Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kebiasaan jajan pada anak sudah menjadi kebiasaan umum dan ditemui di
berbagai tingkat sosial ekonomi masyarakat. Pada dasarnya anak-anak sekolah
dasar kebanyakan suka jajanan dibanding makanan berat. Mereka menghabiskan
uang jajannya untuk membeli jajanan di kantin sekolah maupun pedagang kaki
lima di sekitar sekolah. Bagi anak yang tidak terbiasa makan pagi, makanan
jajanan berfungsi sebagai makanan yang pertama kali masuk ke saluran
pencernaan, sehingga pada sebagian orang, jajanan menjadi penting artinya.
Terdapat dua kenyataan yang saling bertentangan apabila kita membahas masalah
kebiasaan jajan pada anak sekolah dasar. Jajanan seperti dua sisi mata uang. Baik
dan buruknya berjalan beriringan, selain banyak kandungan zat kimia yang
digunakan bertentangan dengan tubuh. Sebut saja, mulai boraks, formalin, MSG,
dan masih banyak zat-zat yang lain. Dilain sisi, jajanan ini diperlukan sebagai
makanan tambahan anak.
Jajanan anak sekolah dasar sangat beragam jenisnya, yang paling sering
ditemukan antara lain yaitu lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan
saus, es sirop, sate sosis dengan saus, empek-empek dan lain sejenisnya. Jajanan
yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh pihak sekolah dan tidak terlindung
serta tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur cacing, bakteri atau
mikroorganisme lainnya dapat menjadi sumber penularan infeksi kecacingan,
disentri dan infeksi penyakit lainnya pada anak. Selain melalui tangan, transmisi
penyakit dapat juga melalui makanan dan minuman, terutama jajanan yang tidak
dikemas dan tidak tertutup rapat. Kontaminan yang ada di tanah/debu akan
sampai pada makanan tersebut jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga
melalui lalat yang sebelumnya hinggap di tanah/selokan, sehingga kaki-kakinya
1
membawa telur cacing, bakteri dan mikroorganisme lainnya, terutama pada
jajanan yang tidak tertutup.
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
2.1.3 Sasaran
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan :
a. Sekolah taman kanak-kanak
b. Pendidikan dasar
c. Pendidikan menengah
d. Pendidikan agama
e. Pendidikan kejuruan
4
f. Pendidikan khusus (di luar sekolah)
Sasaran pembinaan UKS adalah:
a. Kepala Sekolah
b. Pembina UKS (teknis dan non teknis)
c. Peserta didik
d. Orang tua siswa
e. Masyarakat
2.1.4 Kegiatan
1. Pendidikan kesehatan di sekolah
a. Kegiatan intra kurikuler
Pendidikan kesehatan yang masuk ke dalam kurikulum, meliputi ilmu
kesehatan atau disiplin ilmu seperti : olah raga dan kesehatan, dan
ilmu pengetahuan alam.
b. Kegiatan ekstra kurikuler
Yaitu pendidikan kesehatan yang dimasukkan kedalam kegiatan-
kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat
pada peserta didik.
c. Kegiatan-kegiatan dalam pendidikan kesehatan di sekolah dapat
berupa :
1) Hygiene perseorangan meliputi pemeliharaan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
2) Pemeriksaan tumbang pada anak
3) Skrining
4) Lomba poster sehat
5) Perlombaan kebersihan kelas.
5
dilakukan oleh petugas puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk di
bawah koordinator UKS yang terdiri dari, dokter, perawat, juru imunisasi
dan sebagainya.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kesehatan fisik
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c. Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
g. Rujukan bila diperlukan untuk kasus yang tidak dapat ditanggulangi
di sekolah
h. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan guru
.
3. Kesehatan Lingkungan Sekolah
Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup :
a. Lingkungan fisik, kegiatannya meliputi :
1) Pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah air limbah, tempat
pembuangan tinja dan kebersihan lingkungan sekolah.
2) Pengawasan kantin sekolah.
