You are on page 1of 13

PEMANFAATAN LIGNIN ISOLAT BAHAN PENGIKAT ALAMI

(Natural Binder) DARI KAYU PINUS (Pinus Merkusii Jungh


Et De Vriese) SEBAGAI PENGUAT ASPAL

Tisna Harmawan, Tamrin, Yugia Muis

Faculty of Mathematic and Natural Sciences


University of Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan
Email : tisna_f@yahoo.com

Abstract

The utilization of lignin isolates natural binder of pine wood (pinus merkusii jungh et de Vriese) as
asphalt reinforcement agent has been done. Asphalt modifier is made in 9 different types of
formulations with variety comparison of lignin isolates with asphalt at 40:60; 35:65; 30:70; 25:75;
20:80; 15:85; 10:90; 5:95 and 0:100 (w/w) in 100 grams, the add the of 300 grams of fine sand
aggregate, and processing in a extruder which temperature were fixed at 150ºC. Mechanical and
thermal properties of asphalt modifiers tested including compressive strength, water absorption,
morphology by SEM, thermal by DSC, and functional groups by FT-IR. Good results is showed that
the optimum mixture is in the form of lignin isolates and asphalt with 40:60 ratio which gives the
density and compressive strength, and as much as 40 grams of lignin, which serves as water barrier.
The morphological result test by SEM-EDS can be seen in the form of small granules on asphalt
modifier indicating that granules is polyurethane which only interact partially due to the polyurethane
dry quickly on asphalt, thermal properties by DSC showed that the heat capacity for optimum variation
between lignin isolates: asphalt (40:60) of 0,0000608 J / oC. Test results obtained by FTIR that
produced asphalt modifier an chemical interactions occur which NCO groups of polyurethane with
remaining MDI reacts with hydroxyl groups of the asphalt.

