You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebiasaan jajan pada anak sudah menjadi kebiasaan umum dan ditemui di
berbagai tingkat sosial ekonomi masyarakat. Pada dasarnya anak-anak sekolah
dasar kebanyakan suka jajanan dibanding makanan berat. Mereka menghabiskan
uang jajannya untuk membeli jajanan di kantin sekolah maupun pedagang kaki
lima di sekitar sekolah. Bagi anak yang tidak terbiasa makan pagi, makanan
jajanan berfungsi sebagai makanan yang pertama kali masuk ke saluran
pencernaan, sehingga pada sebagian orang, jajanan menjadi penting artinya.
Terdapat dua kenyataan yang saling bertentangan apabila kita membahas masalah
kebiasaan jajan pada anak sekolah dasar. Jajanan seperti dua sisi mata uang. Baik
dan buruknya berjalan beriringan, selain banyak kandungan zat kimia yang
digunakan bertentangan dengan tubuh. Sebut saja, mulai boraks, formalin, MSG,
dan masih banyak zat-zat yang lain. Dilain sisi, jajanan ini diperlukan sebagai
makanan tambahan anak.

Jajanan anak sekolah dasar sangat beragam jenisnya, yang paling sering
ditemukan antara lain yaitu lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan
saus, es sirop, sate sosis dengan saus, empek-empek dan lain sejenisnya. Jajanan
yang kebersihannya tidak dapat dikontrol oleh pihak sekolah dan tidak terlindung
serta tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur cacing, bakteri atau
mikroorganisme lainnya dapat menjadi sumber penularan infeksi kecacingan,
disentri dan infeksi penyakit lainnya pada anak. Selain melalui tangan, transmisi
penyakit dapat juga melalui makanan dan minuman, terutama jajanan yang tidak
dikemas dan tidak tertutup rapat. Kontaminan yang ada di tanah/debu akan
sampai pada makanan tersebut jika diterbangkan oleh angin atau dapat juga
melalui lalat yang sebelumnya hinggap di tanah/selokan, sehingga kaki-kakinya

1
membawa telur cacing, bakteri dan mikroorganisme lainnya, terutama pada
jajanan yang tidak tertutup.

Selain kontaminasi mikrobiologis, kontaminasi kimiawi yang umum ditemukan


pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan
(BTP) ilegal seperti boraks (mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet
mayat), rhodamin B( pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna
kuning pada tekstil). Bahan-bahan ini terakumulasi pada tubuh manusia dan
bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit
antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Belakangan juga
terungkap bahwa dampak makanan tertentu ternyata mempengaruhi fungsi otak
termasuk gangguan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut
meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan
bicara, hiperaktif hingga memperberat gejala pada penderita autis.

Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang


sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare atau kesulitan buang air
besar. Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari WHO yang
mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia
tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM dan
Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes Nomor
722/Menkes/Per/IX/1998.

Berdasarkan survey yang dilakukan di SDN Kramat Jati 25 Pagi dari 32


siswa/siswi 60% masih melakukan jajan sembarangan di luar ataupun di penjual
kaki 5.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa kebiasaan jajan sembarangan pada


anak-anak memiliki risiko serta dampak yang buruk bagi kesehatan. Hal ini
disebabkan masih kurangnya pengetahuan siswa/siswi tentang kandungan zat-zat
2
kimia dalam jajanan tersebut serta bahaya yang ditimbulkannya bagi kesehatan.
Melalui pemberian materi kepada siswa/siswi diharapkan timbulnya kesadaran
siswa tersebut akan bahaya jajan sembarangan serta melakukan perilaku-perilaku
yang sehat untuk tidak jajan sembarangan dan dapat mengedukasi teman-
temannya untuk melakukan perilaku yang sama.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan siswa/siswi
dapat mengetahui bagaimana bahaya jajan sembarangan, sehingga
siswa/siswi dapat menerapkan pola hidup sehat dari dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Siswa/siswimemahami dan dapat menjelaskan kembali pengertian
jajan sembarangan
b. Siswa/siswi memahami dan dapat menjelaskan kembali jenis makanan
jajanan
c. Siswa/siswi memahami dan dapat menjelaskan kembali bahaya jajan
sembarangan
d. Siswa/siswi memahami dan dapat menjelaskan kembali pencegahan
jajan sembarangan
e. Siswa/siswi memahami dan dapat menerapkan pola makan yang sehat.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah

