You are on page 1of 5

Anamnesis

Pengkajian Keperawatan menunjukkan masalah yang aktual dan


resiko berkaitan dengan penyakitnya yang mencakup masalah neurologis,
komplikasi sekunder, serta pengaruh penyakit terhadap klien dan keluarga.
Gerakkan dan kemampuan berjalan kllien diobservasi untuk menentukan
apakah ada bahaya jatuh. Pengkajian fungsi dilakukan baik ketika klien
cukup istirahat dan ketika mengalami keletihan. Perli dilakukan baik
ketika klien cukup istirahat dan ketka mengalami keletihan. Perlu dikaji
untuk adanya kelemahan, spastistas, kerusakan pengelihatan dan
inkontinesia

Indentitas klien

Meliputi nama, umur ( lebih sering pada kelompok dewasa muda,


antara 18 tahun sampai 40 tahun) jenis kelamin ( lebih sering menyerang
wanita dibandingkan dengan pria) pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registr dan diagnosis medis.

Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan


medis adalah kelemahann anggota gerak, penurunan daya ingat, gangguan
sensorik, dan pengelihatan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada anamnesis sering klien mengeluhkan parestasia (baal,


perasaan geli, perasaan mati atau tertusuk-tusuk jarum), kekaburan
pengelihatan, lapang pandang yang makin menyempit, dan klirn sering
mengeluh tungkainya seakan akan meloncat.

Pada beberapa kasus keluarga sering mengeluhkan bahwa klien


sering mengalami bertingkah laku euforia, suatu perasan senang yang
tidak realistis. Ini diduga disebabkan terserangnya substansi alba lobus
frontalis. Pada tahap lanjut dari penyakit, sering mengeluhkan retansi akut
dan inkontinesia.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat infeksi


virus pada masa kanak-kanak yang menyebabkan multipel sklerosis pada
waktu mulai menginjak masa dewasa muda. Virus campak diduga sebagai
viruspenyebab penyait in.
Riwarat Penyakit Keluarga

Penyakit Ini lebih banyak ditemukan di antara keluaraga yang


pernah menderita penyait tersebut, yaitu kira-kira 5-8 kali lebih sering
pada keluarga dekat.

Pengkajian Psikososiospiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakana klien untuk


respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluaraga dan masyarakat serta respons atau pengaruh
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluaraga ataupun dalam
masyarakat. Adanya perubhan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan
berbicara.perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit multipel
sklerosis adanya gangguan efek, berupa eforia, selain itu dapat berakibat
hilangnya daya ingat dan demensia.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Klien dengan multipel sklerosis umumnya tidak mengalami


kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vita, meliputi bradikardi,
hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan berhubungan dengan
bercak lesi di medua spinalis.

B1 ( Breathing)

Pada umumnya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami


gangguan pada sistem pernafasan. Pada beberapa klien yang telah lama
menderita multipel sklerosis dengan dampak dari tirah baring lama,
mengalami gangguan fungsi pernafasan. Pemeriksaan fisik meliputi

 Inspeksi Umum. Didapatkan klien batuk atau penurunan


kemampuan batuk efektif, peningkatan produksi sputum,
sesal nafas.
 Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan kiri
 Perkusi. Adanya suara respons padda seluruh lapangan paru
 Auskultasi. Bunyi naps tambahan seperti nafasberbunyi,
ronkhi pada klien.

B2 ( Blood )
Pada umumnya klien dengan multipel sklerois mengalami
gangguan pada sistem kardiovakuler. Akibat dari tirah baring lama
dan inaktivitas biasanya klin mengalami hipotensi postural.

B3 ( Brain )

Pengkajian ini merupaan pemeriksaan fokus dan lebh


lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi
umum didapatkan berbagai manifestasi akibat berubahan tingkah
laku.

Pengkajian tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran komposmetis .

Pengkajian fungsi serebal. Status mental: biasanya status mental


klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan
status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian


saraf kranial I-XII

 Saraf I. Biasanaya pada klien multipel sklerosis tidak


memiliki kalianan fungsip penciuman.
 Daraf II. Tes ketajaman pengelihatan mengalami perubhan
penurunan ketajaman pengelihatan.
 Saraf III, IV, dan VI. Pada beberapa kasus penyakit
multipel sklerosis biasnya tidak ditemukakn adanya arah
horisontal atau vertikal.
 Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf
ini.
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalm batas normal.
 Saraf VIII. Tidak ditemukanadanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
 Sarah IX dan X. Didapatkan kesullitan dalam menelan.
 Saraf XI. Tiak ada atrofi otot sternokledomastoideus dan
trapeazius.
 Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada fasikulasi. Indra
pengecap normal,

Pengkajian sistem motorik. Berikut ini dijelaskan beberapa


pengkajian sistem motorik.

 Kelemahan spastik anggota gerak, dengan menifestasi


berbagai gejala, asimetris pada keempat anggota gerak.
 Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu
berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terserert maju, serta
pengontrolan yang buruk.
 Klien dapat mengeluh tungainya sekan-akan meloncat
secara spontan.
 Keadan spastis yang lebih berat disertai spasme otot yang
nyeri.

Pengkajian reflek.

 Refleks tendon hiperaktif dan refleks abdominal tidak ada.


 Respons plantar beruppa ekstensor. Tanda ini merupakan
indikasi terserangnya lintasan kortikospinal.

Pengkajian sistem sensorik. Gangguan sensorik. Parestesia (


ball, perassaan geli, perasaan mati rasa atau tertusuk-tusuk jarum).
Jika lesi terdapat pada kolumna posterior medula spinalis
servikalis, fleksi leher menyebabkan sensasi seperti syok, sensasi
getar seseklai menghilang.

B4 ( Bladeer )

Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortikospinalis


menimbulkan gangguan pengaturan sfingter sehingga timbul
keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan berkurarngnya
kapasitas kemih yang spastis. Selian itu juga timbul retensi akut
dan inkontinensia.

B5 ( Bowel )

Pemenuhan nutrisi berkurag berhubungan dengan asupan nutrisi


yang berkurang karena kelemahan fisik umum perubahan status
kognitif. Penurunan aktivtas umum klien sering mengalami
konstipsi.

B6 ( Bone )pada beberapa keadaan klien multipel sklerosis


biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada
satu sisi tubuh atau berbagi secara asimetris pada keempat anggota
gerak. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalm
melakukan pergerakan karena perubaha pada gaya berjalan dan
kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik
bila melakukan aktivitas.
Diagnosis Keperawatan.

1. Hambatan mobiitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan, paresis,


dan spastisitas.
2. Risiko tinggi kontraktur sendi yang berhubungan dengan penurunan
aktivitas sekunder hambatan mobilitas fisik.
3. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan
pengelihatan.
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
asupan nutrisi tisak adekuat.
5. Risiko tinggi kerusakan integritas jaringan yang berhubungan tirah baring
lama.
6. Perubahan proses pikir ( kehilangan memori, demensia, euforia) yang
berhubungan dengan disfungsi serebral.
7. Risiko disfungsi seksual yang berhubungan dengan keterlibatan atau reaksi
psikologis terhadap kondisi.

You might also like