Keywords: Lignin; Pinus Merkusii; MDI; Polyurethanes; Asphalt; Aggregate


1. Pendahuluan

Dewasa ini infrastruktur jalan raya di sebagai sumber poliol untuk sintesis
Indonesia masih merupakan masalah besar poliuretan.
karena sebahagian jalan raya ini perlu
peremajaan atau perbaikan setiap tahunnya. Lignin sebagai sumber poliol dan berfungsi
Jika dilihat kekuatan atau ketahanan dari jalan sebagai natural binder merupakan polimer
yang dibuat begitu cepat rusak, tentu banyak alam yang sudah banyak diteliti, dimana lignin
faktor yang menyebabkannya. Hal ini jika mempunyai lebih dari dua gugus hidroksil per
dipandang dari sudut sains kimia boleh jadi molekulnya yang dapat dibuat poliuretan
akibat kurang kuatnya ikatan kimia antara dengan mereaksikan dengan isosianat seperti
aspal dengan agregatnya (Tamrin, 2011). MDI (difenilmetana 4,4’-diisosianat) melalui
gugus NCO dengan poliol dari lignin. Joana S.
Aspal berfungsi sebagai perekat batuan baik Amaral et al., (2012) telah meneliti tentang
agregat maupun filler menjadikan hal yang poliuretan yang dibuat dari poliol lignin dan
sangat penting untuk dipertahankan gliserol dengan isosianat untuk melihat sifat
kemampuanya terhadap kelekatan, titik lembek termal dan biodegradasi jamur dalam judul
dan kelenturannya. Untuk mempertahankan penelitian “Fungal degradation of lignin-based
atau meningkatkan sifat-sifat aspal tersebut rigid polyurethane foams”. Cateto C.A. et al.,
maka diperlukan penambahkan bahan aditif (2008) telah meneliti lignin berbasis poliuretan
atau bahan pengikat (binder) pada aspal dalam penentuan ikat silang lignin dengan
(Sukirman, 2003). poliuretan dan penghitungan energi kinetik
yang dihasilkan melalui FTIR dalam judul
Penelitian terdahulu tentang kekuatan aspal
penelitian “Monitoring of lignin-based
dengan penambahan binder atau aditif ditinjau
polyurethane synthesis by FTIR-ATR”. Xianwu
dari ikatan kimia yang sangat berpengaruh
Zou. Et al., (2012) juga telah meneliti tentang
pada sifat mekanik dan sifat termal aspal
sintesis dan karakterisari poliuretan dari
belum banyak diteliti. Penelitian yang pernah
modifikasi heavy oil berbasis poliol dengan
dilakukan antara lain Interaksi non-linear
MDI (difenilmetana 4,4’-diisosianat) dalam
dalam pengikat aspal (Kenneth M. Liechti et
judul penelitian “Synthesis and properties of
al., 2012), Pengaruh Aditif Alam yang
polyurethane foams prepared from heavy oil
disintesis dengan Metode Fischer-Tropsch
modified by polyols with 4,4’-methylene-
pada Properties of Petroleum Bitumen dan
diphenylene isocyanate (MDI)”.
Kualitas Aspal melayang (Syroezhko A. M. et
al., 2011), Hubungan antara Nonlinieritas dari Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
Binder Aspal dan Aspal Campuran Deformasi ingin mencoba melakukan penelitian tentang
Permanen (Rodrigo Delgadillo et al., 2010), pemanfaatan lignin isolat bahan pengikat alami
Pengujian Binder Aspal dan Campuran (natural binder) dari kayu pinus (pinus
(Thamindra Wasage et al., 2010). merkusii jungh et de vriese) sebagai penguat
aspal. Pada sintesis poliuretan menggunakan
Berhubung dengan hal ini, maka dalam lignin isolat berbasis poliol direaksikan dengan
penelitian ini dimanfaatkan Lignin dari kayu difenilmetana 4,4’-diisosianat (MDI) yang
pinus merkusii dapat dimanfaatkan sebagai disesuaikan dengan jumlah hidroksi dari lignin
natural binder atau aditif dengan harga yang isolat (Joana S. Amaral et al., 2012). Dimana
relatif lebih murah dengan memanfaatkan dengan adanya difenilmetana 4,4’-diisosianat
sebuk gergajian kayu pinus merkusii, karena (MDI) berlebih dari poliuretan hasil sintesis
diperkirakan serbuk gergajian kayu pinus dapat bertindak sebagai binder direaksikan
merkusii tersebut mengandung lignin yang langsung dengan aspal yang kemudian
dapat diisolasi dengan menggunakan metoda
ekstraksi dan isolasi, dan dapat digunakan
digabungkan dengan agregat untuk pembuatan Prosedur metoda Klason adalah :
aspal modifier. 1. Menimbang 1 ± 0,1 gram contoh kayu.
Diharapkan dalam penelitian ini 2. Mengekstraksi contoh kayu dengan etanol
pemanfaatan dan penggunaan lignin isolat dari : benzena dengan perbandingan 1:2 selama
kayu pinus yang ditambahkan pada sintesis 8 jam. Kemudian dicuci dengan etanol dan
poliuretan dapat meningkatkan sifat mekanik air panas lalu dikeringkan dalam oven pada
dan sifat termal dari aspal modifier yang suhu 105ºC.
dihasilkan. 3. Memindahkan contoh kayu kedalam gelas
piala 100 ml dan menambahkan asam
3. Metode Penelitian sulfat 72% sebanyak 15 ml. Penambahan
3.1 Bahan-bahan dilakukan secara perlahan-lahan di dalam
Aspal Type Grade 60/70 merek Iran, kayu bak perendaman sambil dilakukan
pinus (Pinus merkusii jungh et de vriese) pengadukan dengan batang pengaduk
diperoleh dari CV.Luhur Simarjarunjung selama 2-3 menit.
Kabupaten Simalungun-Sumatera Utara- 4. Setelah terdispersi sempurna, menutup
Indonesia, agregat pasir halus100 mesh, gelas piala dengan kaca arloji dan
difenilmetana 4,4’-diisosianat, benzene, asam dibiarkan pada bak perendaman selama 45
sulfat, etanol, natrium hidroksida, asam asetat menit dan sekali-kali dilakukan
anhidrat, piridin. pengadukan.
5. Aqudest sebanyak 300-400 ml dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 1000 ml dan contoh
3.2 Alat-alat
dipindahkan dari gelas piala secara
Alat-alat yang dipergunakan berupa alat-alat
kuantitatif. Kemudian larutan diencerkan
kaca yang biasa dipergunakan di laboratorium,
dengan aquadest samapai volume 575 ml
alat-alat gelas, ayakan 100 mesh, extruder ulir
sehingga konsentrasi H2SO4 3%.
ganda, mixer, hot plate stirrer, hot compressor,
6. Larutan dipanaskan sampai mendidih dan
water bath, neraca analitik, termometer, oven,
dibiarkan selama 1 jam dengan pemanasan
desikator, cetakan sampel berupa kubus ukuran
tetap dan dapat digunakan pendingin balik.
sisi 5 cm, seperangkat alat FT-IR, Scanning
7. Kemudian membiarkanya sampai endapan
Electron Microscopy (SEM), Differential
lignin mengendap sempurna.
Scanning Calorimeter (DSC).
8. Larutan didekantasi dan endapan lignin
dipindahkan secara kuantitatif kecawan
3.3. Cara Kerja atau kertas saring yang telah diketahui
3.3.1. Preparasi Agregat beratnya.
9. Endapan lignin dicuci sampai bebas asam
Agregat berupa pasir halus dicuci terlebih dengan aquadest panas, kemudian diuji
dahulu dengan air, kemudian dikeringkan di dengan kertas pH universal.
oven pada suhu 110oC. Seluruh agregat pasir 10. Cawan masir atau kertas saring beserta
halus disaring dalam ayakan 100 mesh. Hasil endapan lignin dikeringkan dalam oven
ayakan dibuat masing-masing ke dalam 300 g. dengan suhu 105ºC.