3) Pengawasan bangunan sekolah yang sehat.
4) Pengawasan binatang yang ada di lingkungan sekolah.
5) Pengawasan terhadap pencemaran lingkungan tanah, air dan udara
di sekitar sekolah.
b. Lingkungan psikis, kegiatannya meliputi :
1) Memberikan perhatian pada perkembangan peserta didik.
2) Memberikan perhatian khusus pada anak didik yang bermasalah.
3) Membina hubungan kejiwaan antara guru dan peserta didik.
c. Lingkungan sosial, kegiatannya meliputi :
1) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan guru.
6
2) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta
didik.
3) Membina hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya.
4) Membina hubungan yang harmonis antara guru, murid dan
karyawan sekolah serta masyarakat sekolah.
2.1.5 Pengelolaan
a. Yang terlibat dalam UKS adalah :
1) Kepalasekolah
2) Guru UKS
3) Peserta didik
4) Petugas kesehatan masyarakat sekolah (BP3)
5) Orang tua atau wali murid
6) Masyarakat disekitar lingkungan sekolah
b. Kegiatan lintas sektoral
Kegiatan UKS melibatkan berbagai departemen sesuai dengan surat
keputusan bersama, beberapa departemen sebagai berikut :
1) Departemen kesehatan
2) Departemen pendidikan dan kebudayaan
3) Departemen dalam negeri
4) Departemen agama
c. Tolok ukur keberhasilan pembinaan
1) Dilihat dari segi peserta didik
a) Sehat, tidak sakit-sakitan dan bebas dari narkotika.
b) Absensi sakit menurun.
c) Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan
golongan usia.
d) Peserta didik telah mendapatkan imunisasi.
7
2) Dilihat dari lingkungan sekolah
a. Semua ruangan, kamar mandi, jamban, dan pekarangan bersih.
b. Tidak ada sampah.
c. Adanya sumber air bersih.
d. Peran perawat dalam kegiatan UKS
Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta
didik dengan melakukan pengumpulan data, analisa
data, dan perumusan masalah dan prioritas masalah.
Menyusun rencana kegiatan UKS bersama Pembina
UKS di sekolah.
Melaksanakan kegiatan UKS sesuai perencanaan
Penilaian dan pemantauan kegiatan UKS.
Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan rencana
kegiatan yang disusun.
Perawat yang ditunjuk oleh pihak puskesmas,
bertanggung jawab sebagai koordinator dalam
mengelola kegiatan UKS.
Perawat bertugas memberikan penyuluhan kepada
peserta didik yang bersifat umum dan klasikal, atau
secara tidak langsung pada saat melaksanakan
pemeriksaan fisik peserta didik secara perorangan.
8
Lingkungan psikis dalam sekolah dapat memelihara kesehatan
yang baik atau sebaliknya. Sudut pandang ini dapat dikaji
melalui komponen:
1. Pengorganisasian
Kegiatan keseharian sekolah meliputi: periode aktifitas
fisik, waktu dan pengembangan kemampuan, waktu makan,
minum, maupun toileting.
2. Keindahan (Aesthetic)
Dapat dilihat dari kebersihan ruangan, suasana kondusif
atau bahkan tertekan dan gelap terang ruangan.
3. Hubungan kekeluargaan
Meliputi beberapa besar partisipasi siswa dalam aktivitas
kelompok, kepedulian dan hubungan dengan orang lain.
4. Hubungan guru dengan murid
5. Hubungan yang baik sangat mempengaruhi kondisi psikis
di sekolah. Dalam hal ini perawat komunitas
mengidentifikasi sikap guru terhadap murid serta
penggunaan hukuman terhadap siswa yang salah dengan
layak/ mendidik.
6. Hubungan guru dengan guru
Hubungan antar guru yang efektif berupa saling sharing,
mendukung, kerjasama, dan memberi pedoman terhadap
perkembangan guru.
