memiliki keterbatasan paparan terhadap sinar matahari, mereka yang sering

bekerja di rumah, atau menggunakan pakaian tertutup saat di luar rumah.

- Ibu yang sedang diet dandengan konsumsi vitamin D sangat rendah seperti pada wanita

yang tidak mengonsumsi ikan berminyak, telur, daging, margarin yang diperkaya vitamin

D atau sarapan sereal.

- Ibu dengan indeks massa tubuh sebelum kehamilan di atas 30 kg/m2.

Skrining untuk kondisi hematologis

 Skrining untuk penyakit sel sabit dan talasemia harus ditawarkan pada semua wanita sedini

mungkin (idealnya dalam 10 minggu). Tipe skrining tergantung prevalensi dan dapat dilakukan

pada fasilitas pelayanan primer maupun sekunder.

Skrining anomali janin

 Partisipasi register anomali kongenital regional dana tau UK National Screening Committee-

approved audit system secara uat merekomendasikan untuk memfasilitasi audit angka deteksi.

 Pemeriksaan kombinasi (translusensi nuchal, gonadotropin korinoik beta, plasma protein-A

terkait kehamilan) harus ditawarkan untuk mendeteksi sindrom Down antara 11 minggu 0 hari

dan 13 minggu 6 hari. Untuk ibu yang berencana melakukan deteksi pada usia kehamilan

lanjut, pemeriksaan skrining serum yang paling efektif secara klinis dan harga (pemeriksaan

triple/quadruple) harus ditawarkan antara 15 minggu 0 hari dan 20 minggu 0 hari.

Skrining untuk kondisi klinis


 Skrining diabetes gestasional menggunakan faktor risiko direkomendasikan pada populasi

sehat. Pada waktu pertemuan, faktor risiko untuk diabetes gestasional berikut harus ditentukan:

- Indeks massa tubuh di atas 30 kg/m2

- Bayi makrosomik sebelumnya dengan berat 4.5 kg atau lebih

- Diabetes gestasional sebelumnya

- Riwayat diabetes pada keluarga (kerabat tingkat pertama dengan diabetes)

- Asal keluarga dengan prevalensi diabetes yang tinggi:

o Asia Selatan (terutama wanita yang berasal dari India, Pakistan atau Bangladesh)

o Orang Karibean gelap

o Timur tengah (terutama wanita yang berasal dari Saudi Arabia, United Arab

Emirates, Irak, Jordan, Siria, Oman, Qatar, Kuwait, Lebanon atau Mesir).

Ibu dengan satu dari faktor risiko ini harus ditawarkan pemeriksaan diabetes gestasional.
1. Petunjuk

Petunjuk berikut adalah berdasarkan bukti terbaik yang ada. Pedoman lengkap

memberikan detail metode dan bukti yang digunakan dalam mengembangkan petunjuk.

1.1 Perawatan berpusat pada ibu dan pengambilan keputusan berdasarkan

informasi

Prinsip yang digaris bawahi pada bagian ini berlaku untuk seluruh aspek pedoman

perawatan antenatal.

1.1.1 Informasi antenatal

1.1.1.1 Informasi antenatal harus diberikan pada ibu hamil berdasarkan jadwal berikut.

 Saat pertemuan pertama dengan petugas pelayanan kesehatan:

- Suplementasi asam folat

- Kebersihan makanan, termasuk bagaimana untuk mengurangi risiko infeksi

dari makanan.

- Saran gaya hidup, meliputi penghentian merokok, dan implikasi

penggunaan obat-obatan terlarang serta konsumsi alkohol dalam kehamilan

- Skrining antenatal, meliputi skrining untuk hemoglobinopati, anomaly dan

skrining untuk sindrom Down, serta risiko dan manfaat dari pemeriksaan

skrining.

 Dengan perjanjiang (idealnya saat 10 minggu):

- Bagaimana bayi berkembang dalam kehamilan


- Nutrisi dan diet, termasuk suplementasi vitamin D untuk ibu dengan risiko

defisiensi vitamin D dan detail dari program “Healthy Start”

(www.healthystart.nhs.uk)

- Olahraga, termasuk olahraga dasar panggul

- Tempat persalinan

- Alur pelayanan antenatal

- Menyusui, meliputi loka karya

- Kelas antenatal

- Diskusi lebih lanjut mengenai semua skrining antenatal

- Diskusi mengenai isu kesehatan mental.

 Sebelum atau pada minggu ke-36:

- Informasi menyusui, meliputi teknik dan manajemen praktik untuk

membantu keberhasilan ibu.

- Persiapan untuk persalinan dan kelahiran, meliputi informasi mengenai cara

menghadapi nyeri persalinan dan rencana persalinan

- Tanda- tanda persalinan aktif

- Perawawtan bayi

- Profilaksis vitamin K

- Pemeriksaan skrining bayi baru lahir

- Perawatan postnatal sendiri

- Kesdaran mengenai sindrom ‘baby blues’ dan depresi pasca melahirkan.

 Pada minggu ke-38:

- Pilihan penanganan kehamilan lebih bulan.


1.1.1.2 Informasi harus diberikan dalam bentuk yang mudah dimengerti dan mudah diakses

untuk ibu hamil dengan kebutuhan khusus misalnya disabilitas fisik, indera atau

pembelajaran, dan ibu hamil yang tidak berbicara atau membaca Bahasa Inggris.

1.1.1.3 Informasi juga dapat diberikan dalam bentuk lain seperti teknologi audiovisual atau

touch-screen; hal ini harus didukung dengan informasi tertulis.

1.1.1.4 Ibu hamil harus diberikan informasi berdasarkan bukti terkini yang tersedia

bersama dengan dukungan untuk memungkinkan mereka membuat keputusan

mengenai perawatannya. Informasi ini harus meliputi dimana mereka mendapat

pelayanan dan oleh siapa.

1.1.1.5 Pada setiap kontrol/pertemuan antenatal, petugas pelayanan kesehatan harus

menawarkan informasi konsisten dan penjelasan yang jelas, dan harus

menyediakan ibu hamil kesempatan untuk membahas masalah dan menanyakan

pertanyaan.

1.1.1.6 Ibu hamil harus diberikan kesempatan untuk menghadiri kelas antenatal, meliputu

loka karya menyusui.

1.1.1.8 Ibu hamil harus diberitahu mengenai tujuan setiap pemeriksaan yang akan

dilakukan. Petugas kesehatan harus menyakinkan ibu mengerti informasi tersebut

dan memiliki waktu yang cukup untuk membuat keputusan yang telah ditawarkan.

Hal dari ibu untuk menerima atau menolak sebuah pemeriksaan harus dilakukan

dengan jelas.
1.1.1.9 Informasi mengenai skrining antenatal harus disediakan dalam tempat dimana

dapat dilakukan diskusi; hal ini dapat dilakukan dalam konteks kelompok atau satu-

per-satu. Hal ini harus dilakukan sebelum pertemuan antenatal.

1.1.1.10 Informasi mengenai skrining antenatal harus meliputi informasi yang seimbang

dan akurat mengenai kondisi yang akan dideteksi.

1.2 Penyedia dan organisasi perawatan

1.2.1 Siapa yang menyediakan perawatan?

1.2.1.1 Model perawatan oleh bidan dan dokter umum harus ditawarkan kepada wanita

dengan kehamilan tanpa komplikasi. Keterlibatan rutin ahli obstetri dalam

perawatan wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi pada waktu yang

dijadwalkan tampaknya tidak meningkatkan hasil perinatal dibandingkan dengan

melibatkan dokter kandungan ketika komplikasi muncul.

1.2.2 Kesinambungan perawatan

1.2.2.1 Perawatan antenatal harus disediakan oleh sekelompok kecil ahli kesehatan

dimana ibu merasa nyaman. Harus terdapat kesinambungan perawatan selama

periode antenatal.

1.2.2.2 Sebuah sistem rujukkan yang jelas harus dikeluarkan sehingga ibu hamil yang

membutuhkan perawatan tambahan dapat ditangani dan diobati dengan tim

spesialis yang tepat jika masalah telah terindentifikasi.