3.3.2. Preparasi Lignin Isolat Bahan Untuk cara ini rendemen lignin dihitung
Pengikat Alami (Natural Binder) dengan persamaan 3.1 dibawah ini,
dari Kayu Pinus Merkusii

Serbuk kayu pinus dikeringkan dan digiling, Berat Lignin


hasil gilingan dalam bentuk serbuk dengan Rendemen Lignin = ×100% (3.1)
Berat kayu kering
ukuran 80 mesh. Ekstraksi dan isolasi
dilakukan dengan menggunakan metoda
Klason.
3.3.3. Kadar Kemurnian Lignin (Metoda sesuai dengan tinggi permukaan larutan
Klason) dalam botol.
6. Botol – botol tersebut dikeluarkan dari
Ke dalam gelas piala ukuran 100 ml bath dan dibiarkan hingga botol-botol itu
dimasukkan sebanyak 0,5 gram lignin yang dingin pada temperatur kamar.
telah dikeringkan dalam oven pada suhu 105 7. Bilas dengan hati-hati larutan pada
ºC selama 4 jam. Kemudian dilarutkan dengan penutup botol, dibilas pada dinding flask,
15 ml H2SO4 72% dengan perlahan-lahan dan sekitas 10-15ml aquadest.
sambil diaduk dengan batang pengaduk selama 8. Pada masing-masing botol ditambahkan
2-3 menit. Menutup dengan kaca arloji dan potongan es yang bersih hingga sekitar
biarkan selama 2 jam. Hasil reaksi dipindahkan setengahnya.
dalam labu erlenmeyer ukuran 500 ml. 9. Setelah selesai didinginkan, tambahkan 2-3
Diencerkan dengan aquadest sampai 400 ml, tetes larutan indikator PP dan dititrasi
lalu direfluks selama 4 jam. Endapan lignin segera dengan larutan NaOH yang terlebih
yang terbentuk disaring dengan kaca masir dahulu distandarisasi hingga titik akhir
yang terlebih dahulu ditentukan beratnya dan titrasi yang ditandai oleh larutan berwarna
dicuci dengan aquadest sampai bebas asam. pink.
Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 10. Mencatat volume NaOH yang digunakan
105ºC dan ditimbang sampai berat konstan, pada titrasi.
kadar kemurnian lignin dapat dihitung dengan
persamaan 3.2 dibawah ini ; Untuk menghitung jumlah OH dari suatu resin
poliol dalam sampel mengikuti persamaan 3.3
Berat Sampel dibawah ini;
Kadar Lignin = × 100% (3.2)
Berat kering lignin
(B – A) N
Kandungan OH = × 40 (3.3)
W
3.3.4. Penentuan Bilangan Hidroksi Pada
Lignin dimana :

Analisis ini dilakukan terhadap isolat lignin A : ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi
yang diisolasi dari kayu pinus merkusii (Pinus sampel
merkusii jungh et de vriese). Adapun cara kerja B : ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi
penentuan bilangan hidroksi adalah sebagai blanko
berikut. N : Normalitas NaOH
1. Botol tahan tekanan dan panas disiapkan W: gram sampel yang digunakan
seperlunya untuk penentuan blanko dan
sampel.
2. Dipipet 20 ml reagent asetilasi yang dibuat 3.3.5. Proses Pembuatan Aspal Modifier
dengan mencampurkan 127 ml asam asetat
anhidrat dengan 1000 ml piridin. 1. Dirangkai alat sedemikian rupa didalam
3. Dua buah botol disiapkan untuk penentuan lemari asam.
blanko dan kedalam botol lain dimasukkan 2. Kemudian lemari asam dihidupakan dan
sejumlah sampel sebanyak 5 gram. diatur suhu Hot Plate pada suhu 40 oC.
4. Botol-botol tersebut ditutup dan dikocok 3. Sebanyak 40 g lignin isolat dari kayu pinus
hingga sampel tersebut larut. merkusii dimasukkan ke dalam beaker
5. Masing-masing botol diletakkan pada glass 500 ml lalu ditambahkan 80 g
posisi yang sesuai dalam penangas minyak difenilmetana 4,4’-diisosianat, campuran
pada suhu 98ºC selama 1 jam (diusahakan diaduk selama 15 menit pada suhu 40 oC.
minyak yang ditambahkan dalam bath 4. Sebelum mengeras poliuretan tersebut,
ditambahkan 60 g aspal ke dalam
campuran panas tersebut, kemudian diaduk dikonfersikan ke satuan N/m2 dan Stroke
kembali hingga merata dengan mixer dalam mm/menit. Hasil penelitian ini diolah
sambil dipanaskan pada temperatur 60 oC kembali untuk mendapatkan regangan
re dan
yang sama selama 15 menit. tegangan. Harga tegangan dihitung dengan
5. Ditambahkan 300 g pasir ke dalam rumus
campuran tersebut secara perlahan sambil P Load
diaduk pada temperatur yang sama selama Tegangan= = (4.1)
Ao Ao
15 menit.
6. Campuran tersebut kemudian diekstruder Sampel spesimen uji mempunyai tebal = 50
pada suhu 150 oC. mm dan lebar = 50 mm (maka : Ao = 50 mm ×
7. Hasil ekstruksi dimasukkan ke dalam 50 mm = 2500 mm2 dan bila harga load = 792
cetakan kubus, dan ditempatkan
ditempatka ke dalam Kgf untuk sampel campuran Lignin Isolat dan
Hot Compressor pada suhu 150 oC selama Aspal (40:60). Harga
arga tegangan di peroleh :
20 menit.
8. Hasil cetakan didinginkan pada suhu 792 Kgf
kamar, kemudian dikeluarkan dari cetakan Tegangan = = 0,317 Kgf / mm2
untuk di uji. 2500 mm 2
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada
lignin isolat dan aspal dengan variasi
perbandingan (b/b) dalam 100 00 gram : 35:65 ; Harga ini dirubah untuk menggunakan satuan
30:70 ; 25:75 ; 20:80 ; 15:85 ; 10:90 ; 5:95 dan N/m2, maka diperoleh
0:100
Kgf × 9,81
81 N/Kgf
Tegangan = 0,317
3.3.6. Karakterisasi Aspal Modifier mm2 × 10-6
- 2
m /mm2