7. Disiplin
Perawat dapat mengkaji, bagaimana suatu peraturan dapat
dikomunikasikan secara jelas dan nyata pada siswa.
8. Kebijakan peraturan
Dapat dikaji bagaimana standar peraturan dilaksanakan
secara konsisten.
9. Hubungan orang tua dengan sekolah.
9
Hubungan antar orang tua yang efektif berupa saling
sharing, mendukung, kerjasama, dan memberi pedoman
terhadap perkembangan kemajuan prestasi anak.
10. Hubungan masyarakat sekitar dengan sekolah
Hubangan antara masyarakat dengan sekolah berupa
menjaga keamanan dan kenyamanan berlangsungnya proses
pembelajaran
c. Dimensi Fisik
1. Lingkungan Internal
a) Bahaya api
b) Sanitasi
c) Zat berbahaya
d) Peralatan laboratorium
e) Peralatan dapur
f) Bahan-bahan kimia
g) Binatang pengerat
h) Suara, cahaya, ventilasi
2. Lingkungan Eksternal
a) Lalu lintas
b) Air berbahaya
c) Pestisida
d) Binatang berbahaya
e) Bahaya industri
f) Polusi
d. Dimensi Sosial
Dapat dikaji melalui sikap masyarakat terhadap pendidikan
dan perawatan, faktor sosial orang tua dan sosial ekonomi
keluarga.
e. Dimensi Perilaku
Meliputi kekakuan peraturan sekolah, perilaku nutrisi (makan
pagi/siang), rekreasi dan istirahat.
10
f. Dimensi Sistem Kesehatan
Dipengaruhi oleh idividu dan masyarakat
Individu: Perawatan kesehatan individu dan keluarga
Masyarakat: Pelayanan untuk perawatan kesehatan yang
diperlukan dalam populasi sekolah.
11
BAB III
30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun
12
Dari 265 siswa SDN Kramat Jati 25 Pagi antara siswa laki-
laki yang berumur 8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8
– 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5
% dan 20 %.
2) Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3) Nilai, kepercayaan dan agama
Agama yang dianut oleh anak sekolah, tergambar pada diagram di
bawah ini :
Kristen
3.1%
Islam
96.9%
13
kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-anak
rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan.
1) Lingkungan Fisik
a. Inspeksi :
Tipe sekolah permanen, tempatnya tidak dekat dengan jalan
raya hanya dilewati mobil dan motor pribadi yang lalu lalang.
Kebersihan lingkungan sekolah terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang
terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di
depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak
terjamin kebersihannya. Terdapat 3 kamar mandi yang terpisah
antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan dan guru.
Kondisi terawat dengan baik.
b. Auskultasi
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah
SDN Kramat Jati 25 Pagi terdapat kegiatan ekstrakurikuler
yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola
dan senam, kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan
keagamaan seperti pengajian.
c. Angket
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang
kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang membiasakan anaknya jajan
sembarangan di pinggir jalan.
2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
14
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN Kramat Jati 25 Pagi terdapat
UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit.
Selain itu juga terdapat ruang BK untuk Bimbingan Konseling
siswa.
3) Ekonomi
a. Keamanan
15
Kebiasaan Jajan Sembarangan
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak
16
50
45
40
35
30 camilan
25 coklat
20 snack
15 es
10
5
0
camilan coklat snack es
17
100
90
80
70
60 YA
50
TIDAK
40
30
20
10
0
YA TIDAK
18
Alasan tidak membawa bekal Jumlah Persentase
ke sekolah
b. Transportasi
5) Komunikasi
a. Komunikasi formal
19
45
40
35
30
25
Guru
20
15
10
5
0
Guru Media orangtua
b. Komunikasi informal
20
60
50
40
30
20
10
0
Sering Jarang Tidak Pernah
Tidak perlu
1.0%
Perlu
99.0%
21
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 %
responden menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang tua
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya.
