You are on page 1of 16

Diare Pada Anak

Sampai saat ini diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di
Indonesia. Dari daftar urutan penyebab utama kunjungan ke poliklinik bagian anak, diare
hampir selalu masuk dalam 3 penyebab utama.

Angka kesakitan diare adalah sekitar 200-400 kejadian diantara 1000 penduduk
setiap tahunnnya. Jadi dalam setahun ditemukan kurang lebih 60 juta kejadian, 70-80%
penderita diare adalah balita. Sebagian dari penderita ini akan jatuh ke dalam dehidrasi
dan kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian.

Di negara maju, setiap anak yang berumur dibawah 5 tahun mengalami diare 3
kali per tahun bahkan ada yang mencapai 6-8 kali. Menurut WHO, setiap tahunnya ada
sekitar 2 juta anak meninggal akibat diare. Oleh sebab itu diare menjadi penyebab
kematian tertinggi kedua setelah infeksi pernapasan pada anak-anak8.

Definisi

Diare adalah penyakit gastrointestinal yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi


defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari) disertai dengan perubahan
konsistensi tinja dimana tinja menjadi lebih cair (75% air) dengan/tanpa darah atau
lendir.1

Diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 2, 4


• Diare akut : Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan air dalam tinja yang
berlangsung selama 5-10 hari
• Diare kronik : Peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan air dalam tinja yang
berlangsung lebih dari 2 minggu

1
Diare kronik sendiri sering juga dibagi-bagi menjadi:12
• Diare persisten
Diare yang disebabkan oleh infeksi
• Diare protacted
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair dan frekuensinya 4x
atau lebih dalam 1 hari
• Diare intractable
Diare yang timbul berulang kali dalam waktu yang singkat
• Diare kronik non spesifik
Diare yang terjadi lebih dari 2 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan
dan tidak ada tanda infeksi maupun malabsorpsi

Patogenesis

Diare akut
Patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya dapat digambarkan sebagai
berikut:
- Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan
- Berkembang biaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melwati asam
lambung
- Dibentukknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme
- Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare

Diare kronik 3, 12
Patogenesis pada diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang saling
mempengaruhi satu sama lain.

2
Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Infeksi bakteri
Misalnya ETEC (Entero Toxigenic E.Coli) yang sudah resisten terhadap obat.
Diare kronik bias juga terjadi kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat ganda dari
bakteri non pathogen seperti Pseudomonas, Klebsiella
- Infeksi parasit
Terutama E.Histolitica, Giardia Lamblia, Trichiuris Trichiura, Candida
- Kerusakan Epitel Usus
Pada penderita ini terjadi atrofi pada system pencernaan akibatnya terjadi
defisiensi enzin yang dihasilkan sperti lactase, maltase, sukrase dll. Hal ini
mengakibatkan makanan tidak dapat dicerna dan diarbsorpsi dengan sempurna
dan menyebabkan tekanan osmotic koloid dalam lumen usus meningkat dan
menyebabkan diare osmotic.
- Gangguan Imunologis
Usus merupakan organ utama untuk daya pertahanan tubuh. Kekurangan sekresi
IgA dapat menyebabkan ketidakmampuan mengatasi infeksi bakteri dan parasit
dalam usus. Oleh sebab itu bakteri maupun parasit leluasa untuk berkembang
biak.

Etiologi

Penyebab dari diare adalah sebagai berikut: 5


1. Infeksi:
- Bakteri : Shigella, Salmonella, E.Coli, S.Aureus, dll
- Virus : Rotavirus, E.histolitica, dll
- Parasit : Ascaris, Trichiuris, Candida, dll
2. Malabsorpsi:
- KH : Disakarida (Laktosa, Maltosa, Sukrosa), Monosakarida (Glukosa,
Fruktosa, Galaktosa)

3
- Lemak
- Protein
3. Makanan
4. Keracunan
5. Konstitusi : Kwashiorkor, Marasmus
6. Alergi
7. Immunodefisiensi

Rotavirus merupakan penyebab tersering terjadinya diare akut. Sebenarnya penyebab


diare akut maupun kronik sama namun ada beberapa faktor resiko pada diare kronik yang
sering terjadi 3, 6, 12, 15, 17
- Pada bayi
Formula protein intolerance
- Pada balita
Radang usus, Infeksi Giardiasis
- Pada anak diatas 5 tahun
o Kolitis Ulserativa, suatu peradangan kronis mukosa dan submukosa kolon
dan rektum
o Penyakit Crohn, adalah peradangan transmukosa kronis yang dapat terjadi
di sepanjang saluran cerna