1.2.3 Dimana sebaiknya penjadwalan antenatal dilakukan?


1.2.3.1 Perawatan antenatal harus siap dan mudah diakses untuk semua ibu hamil dan

harus peka terhadap kebutuhan individu ibu dan komunitas lokal.

1.2.3.2 Lingkungan dimana tempat pertemuan antenatal dilakukan harus memungkinkan

ibu membahas masalah sensitive seperti kekerasan dalam rumah, pelecehan

seksual, gangguan jiwa dan penggunaan obat-obatan terlarang.

1.2.4 Dokumentasi perawatan

1.2.4.1 Rekam medis ibu hamil terstruktur harus digunakan untuk perawatan antenatal.

1.2.4.2 Pelayanan ibu hamil haris memiliki sistem pada tempat dimana ibuu membawa

sendiri catatan kasusnya.

1.2.4.3 Sebuah catatan ibu hamil nasional terstandarisasi dengan set data minimum yang

telah disetujui harus dibuat dan digunakan. Hal ini dapat membantu ahli

kesehatan untuk menyediakan perawatan berbasis bukti untuk ibu hamil.

1.2.5 Frekuensi unjungan antenatal

1.2.5.1 Jadwal kunjungan antenatal harus ditentukan oleh fungsi dari kunjunga. Untuk

wanita yang belum pernah melahirkan dengan kehamilan tanpa komplikasi,

jadwal dengan 10 kunjungan seharusnya cukup. Untuk wanita yang pernah

melahirkan dengan kehamilan tanpa komplikasi, jadwal dengan 7 kunjungan

cukup.

1.2.5.2 Pada awal kehamilan, semua ibu harus mendapat informasi tertulis yang tepat

mengenai kemungkinan jumlah, waktu dan konten kunjungan antenatal yang


berasosiasi dengan pilihan perawatan yang berbeda dan memberikan kesempatan

untuk membahas jadwal ini dengan bidan atau dokternya.

1.2.5.3 Setiap kunjungan antenatal harus memiliki konten yang terstruktur dan fokus.

Kunjungan yang lebih lama dibutuhkan pada awal kehamilan untuk

memungkinkan penilaian dan diskusi komprehensif. Jika memungkinkan,

kunjungan dapat menyertakan pemeriksaan rutin untuk meminimalisir

ketidaknyamanan pada ibu.

1.2.6 Penilaian usia kehamilan

1.2.6.1 Ibu hamil baru harus ditawarkan pemeriksaan ultrasonografi awal antara usia

kehamilan 10 minggu 0 hari dan 13 minggu 6 hari untuk menentukan usia

kehamilan dan untuk mendeteksi kehamilan ganda. Hal ini akan meyakinkan

konsistensi penilaian usia kehamilan dan mengurangi insidensi induksi persalinan

untuk kehamilan lebih bulan.

1.2.6.2 Pengukuran crown-rump length (CRL) harus digunakan untuk menentukan usia

kehamilan. Jika CRL di atas 84 mm, usia kehamilan harus diperkirakan

menggunakan lingkar kepala.

1.3 Pertimbangan gaya hidup

1.3.1 Bekerja saat hamil

1.3.1.1 Ibu hamil harus dijelaskan mengenai hal dan kewajibannya serta manfaatnya.

1.3.1.2 Sebagian besar ibu dapat diyakinkan bahwa adalah aman untuk melanjutkan

pekerjaan saat hamil.


1.3.1.3 Pekerjaan ibu saat hamil harus dipastikan untuk mengidentifikasi mereka yang

beresiko tinggi terhadap paparan pekerjaan.

1.3.2 Suplemen nutrisi

1.3.2.1 Ibu hamil (dan mereka yang ingin hamil) harus diinformasikan bahwa

suplementasi asam folat, sebelum konsepsi dan hingga 12 minggu pertama,

mengurangi risiko defek tabung saraf (misalnya anensefal atau spina bifida).

Dosis yang direkomendasikan ialah 400 mikrogram per hari

1.3.2.2 Suplementasi besi tidak harus ditawarkan secara rutin untuk semua ibu hamil.

Hal ini tidak memberikan manfaat pada kesehatan ibu atau bayi dan dapat

memiliki efek samping ibu yang tidak menyenangkan.

1.3.2.3 Ibu hamil harus diinformasikan bahwa suplementasi vitamin A (konsumsi di atas

700 mikrogram) dapat menjadi teratogenik dan dengan begitu harus dicegah. Ibu

hamil harus diinformasikan bahwa produk liver dan liver juga dapat

mengandung vitamin A tinggi dan dengan demikian konsumsi produk ini juga

harus dicegah.

1.3.2.4 Semua ibu harus diinformasikan saat kunjungan mengenai pentingnya kesehatan

dirinya sendiri dan bayinya dengan menjaga asupan vitamin D adekuat saat

kehamilan dan menyusui. Untuk mencapai ini, ibu dapat meminum 10

mikrogram vitamin D per hari, seperti yang ditemukan pada suplemen

multivitamin Healthy Start. Perawatan khusus harus diambil untuk memastikan

ibu dengan risiko tinggi menuruti saran untuk meminum suplemen tiap hari ini.

Hal ini meliputi:


 Ibu yang berasal dari Asia Selata, Afrikan, Karibean, Timur Tengah

 Ibu yang mengalami keterbatasan paparan matahari, misalnya ibu yang

lebih sering berada dalam rumah atau memakai pakaian tertutup saat di luar.

 Ibu yang sedang diet dengan kadar vitamin D rendah misalnya ibu yang

tidak mengkonsumsi minyak ikan, telur, daging, mentega kaya vitamin D atau

sereal.

 Ibu dengan indeks massa tubuh di atas 30 kg/m2.

1.3.3 Infeksi dari makanan

1.3.3.1 Ibu hamil harus diberikan informasi mengenai bagaimana menurunkan risiko

listeriosis dengan:

 Meminum hanya susu yang terpasteurisasi/UHT

 Tidak memakan keju lunak seperti Cemembert, Brie dan blue-viened (tidak

ada risiko dengan keju keras seperti Cheddar, atau keju yang diproses).

 Tidak memakan pâté (dalam bentuk apapun, termasuk sayur)

 Tidak memakan makanan yang siap saji atau dimasak kurang matang.

1.3.3.2 Ibu hamil harus diberikan informasi cara untuk mengurangi risiko infeksi

salmonella dengan:

 Menghindari makanan mentah atau telur setengah matang atau makanan

yang dapat berisi hal tersebut misalnya mayonais.

 Menghindari daging mentah atau yang dimasak tidak matang, terutama

produk unggas.
1.3.4 Obat- obatan yang diresepkan

1.3.4.1 Hanya sedikit obat-obatan yang diketahui aman dalam kehamilan. Resep obat

harus digunakan sedikit mungkin saat kehamilan dan harus terbatas pada keadaan

dimana manfaat yang didapatkan melebihi risikonya.

1.3.5 Obat-obatan over-the-counter

1.3.5.1 Ibu hamil harus diberitahu bahwa hanya sedikit obat over-the-counter yang

diketahui aman dan dapat dikonsumsi saat kehamilan. Obat- obatan over-the-

counter harus digunakan sesedikit mungkin dalam kehamilan

1.3.6 Terapi komplemen

1.3.6.1 Ibu hamil harus diberitahu bahwa hanya sedikit terapi komplemen yang

diketahui aman dan efektif dalam kehamilan. Ibu tidak boleh mengasumsikan

terapi tersebut aman dan harus menggunakannya sesedikit mungkin saat

kehamilan.

1.3.7 Olahraga dalam kehamilan

1.3.7.1 Ibu hamil harus diberitahu bahwa memulai atau melanjutkan olahraga dengan

intensitas sedang dalam kehamilan tidak berhubungan dengan keluaran yang

tidak diinginkan.

1.3.7.2 Ibu hamil harus diberitahu potensi bahaya dalam beberapa aktivitas saat

kehamilan misalnya, olahraga kontak, high-impact, olahraga raket kuat, dengan


risiko trauma abdomen, jatuh, cedera sendi, menyelam yang dapat

mengakibatkan defek janin dan penyakit dekompresi janin.

