You are on page 1of 3

4.

Hasil simulasi

Pengaruh kecepatan gas superfisial (U0) pada fraksi volume padat dan gas
sepanjang ketinggian bed aksial ditunjukkan pada Gambar. 2a dan 2b, masing-
masing. Fraksi volume padat tinggi di bagian bawah dan tengah bed aksial dan
menurun di bagian atas bed aksial. Namun, fraksi volume padat di bagian atas bed
aksial meningkat ketika kecepatan gas superfisial meningkat. Pengaruh kecepatan gas
superfisial (U0) terhadap fraksi volume padatan adalah semakin besar kecepatan gas
superfisial maka ketinggian aksial bed yang diperoleh juga akan semakin besar
begitu sebaliknya , dengan kata lain , hasil simulasi menunjukkan terdapat hubungan
yang berbading lurus antara kecepatan gas superfisial dengan ketinggian aksial bed
pada fraksi volume padatan. Sedangkan pada fraksi volume gas pengaruh kecepatan
gas superfisial (U0) adalah semakin kecil nilai kecepatan gas superfisial (U0) maka
ketinggian aksial bed yang diperoleh semakin besar. Hal ini menjukkan bahwa hasil
simulasi menunjukkan terdapat hubungan yang berbading terbalik antara kecepatan
gas superfisial dengan ketinggian aksial bed pada fraksi volume gas.

(a) fraksi volume padat (b) fraksi volume gas

Gambar. 2. Perilaku gas-padat (a) fraksi volume padat (b) fraksi volume gas.

Untuk mengoptimalkan konsumsi energi dan tugas panas, efek kecepatan


gas superfisial pada distribusi temperatur sepanjang ketinggian bed aksial dipelajari
seperti ditunjukkan pada Gambar. 3(a). Dapat diamati bahwa suhu di sepanjang
ketinggian bed aksial menurun ketika kecepatan gas superfisial meningkat karena
perpindahan panas konvektif yang lebih tinggi.
Gambar 3(a) distribusi temperatur

Gambar 3(b) tugas panas dan kebutuhan daya bersih

Pengaruh kecepatan gas superfisial pada tugas panas (tugas panas per
monomer massa) atau tugas panas yang dilakukan dalam pembentukan 1 monomer
dari penukar panas dan kebutuhan daya bersih kompresor disajikan pada Gambar. 3
(b). Dapat dilihat bahwa tugas panas menurun dengan meningkatnya kecepatan gas
superfisial. Namun, kebutuhan daya bersih kompresor meningkat dengan
meningkatnya kecepatan gas superfisial. Nilai kecepatan gas superfisial dalam
simulasi berbanding terbalik dengan kerja panas yang dilakukan reactor , sedangkan
nilai kecepatan gas superfisial berbanding lurus dengan kebutuhan daya bersih
kompesor.
Kondisi operasi yang dipilih adalah pada kecepatan gas superfisial 0,72 m/s
karena kondisi tersebut merupakan titik perpotongan dari hasil simulasi. Kebutuhan
daya bersih kompresor dan tugas panas penukar panas masing-masing adalah 1.600
kW dan 55,5 kJ/kg nilai tersebut didapatkan dari menarik garis lurus dari titik
perpotongan kurva. Distribusi berat molekul yang diprediksi ditunjukkan pada
Gambar 4 yang sesuai dengan data industri.

Gambar 4. Distribusi berat molekul yang diprediksi.

Distribusi berat molekul yang diprediksi sesuai dengan data distribusi berat
molekul yang diperoleh dari industri polimer , bobot molekul terbesar yaitu pada
berat 100000 kg/mol dengan berat fraksi yaitu pada 0.40 , penentuan distribusi berat
molekul polimer low density dalam simulasi dipengaruhi oleh kecepatan gas
superfisial yang digunakan dalam reaktor , akan mempengaruhi perilaku fraksi
volume padat dan fraksi volume gas , dan juga mempengaruhi suhu di sepanjang
ketinggian bed aksial menurun ketika kecepatan gas superfisial meningkat karena
perpindahan panas konvektif yang lebih tinggi. Nilai kecepatan gas superfisial juga
mempengaruhi heat duty dan net power required. Sehingga kecepatan gas superfisial
akam mempengaruhi distribusi berat molekul polimer yang dihasilkan untuk skala
industri.

You might also like