Hasil yang diperoleh kemudian dikarakterisasi = 3,110 x 106 N / m2


untuk menentukan sifat-sifat
sifat fisik dan mekanik
meka
Perhitungan yang sama juga
uga dilakukan untuk
dari aspal modifier yaitu dengan analisa sifat
setiap variasi sampel, hasil pengujian kuat
ketahanan terhadap air dengan uji serapan air
tekan (Compressive
Compressive Strength Test)
Test yang lain.
(Water Absorption Test), analisa sifat mekanik
dengan uji kuat tekan (Compressive Strength
Test), analisa sifat morfologi dengan uji
Scanning Electron Microscopy
Microscopy-Energy
Dispersive Spectroscopy (SEM – EDS), analisa
sifat termal dengan uji Differential Scanning
Calorimeter (DSC), analisa gugus fungsi
dengan Fourier Transform Infrared
Spectroscopy (FTIR).

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Karakteristik Berdasarkan Analisa


Sifat Mekanik dengan Uji Kuat Tekan
(Compressive Strength Test)
Test Aspal
Modifier
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Lignin Isolat dari
Kayu Pinus Merkusii Terhadap Kuat
Hasil pengujian didapatkan pengukuran harga Tekan (Compressive
Compressive Strength)
Strength dan
Load dan Stroke. Harga Load mempunyai Regangan (Strain
Strain) dari Aspal
satuan dalam Kgf yang kemudian Modifier
Hasil pengukuran kuat tekan dan regangan dari Untuk standar maksimum penyerapan air oleh
aspal modifier
fier yang ditunjukkan pada gambar agregat menurut SNI-03--1969-1990 yaitu
4.1 terlihat bahwa pada dengan meningkatnya sebesar 3%. Hal ini menunjukan bahwa semua
persen Lignin Isolat, kelenturan regangan sampel yang telah diujikan dengan penyerapan
cenderung meningkat, sampai pada komposisi air telah memenuhi persyaratan menurut
perbandingan Lignin Isolat dengan aspal 40 : Standar Nasianal Indonesia.
60 sekitar 34,55 mm/menit, tegangannya 792
kg.f, sehingga kekerasannya baik dijadikan
dijad 4.3. Analisa Sifat Termal dengan Uji
aspal modifier. Dengan persentase konsentrasi Differential
al Scanning Calorimeter
sampel tersebut didapatkan kombinasi
optimum bahan pada aspal modifier. 4.3.1. Analisa Kapasitas Kalor (Cp)

Dari Kurva termogram DSC didapat nilai


kapasitas kalor (Cp) aspal modifier. Kapasitas
4.2. Analisa Ketahanan Terhadap Air kalor adalah sejumlah panas yang diperlukan
dengan Uji Serapan Air (Water
( untuk menaikkan suhu sampel ºK. Hasil
Absorption Test) pengukuran kapasitor aspal modi
modifier
ditunjukkan oleh gambar 4.2..
Analisa serapan air dengan merendam sampel
selama 24 jam, dari berbagai persentase
campuran diperoleh sampel yang lebih bayak
mengandung lignin isolat menyerap air lebih
sedikit, dimana selisih ini dijadikan dalam
persen berat air yang terserap.
terserap Didapatkan
selisih berat sampel yang telah
ah direndam pada
tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daya Serap Air dari Sampel