1.3.8 Hubungan seksual dalam kehamilan

1.3.8.1 Ibu hamil harus diberitahu bahwa hubungan seksual dalam kehamilan tidak

berasosiasi dengan keluaran buruk.

1.3.9 Konsumsi alkohol dalam kehamilan

1.3.9.1 Ibu hamil dan wanita yang merencanakan kehamilan harus disarankan untuk

berhenti meminum alkohol pada tiga bulan pertama kehamilan karena dapat

berasosiasi dengan peningkatan risiko keguguran.

1.3.9.2 Jika ibu memilih untuk meminum alkohol saat hamil, mereka harus disarankan

untuk tidak minum lebih dari 1-2 unit sekali atau dua kali per minggu (1 unit

setara dengan 25ml spirit. Satu gelas anggur 125ml setara dengan 1.5 unit).

Walaupun masih terdapat ketidakpastian mengenai kadar aman alkohol dalam

kehamilan, kadar rendah ini tidak menunjukkan efek buruk pada bayi dalam

rahim.

1.3.9.3 Ibu harus diberitahu bahwa mabuk saat kehamilan (didefinisikan sebagai lebih

dari 5 minuman standar/7.5 unit dalam satu acara) dapat membahayakan bayi.

1.3.10 Merokok dalam kehamilan

1.3.10.1 Pada kunjungan pertama dengan ibu hamil, diskusikan status perokoknya,

sediakan informasi mengenai risiko merokok terhadap bayi dalam rahim dan
bahaya paparan perokok pasif. Sampaikan kekhawatiran yang dimilikkinya atau

pasangannya mengenai pemberhentian merokok.

1.3.10.2 Ibu hamil harus diberitahu mengenai risiko spesifik merokok saat kehamilan

(misalnya risiko memiliki bayi prematur atau berat lahir rendah). Manfaat

penghentian merokok harus dijelaskan.

1.3.10.3 Tawarkan informasi, saran dan dukungan tentang bagaimana cara berhenti

merokok.

1.3.10.4 Monitor status merokok dan tawarkan saran dan dukungan pemberhentian

merokok selama kehamilan dan seterusnya.

1.3.10.5 Diskusikan risiko dan manfaat terapi pengganti nikotin dengan ibu hamil yang

merokok.

1.3.10.6 Sarankan ibu yang menggunakan patch nicotine untuk melepasnya sebelum

tidur.

1.3.10.7 Ibu yang tidak mampu berhenti merokok saat hamil harus didukung untuk

mengurangi rokok.

1.3.11 Penggunaan kanabis dalam kehamilan

1.3.11.1 Efek langsung dari kanabis pada janin masih belum jelas namun dapat

berbahaya. Kanabis berasosiasi dengan merokok yang diketahui

membahayakan; dengan demikian, ibu harus disarankan untuk berhenti

menggunakan kanabis dalam kehamilan.

1.3.12 Berpergian dengan pesawat dalam kehamilan


1.3.12.1 Ibu hamil harus diberitahu bahwa berpergian dengan pesawat berasosiasi dengan

peningkatan risiko thrombosis vena dalam. Pada populasi umum, menggunakan

stocking kompresi dapat mengurangi risiko.

1.3.13 Berpergian dengan mobil saat hamil

1.3.13.1 Ibu harus diberitahu mengenai penggunaan seatbelt yang tepat. (‘above and

below bump, not over it).

1.3.14 Berpergian ke luar negri selama hamil

1.3.14.1 Ibu harus diberitahu bahwa apabila ia merencakan untuk ke luar negri,

diskusikan pertimbangan seperti terbang, vaksinasi, asuransi dengan bidan atau

dokter.

1.4 Penanganan gejala umum kehamilan

1.4.1 Mual dan muntah pada awal kehamilan

1.4.1.1 Ibu harus diinformasikan bahwa sebagian besar kasus mual dan muntah dalam

kehamilan akan membaik secara spontan dalam 16 hingga 20 minggu dan

bahwa mual dan muntah biasanya tidak berasosiasi dengan keluaran buruk

kehamilan. Jika ibu meminta atau membutuhkan pengobatan, intervensi berikut

efektif dalam mengurangi gejala:

 Non-farmakologis: jahe, akupuntur P6

 Farmakologi: antihistamin
1.4.1.2 Informasi mengenai seluruh bentuk pertolongan diri dan pengobatan

nonfarmakologis harus disediakan untuk ibu hamil yang mengalami mual dan

muntah.

1.4.2 Rasa terbakar pada dada

1.4.2.1 Ibu yang datang dengan gejala ini harus diinformasikan mengenai modifikasi

gaya hidup dan diet

1.4.2.2 Antasida dapat ditawarkan untuk ibu yang merasa sangat terganggu dengan

gejala ini selain modifikasi gaya hidup dan diet

1.4.3 Konstipasi

1.4.3.1 Ibu yang datang dengan konstipasi harus diberikan informasi mengenai

modifikasi diet seperti suplementasi serat gandum.

1.4.4 Hemorrhoid

1.4.4.1 Tanpa bukti efektifitas pengobatan untuk hemorrhoid dalam kehamilan, ibu

harus disarankan untuk memodifikasi diet. Jika gejala klinis sangat

mengganggu, krim wasir standar dapat dipertimbangkan.

1.4.5 Vena varikosa

1.4.5.1 Ibu harus diberitahu bahwa vena verikosa adalah gejala yang sering dalam

kehamilan dan tidak akan membahayakan janin dan bahwa penggunaan stoking
kompresi dapat memperbaiki gejala namun tidak akan mencegah vena varikosa

untuk menyatu

1.4.6 Keputihan

1.4.6.1 Ibu harus diberitahu bahwa peningkatan keputihan merupakan perubahan

fisiologi yang sering terjadi saat hamil. Jika disertai dengan gatal, rasa terbakar,

bau menyengat atau nyeri saat berkemih, meungkinan terdapat infeksi dan

harus diperiksa lebih lanjut.

1.4.6.2 Penggunaan imidazole topikal 1 minggu merupakan pengobatan efektif dan

harus dipertimbangkan adanya infeksi kandidiasis pada ibu hamil

1.4.6.3 Efektifitas dan keamanan pengobatan oral untuk kandidiasis vaginal masih

belum pasti dan tidak boleh ditawarkan

1.4.7 Nyeri punggung

1.4.7.1 Ibu harus diberitahu bahwa olahraga dalam air, terapi pijat dan kelas perawatan

punggung individu maupun kelompok dapat membantu pengurangan gejala ini

saat hamil.

1.5 Penanganan gejala umum kehamilan

1.5.1 Pengukuran indeks massa tubuh

1.5.1.1 Berat dan tinggi ibu harus diukur saat kunjungan, dan indeks massa tubuh ibu

harus dihitung (berat[kg]/tinggi[m]2)


1.5.1.2 Pengulangan pengukuran berat saat kehamilan harus dibatasi karena dapat

mempengaruhi penanganan klinis pada beberapa keadaan.

1.5.2 Pemeriksaan payudara

1.5.2.1 Pemeriksaan payudara rutin saat kunjungan antenatal tidak direkomendasikan

untuk meningkatkan menyusui pasca melahirkan

1.5.3 Pemeriksaan panggul

1.5.3.1 Pemeriksaan panggul rutin tidak secara akurat menilai usia kehamilan ataupun

memprediksi kelahiran prematur atau disproporsi sefalopelvik. Tidak

disarankan.

1.5.4 Mutilasi genital wanita

1.5.4.1 Ibu hamil yang menjalani mutilasi genital wanita harus diidentifikasi dini pada

saat kunjungan antenatal melalui pertanyaan sensitive. Pemeriksaan antenatal

akan menentukan dan merencanakan perawatan intrapartum.

1.5.5 Kekerasan dalam rumah tangga

1.5.5.1 Para petugas kesehatan harus sadar akan gejala dan tanda kekerasan dan ibu

harus diberikan kesempatan untuk menceritakan kekerasan dalam kondisi yang

dirasa aman baginya.

1.5.6 Prediksi, deteksi dan penanganan awal gangguan mental


1.5.6.1 Pada saat berkomunikasi dengan pelayanan ibu hamil, petugas kesehatan harus

melibatkan informasi riwayat apapun mengenai gangguan mental.

