You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 32/1000

kelahiran hidup. Faktor utama yang mempengaruhi angka kematian bayi

tersebut diantaranya berupa asfiksia (34%), infeksi dan komplikasi lahir dini

(23%) serta Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (31%) (SDKI, 2012).

Berdasarkan data prevalensi di atas, asfiksia menempati urutan pertama

sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia.

Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami

gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Dewi, 2010).

Menurut Manuaba (2010), Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi

yang tidak dapat bernafas, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin

meningkatkan CO2 yang mengakibatkan pH darah menurun atau disebut

sebagai asidosis. Menurut Mansjoer (2002) yang di kutip oleh Suryandari dkk

(2011), asfiksia dapat mengakibatkan edema otak, perdarahan otak, anuria

atau oliguria, hiperbilirubinemia, kejang, koma dan hipotermia. Faktor

penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah hipoksia ibu, usia ibu,

jumlah gravida, penyakit ibu, plasenta previa, solusio plasenta, prematuritas,

gangguan tali pusat, partus lama, aliran darah uterus dan partus buatan

(Gomella, 2009).

1
2

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak

mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) (Gondosari, 2010).

Keadaan asidosis sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab

utama kegagalan adaptasi pernapasan pada bayi baru lahir (Prawirohardjo,

2009). Kegagalan adaptasi pernapasan pada bayi baru lahir diawali sejak masa

kehamilan. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan lanjutan

asfiksia janin yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan pertukaran O2

dan CO2 dalam darah transplasenter yang mengakibatkan keasaman pada

darah (Dewi, 2010).

Keasaman pada darah dinyatakan dengan menggunakan istilah pH atau

derajat keasaman yaitu suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan

tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda.

Nilai normal pH adalah 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat

tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman.

pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan

derajat kebasaan tertinggi (Radityo, 2011).

Derajat keasaman (pH) dapat diukur melalui berbagai metode yang

diantaranya adalah penggunaan kertas lakmus yang merupakan metode paling

sederhana, penggunaan pHmeter dan analisis gas darah. Pemeriksaan pH

darah diukur melalui analisis gas darah yaitu suatu pemeriksaan darah yang

dilakukan melalui darah arteri (Yusup, 2009).

Manfaat diketahuinya pH darah adalah untuk mendiagnosis suatu

kelainan sistem yang ada dalam tubuh baik secara langsung maupun tidak
3

dapat menimbulkan suatu kelainan yang membahayakan hidup seseorang. pH

darah pada bayi baru lahir menunjukkan adanya suatu kelainan yang diderita

oleh bayi tersebut. Asam atau tidaknya darah pada bayi dapat dideteksi dalam

darah yang terdapat pada tali pusat (funicullus umbilicalis). Darah yang ada

pada tali pusat merupakan darah sejak saat bayi di kandungan yang ikut

berkontribusi dalam pengaturan metabolisme bayi termasuk kelainan dan

komplikasi yang terjadi pada bayi (Amstrong dan Stenson, 2007).

Adanya pemeriksaan pH darah funicullus umbilicalis akan

menunjukkan adanya ketidaknormalan darah yang ikut berperan menyebabkan

suatu komplikasi pada bayi terutama asfiksia. Keuntungan dari pemeriksaan

pH darah tali pusat yaitu agar diketahui bahwa ada kaitan antara darah bayi

sejak saat dalam kandungan dengan komplikasi setelah bayi lahir dan dari itu

diharapkan akan mencegah komplikasi berulang pada bayi yang lain dengan

cara menghindari faktor penyebab komplikasi sejak bayi masih dalam

kandungan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beberapa kelainan dan

penyakit pada bayi baru lahir yang salah satunya adalah asfiksia ditandai

dengan rendahnya pH dalam darah (Amstrong dan Stenson, 2007).

pH darah pada neonatus atau bayi baru lahir yang mengalami asfiksia

adalah < 7,3, sedangkan bayi yang tidak asfiksia memiliki pH darah ≥ 7,3.

Darah bayi yang diperiksa untuk mengetahui keasamannya adalah darah arteri

funicullus umbilikalis yang merupakan darah janin sejak masa kehamilan

(Amstrong dan Stenson, 2007). Gangguan aliran darah tali pusat 50% secara

signifikan menyebabkan asfiksia pada janin serta menimbulkan efek terhadap


4

organ dan metabolisme janin baik akut maupun kronis, sehingga pada

akhirnya akan mempengaruhi luaran bayi lahir berupa adaptasi pernapasan

bayi baru lahir (Gondosari, 2010).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Margono Soekardjo

Purwokerto didapatkan data bayi lahir bulan Januari-November 2013

sebanyak 5.699 bayi. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah bayi normal sebanyak

2.786 bayi, bayi dengan asfiksia sebanyak 817 bayi, bayi BBLR sebanyak 980

bayi, bayi hipotermi sebanyak 25 bayi, 7 bayi dengan kelainan kongenital dan

sisanya bayi dengan komplikasi lain. Data tersebut menunjukkan bahwa

tingkat kejadian asfiksia di RSUD Margono Soekardjo termasuk dalam

kejadian terbanyak kedua setelah BBLR. Berdasarkan data tersebut, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan pH Darah

Funicullus Umbilicalis Pada Bayi Asfiksia Dengan Bayi yang Tidak Asfiksia

Di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2014.”