2.1.1 Pengertian

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Usaha Kesehatan Sekolah


(UKS) adalah upaya pembinaan dan pengembangan kebiasaan hidup sehat
yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan
kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah
(Efendi, 1998).
Sedangkan menurut Azrul Azwar, UKS adalah usaha kesehatan pokok yang
menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah
dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan
kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar
anak sekolah yang setinggi-tingginya (Efendi, 1998).

2.1.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan utama UKS disebut Triase UKS, yang terdiri dari :


a. Pendidikan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan
c. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

2.1.3 Sasaran

Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan :
a. Sekolah taman kanak-kanak
b. Pendidikan dasar
c. Pendidikan menengah
d. Pendidikan agama
e. Pendidikan kejuruan
4
f. Pendidikan khusus (di luar sekolah)
Sasaran pembinaan UKS adalah:
a. Kepala Sekolah
b. Pembina UKS (teknis dan non teknis)
c. Peserta didik
d. Orang tua siswa
e. Masyarakat

2.1.4 Kegiatan
1. Pendidikan kesehatan di sekolah
a. Kegiatan intra kurikuler
Pendidikan kesehatan yang masuk ke dalam kurikulum, meliputi ilmu
kesehatan atau disiplin ilmu seperti : olah raga dan kesehatan, dan
ilmu pengetahuan alam.
b. Kegiatan ekstra kurikuler
Yaitu pendidikan kesehatan yang dimasukkan kedalam kegiatan-
kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat
pada peserta didik.
c. Kegiatan-kegiatan dalam pendidikan kesehatan di sekolah dapat
berupa :
1) Hygiene perseorangan meliputi pemeliharaan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
2) Pemeriksaan tumbang pada anak
3) Skrining
4) Lomba poster sehat
5) Perlombaan kebersihan kelas.

2. Pelayanan kesehatan sekolah


Kegiatan ini dimaksudkan untuk memelihara, meningkatkan dan
menemukan secara dini gangguan kesehatan yang mungkin terjadi
terhadap peserta didik maupun gurunya. Pemeliharaan kesehatan sekolah

5
dilakukan oleh petugas puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk di
bawah koordinator UKS yang terdiri dari, dokter, perawat, juru imunisasi
dan sebagainya.
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kesehatan fisik
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c. Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
g. Rujukan bila diperlukan untuk kasus yang tidak dapat ditanggulangi
di sekolah
h. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan guru
.
3. Kesehatan Lingkungan Sekolah
Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup :
a. Lingkungan fisik, kegiatannya meliputi :
1) Pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah air limbah, tempat
pembuangan tinja dan kebersihan lingkungan sekolah.
2) Pengawasan kantin sekolah.
3) Pengawasan bangunan sekolah yang sehat.
4) Pengawasan binatang yang ada di lingkungan sekolah.
5) Pengawasan terhadap pencemaran lingkungan tanah, air dan udara
di sekitar sekolah.
b. Lingkungan psikis, kegiatannya meliputi :
1) Memberikan perhatian pada perkembangan peserta didik.
2) Memberikan perhatian khusus pada anak didik yang bermasalah.
3) Membina hubungan kejiwaan antara guru dan peserta didik.
c. Lingkungan sosial, kegiatannya meliputi :
1) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan guru.

6
2) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta
didik.
3) Membina hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya.
4) Membina hubungan yang harmonis antara guru, murid dan
karyawan sekolah serta masyarakat sekolah.