Aspal Modifier
Sampel
Berat Berat Daya Serap
Lignin
Aspal Awal Akhir Selisih Air
Isolat
(gram) (gram) (gram) (%)
(gram)
60 40 223,43 223,98 0,55 0,246
65 35 223,64 224,23 0,59 0,263
70 30 224,04 224,74 0,70 0,312 Gambar 4.2 Kurva Hubungan antara Lignin
75 25 223,32 224,10 0,78 0,349 Isolat dari Kayu Pinus Merkusii
80 20 224,11 224,92 0,81 0,361 Terhadap Kapasitas Kalor Aspal
85 15 223,85 224,75 0,90 0,402 Modifier
90 10 223,41 224,42 1,01 0,452
95 5 223,76 224,91 1,15 0,513 Dari gambar 4.2 di atas dapat diambil suatu
100 0 224,98 227,08 2,10 0,933 kesimpulan bahwa kapasitor semakin
meningkat dengan bertambahnya lignin isolat.
Hal ini disebabkan oleh lignin yang
Dari data terlihat adanya penurunan yang mempunyai struktur bercabang dengan unit
menunujukkan bahwa dengan bertambahanya ulang gugus fenil propana, yang di
persen lignin isolat maka daya serapan sampel mungkinkan berikatan silang di antara
anta lignin
terhadap air akan berkurang dimana lignin isolat dan MDI, dimana dengan adanya MDI
isolat ini berfungsi sebagai waterproof pada berlebih maka MDI berlebih akan mengikat
sampel aspal modifier. gugus hidroksi dari aspal, sehingga aspal
modifier yang terbentuk semakin bersifat kaku.
Dari tabel 4.2 ditunjukkan bahwa kapasitas diuji. Namun untuk mengenali jenis atom
kalor untuk variasi lignin isolatt : aspal (10:90) dipermukaan yang mengandung multi atom
sebesar 0,0000537 J/oC dan untuk variasi lebih banyak mengunakan teknik EDS (Energy
(
lignin isolat : aspal (40:60) sebesar 0,0000608 Dispersive Spectroscopy).
). Sebagian besar alat
J/oC. Dengan demikian aspal modifier yang SEM dilengkapi dengan kemampuan ini,
dihasilkan memiliki mobiltas molekulnya namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS
berkurang dengan bertambahnya kandungan dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu
lignin isolat yang telah direaksikan
reaksikan MDI dengan menembakkan sinar X pada posisi
berlebih. yang ingin kita ketahui komposisinya. Maka
setelah ditembakkan pada posisi yang
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Sifat Termal Aspal diinginkan maka akan muncul puncak –
Modifier Menggunakan DSC puncak tertentu yang mewakili suatu unsur
Dengan Kecepatan 20oC /menit yang terkandung.
Dengan EDS kita juga bisa membuat
Variasi
Lignin
Berat
∆H Cp Tm elemental mapping (pemetaan elemen) dengan
Sampel
Isolat
(gram)
(J/g oC) (J/ oC) (ºC) memberikan warna berbeda – beda dari masing
(gram)
0 6,5.10-3 0,0815 0,530 240,00
– masing elemen di permukaan bahan. Pada
10 7,3.10-3 0,0736 0,537 237,90 prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu
20 5,1. 10-3 0,2788 1,422 238,30 bahan misalnya patahan, lekukan, dan
30 8,8. 10-3 0,0871 0,766 237,95
40 5,7. 10-3 0,1067 0,608 238,32 perubahan struktur makaa bahan tersebut
cenderung mengalami perubahan energi.
Energi yang berubah tersebut dapat
dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta
diubah menjadi gelombang elektron yang dapat
di tangkap dan dibaca hasilnya
ya pada foto SEM-
SEM
EDS. Gambar 4.4 adalah foto hasil hasi SEM
permukaan campuran aspal dengan agregat
pasir ukuran 100 mesh yang diperbesar 1000
kali.

Gambar 4.3 Kurva Pengaruh Penambahan


Lignin Isolat Terhadap Sifat
Termal Aspal Modifier dengan
menggunakan DSC Dengan
Kecepatan 20oC/menit Gambar 4.4 Hasil Foto SEM dari Aspal Murni
dengan Agregat Pasir Ukuran
100 mesh Perbesaran 1000 kali
4.4. Analisa Sifat Morfologi dengan Uji
Scanning Electron Microscopy-Energy
Microscopy Berdasarkan gambar 4.4 terlihat permukaan
Dispersive Spectroscopy (SEM – EDS) dari aspal yang rata dengan sedikit ada pori -
pori yang terlihat dari Aspal Murni dengan
Hasil dari analisis SEM-EDS
SEM dapat Agregat Pasir Ukuran 100 mesh Perbesaran
memberikan informasi tentang bentuk dan 1000 kali.
perubahan permukaan dari suatu bahan yang
Tabel 4.3 Analisa Kuantitatif Aspal Modifier
Perbandingan (5:95) dengan Uji
SEM-EDS Perbesaran 1000 kali

