You are on page 1of 5

LAPORAN

KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI DAN CARA PEMISAHAN OBAT

B. Tinjauan Pustaka

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies,

dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisa kualitatis

berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam

suatu sampel.

Berbagai sifat atau kimia dapat digunakan sebagai suatu identifikasi kualitatif atau

kuantitatif. Jika sifatnya (pengukuran analit) adalah spesifik dan selektif, maka tahap

pemisahan dan perlakuan awal smapel dapay disederhanakan. Pengubah analit ke bentuk

yang sesuai sehingga analit dapat dideteksi atau dapat diukur harus jga diperhatikan. Tahapan

ini berkaitan dengan metode pemisahan untuk suatu situasi yang spesifik tergantung pada

sejumlah faktor. Pemilihan teknik ini umumnya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan

hasil analisis yang diperlukan (Rohman, 2007).

Pada flouresensi, pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi

sinar terjadi dalam waktu yang sangat singkat setelah penyerapan (10-8 detik). Jika

penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga berhenti.

Flouresensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energy elektonik singlet dalam suatu

molekul. Supaya suatu molekul berflouresensi, maka molekul tersebut harus menyerap

radiasi. Jika konsentrasi senyawa yang menyerap radiasi tersebut sangat tinggi, maka sinar

yang mengenai sampel akan diabsorbso oleh lapisan pertama larutan dan hanya sedikit radiasi

yang diserap oleh bagian lain sampel pada jarak yang lebih jauh (Gholib, ibnu, 2007).
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau

lebih senyawa sederhana, yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Senyawa kompleks

digunakan sebagai petunjuk kesempurnaan reaksi. Menurut Werner, orang yang pertama kali

berhasil mengkaji senyawa kompleks ini, beberapa ion logam cenderung berikatan koordinasi

dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa kompleks yang mantap. Kelarutan senyawa

kompleks koordinasi dalam air bergantung terutama pada muatan kompleksnya. Senyawa

kompleks yang bermuatan lazimnya mudah larut dalam air, sebaliknya senyawa kompleks

yang tak bermuatan biasanya sukar larut dalam air (Rivai, 2006).

Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi merupakan calon

senyawa yang mampu berfluoresensi. Meskipun tidak ada aturan umum yang terkait dengan

terbentuknya flouresensi akan tetapi beberapa kaidah dapat membantu analisis utuk membuat

keputusan terkait dengan penggunaan flouresensi sebagai teknik analisis untuk melakukan

analisis kuantitatif obat dan metabolitnya. Sebagai contoh, gugus-gugus yang memberikan

electron seperti gugus hidroksil, amino atau metoksi yang terikat secara langsung pada

system ikatan pi dapat memfasilitasi terjadinya proses flouresensi (Gholib,Ibnu dan

Rohman,Abdul, 2007).

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang

mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman

kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan

80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,

disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi

Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan

cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam.

Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti
tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya

alkaloid quartener (Anonim, 1979).

Alkaloid merupakan golongan metabolit sekunder terbesar dan heterogen, istilah

alkaloid diperkenalkan oleh W. Meissner pada tahun 1918, dimana alkaloid berasal dari kata

“alkali”yang berarti basa dan “iod” yang berarti mirip atau menyerupai. Jadi alkaloid

merupakan suatu senyawa yang mempunyai sifat seperti alkali atau basa. Definisi umum

dikemukakan oleh Pellitier (1982), alkaloid adalah senyawa siklik yang mengandung

nitrogen dalam tingkat oksidasi negative yang terdistribusi terbatas dalam kehidupan

organisme. Secara ilmiah, definisi alkaloid pertama kali diberikan oleh Winterstein dan Trier

yang menyatakan alkaloid sebagai suatu senyawa yang bersifat basa, mengandung nitrogen,

dan berasal dari tumbuhan atau hewan. (Febriany, 2008).

Alkaloid adalah basa organic yang mengandung amina sekunder, tersier atau siklik.

Diperkirakan 5500 alkaloid telah diketahui, dan alkaloid adalah yang containing some 5500

alkaloids are known, yang merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari

tanaman. Tidak satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid umumnya

mencakup senyawa senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,

biasanya sebagai bagian dari system siklik. Secara kimia, alkaloid adalah golongan yang

sangat heterogen berkisar dari senyawa-senyawa yang sederhana (Utami, at all, 2008).

Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahkan jenis alkaloid.

Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang

memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer

mengandung kalium iodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung

bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan

pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat

menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut
menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang

berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi

wagner atau dragendorff (Basset, 1994).

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki

fungsi vital dalam metabolisme organisme. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita

yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang

memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak

diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N (Schumm,1992).
DAFTAR PUSTAKA

 Basset, J. dkk. 1994. Vogel Kimia Analisis Kualitatif Organik. Edisi 4. Penerbit
buku kedokteran. Jakarta
 Martiana,febriany. 2008. Isolasi Alkoloid Utama dari Tumbuhan. J. Sains Kimia.
Vol.91 hal 57-58.
 Rivai, Harrizul. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta ; UI Press.

 Rohman, Abdul, dkk. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta ; Pustaka Pelajar

 Schumm, Dorothy E.1992. Intisari Biokimia. Binarupa Aksara.

 Utami, Nurul, at all. 2008. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak Heksana Daun
Ageratum conyzoides. J Sains Kimia.Vol 9(2) hal 82-84.

You might also like