B. Perumusan Masalah

Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal

bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Pernapasan awal bayi

baru lahir (asfiksia) dipicu oleh faktor-faktor yang salah satunya adalah faktor

kimia. Faktor kimia meliputi perubahan dalam darah misalnya, penurunan

kadar O2, peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH darah. Penurunan pH

darah disebut juga sebagai keasaman dalam darah yang secara tidak langsung

menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.


5

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Margono

Soekardjo Purwokerto didapatkan 817 bayi dengan asfiksia, jumlah tersebut

termasuk jumlah terbesar kedua setelah BBLR. Oleh karena itu, peneliti

tertarik melakukan penelitian mengenai perbedaan pH darah funicullus

umbilicalis pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD

Margono Soekardjo Purwokerto.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas,

didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

“Apakah ada perbedaan pH darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia

dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto

Tahun 2014?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pH darah funicullus umbilicalis pada bayi asfiksia

dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto

Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pH darah funicullus umbilicalis pada bayi baru lahir

di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2014.


6

b. Mendeskripsikan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD

Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2014.

c. Menganalisis perbedaan pH darah funicullus umbilicalis pada bayi

asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia di RSUD Margono Soekardjo

Purwokerto Tahun 2014

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menjadi bahan masukan untuk menambah teori atau ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan khususnya tentang perbedaan keasaman darah pada bayi

dengan asfiksia dan bayi yang tidak asfiksia

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Mengembangkan wawasan peneliti mengenai perbedaan keasaman

darah pada bayi asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia dan

menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah.

b. Bagi Bidan

Mendapat informasi tentang perbedaan keasaman darah pada bayi

asfiksia dengan bayi yang tidak asfiksia sehingga apabila bidan

menghadapi bayi dengan asfiksia, bidan dapat menanganinya dengan

tepat.
7

c. Bagi Institusi Pendidikan atau Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Menambah bahan kepustakaan serta wacana kepustakaan bagi civitas

akademik tentang hubungan pH darah funicullus umbicalis dengan

kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.

F. Ruang Lingkup

1. Lingkup Materi

Materi dalam penelitian ini adalah ilmu kebidanan khususnya asuhan

kebidanan neonatus, bayi dan balita tentang asfiksia

2. Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2014

3. Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah bayi baru lahir

4. Lingkup Tempat

Tempat yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah RSUD Margono

Soekardjo Purwokerto
8

G. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian


No Nama dan Judul Jenis Tujuan Hasil
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Aristya Faktor-faktor Observasion Mengetahui Hasil uji chi square
(2008) yang al dengan faktor-faktor menunjukkan bahwa
berhubungan pendekatan yang ada hubungan antara
dengan retrospektif berhubungan usia kehamilan dan
kejadian design dengan partus lama dengan
asfiksia pada kejadian kejadian asfiksia
bayi baru lahir asfiksia pada pada bayi baru lahir
di Rumah Sakit bayi baru lahir (p=0,0014<α 0,005),
Umum Daerah di Rumah sedangkan umur ibu
Palembang Bari Sakit Umum tidak berhubungan
tahun 2008 Daerah dengan kejadian
Palembang asfiksia pada bayi
Bari tahun baru lahir (p=0,037 >
2008 0,005)
2 Amri Hubungan Survey Mengetahui Hasil penelitian
(2008) persalinan analitik hubungan menunjukkan bahwa
preterm dengan dengan persalinan didapatkan hubungan
Kejadian rancangan preterm yang bermakna
asfiksia casecontrol dengan antara persalinan
neonatorum dan kejadian preterm dengan
Di RSUD pendekatan asfiksia kejadian asfiksia
Pariaman retrospektif. neonatorum di neonatorum dimana
Tahun 2008 Rumah Sakit X2 hitung (25,9) > X2
Umum Daerah tabel (3,841).
Pariaman
tahun 2008

3 Purnama Perbedaan pH Observasion Mengetahui -


(2014) darah funicullus al dengan perbedaan pH
umbilicalis pendekatan darah
pada bayi cross funicullus
asfiksia dengan sectional umbilicalis
bayi yang tidak pada bayi
asfiksia di asfiksia
RSUD dengan bayi
Margono yang tidak
Soekardjo asfiksia di
Purwokerto RSUD
Tahun 2014 Margono
Soekardjo
Purwokerto
Tahun 2014

You might also like