Tabel 1. Gejala yang diakibatkan bakteri atau virus

Organism Incubation Duration Vomiting Fever Abdominal Pain


Rotavirus 1-7 days 4-8 days Yes Low No

Adenovirus 8-10 days 5-12 days Delayed Low No

Norwalk virus 1-2 days 2 days Yes No No

Astrovirus 1-2 days 4-8 days +/- +/- No

Calicivirus 1-4 days 4-8 days Yes +/- No

Aeromonas species None 0-2 weeks +/- +/- No

4
Campylobacter species 2-4 days 5-7 days No Yes Yes

C difficile Variable Variable No Few Few

C perfringens Minimal 1 day Mild No Yes

Enterohemorrhagic E coli 1-8 days 3-6 days No +/- Yes

Enterotoxigenic E coli 1-3 days 3-5 days Yes Low Yes

Plesiomonas species None 0-2 weeks +/- +/- +/-

Salmonella species 0-3 days 2-7 days Yes Yes Yes

Shigella species 0-2 days 2-5 days No High Yes

Vibrio species 0-1 day 5-7 days Yes No Yes

Yersinia enterocolitica None 1-46 days Yes Yes Yes

Giardia species 2 weeks 1+ weeks No No Yes

Cryptosporidium species 5-21 days Months No Low Yes

Entamoeba species 5-7 days 1-2+ weeks No Yes No

http://www.emedicine.com/ped/TOPIC583.HTM

Patofisiologi

Akibat dari diare akut maupun kronik adalah sebagai berikut:


1. Kehilangan air (dehidrasi)
Terjadi karena output cairan lebih banyak daripada input cairan ke dalam tubuh.
Hal inilah yang dapat menyebabkan kematian dalam diare
2. Gangguan keseimbangan asam – basa ( Metabolik Asidosis)
Terjadi karena:
- Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
- Penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan

5
- Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal
3. Hipoglikemia
Terjadi karena Penyimpanan dan persediaan glikogen dalam hati terganggu.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50mg% pada anak
4. Gangguan gizi
Terjadi akibat turunnya berat badan dalam waktu yang singkat
5. Gangguan sirkulasi
Pada diare disertai dengan muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
(hipovolemik)

Penatalaksanaan 1, 4, 7, 16

Untuk mengobati penderita diare dengan baik dan benar harus melakukan hal-hal
dibawah ini secara sistematik.
1. Anamnesis
Menanyakan hal-hal seputar penyakitnya seperti sudah berapa lama, frekuensinya,
warna, apakah ada campuran darah ataupun lendir, disertai dengan penyakit lain
atau tidak (batuk, muntah, pilek), apakah ada penderita diare di lingkungan
sekitar, sudah diberi obat atau belum, dll.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya penderita diare kronik sudah menderita kerusakan usus maka
pemeriksaan nutrisi sangat penting karena kekurangan mikronutrien seperti
vitamin A dan Zn dapat memperlama diare.
3. Menentukan derajat dehidrasi 11, 15
Derajat dehidrasi dibagi menjadi 3: tanpa dehidrasi, ringan-sedang dan berat. Kita
harus mengetahui derajat dehidrasi agar kita bisa melakukan terapi hidrasi dengan
tepat.
- Dehidrasi ringan: Penurunan berat badan 2,5-5%
- Dehidrasi sedang: Penurunan berat badan 5-10%

6
- Dehidrasi berat: Penurunan berat badan >10%

Tabel 2. Jenis- jenis dehidrasi dan tanda-tandanya


Severe dehydration Two of the following signs:

• Lethargic or unconscious
• Sunken eyes
• Not able to drink or drinking poorly
• Skin pinch goes back very slowly
Some dehydration Two of the following signs:

• Restless, irritable
• Sunken eyes
• Thirsty, drinks eagerly
• Skin pinch goes back slowly
No dehydration Not enough of the above signs to classify
as some or severe dehydration
http://www.emedicine.com/emerg/TOPIC380.HTM

4. Manisfestasi Klinik
- Pada awal anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, tidak
nafsu makan, kemudian diare.
- Tinja semakin cair, kadang bercampur dengan darah atau lendir, warna
tinja kadang berubah hijau karena tercampur dengan cairan empedu.
- Daerah anus dan sekitar lecet karena seringnya defekasi
- Kadang dapat disertai dengan gejala muntah
- Berat badan turun
- Bila cairan dalam tubuh sudah berkurang banyak dapat mengakibatkan
dehidrasi
5. Pemeriksaan Laboratorium
Hal ini penting dilakukan karena dapat membantu kita dapat menegakkan
diagnosis yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat. Biasanya
pemeriksaan ini dilakukan apabila diare tidak sembuh dalam 5-10 hari.
Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah:
- Pemeriksaan tinja : Makroskopis, mikroskopis, biakan kuman.
- Pemeriksaan darah : SADT, elekrolit, kadar ureum