Element (keV) Mass Error Atom K


% % %
CK 0.277 78.81 0.18 84.39 83.6701
N K* 0.525 17.52 2.10 14.08 9.4638
OK 1.041 0.43 0.54 0.24 0.5921
Na K* 1.486 0.30 0.39 0.14 0.4256
Al K 1.739 0.51 0.38 0.23 0.8473
Gambar 4.5 Hasil Foto SEM-EDS dari Aspal Si K 2.307 1.72 0.31 0.69 3.6358
Modifier (Perbandingan 5:95)
SK 3.312 0.45 0.50 0.15 0.9042
dengan Perbesaran 1000 kali
K K* 3.690 0.09 0.58 0.03 0.1855
Gambar 4.5 adalah hasil foto SEM-EDS Fe K 6.398 0.17 1.40 0.04 0.2757
Penggunaan SEM-EDS dari aspal modifier Mo L 0.277 78.81 0.18 84.39 83.6701
(perbandingan 5:95) dengan perbesaran 1000
kali terlihat bahwa permukaan dari aspal
modifier tersebut tidak rata dan menunjukkan
adanya butiran-butiran kecil diatasnya yang
Acquisition Parameter
mengindikasikan bahwa butiran tersebut Instrument : 6510(LA)
adalah poliuretan yang hanya berinteraksi Acc. Voltage : 20.0 kV
sebagian akibat poliuretan terlalu cepat Probe Current : 1.00000 nA
PHA mode : T3
mengeras pada aspal. Real Time : 35.67 sec
Dari foto SEM-EDS dapat dianalisa Live Time : 30.00 sec
Dead Time : 14 %
mikrostruktur dan analisis kuantitatif Counting Rate : 3644 cps
permukaan spesimen. Mikrostruktur aspal Energy Range : 0 - 20 keV
modifier bersama komposisi kimia permukaan
diperoleh dengan serentak, selanjutnya dibaca
dalam bentuk grafik. Terdapat dua elemen
yang mendominasi dalam komposisi aspal
modifier hal ini terlihat pada gambar 4.7
dimana banyak mengandung elemen C, dan O.
Elemen-elemen ini adalah elemen utama dan
berkonsentrasi tinggi selain elemen Na, Al, Si,
S, K, Ca, dan Fe yang turut hadir. Elemen-
elemen tersebut dapat dilihat dengan lengkap
Gambar 4.6 Grafik Analisis Kuantitatif
pada tabel 4.3. Kandungan Utama dalam Aspal
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.6, Modifier (Perbandingan 5:95)
kandungan utama bagi aspal modifier adalah C terhadap Range Energi dengan Uji
sebanyak 84,39%, dan O sebanyak 14,08%. SEM-EDS Perbesaran 1000 kali
Tabel 4.4 Analisa Kuantitatif Aspal Modifier
Perbandingan (40:60) dengan
Uji SEM-EDS Perbesaran 1000 kali
Mass Error Atom
Element (keV) K
% % %
CK 0.277 47.94 0.11 54.96 45.2258
N K* 0.392 29.39 1.85 28.89 31.3742
OK 0.525 15.16 1.08 13.05 8.4014
Na K* 1.041 0.10 0.25 0.06 0.1566
Al K 1.486 0.87 0.17 0.44 1.4676
Gambar 4.7 Hasil Foto SEM-EDS dari Aspal Si K 1.739 3.91 0.17 1.91 7.7070
Modifier (Perbandingan 40:60) SK 2.307 0.78 0.25 0.33 1.9185
dengan Perbesaran 1000 kali K K* 3.312 0.14 0.22 0.05 0.3395
Fe K 6.398 0.49 0.60 0.12 0.9709
Gambar 4.7 adalah hasil foto SEM-EDS
Mo L 2.293 1.23 0.79 0.18 2.4386
Penggunaan SEM-EDS dari aspal modifier
(perbandingan 40:60) dengan perbesaran 1000
kali terlihat bahwa permukaan dari aspal
modifier tersebut tidak rata dan mennjukkan Acquisition Parameter
adanya butiran-butiran kecil diatasnya yang Instrument : 6510(LA)
mengindikasikan bahwa butiran tersebut Acc. Voltage : 20.0 kV
Probe Current : 1.00000 nA
adalah poliuretan yang hanya berinteraksi PHA mode : T3
sebagian akibat poliuretan terlalu cepat Real Time : 38.42 sec
Live Time : 30.00 sec
mengeras pada aspal. Dead Time : 21 %
Dari foto SEM-EDS dapat dianalisa Counting Rate : 5202 cps
mikrostruktur dan analisis kuantitatif Energy Range : 0 - 20 keV
permukaan spesimen. Mikrostruktur aspal
modifier bersama komposisi kimia permukaan
diperoleh dengan serentak, selanjutnya dibaca
dalam bentuk grafik. Terdapat empat elemen
yang mendominasi dalam komposisi aspal
modifier hal ini terlihat pada gambar 4.9
dimana banyak mengandung elemen C, N, O
dan Si.
Elemen-elemen ini adalah elemen
utama dan berkonsentrasi tinggi selain elemen
Na, Al, Mo, S, K, Ca, dan Fe yang turut hadir. Gambar 4.8 Grafik Analisis Kuantitatif
Elemen-elemen tersebut dapat dilihat dengan Kandungan Utama dalam Aspal
Modifier (Perbandingan 40:60)
lengkap pada tabel 4.4 terhadap Range Energi dengan
Daripada tabel 4.4 dan gambar 4.8, Uji SEM-EDS Perbesaran 1000
kandungan utama bagi aspal modifier adalah C kali
sebanyak 54,96%, N sebanyak 28,89%, O
sebanyak 13,05% dan Si Sebanyak 1,91%.
4.5. Analisa Gugus Fungsi dengan Fourier menandakan bahwa terjadinya interaksi kimia
Transform Infrared Spectroscopy antara lignin isolat dengan MDI yang
direaksikan, dimana dengan adanya MDI
a berlebih dalam reaksi kimia tersebut, dapat
mengikat (binding) gugus hidroksi dari aspal,
sehingga terbentuk aspal modifier yang
memiliki sifat termal dan sifat mekanik yang
baik.
Analisa dengan spektrum infra merah
ini dilakukan dengan cara mengamati
b frekuensi-frekuensi yang khas dari gugus
fungsi spektra FTIR masing-masing sampel.
100.0

Hasil spektra FTIR yang dihasilkan dapat


dilihat pada gambar 4.9. Bilangan gelombang
99.8

FTIR lignin isolat dapat dilihat pada tabel 4.5.