1.5.6.2 Pada saat kunjungan pertama ibu hamil dalam periode antenatal maupun

postnatal, petugas (termasuk bidan, ahli kandungan, visitor, dokter) harus

menanyakan mengenai:

 Penyakit mental berat sekarang maupun dahulu yang meliputi skizofrenia,

gangguan bipolar, psikosis pada periode postnatal dan depresi berat

 Pengobatan sebelumnya oleh psikiatrr maupun tim ahli mental, meliputi

perawatan inap

 Riwayat keluarga yang mengalami penyakit mental perinatal.

Prediktor spesifik lain, misalnya kurang harmonisnya hubungannya dengan

pasangan, tidak boleh digunakan sebagai prediksi rutin perkembangan

gangguan mental.

1.5.6.3 Pada pertemuan pertama ibu dan petugas kesehatan saat penjadwalan

kunjungannya dan pasca melahirkan (biasanya saat 4-6 minggu dah 3-4 bulan),

petugas kesehatan (meliputi bidan, ahli kandungan, visitor maupun dokter)

harus menanyakan dua pertanyaan untuk mengidentifikasi kejadian depresi.

 Pada sebulan terakhir ini, apakah anda pernah diganggu dengan perasaan

sedih, depresi atau putus asa?

 Pada satu bulan terakhir ini, apakah anda sering diganggu dengan

berkurangnya minat atau kesenangan dalam melakukan aktivitas?

Pertanyaan ketiga harus dipertimbangkan apabila ibu menjawab ‘ya’ pada salah

satu dari pertanyaan di atas.


 Apakah dengan perasaan ini anda perlu atau mau dibantu?

1.5.6.4 Setelah mengidentifikasi kemungkinan adanya gangguan mental pada ibu saat

kehamilan atau dalam periode pasca melahirkan, penilaian lebih lanjut harus

dipertimbangkan, dengan konsultasi bersama kolega jika diperlukan.

 Jika petugas kesehatan atau wanita memiliki masalah yang signifikan,

wanita tersebut biasanya harus dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk

dokternya.

 Jika ibu memiliki, atau diduga memiliki penyakit mental yang parah

(misalnya, gangguan bipolar atau skizofrenia), ia harus dirujuk ke layanan

kesehatan mental spesialis,termasuk, jika sesuai, layanan kesehatan

spesialis mental perinatal. Hal ini harus didiskusikan dengan ibu dan

sebaiknya dengan dokternya.

 Dokter ibu harus diberitahu dalam semua kasus di mana kemungkinan

gangguan jiwa saat ini atau riwayat gangguan mental yang signifikan

terdeteksi, bahkan jika tidak ada penilaian atau rujukan lebih lanjut yang

dibuat.

1.6 Skrining kondisi hematologis

1.6.1 Anemia

1.6.1.1 Ibu harus ditawarkan skrining untuk anemia. Skrining dapat dilakukan pada awal

kehamilan dan usia kehamilan 28 minggu saat pemeriksaan skrining darah lain
dilakukan. Hal ini memungkinkan waktu yang cukup untuk pengobatan jika

anemia terdeteksi

1.6.1.2 Kadar hemoglobin di luar rentang dalam kehamilan harus diperiksa dan

suplementasi besi dipertimbangkan jika diindikasikan.

1.6.2 Golongan darah dan alloantibody sel darah merah

1.6.2.1 Ibu harus ditawarkan pemeriksaan golongan darah dan status Rhesus D pada

awal kehamilan

1.6.2.2 Direkomendasikan bahwa profilaksis anti-D antenatal rutin ditawarkan pada

semua ibu hamil tidak tersensitisasi yang memiliki rheus-D-negatif.

1.6.2.3 Ibu harus dideteksi untuk alloantibody sel darah merah atipikal pada awal

kehamilan dan usia kehamilan 28 minggu, selain status rhesus D-nya.

1.6.2.4 Ibu hamil dengan alloantibody sel darah merah atipikal signifikan harus dirujuk

ke pusat spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut dan disarankan menjalani

penanganan antenatal lanjutan.

1.6.2.5 Jika ibu hamil memiliki rhesus-D-negatif, pertimbangan harus dilakukan untuk

memeriksa pasangan dan menentukan apakah pemberian profilaksis anti-D

diperlukan.

1.6.3 Skrining hemoglobinopati

1.6.3.1 Konseling prekonsepsi dan pemeriksaan karier harus tersedia pada ibu yang

telah teridentifikasi memiliki risiko tinggi hemoglobinopati.


1.6.3.2 Informasi mengenai skrining penyakit sel sabut dan talasemia, meliputi status

karier dan implikasinya harus dilakukan pada wanita hamil pada saat kunjungan

pertama oleh petugas.

1.6.3.3 Skrining penyakit sel sabit dan talasemia harus ditawarkan pada semua ibu hamil

sedini mungkin (idealnnya pada 10 minggu). Tipe skrining bergantung pad

prevalensi dan dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan primer maupun

sekunder.

1.6.3.4 Apabila prevalensi penyakit sel sabit tinggi (prevalensi janin di atas 1.5 kasus

per 10.000 kehamilan), skrining laboratorium (lebih dipilih kromatografi cairan

high-performance) harus ditawarkan pada seluruh ibu hamil untuk

mengidentifikasi karier penyakit sel sabit dan atau talasemia.

1.6.3.5 Apabila prevalensi penyakit sel sabit rendah (prevalensi janin di bawah 1.5 kasus

per 10.000 kehamilan), semua ibu hamil harus ditawarkan skrining

hemoglobinopati menggunakan Family Origin Questionnaire.

 Jika FOQ mengindikasikan risiko tinggi penyakit sel sabit, skrining

dengan laboratorium harus ditawarkan.

 Jika mean corpuscular hemoglobin di bawah 27 picogram, skrining

laboratorium harus ditawarkan.

1.6.3.6 Jika ibu teridentifikasi karier dan signifikan secara klinis hemoglobinopati maka

ayah dari bayi harus ditawarkan konseling dan skrining tanpa penundaan.

1.7 Skrining anomali janin

1.7.1 Skrining untuk anomali struktural


1.7.1.1 Skrining ultrasonografi untuk anomaly janin harus ditawarkan secara rutin,

normalnya antara 18 minggu 0 hari dan 20 minggu 6 hari.

1.7.1.2 Pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan, ibu harus diberikan

informasi mengenai tujuan dan implikasi pemeriksaan anomaly untuk

memungkinkan mereka membuat pilihan untuk melakukan pemeriksaan atau

tidak. Tujuan dari pemeriksaan ialah untuk mengidentifikasi anomaly nanin dan

memuungkinkan:

 Pilihan reproduksi (terminasi kehamilan)

 Mempersiapkan orang tua (untuk pengobatan/disabilitas/perawatan

paliatif/terminasi kehamilan).

 Merencanakan persalinan di pusat spesialis

 Terapi intrauterin.

1.7.1.3 Ibu harus diberitahu keterbatasan skrining rutin ultrasonografi dan angka

deteksinya bervariasi dengan tipe anomaly fetal, indeks massa tubuh ibu dan

posisi dari bayi saat diperiksa.

1.7.1.4 Jika anomaly dideteksi saat pemeriksaan, ibu hamil harus diberitahukan

temuannya dan memperbolehkan mereka untuk membuat keputusan apakah

ingin melanjutkan kehamilan atau menghentikannya.

1.7.1.5 Ekokardiografi janin melibatkan tampilan empat ruang dari jantung janin dan

aliran darahnya direkomendasikan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin

anomali.

1.7.1.6 Skrining rutin untuk anomaly jantung menggunakan translusensi nuchal tidak

direkomendasikan.
1.7.1.7 Saat skrining ultrasonografi dilakukan untuk mendeteksi defek tabung neural,

pemeriksaan alfafetoprotein tidak diperlukan

1.7.1.8 Partisipasi register anomaly kongenital regional secara kuat direkomendasikan

untuk memfasilitasi audit angka kejadian yang terdeteksi.

1.7.2 Skrining Sindrom Down

1.7.2.1 Semua ibu hamil harus ditawarkan skrining untuk Sindrom Down. Ibu harus

mengerti bahwa ini adalah pilihannya untuk melakukan skrining Sindrom

Down.