2.1.5 Pengelolaan
a. Yang terlibat dalam UKS adalah :
1) Kepalasekolah
2) Guru UKS
3) Peserta didik
4) Petugas kesehatan masyarakat sekolah (BP3)
5) Orang tua atau wali murid
6) Masyarakat disekitar lingkungan sekolah
b. Kegiatan lintas sektoral
Kegiatan UKS melibatkan berbagai departemen sesuai dengan surat
keputusan bersama, beberapa departemen sebagai berikut :
1) Departemen kesehatan
2) Departemen pendidikan dan kebudayaan
3) Departemen dalam negeri
4) Departemen agama
c. Tolok ukur keberhasilan pembinaan
1) Dilihat dari segi peserta didik
a) Sehat, tidak sakit-sakitan dan bebas dari narkotika.
b) Absensi sakit menurun.
c) Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan
golongan usia.
d) Peserta didik telah mendapatkan imunisasi.

7
2) Dilihat dari lingkungan sekolah
a. Semua ruangan, kamar mandi, jamban, dan pekarangan bersih.
b. Tidak ada sampah.
c. Adanya sumber air bersih.
d. Peran perawat dalam kegiatan UKS
 Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta
didik dengan melakukan pengumpulan data, analisa
data, dan perumusan masalah dan prioritas masalah.
 Menyusun rencana kegiatan UKS bersama Pembina
UKS di sekolah.
 Melaksanakan kegiatan UKS sesuai perencanaan
 Penilaian dan pemantauan kegiatan UKS.
 Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan rencana
kegiatan yang disusun.
 Perawat yang ditunjuk oleh pihak puskesmas,
bertanggung jawab sebagai koordinator dalam
mengelola kegiatan UKS.
 Perawat bertugas memberikan penyuluhan kepada
peserta didik yang bersifat umum dan klasikal, atau
secara tidak langsung pada saat melaksanakan
pemeriksaan fisik peserta didik secara perorangan.

2.2 Konsep Asuhan pada Kelompok Khusus dengan Settingan Sekolah


2.2.1 Pengkajian pada Area Sekolah
a. Dimensi Biofisikal
Faktor- faktor yang perlu dikaji adalah kematangan dan usia,
warisan genetik dan fungsi fisiologis.
b. Dimensi Psikologis

8
Lingkungan psikis dalam sekolah dapat memelihara kesehatan
yang baik atau sebaliknya. Sudut pandang ini dapat dikaji
melalui komponen:
1. Pengorganisasian
Kegiatan keseharian sekolah meliputi: periode aktifitas
fisik, waktu dan pengembangan kemampuan, waktu makan,
minum, maupun toileting.
2. Keindahan (Aesthetic)
Dapat dilihat dari kebersihan ruangan, suasana kondusif
atau bahkan tertekan dan gelap terang ruangan.
3. Hubungan kekeluargaan
Meliputi beberapa besar partisipasi siswa dalam aktivitas
kelompok, kepedulian dan hubungan dengan orang lain.
4. Hubungan guru dengan murid
5. Hubungan yang baik sangat mempengaruhi kondisi psikis
di sekolah. Dalam hal ini perawat komunitas
mengidentifikasi sikap guru terhadap murid serta
penggunaan hukuman terhadap siswa yang salah dengan
layak/ mendidik.
6. Hubungan guru dengan guru
Hubungan antar guru yang efektif berupa saling sharing,
mendukung, kerjasama, dan memberi pedoman terhadap
perkembangan guru.
7. Disiplin
Perawat dapat mengkaji, bagaimana suatu peraturan dapat
dikomunikasikan secara jelas dan nyata pada siswa.
8. Kebijakan peraturan
Dapat dikaji bagaimana standar peraturan dilaksanakan
secara konsisten.
9. Hubungan orang tua dengan sekolah.

9
Hubungan antar orang tua yang efektif berupa saling
sharing, mendukung, kerjasama, dan memberi pedoman
terhadap perkembangan kemajuan prestasi anak.
10. Hubungan masyarakat sekitar dengan sekolah
Hubangan antara masyarakat dengan sekolah berupa
menjaga keamanan dan kenyamanan berlangsungnya proses
pembelajaran
c. Dimensi Fisik
1. Lingkungan Internal
a) Bahaya api
b) Sanitasi
c) Zat berbahaya
d) Peralatan laboratorium
e) Peralatan dapur
f) Bahan-bahan kimia
g) Binatang pengerat
h) Suara, cahaya, ventilasi
2. Lingkungan Eksternal
a) Lalu lintas
b) Air berbahaya
c) Pestisida
d) Binatang berbahaya
e) Bahaya industri
f) Polusi
d. Dimensi Sosial
Dapat dikaji melalui sikap masyarakat terhadap pendidikan
dan perawatan, faktor sosial orang tua dan sosial ekonomi
keluarga.
e. Dimensi Perilaku
Meliputi kekakuan peraturan sekolah, perilaku nutrisi (makan
pagi/siang), rekreasi dan istirahat.