6) Pendidikan
7) Rekreasi
22
Data Problem Etiologi
DO: Pedagang di luar sekolah yang tidak Resiko terjadinya diare pada siswa Kurangnya pengetahuan
terjamin hyginenya/kebersihan dari makanan SDN Kramat Jati 25 Pagi
siswa akan kebersihan pada makanan dan
dan minuman yang dijual
minuman yang mereka konsumsi
DS: Para siswa membeli jajan ke pedagang di
luar sekolah
DO : Dari hasil angket terdapat 74 responden Ketidakefektifan komunikasi anak Jarang diskusi dengan orangtua untuk
yang jarang diskusi dengan orangtua dengan orang tua menyelesaikan masalah
23
3.2 Diagnosa keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah
1) Resiko terjadinya diare pada siswa SDN Kramat jati 25 Pagi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan siswa akan kebersihan
makanan dan minuman yang di konsumsi
2) Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua berhubungan
dengan jarang nya diskusi dengan orangtua untuk menyelesaikan
masalah.
24
Skoring
25
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
keperawatan
Resiko terjadinya 1. Jangka panjang : 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi 29 April SDN 25
diare pada siswa SDN Terbentuknya secara formal dengan
sekolah, guru, dan 2015 Pagi
Kramat jati 25 Pagi kelompok anak kepala sekolah, guru, dan
berhubungan dengan usia sekolah yang petugas UKS dan petugas informasi Kramat
kurangnya peduli terhadap
UKS SDN 25 Jati
pengetahuan siswa kesehatan 2. Berikan penyuluhan
akan kebersihan kesehatan tentang jajanan Pagi Kramat - Ceramah dan
makanan dan 2. Jangka pendek sehat pada kelompok anak
Jati diskusi
minuman yang di - Anak usia usia sekolah
konsumsi sekolah tidak
mengalami 3. Demontrasikan jenis jenis
- Kelompok
diare dan sakit makanan sehat - Edukasi dan
perut anak usia
- Anak usia 4. Beri kesempatan pada demonstrasi
sekolah di
sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah untuk bersama- SDN 25 Pagi
pengetahuan sama makan 4 sehat 5 - Monitoring
Kramat Jati
yang cukup sempurna
tentang
jajanan sehat 5. Lakukan kerjasama
- Puskesmas kel
dengan puskesmas
setempat untuk melakukan kramat jati
monitoring terhadap
kelompok anak usia
sekolah di SDN 25 Pagi
Kramat Jati
26
3.4 Implementasi
27
3.5 Evaluasi asuhan keperawatan kelompok khusus dengan setting
sekolah
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN Kramat Jati 25 Pagi
adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat
diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan kelompok anak usia
sekolah tentang jajanan sehat dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari
antusias anak usia sekolah dalam mengulang materi.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Data didapatkan dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Pembina
UKS dan dari hasil kuesioner siswa kelas 3, 4, dan 5 yang keseluruhan berjumlah
123 siswa, didapatkam data 65% siswa SDN Kramat Jati 25 Pagi mengkonsumsi
makanan tidak sehat yang dapat mengakibatkan sakit perut dan diare.
Tidak ada hambatan dalam hal ini, semua siswa kelas 3, 4, dan 5 dapat mengisi
angket dengan baik .
Setelah data diolah dan didapatkan beberapa masalah, kemudian data tersebut di
scoring dilihat dari seberapa besar masalah kesehatan yang mengancam jiwa.
Masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian diare pada anak
usia sekolah dan yang akan dijadikan intervensi adalah upaya preventif dan
promotif untuk mencegah terjadinya diare pada anak usia sekolah di SDN Kramat
Jati 25 Pagi.
Tidak ada hambatan dalam hal ini, perencanaan keperawatan di buat berdasarkan
masalah prioritas.
29
penghambat dalam hal ini adalah kurang nya kerjasama yang kami lakukan
dengan pihak puskesmas dalam monitoring makanan sehat karena kesibukan yang
mereka lakukan dalam upaya kuratif di puskesmas.
30
31