1.7.2.2 Skrining sindrom Down harus dilakukan pada akhir trimester pertama (13

minggu 6 hari), namun perencanaan harus dilakukan untuk deteksi nantinya

(paling lambat 20 minggu 0 hari).

1.7.2.3 Pmeriksaan kombinasi (translusensi nuchar, beta-human chorionic

gonadotropin, pregnancy associated plasma protein-A) dapat ditawarkan

untuk deteksi sindrom Down antara 11 minggu 0 hari dan 13 minggu 6 hari.

Untuk ibu yang jadwal kunjungannya lebih lama, pemeriksaan skrining serum

klinis dan efektif biaya (pemeriksaan triple/quadruple) dapat ditawarkan antara

15 minggu 0 hari dan 20 minggu 0 hari.

1.7.2.4 Bila tidak memungkinkan untuk mengukur translusensi nuchal, posisi janin atau

peningkatan indeks massa tubuh, ibu dapat ditawarkan skrining serum antara

15 minggu 0 hari dan 20 minggu 0 hari.


1.7.2.5 Informasi mengenai deteksi sindrom Down harus diberikan pada ibu hamil saat

kunjungan pertama. Hal ini akan menyediakan kesempatan untuk diskusi lanjut

sebelum melakukan skrining. Informasi spesifik harus meliputi:

 Alur skrining untuk kedua hasil positif dan negative

 Keputusan yang harus dibuat pada setiap poin dalam alur dan

konsekuensinya

 Fakta bahwa skrining tidak menyediakan diagnosis definitive dan

penjelasan lengkap skor risiko diambil setelah pemeriksaan

 Informasi mengenai sampling vili korion dan amniocentesis

 Informasi seimbang dan akurat mengenai sindrom Down

1.7.2.6 Jika ibu hamil memiliki hasil deteksi positif sindrom Down, ibu harus memiliki

akses cepat konseling dengan staf yang terlatih.

1.7.2.7 Pemeriksaan anomali rutin (saat 18 minggu 0 hari hingga 20 minggu 6 hari) tidak

perlu dilakukan secara rutin untuk sindrom Down menggunakan penanda

lembut.

1.7.2.8 Keberadaan penanda lembut terisolasi dengan pengecualian peningkatan lipatan

nuchal pada pemeriksaan anomaly rutin tidak perlu digunakan untuk mengkur

risiko sindrom Down.

1.7.2.9 Keberadaan peningkatan lipatan nichal (6 mm atau lebih) atau dua atau lebih

penanda lembut pada pemeriksaan anomaly rutin harus memulai rujukkan ke

spesialis atau ahli fetal medicine.

1.8 Skrining infeksi


1.8.1 Bakteriuria asimtomatik

1.8.1.1 Ibu harus ditawarkan untuk pemeriksaan rutin bacteriuria asimptomatik dengan

kultur urin midstream pada awal kehamilan. Identifikasi dan pengobatan

bacteriuria asimtomatik mengurangi risiko pielonefritis.

1.8.2 Bakterial vaginosis asimtomatik

1.8.2.1 Ibu hamil tidak perlu ditawarkan skrining rutin untuk bacterial vaginosis karena

bukti mengemukakan bahwa identifikasi dan pengobatan bacterial vaginosis

asimptomatik tidak mengurangi risiko kelahiran prematur dan keluaran

reproduksi lainnya.

1.8.3 Chlamydia trachomatis

1.8.3.1 Pada jadwal kunjungan, petuga kesehatan harus menginformasikan ibu hamil

kurang dari 25 tahun mengenai prevalensi yang tinggi dari infeksi klamidia

pada kelompok usianya dan memberikan detail mengenai National Chlamydia

Screening Programme.

1.8.3.2 Deteksi chlamydia tidak perlu direkomendasikan sebagai bagian dari

pemeriksaan rutin pada kunjungan antenatal.

1.8.4 Sitomegalovirus

1.8.4.1 Bukti yang tersedia tidak menyarankan skrining rutin sitomegalovirus pada

wanita hamil dan tidak perlu ditawarkan


1.8.5 Virus Hepatitis B

1.8.5.1 Skrining serologi untuk virus Hepatitis B harus ditawarkan untuk wanita hamil

sehingga intervensi pasca melahirkan efektif dapat dilakukan untuk wanita

yang terinfeksi untuk menurunkan risiko transmisi ibu ke anak.

1.8.6 Virus Hepatitis C

1.8.6.1 Ibu hamil tidak perlu ditawarkan skrining rutin virus Hepatitis C karena

kurangnya bukti untuk mendukung efektifitas klinis dan biayanya.

1.8.7 HIV

1.8.7.1 Ibu hamil harus ditawarkan skrining infeksi HIV dini pada kunjungan antenatal

karena intervensi antenatal yang tepat dapat mengurangi transmisi infeksi HIV

ibu ke anak

1.8.7.2 Alur rujukan yang jelas harus dibuat pada setiap unit atau departemen sehingga

ibu hamil yang didiagnosis HIV dapat ditangani dan diobati oleh tim spesialis

yang tepat.

1.8.8 Rubella

1.8.8.1 Skrining rubella harus ditawarkan pada awal kunjungan antenatal untuk

mengidentifikasi wanita yang memiliki risiko kontak infeksi rubella dan untuk

melakukan vaksinasi pasca melahirkan untuk proteksi kehamilan berikutnya.

1.8.9 Streptokokus grup B


1.8.9.1 Ibu hamil tidak perlu ditawarkan skrining antenatal rutin untuk streptokokus

grup B karena bukti dari efektifitas klinis dan biayanya masih tidak pasti.

1.8.10 Sifilis

1.8.10.1 Skrining sifilis harus ditawarkan pada semua ibu hamil saat awal kehamilan

karena pengobatan sifilis bermanfaat untuk ibu dan bayi

1.8.10.2 Karena sifilis merupakan kondisi jarang di Inggris dan hasil positif tidak selalu

menandakan bahwa ibu menderita sifilis, alir rujukan jelas untuk penanganan

ibu dengan hasil tes positif harus dibuat.

1.8.11 Toksoplasmosis

1.8.11.1 Skrining rutin serologi antenatal tidak perlu ditawarkan karena risiko skrining

dapat melebihi manfaat potensialnya.

1.8.11.2 Ibu hamil harus diinformasikan pencegahan primer untuk mencegah infeksi

toksoplasma seperti:

 Mencuci tangan sebelum memegang makanan

 Mencuci buah dan sayur sebelum makan

 Memasak daging yang tidak matang dan makanan siap saji

 Menggunakan sarung tangan selama mencuci tangan dan setelah

memegang tanah dan rumput

 Mencegah feses kucing

1.9 Skrining kondisi klinis


1.9.1 Diabetes gestasional

1.9.1.1 Skrining diabetes gestasional menggunakan faktor risiko direkomendasikan

pada populasi sehat. Pada saat kunjungan, faktor risiko diabetes gestasional

berikut harus ditentukan:

 Indeks massa tubuh di atas 30 kg/m2

 Bayi makrosomik sebelumnya dengan berat 4.5 kg atau lebih

 Diabetes gestasional sebelumnya

 Riwayat diabetes pada keluarga (tingkat 1)

 Keluarga yang berasal dari tempat prevalensi tinggi diabetes:

- Asia Selatan (terutama yang berasal dari India, Paksitan atau

Bangladesh)

- Karibean gelap

- Timur Tengah (terutama yang berasal dari Saudi Arabia, United

Arab Emirates, Irak, Jordan, Siria, Oman, Qatar, Kuwait,

Lebanon,atau Mesir).

Ibu dengan salah satu faktor risiko ini harus ditawarkan pemeriksaan diabetes

gestasional.

1.9.1.2 Dalam rangka membuat pilihan mengnai skrining dan pemeriksaan diabetes

gestasional, ibu harus diberitahu bahwa:

 Pada sebagian besar ibu, diabetes gestaasional dapat merespon

terhadap perubahan diet dan olahraga


 Beberapa ibu (antara 10% hingga 20%) dapat membutuhkan agen

hipoglikemi oral atau terapi insulin jika diet dan olahraga tidak

efektif dalam mengontrol diabetes gestasional

 Jika diabetes gestasional tidak terdeteksi dan tidak terkontrol,

terdapat sedikit risiko komplikasi persalinan seperti distosia bahu.