7
- Intubasi duodenal : Untuk mencari kuman penyebab pada diare kronik

Tabel 3. Hubungan karakteristik tinja dengan sumber infeksi


Stool Characteristics Small Bowel Large Bowel
Appearance Watery Mucoid and/or bloody

Volume Large Small

Frequency Increased Highly increased

Blood Possibly positive but never gross blood Commonly grossly bloody

pH Possibly <5.5 >5.5

Reducing substances Possibly positive Negative

WBCs <5/high power field Commonly >10/high power field

Serum WBCs Normal Possible leukocytosis, bandemia

Organisms Viral Invasive bacteria

Rotavirus E Coli (enteroinvasive,


Adenovirus enterohemorrhagic)
Calicivirus Shigella species
Astrovirus Salmonella species
Norwalk virus Campylobacter species
Yersinia species
Enterotoxigenic bacteria Aeromonas species
Plesiomonas species
E coli
Clostridium perfringens Toxic bacteria
Cholera species
Vibrio species Clostridium difficile

Parasites Parasites

Giardia species Entamoeba organisms


Cryptosporidium species

(http://www.emedicine.com/ped/TOPIC583.HTM)

8
Pengobatan 1, 2, 5, 7, 8, 11

Ada beberapa hal penting dalam penanganan diare yaitu:


- Pengobatan cairan (rehidrasi)
Cairan diberikan secara oral untuk mencegah diare dan mengatasi dehidrasi yang
sudah terjadi. Terapi hidrasi diberikan tergantung pada derajat dehitrasinya. Pada
penderita diare kronik dengan KEP (kurang energi protein) oralit tidak dapat
diberikan karena mengandung terlalu banyak Na dan terlalu sedikit K. Jadi untuk
diare kronik dengan KEP diberikan oralit yang telah dimodifikasi yaitu cairan
rehidrasi untuk malnutrisi (CaReMal). Menurut penilitian American Association
of Pediatrics (AAP) pada tahun 1991, di Amerika Serikat, masih banyak terdapat
perbedaan pendapat mengenai pemberian terapi oral baik itu mengenai waktu
pemberian dan kandungan cairannya.14
- Pengobatan diitetik
Dalam melaksanakan pengobatan ini dipakai pegangan OBESE yaitu Oralit,
Breast Feeding, Early Feeding Simultaneously with Education. Jadi pemberian
makanan dalam bentuk susu atau ASI diberikan bersamaan dengan larutan Oralit.
- Pemberian ASI
ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi karena ASI mengandung
nutrient yang bekualitas tinggi, enzim, dan zat antibacterial. Pemberian ASI pada
penderita diare sangat tepat karena ASI mempunyai sifat anti infeksi, hipoalergik,
osmolalitas rendah dan mengandung epidermal growth factor yang berfungsi
mempercepat regenerasi epitel usus. Menurut penelitian, pemberian ASI pada
diare akut dapat menurunkan morbiditas diare kronik, sedangkan pada diare
kronis dapat menurunkan mortalitas.
- Pengobatan kausal
Dilakukan apabila kita telah mengetaui dengan pasti penyebab dari diare. Jika
kausa diare ini penyakit parenteral maka kita berikan antibiotika sistemik. Jika

9
tidak terjadi infeksi parenteral, antibiotika hanya boleh diberikan jika ditemukan
bakteri pathogen pada pemeriksaan laboratorium.

Jadi pemberian antibiotika pada penderita diare hanya boleh diberikan jika:
 Ditemukan bakteri patogen
 Ditemukan darah pada tinja
 Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin)
- Pengobatan simptomatis
a) Obat anti diare
Obat-obatan yang menghentikan diare dengan cepat justru akan
memperburuk keadaan karena akan menyebabkan cairan mengumpul di
lumen usus dan akan menyebabkan bakteri berlipat ganda. Obat-obatan
golongan opium seperti papaverin, kodein, dsb., hanya berkhasiat untuk
menghentikan peristaltic, diare terlihat ada perbaikan tetapi perut akan
bertambah gembung dan dehidrasi bisa bertambah berat.
b) Adsorbent
Obat adsorbent seperti kaolin, pectin dsb., terbukti tidak ada manfaatnya.
c) Stimulans
Obat stimulant seperti adrenalin, niketamid dsb., tidak akan mengobati
dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini adalah kehilangan cairan jadi
pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan secepatnya.
d) Antiemetik
Obat antiemetik seperti klorpromazin terbukti mencegah muntah, mengurasi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Namun efek samping dari obat
ini pasien menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.
e) Antipiretik
Obat antipiretik seperti asetosal, aspirin dalam dosis rendah selain berguna
untuk menurunkan panas juga dapat berguna untuk mengurangi sekresi
cairan yang keluar bersama tinja.
- Formula tempe

