Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK II:
1. Hidro Muhammad Perdana (70600116008)
2. Alifia Nurdani Darmawan (70600116012)
3. Muftia Jauristika S (70600116010)
4. Rizka Amalia (70600116009)
5. Yusril Ihza Mahendra (70600116011)
Al-Balkhi lahir di
Syamistiyan, wilayah
Balkh (Bactra) dan kini
berada di Afghanistan.
Ayahnya adalah
seorang guru anak-
anak. Al-Balkhi tumbuh dewasa dan tinggal di Baghdad selama 8 tahun, di saat
kekuasaan Daulah Abbasiyah sudah merosot dan hanya meliputi Baghdad dan
sekitarnya. Pada masanya timbul kekacauan politik, sehingga kerusuhan
bermunculan di mana-mana.
Pemikiran tentang keterkaitan jiwa dan tubuh telah dicetuskan al-Balkhi jauh
sebelum ilmu kejiwaan berdiri mapan di dunia pendidikan modern.
Dalam karya ilmiah Deuraseh dan Talib (2005) yang diterbitkan The
International Medical Journal, disebutkan bahwa al-Balkhi menganjurkan
pelibatan perawatan psikologis pada saat ahli-ahli medis menyembuhkan penyakit
fisik pasien. Menurut al-Balkhi, penyembuhan fisik dengan metode-metode
seperti operasi dan penggunaan obat-obatan akan banyak membawa konsekuensi
bagi pasien, mulai dari rasa nyeri yang mesti dialami sampai besarnya biaya
pengobatan yang harus dibayarkan.
Di lain sisi, perawatan psikologis yang bagi al-Balkhi lebih penting,
akan mampu memangkas banyak biaya dan merupakan cara penyembuhan
yang lebih menyenangkan bagi pasien daripada mesti mengonsumsi obat-
obatan.
Al-Balkhi membagi
gangguan mental ke dalam empat
kategori: kemarahan (al-ghadab),
kesedihan dan depresi (al-jaza),
ketakutan dan fobia (al-faza),
serta obsesi (wasawes al-sadr).
Terkait kesedihan, pakar
psikologi Muslim ini menyatakan
terdapat dua jenis rasa sedih yang
bisa dialami seseorang. Pertama,
kesedihan yang dapat
teridentifikasi penyebabnya
seperti kematian anggota keluarga
atau kebangkrutan. Cara penanganan kesedihan jenis ini menurut al-Balkhi adalah
dengan melakukan terapi eksternal dan internal.
Dalam tulisan Awaad dan Ali (2015) yang mencantumkan gagasan al-Balkhi
seputar gangguan obsesi, ilmuwan Arab itu menyatakan bahwa penderita
umumnya memiliki cara pandang pesimis terhadap dunia. Seorang pengidap
gangguan obsesi lebih percaya hal buruk akan menimpanya dan ketika diberikan
sejumlah pilihan, mereka akan memilih yang paling rumit. Menurut al-Balkhi,
orang tersebut juga bersikap keras terhadap dirinya sendiri.
Tumbuh di lingkungan budaya Islam bukanlah hal mudah bagi seorang al-
Balkhi untuk memperkenalkan pendekatan alternatif dalam menyembuhkan
penyakit yang diderita seseorang. Meski demikian, karya-karyanya yang ditulis
ratusan tahun sebelum psikologi modern berkembang berhasil menorehkan
sejarah, bahkan masih dikatakan relevan dan berguna dalam proses diagnosis
pasien-pasien gangguan kejiwaan.