 Diagnosis diabetes gestasional dapat menyebabkan meningkatnya

monitoring dan intervensi saat kehamilan dan persalinan.

1.9.1.3 Skrining untuk diabetes gestasional menggunakan pemeriksaan gula darah

puasa, gula darah sewaktu dan 2 jam post prandial dan urinalisis tidak perlu

digunakan.

1.9.2 Preeklamsi

1.9.2.1 Pemeriksaan tekanan darah dan urinalisis untuk protein harus dilakukan pada

setiap kunjungan antenatal untuk mendeteksi preeklamsi.

1.9.2.2 Pada saat kunjungan, faktor risiko preeklamsi berikut harus ditentukan:

 Usia 40 tahun atau lebih

 Nuliparitas

 Interval kehamilan lebih dari 10 tahun

 Riwayat preeklamsi pada keluarga

 Riwayat preeklamsi sebelumnya

 Indeks massa tubuh 30 kg/m2 atau lebih

 Penyakit vaskular sebelumnya seperti hipertensi

 Penyakit ginjal sebelumnya


 Kehamilan ganda

Pengukuran tekanan darah lebih sering harus dipertimbangkan pada wanita

hamil dengan faktor risiko di atas.

1.9.2.3 Adanya hipertensi signifikan dan atau proteinuria harus menyadarkan petugas

untuk peningkatan surveilans.

1.9.2.4 Tekanan darah harus diukur seperti berikut:

 Lepaskan pakaian ketat, pastikan tangan relaksasi dan berada sejajar jantung

 Gunakan cuff dengan ukuran tepat

 Kembangkan cuff 20-30 mmHg di atas tekanan darah sistolik yang teraba

 Kurangi tekanan pelan-pelan, 2 mmHg per detik atau per detak.

 Baca tekanan darah pada 2mmHg terdekat

 Ukur tekanan darah diastolic saat hilangnya suara (fase V).

1.9.2.5 Hipertensi dimana terdapat tekanan darah diastolic tunggal 110 mmHg atau dua

kali pemeriksaan 90 mmHg paling tidak dengan rentang 4 jam dana tau

proteinuria signifikan (1+) harus memulai surveilans.

1.9.2.6 Jika tekanan darah sistolik di atas 160 mmHg pada dua bacaan berurutan

setidaknya dengan rentang 4 jam, pengobatan harus dieprtimbangkan.

1.9.2.7 Semua ibu hamil harus sadar akan kebutuhan untuk mencari petugas kesehatan

apabila mengalami gejala preeklamsi yang meliputi:

 Nyeri kepala hebat

 Gangguan pengelihatan seperti buram atau flashing

 Nyeri di bawah iga yang hebat

 Muntah
 Pembengkakan wajah, tangan dan kaki tiba- tiba.

1.9.2.8 Walaupun terdapat banyak materi yang dipublikasikan dalam metode skrining

alternative preeklamsi, tiada dari ini yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas

memuaskan, dengan demikian tidak direkomendasikan.

1.9.3 Kelahiran prematur

1.9.3.1 Skrining rutin kelahiran prematur tidak perlu ditawarkan

1.9.4 Plasenta previa

1.9.4.1 Karena sebagian besar plasenta letak rendah yang terdeteksi pada pemeriksaan
anomali rutin akan teratasi pada saat bayi dilahirkan, hanya seorang wanita yang

plasentanya meluas di atas os servikal internal harus ditawarkan pemeriskaan

transabdominal lain pada 32 minggu. Jika scan transabdominal tidak jelas, scan

transvaginal harus ditawarkan.

1.10 Pertumbuhan dan kesejahteraan janin

1.10.1 Tinggi simfisis –fundal harus diukur dan dicatat setiap kunjungan antenatal dari

usia kehamilan 24 minggu.

1.10.2 Perkiraan ukuran janin dengan ultrasonografi untuk bayi yang dicurigai besar

untuk usia kehamilan tidak boleh dilakukan pada populasi risiko rendah.

1.10.3 Ultrasonografi Doppler rutin tidak perlu digunakan pada kehammilan risiko

rendah
1.10.4 Presentasi janin harus dinilai dengan palpasi abdomen pada 36 minggu atau

lebih, saat presentasi dapat mempengaruhi rencana persalinan. Penilaian rutin

presentasi bayi dengan palpasi abdomen tidak perlu ditawarkan sebelum 36

minggu karena tidak selalu tepat dan dapat tidak nyaman

1.10.5 Jika dicurigai adanya malpresentasi janin, konfirmasi menggunakan ultrasound

1.10.6 Penghitungan gerakan janin rutin tidak perlu dilakukan

1.10.7 Auskultasi denyut jantung janin dapat mengkonfirmasi bahwa janin masih hidup

tetapi tidak mungkin memiliki nilai prediktif dan mendengarkan secara rutin,

karena itu tidak dianjurkan.

1.10.8 Bukti tidak mendukung penggunaan rutin pemantauan denyut jantung janin

antenatal (kardiotokografi) untuk penilaian pada wanita dengan kehamilan tanpa

komplikasi dan oleh karena itu tidak boleh ditawarkan.

1.10.9 Bukti tidak mendukung penggunaan rutin pemindaian ultrasonografi setelah 24

minggu kehamilan dan oleh karena itu tidak boleh ditawarkan.

1.11 Penanganan kondisi klinis spesifik

1.11.1 Kehamilan setelah 41 minggu

1.11.1.1 Sebelum induksi persalinan, ibu harus ditawarkan pemeriksaan vagina untuk

apusan membrane.

1.11.1.2 Ibu dengan kehamilan tanpa komplikasi harus ditawarkan induksi persalinan

setelah 41 minggu
1.11.1.3 Dari 42 minggu, ibu yang menolak induksi harus ditawarkan monitoring

antenatal lebih yang berisi paling tidak kardiotokografi dua kali seminggu dan

perkiraan kedalaman pool amniotic maksimum dengan ultrasonografi

1.11.2 Kehamilan letak sungsang saat term

1.11.2.1 Semua dengan kehamilan sungsang tunggal tanpa komplikasi saat 35 minggu

harus ditawarkan versi eksternal. Pengecualian meliputi wanita dalam

persalinan dan dengan parut uterus atau abnormalitas, fetal compromise,

membrane rupture, perdarahan vagina dan kondisi medis lain.

1.11.2.2 Jika tidak mungkin untuk menjadwalkan kunjungan untuk versi eksternal pada

37 minggu, harus dijadwalkan pada 36 minggu.

2. Catatan Ruang Lingkup Panduan

Pedoman NICE dikembangkan dengan ruang lingkup yang mendefinisikan apa yang

pedoman dapat dan tidak dapat mencakup.

3. Implementasi

 Slide yang menyoroti pesan utama untuk diskusi lokal.

 Alat penetapan biaya:

- menghitung biaya untuk memperkirakan penghematan nasional dan biaya yang


terkait dengan pelaksanaan

- template biaya untuk memperkirakan biaya lokal dan tabungan yang terlibat.
 Saran implementasi tentang bagaimana mempraktekkan panduan dan

inisiatif nasional yang mendukung ini secara lokal.

 Dukungan audit untuk memonitor praktik lokal

4. Rekomendasi Penelitian

4.1 Informasi untuk wanita hamil

Cara alternatif untuk membantu petugas kesehatan mendukung ibu hamil membuat

keputusan harus diteliti misalnya dengan menggunakan media selain leaflet.

4.2 Skrining chlamydia

Penelitian lain dapat dilakukan untuk menilai efektifitas, praktis dan penerimaan skrining

klamidia pada kunjungan antenatal.

4.3 Pertumbuhan dan kesejahteraan janin

Penelitian prospektif lebih lanjut dibutuhkan untuk mengevaluasi nilai diagnostic dan

efektifitas dalam memprediksi bayi kecil untuk masa kehamilan dengan menggunakan

fetal growth charts atau ultrasonografi pada trimester ketiga.