10
Menurut penelitian, tempe dapat menjadi alternative sebagai pencegahan dan
pengobatan diare karena mempunyai kandungan Zn, Mg, dan K yang tinggi.
Kapang Rhizopus Oligosporus yang digunakan dalam fermentasi pembuatan
tempe juga menguntungkan bagi penderita diare karena dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif maupun negatif.
- Terapi Zn 9
Menurut laporan di dalam majalah Pediatrics bulan Februari, pemberian Zn
dapat mengurangi kegawatan dan lamanya diare akut maupun diare persisten
pada anak-anak. Selain itu, terapi Zn juga terbukti efektif menurunkan
frekuensi BAB pada diare akut (hingga 18.8%) dan persisten (hingga 12.5%).
- Pemberian probiotik
Keuntungan pemberian probiotik adalah:
- Dapat memperbaiki malabsorpsi laktosa
- Meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi usus
- Memperbaiki pencernaan
- Menstimulasi imunitas gastrointestinal

Komplikasi

Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi. Tetapi sebagian kecil
mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.
1. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi berumur <6 bulan. Biasa terjadi pada diare yang
disertai muntah dengan intake makanan dan cairan yang kurang, atau
cairan yang diminum mengandung terlalu banyak Na.
Pengobatan : Beri Oralit
2. Hiponatremia
Dapat terjadi apabila penderita diare kurang mendapat cairan atau cairan
yang kurang/tidak mengandung Na.
Pengobatan: Beri Oralit
3. Demam

11
Sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Demam
terjadi apabila penyebab diare melakukan invasi ke dalam sel epitel usus.
Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi.
Pengobatan: Kompres, abat antipiretika, antibiotika jika ada infeksi
(nitazoksanide bila akibat rotavirus)10
4. Edema
Terjadi apabila penderita mendapat cairan yang terlalu banyak.
Tanda/gejala: edema kelopak mata, kejang apabila terjadi edema otak.
Edema paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi lar.
Garam faali
Pengobatan: Hentikan pemberian cairan, Beri kortikosteroid apabila
terjadi kejang
5. Asidosis Metabolik
Ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi maka terjadi alkalosis respiratorik yang
ditandai dengan Kuszmaull (nafas cepat)
Pengobatan: Beri oralit yang cukup mengandung bikarbonas atau sitras
6. Hipokalimia
Jika penggantian K selama dehidrasi tidak cukup akan terjadi kekurangan
K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal,
dan aritmia jantung.
Pengobatan: Beri oralit, beri makanan yang banyak mengandung K selama
dan sesudah diare
7. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutam terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas.
Tanda/gejala: perut gembung, muntah
Pengobatan: Cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang
mengandung banyak K
8. Malabsorpsi dan intoleransi laktosa

12
Pada penderita malabsorpsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu
formula dapat menyebabkan:
- Volume tinja bertambah
- Berat badan tidak bertambah
- Gejala/tanda dehidrasi memburuk
- Terdapat reduksi delam jumlah cukup banyak dalam tinja
Penanganan: Beri susu yang rendah laktosa, Campur susu dengan
makanan lain agar kadar laktosa dalam susu berkurang dan menghindari
efek bolus, pemberian yoghurt untuk mengurangi laktosa dan membantu
pencernaan oleh bakteri usus
9. Muntah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena infeksi.
Muntah juga dapat disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
Penanganan: Beri oralit secara sedikit-sedikit tetapi sering diberikan.
Antiemetik sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan
penurunan kesadaran.
10. Gagal ginjal akut
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran urin belum terjadi dalam
waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.
Penanganan: Sama dengan penanganan GGA yang disebabkan oleh
penyakit lain
11. Diare kronik
Pada penderita diare akut apabila tidak ditangani dengan baik maka diare
dapat menjadi kronik

Pada penderita diare kronik, komplikasi yang sering terjadi adalah KEP (Kurang Energi
Protein) yang akan memudahkan terjadinya infeksi sekunder.