99.6

Tabel 4.5 Pita Serapan FTIR Lignin Isolat


Transmittance [%]

dari Kayu Pinus Merkusii


99.4

c
99.2

Kedudukan
Sampel Pita serapan asal
(cm-1)
99.0

Lignin 3450-3400 Rentangan OH


Isolat
98.8

d dari Kayu Rentangan metil


2940-2820
Pinus dan metilen
98.6

Merkusii
1715-1710 Rentangan C=O
tak terkonjugasi
e
1675-1660 Rentangan C=O
terkonjugasi
1605-1600 Vibrasi cincin
aromatik
1515-1505 Vibrasi cincin
aromatik
3500 3000 2500 2000 1500 1000
1470-1460 Deformasi C-H
Wavenumber cm-1
(asimetri)
Gambar 4.9 Grafik Analisis Spektrum FTIR a) 1430-1425 Vibrasi cincin
Lignin Isolat dari Kayu Pinus aromatik
Merkusii; b) Poliuretan; c) Aspal 1330-1325 Vibrasi cincin
Modifier (Perbandingan 5:95); d) siringil
Aspal Modifier Perbandingan 1270-1275 Vibrasi cincin
20:80); e) Aspal Modifier quaiasil
(Perbandingan 40:60)
1085-1030 Deformasi C-H2
C-O
Analisa dengan menggunakan spektrum infra
merah ini dilakukan untuk menentukan
perubahan gugus fungsi yang dialami oleh Pita serpan infra merah lignin isolate dari
lignin isolate yang dihasilkan. Terjadinya kayu pinus merkusii yang paling karakteristik
perubahan gugus fungsi yang dialami lignin terdapat pada sekitar 1510 cm-1 dan 1600 cm-1
isolat yang direaksikan dengan MDI (vibrasi cincin aromatik). Daerah bilangan
gelombang yang di sebut pertama miskin Identifikasi spectrum poliuretan
dalam pita-pita tambahan dan karena itu dapat menunjukkan bahwa pada bilangan gelombang
digunakan untuk mengkaji adanya lignin 3292,66 cm-1 untuk gugus N-H terikat, 2872,23
dalam sedian-sedian yang tak diketahui. cm-1 untuk gugus rentangan CH2 dan CH3 ,
1715 cm-1 untuk gugus rentangan C=O tak
Hubungan yang berbeda antara terkonjugasi dan 1675 cm-1 untuk gugus
intentitas pita-pita serapan pada 1510 cm-1dan rentangan C=O terkonjugasi, pita tajam pada
1600 cm-1 dapat digunakan untuk 1515 cm-1 menunjukkan gugus amida CO-NR
membedakan lignin kayu lunak dan kayu (monosubstitusi).
keras. Dalam senyawa model siringil tak
terkonjugasi dan lignin kayu keras. Intentitas Ciri khas terbentuknya poliuretan
pita-pita serapan tersebut hampir sama, dapat dilihat pada spectrum FTIR dengan
sedangkan dalam senyawa quaiasil tak hilangnya puncak NCO pada bilangan
terkonjugasi dan lignin kayu lunak intentitas gelombang 2280 cm-1, karena gugus tersebut
pita-pita serapan 1510 cm-1 jauh lebih tinggi telah bereaksi dengan gugus OH dari poliol
lagi. Serapan quaiasil dan siringil masing- lignin isolate dari kayu pinus merkusii.
masing terdapat pada sekitar 1270 cm-1 dan
Tabel 4.7 Pita Serapan FTIR Aspal
1330 cm-1 (Fengel dan wagener, 1985).
Modifier (Perbandingan
40:60)
Tabel 4.6 Pita Serapan FTIR Poliuretan
Kedudukan Kedudukan
Sampel Pita serapan asal Sampel Pita serapan asal
(cm-1) (cm-1)
Poliuretan 3295-3280 Gugus N-H Aspal 3571-3400 Rentangan OH
terikat Modifier 2940-2820 Rentangan CH2
2940-2820 Rentangan metil dan CH3
dan metilen 2275-2257 vassym (N=C=O)
1715-1710 Rentangan C=O 1715-1710 Rentangan C=O
tak terkonjugasi tak terkonjugasi
1675-1660 Rentangan C=O 1675-1660 Rentangan C=O
terkonjugasi terkonjugasi
1605-1600 Vibrasi cincin 1605-1600 Vibrasi cincin
aromatik aromatik
1515-1505 Gugus amida CO- 1515-1505 Gugus amida CO-
NR NR
1470-1460 Deformasi C-H Vibrasi cincin
(asimetri) aromatik
1430-1425 Vibrasi cincin 1470-1460 Deformasi C-H
aromatik (asimetri)
1330-1325 Vibrasi cincin 1430-1425 Vibrasi cincin
siringil aromatik
1270-1275 Vibrasi cincin 1330-1325 Vibrasi cincin
quaiasil siringil
1085-1030 Deformasi C-H2 1270-1275 Vibrasi cincin
C-O quaiasil
1085-1030 Deformasi C-H2
C-O
Hasil identifikasi spectrum poliuretan dengan
menggunakan FTIR terlihat pada gambar 4.9 Dari table 4.7 bilangan gelombang yang
dan didapat hasil pita serapan FTIR poliuretan diperopleh dari aspal modifier (perbandingan
pada table 4.6.
40:60) yang dihasilkan kita dapat melihat 5. Kesimpulan dan Saran
interaksi kimia yang terbentuk dan dihasilkan 5.1. Kesimpulan
dari campuran bahan aspal modifier tersebut,
sehingga sifat mekanik dan sifat termal Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
meningkat dan lebih baik. mengenai pemanfaatan lignin isolat bahan
pengikat alami (natural binder) dari kayu
pinus (pinus merkusii jungh et de vriese)
sebagai penguat aspal, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Lignin isolat hasil
isolasi dari serbuk gergaji kayu pinus merkusii
(pinus merkusii jungh et de vriese) memiliki
rendemen 21,45%, kemurnian lignin sebesar
82,5% dan memiliki bilangan hidroksi 672
mmol/gram.
Campuran yang optimum adalah
berupa campuran lignin isolat dengan aspal
perbandingan 40:60 yang memberikan
kekuatan tekan sebesar 34,55 mm/menit,
tegangannya 792 kg.f dan kepadatan yang
baik.
Hasil analisa ketahanannya terhadap
air dengan uji daya serap air pada aspal
Gambar 4.10 Hasil Reaksi Penelitian
modifier dengan perbandingan 40:60 cukup
rendah yaitu 0,246% dimana nilai daya serap
air maksimum untuk standard SNI adalah 3%
serta berfungsi sebagai waterproof.