4.4 Alat penilaian antenatal

Studi multisenter dibutuhkan di UK untuk mengevaluasi penggunaan alat penilaian

antenatal untuk mengidentifikasi ibu yang membutuhkan perawatan tambahan.


4.5 Vitamin D

Terdapat kebutuhan untuk penelitian mengenai efektivitas suplementasi vitamin D rutin

untuk ibu hamil dan menyusui.

5. Versi lain dari pedoman ini

5.1. Pedoman lengkap

www.ncc-wch.org.uk, www.nice.org.uk/CG062fullguideline, www.nlh.nhs.uk

5.2. Pedoman referensi cepat

www.nice.org/CG062quickrefguide

5.3. Pemahaman pedoman NICE

www.nice.org.uk/CG062publicinfo

6. Pedoman terkait NICE

Terpublikasi

 Diabetes in pregnancy: management of diabetes and its complications from pre-conception

to the postnatal period. NICE clinical guideline 63 (2008). www.nice.org.uk/CG063

 Intrapartum care: care of healthy women and their babies during childbirth. NICE clinical

guideline 55 (2007). www.nice.org/CG055

 Antenatal and postnatal mental health: clinical management and service guidance. NICE

clinical guideline 45 (2007).www.nice.org/CG045

 Postnatal care: routine postnatal care of women and their babies. NICE clinical guideline

37 (2006). www.nice.org/CG037
 Caesarean section. NICE clinical guideline 13 (2004). www.nice.org/CG013

 Improving the nutrition of pregnant and breastfeeding mothers and children in low-income

households. NICE public health guidance 11 (2008). www.nice.org/PH011

 Smoking cessation services in primary care, pharmacies, local authorities and workplaces,

particularly for manual working groups, pregnant women and hard to reach communities.

NICE public health guidance 10 (2008) www.nice.org/PH010

 Brief interventions and referral for smoking cessation in primary care and other settings.

NICE public health intervention guidance 1 (2006). www.nice.org.uk/PHI001

 NICE clinical guideline 62 – antenatal care 44

Dalam pengembangan

 NICE is developing the following guidance (www.nice.org.uk):

- Induction of labour. Update of NICE inherited clinical guideline D (June 2008).

- Guidance on the use of routine antenatal anti-D prophylaxis for RhD-negative women.

Update of NICE technology appraisal guidance 41 (June 2008).

7. Pembaruan pedoman

Panduan klinis NICE diperbarui sesuai kebutuhan sehingga rekomendasi mempertimbangkan

informasi baru yang penting. Kami memeriksa bukti baru 2 dan 4 tahun setelah publikasi, untuk

memutuskan apakah semua atau sebagian dari pedoman harus diperbarui. Jika bukti baru yang

penting dipublikasikan pada waktu lain, kami dapat memutuskan untuk melakukan pembaruan

lebih cepat dari beberapa rekomendasi.


Apendiks A: Kelompok Pengembangan Panduan

Rhona Hughes (Ketua)


Consultant Obstetrician, Simpson Centre for Reproductive Health, Edinburgh
Eva Aitken
Work Programme Coordinator, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s
Health
Jane Anderson
Specialist Ultrasonographer, Princess Anne Hospital, Southampton
Chris Barry
General Practitioner, Swindon
Marie Benton
Service User Representative, Communications Manager – Down’s Syndrome
Association
Jennifer Elliott
Service User Representative, National Childbirth Trust
Rupert Franklin
Work Programme Coordinator, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s
Health
Paul Jacklin
Senior Health Economist, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Rajesh Khanna
Research Fellow, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Nina Khazaezadeh
Consultant Midwife and Supervisor of Midwives, St Thomas’ Hospital, London.
Rachel Knowles
Medical Research Council-funded Research Fellow in Public Health, University College London
Institute of Child Health
Rintaro Mori
Research Fellow, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Francesco Moscone
Health Economist, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Tim Overton
Consultant Obstetrician, St Michael’s Hospital, Bristol
Debbie Pledge
Senior Information Scientist, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Jeff Round
Health Economist, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Anuradha Sekhri
Research Fellow, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Roz Ullman
Senior Research Fellow, National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health
Martin Whittle
Clinical Co-Director for Women’s Health, National Collaborating Centre for Women’s and
Children’s Health
Katie Yiannouzis
Head of Midwifery, King’s College Hospital, London

Apendiks B: Panel Reviu Pedoman

Professor Mike Drummond - Chair


Director, Centre for Health Economics, University of York
Dr Graham Archard
General Practitioner, Dorset
Ms Karen Cowley
Practice Development Nurse, York
Mr Barry Stables
Lay member
Dr David Gillen
Medical Director, Wyeth Pharmaceutical
Ms Catherine Arkley
Lay member

Apendiks C: Ibu yang membutuhkan perawatan tambahan

Panduan ini mencakup rekomendasi perawatan klinis dasar untuk semua wanita hamil. Pedoman

ini tidak menawarkan informasi tentang perawatan tambahan yang akan diperlukan beberapa

wanita. Wanita hamil dengan kondisi berikut biasanya membutuhkan perawatan tambahan yang

disebutkandalam pedoman ini:

• penyakit jantung, termasuk hipertensi

• penyakit ginjal

• gangguan endokrin atau diabetes yang membutuhkan insulin

• gangguan kejiwaan (dirawat dengan obat-obatan)

• gangguan hematologis

• gangguan autoimun

• epilepsi yang membutuhkan obat antikonvulsan

• penyakit ganas

• asma berat

• penggunaan narkoba rekreasional seperti heroin, kokain (termasuk kokain crack) dan ekstasi

• Infeksi HIV atau HBV


• Obesitas (indeks massa tubuh 30 kg/m2 atau lebih pada kontak pertama) atau berat badan kurang

(Indeks massa tubuh di bawah 18 kg / m2 pada kontak pertama)

• risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan komplikasi, misalnya, wanita berusia 40 dan

lebih tua, wanita yang merokok

• wanita yang sangat rentan (seperti remaja) atau yang kekurangan dukungan sosial.

Wanita yang telah mengalami salah satu dari hal berikut pada kehamilan sebelumnya:

• keguguran berulang (tiga atau lebih kehilangan kehamilan berturut-turut atau keguguran

pertengahan trimester)

• kelahiran prematur

• pre-eklamsia berat, (H) anemia hemolitik, (EL) peningkatan enzim hati, dan (LP) jumlah

trombosit yang rendah (sindrom HELLP) atau eklamsi

• isoimunisasi rhesus atau antibodi golongan darah penting lainnya.

• pembedahan uterus termasuk operasi caesar, miomektomi atau biopsi kerucut

• perdarahan antenatal atau postpartum pada dua kesempatan

• psikosis nifas

• multiparitas besar (lebih dari enam kehamilan)

• kelahiran mati atau kematian neonatal

• bayi usia kecil untuk kehamilan (di bawah sentil ke-5)


• bayi usia kehamilan besar (di atas sentil ke-95l)

• bayi dengan berat badan di bawah 2,5 kg atau di atas 4,5 kg

• bayi dengan kelainan kongenital (struktural atau kromosom).

Apendiks D: Kunjungan antenatal (jadwal dan konten baru)

Jadwal di bawah ini, yang telah ditentukan oleh tujuan dari masing-masing kunjungan, menyajikan

rekomendasi jumlah janji perawatan antenatal untuk wanita yang sehat dan kehamilan tanpa

komplikasi pada periode antenatal: 10 kali pertemuan untuk wanita nulipara dan 7 untuk wanita

para. Kunjungan ini mengikuti kontak awal wanita dengan seorang profesional perawatan

kesehatan ketika dia pertama kali datang dengan kehamilan hingga masuk dalam sistem perawatan

ibu hamil. Kontak awal ini harus digunakan sebagai peluang untuk memberikan banyak informasi

yang dibutuhkan oleh wanita hamil.