Pencegahan 4

13
Ada beberapa intervensi pencegahan diare yang efektif, yaitu:
1. Pemberian ASI
Berikan ASI ekskusif (6 bulan), setelah 6 bulan campur ASI dengan
makanan lain. ASI harus tetap diberikan selama diare dan sesudah diare
2. Memperbaiki makanan sapihan
3. Menggunakan air bersih
4. Mencuci tangan
Bersihkan tangan setelah buang air besar, sebelum memberikan makanan
kepada anak
5. Menggunakan kaskus
6. Membuang tinja pada tempat yang benar
7. Pemberian imunisasi campak
Pada balita, 1-7 % diare berhubungan dengan campak dan diare yang
terjadi dengan campak biasanya lebih berat dan lebih lama karena adanya
kelainan pada epitel usus
8. Pemberian vaksin rotavirus

Kesimpulan
Diare adalah penyakit gastrointestinal yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya, yang dapat digolongkan menjadi diare akut dan
kronik. Disebut diare akut apabila terjadi selama 5 – 10 hari, sedangkan disebut diare
kronik apabila terjadi selama lebih drai 2 minggu.
Diare dapat disebabkan oleh banyak patogen, akan tetapi rotavirus menjadi
penyebab tersering pada diare kronik adalah komplikasi peradangan pada traktus
digestivus (kolitis ulserativa dan penyakit Chron).
Untuk mengatasi/menangani diare pada anak-anak kita harus mengatasi terlebih
dahulu dehidrasi yang terjadi karena angka kematian pada diare banyak diakibatkan oleh
dihidrasi. Oleh sebab itu, terapi hidrasi menjadi terapi yang diutamakan. Dalam
pananganan diare, obat-obatan anti diare tidak dianjurkan karena pengobatan ini bersifat
simptomatis yang hanya mengatasi gejala-gejala yang timbul tetapi tidak mengeradikasi
sumber penyakit.

14
Diare pada umumnya dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan, self-
hygiene serta pemberian vaksin dan imunisasi.

Daftar Pustaka

1. Gigi Veereman-Wauters, Jan Taminiau. In: Wyllie R, Hyams JS,


editor. Pediatrica Gastrointestinal and Liver Disease. 3rd ed.
Philadelphia; Saunders; 2006. p. 153-164.
2. Matthew RR, Dorsey Bass. In : Liacouras CA, Piccoli DA,
editor. Pediatric Gastroenterology : The Requisites in Pediatric.
Philadelphia; Mosby; 2008. p.74-86.
3. David hull, Derek IJ. Essential Paediatrics. 4th ed. Churcill
livingstone; Harcourt; 1999. p.164-172
4. WHO. Dalam: dr.Peter Anugrah, editor, dr.Petrus Andrianto, alih
bahasa. Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut. 2nd ed.
Jakarta; ECG; 1995.
5. Larry KP, John DS. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB,editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia;
Saunders; 2004. p. 1272-1276.
6. Fayez KG. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,editor.
Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia; Saunders;
2004. p. 1276-1281.
7. Wiley CC. In: Schwartz MW. Dalam: dr.Dewi AM, dr.Natalia S,
editor, dr.Brahm UP, dr.Budi H, dr.Muhammad I, dr.Yurita, alih
bahasa. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta; ECG; 2005. p. 265 –
274
8. Diarrhea, Stefano Guandalini, MD
http://www.emedicine.com/ped/TOPIC583.HTM
9. Zinc Supplements Help With Diarrhea in Children
http://www.medscape.com/viewarticle/570300

15
10. Nitazoksanide May Shorten Rotavirus Infection In
Hospitalized Children
http://www.medscape.com/viewarticle/536829
11. Pediatrics, Gastroenteritis, Adam Levine, MD, MPH
http://www.emedicine.com/emerg/TOPIC380.HTM
12. Chronic Diarrhea, Jon A. Vanderhoof, MD
http://pedsinreview.aappublications.org/cgi/content/full/19/12/418#SEC4
13. Use and Misuse of Oral Therapy for Diarrhea: Comparison
of US Practices With American Academy of Pediatrics
Recommendations, John D. Snyder, MD
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/abstract/87/1/28

14. Apa yang Perlu Diketahui dari Diare pada Anak ?


http://www.idai.or.id/bi/view.asp?ID=254&IDEdisi=38
15. Alex G, Oliver M. In: Roberton DM, South M, editor. 6 th ed.
Churchill Livingstone. Elsevier Ltd., 2007. p. 722 – 729.
16. O’Loughlin E. In: Roberton DM, South M, editor. 6th ed.
Churchill Livingstone. Elsevier Ltd., 2007. p. 730 - 740.
17. Sullivan CB. In: Schwartz MW. Dalam: dr.Dewi AM, dr.Natalia
S, editor, dr.Brahm UP, dr.Budi H, dr.Muhammad I, dr.Yurita,
alih bahasa. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta; ECG; 2005. p.
275 – 283.

16

You might also like