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar


membuat natural binder dari group isosianat
yang lain dan menggunakan surfaktan serta
katalis, sehingga nantinya dihasilkan natural
binder dengan sifat-sifat yang baik dan agar
menggunakan lignin yang dari limbah pulp
sebagai sumber binder, dan analisa lebih lanjut
untuk interaksi kimia antara aspal dengan
difenilmetana 4,4’-diisosianat.

Gambar 4.11 Gambaran Reaksi Crosslinked


(gugus NCO yang berlebih dari hasil
reaksi lignin dengan MDI yang
bereaksi dengan gugus OH dari
aspal) Penelitian
DAFTAR PUSTAKA State Technologicval Institute, St
Petersburg, Russia

Cateto C.A. et al., 2008. Monitoring of Tamrin. 2011. Peningkatan Nilai Tambah
lignin-based polyurethane synthesis Hasil Alam dan Daur Ulang
by FTIR-ATR. Laboratory of Limbah Melalui Proses Kimia
Separation and Reaction Fisika. Hal.7.. Medan : USU
Engineering, Instituto Polit´ecnico
Thamindra Wasage et al., 2010. Repeated
de Braganca, Campus de Santa
Loading and Unloading Tests of
Apol´onia, Ap 1134, 5301-857
Asphalt Binders and Mixes.
Braganca , Portugal
Department of Civil Engineering
Joana S. Amaral et al., 2012. Fungal Schulich School of Engineering
degradation of lignin-based rigid University of Calgary, University
polyurethane foams. Polymer Drive NW Calgary AB T2N 1N4,
Degradation and Stability 97, 20 69 Canada
e2076. Department of Chemical
Sciences, University of Porto, Wegener, G., Fengel, D. 1985. Kimia Ultra
Porto, Portugal Struktur Reaksi. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Kenneth M. Liechti et al., 2012.
Interaction Nonlinearity in Asphalt Xianwu Zou. Et al., 2012. Synthesis and
Binders. 16:145-167. Department properties of polyurethane foams
of Aerospace Engineering and prepared from heavy oil modified
Engineering Mechanics, The by polyols with 4,4’-methylene-
University of Texas at Austin, diphenylene isocyanate (MDI).
Austin, TX, 78712-0278, USA Research Institute of Wood
Industry, 100091 Beijing, PR China
Rodrigo Delgadillo et al., 2010. The
Relationship between Nonlinearity
of Asphalt Binders and Asphalt
Mixture Permanent Deformation.
Departamento de Obras Civiles
Universidad Técnica Federico
Santa María Av. España 1680,
Valparaíso, Chile
Sukirman, S., 2003. Beton Aspal
Campuran Panas. Jakarta : Granit.
Syroezhko A. M. et al., 2011. Influence of
Natural Additives and Those
Synthesized by the Fischer–Tropsch
Method on the Properties of
Petroleum Bitumen and Quality of
Floated Asphalt. St. Petersburg

You might also like