Kontak pertama dengan petugas kesehatan

Berikan informasi dan kesempatan untuk membahas masalah dan bertanya. Topik yang harus

dibahas ialah:

- Suplementasi asam folat

- Kebersihan makanan

- Saran gaya hidup meliputi penghentian rokok, penggunaan obat terlarang dan

konsumsi alkohol

- Skrining antenatal, meliputi risiko dan manfaat pemeriksaan skrining


Jadwal kunjungan (secara ideal janjian 10 minggu)

Pada saat pertemuan yang telah dijadwalkan, berikan informasi berikut dengan kesempatan untuk

membahas dan bertanya. Topik yang harus dibahas ialah:

- Bagaimana bayi berkembang dalam kehamilan

- Nutrisi dan diet, meliputi suplementasi vitamin D

- Olahraga, termasuk latihan otot panggul

- Skrining antenatal

- Alur perawatan ibu hamil

- Tempat persalinan

- Menyusui, loka karya

- Kelas antenatal

- Manfaat ibu hamil

Pada pertemuan ini:

- Identifikasi ibu yang membutuhkan perawatan tamabahan dan rencanakan pola

perawatan untuk kehamilannya

- Cek golongan darah dan status rhesus D

- Tawarkan skrining hemoglobinopati, anemia, alloantibody sel darah merah, hepatitis

B, HIV, rubella dan sifilis

- Tawarkan skrining bacteriuria asimtomatik

- Beritahu ibu hamil <25 tahun mengenai tingginya prevalensi infeksi klamidia pada

kelompok usianya.
- Tawarkan skrining sidnrom Down

- Tawarkan pemeriksaan ultrasonografi untuk penilaian usia kehamilan

- Tawarkan ultrasonografi untuk skrining anomaly struktural

- Ukur tinggi, berat dan hitung indeks massa ttubuh

- Ukur tekanan darah dan periksa urin untuk proteinuria

- Tawarkan skrining untuk diabetes gestasional dan preeklamsi menggunakan faktor

risiko

- Identifikasi ibu yang menjalani mutilasi genital

- Tanyakan mengenai penyakit mental berat dulu dan sekarang atau pengobatan psikiatri

- Tanyakan mengenai mood untuk mengidentifikasi depresi

- Tanyakan pekerjaan ibu untuk mengidentifikasi risiko potensial

Untuk pasien yang memilih dilakukannya skrining, pemeriksaan berikut harus diatur:

- Periksa darah (golongan darah, resus, skrining hemoglobinopati, anemia, alloantibody

sel darah merah, hepatitis B, HIV, rubella dan sifilis), idealnya sebelum 10 minggu

- Periksa urin untuk proteinuria dan bacteriuria asimptomatik

- Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan usia kehamilan menggunakan:

- Pengukuran CRL antara 10 minggu 0 hari dan 13 minggu 6 hari

- Lingkar kepala jika CRL >84 mm

- Skrining sindrom Down menggunakan:

- Tes kombinasi pada 11 minggu 0 hari hingga 13 minggu 6 hari

- Pemeriksaan skrining serum (triple atau quadruple) pada 15 minggu 0 hri

hingga 20 minggu 0 hari


- Skrining ultrasonografi untuk anomaly struktural, biasanya antara 18 minggu 0 hari

dan 20 minggu 6 hari.

16 minggu

Kunjungan berikutnya harus dijadwalkan pada 16 minggu untuk:

• meninjau, mendiskusikan dan mencatat hasil dari semua tes skrining yang dilakukan; mengkaji

ulang pola perawatan yang direncanakan untuk kehamilan dan mengidentifikasi wanita yang

membutuhkan perawatan tambahan

• selidiki kadar hemoglobin di bawah 11 g/100 ml dan pertimbangkan suplementasi zat besi jika

diindikasikan

• mengukur tekanan darah dan menguji urin untuk proteinuria

• memberi informasi, dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan

pertanyaan, termasuk diskusi tentang pemindaian anomali rutin; menawarkan informasi lisan

didukung oleh kelas antenatal dan informasi tertulis.

18 hingga 20 minggu

Pada 18 hingga 20 minggu, jika ibu memilih, pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk

mendeteksi anomaly struktural. Jika plasenta ditemukan meluas hingga os servikal pada waktu ini,

pemeriksaan pada usia kehamilan 32 minggu harus ditawarkan.

25 minggu

Pada 25 minggu, kunjungan harus dijadwalkan untuk ibu nulipara. Pada pertemuan ini:
• Ukur dan plot tinggi simfisis-fundus

• Ukur tekanan darah dan periksa urin untuk proteinuria

• Berikan informasi dan kesempatan untuk membahas masalah dan bertanya

28 minggu

Pertemuan berikutnya harus dilakukan pada smua ibu hamil saat 28 minggu. Pada pertemuan ini:

• tawarkan skrining kedua untuk anemia dan alloantibodi sel darah merah atipikal

• selidiki kadar hemoglobin di bawah 10,5 g / 100 ml dan pertimbangkan zat besi suplementasi,

jika diindikasikan

• tawarkan profilaksis anti-D untuk wanita rhesus-negatif

• mengukur tekanan darah dan menguji urine untuk proteinuria

• ukur dan plot ketinggian simfisis – fundus

• memberikan informasi, dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan

pertanyaan;

31 minggu

Ibu nulipara harus menjadwalkan pertemuan pada 31 minggu untuk:

• mengukur tekanan darah dan menguji urine untuk proteinuria

• ukur dan plot ketinggian simfisis – fundus


• memberikan informasi, dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan

pertanyaan

• meninjau, mendiskusikan, dan mencatat hasil tes skrining yang dilakukan pada 28 minggu.

34 minggu

Pada 34 minggu, semua wanita hamil harus datang dan melakukan kunjungan. Berikan informasi

dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan ajukan pertanyaan. Topik yang dibahas

harus mencakup:

• persiapan untuk persalinan dan kelahiran, termasuk informasi tentang mengatasi rasa sakit dalam

persalinan dan rencana kelahiran

• Mengenali tanda persalinan aktif

Pada pertemuan ini:

• tawarkan dosis kedua anti-D untuk wanita rhesus-negatif

• mengukur tekanan darah dan menguji urine untuk proteinuria

• ukur dan plot ketinggian simfisis – fundus

• memberikan informasi, dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan

pertanyaan
• meninjau, mendiskusikan dan mencatat hasil tes skrining yang dilakukan pada 28 minggu;

mengkaji ulang pola perawatan yang direncanakan untuk kehamilan dan mengidentifikasi wanita

yang membutuhkan perawatan tambahan.

36 minggu

Pada 36 minggu, semua wanita hamil harus datang untuk perawatan antenatal. Petugas

memberikan informasi berikut dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan

pertanyaan. Topik yang dibahas harus mencakup:

• Informasi menyusui, termasuk teknik dan praktik manajemen yang baik yang akan membantu

seorang wanita berhasil meyusui.

• perawatan bayi yang baru lahir

• profilaksis vitamin K dan tes skrining bayi baru lahir

• perawatan diri setelah melahirkan

• kesadaran tentang ‘baby blues’ dan depresi pascanatal.

Pada pertemuan ini:

• mengukur tekanan darah dan menguji urine untuk proteinuria

• ukur dan plot ketinggian simfisis – fundus

• periksa posisi bayi

• untuk wanita yang bayinya dalam presentasi bokong, tawarkan versi cephalic eksternal (ECV)
38 minggu

Pertemuan pada 38 minggu akan memungkinkan untuk:

• pengukuran tekanan darah dan tes urine untuk proteinuria

• pengukuran dan plot tinggi simfisis-fundus

• pemberian informasi, termasuk opsi untuk manajemen kehamilan lewat bulan, dengan

kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan pertanyaan

40 minggu

Untuk wanita nulipara, pertemuan pada 40 minggu harus dijadwalkan untuk:

• mengukur tekanan darah dan menguji urine untuk proteinuria

• ukur dan plot ketinggian simfisis – fundus

•memberikan informasi, termasuk diskusi lebih lanjut tentang opsi untuk kehamilan lewat bulan,

dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan pertanyaan.

41 minggu

Untuk wanita yang belum melahirkan hingga 41 minggu:

• Apusan membran harus ditawarkan

• induksi persalinan harus ditawarkan


• tekanan darah harus diukur dan urin diuji untuk proteinuria

• tinggi simfisis-fundus harus diukur dan diplot

• informasi harus diberikan, dengan kesempatan untuk mendiskusikan masalah dan mengajukan

pertanyaan.

You might also like