10
f. Dimensi Sistem Kesehatan
Dipengaruhi oleh idividu dan masyarakat
Individu: Perawatan kesehatan individu dan keluarga
Masyarakat: Pelayanan untuk perawatan kesehatan yang
diperlukan dalam populasi sekolah.

11
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

Asuhan keperawatan anak sekolah yang dilakukan di SDN Kramat Jati 25


Pagi menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian
status kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan Pembina UKS, Guru pada institusi pendidikan, anak sekolah dan
orang tua, dan kepala sekolah.

3.1 Pengkajian kelompok khusus pada setting sekolah


Pengkajian pada anak sekolah menggunakan pendekatan Community as
partner meliputi data inti komunitas dan subsystem.

3.1.1. Data inti komunitas, terdiri dari :


1) Demografi
Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN
Kramat Jati 25 Pagi untuk usia 6 – 12 tahun 265 siswa, jumlah
anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar
pada grafik di bawah ini :

30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin


di SDN Kramat Jati 25 Pagi Kramat Jati tahun 2015.

12
Dari 265 siswa SDN Kramat Jati 25 Pagi antara siswa laki-
laki yang berumur 8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8
– 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5
% dan 20 %.

2) Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3) Nilai, kepercayaan dan agama
Agama yang dianut oleh anak sekolah, tergambar pada diagram di
bawah ini :
Kristen

3.1%

Islam

96.9%

Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN


Kramat Jati 25 Pagi pada tahun 2015.

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu


96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan


tersedia mushala untuk tempat beribadah, kegiatan keagamaan
dilaksanakan di mushalla tersebut. Di sekolah terdapat mata
pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan


bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik,

13
kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-anak
rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan.

3.1.2. Data subsystem


Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :

1) Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik meliputi

a. Inspeksi :
Tipe sekolah permanen, tempatnya tidak dekat dengan jalan
raya hanya dilewati mobil dan motor pribadi yang lalu lalang.
Kebersihan lingkungan sekolah terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang
terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di
depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak
terjamin kebersihannya. Terdapat 3 kamar mandi yang terpisah
antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan dan guru.
Kondisi terawat dengan baik.

b. Auskultasi
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah
SDN Kramat Jati 25 Pagi terdapat kegiatan ekstrakurikuler
yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola
dan senam, kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan
keagamaan seperti pengajian.

c. Angket
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang
kurang baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan
lingkungan anak yang membiasakan anaknya jajan
sembarangan di pinggir jalan.
2) Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

14
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN Kramat Jati 25 Pagi terdapat
UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit.
Selain itu juga terdapat ruang BK untuk Bimbingan Konseling
siswa.

3) Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang


tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan
berdagang untuk mencari nafkah.

4) Keamanan dan Transportasi

a. Keamanan

Tidak terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah


menyebrang jalan raya, sehingga ditemukan resiko yang
mengancam jiwa anak usia sekolah.
Ada juga kebiasaan yang mengancam kesehatan anak sekolah
seperti :
1. Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah
adalah sebagai berikut (diagram 3) :

15
Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak


usia sekolah di SDN Kramat Jati 25 Pagi

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah


memiliki kebiasaan jajan sembarangan sebesar 98 anak
(80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi kesehatan anak
usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan
gizi yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan
berbagai macam masalah kesehatan untuk anak usia
sekolah.
2. Jenis jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah
sebagai berikut (Diagram 4):

16
50
45
40
35
30 camilan
25 coklat
20 snack
15 es
10
5
0
camilan coklat snack es

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah di SDN


Kramat Jati 25 Pagi.

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia


sekolah adalah camilan sebanyak 46 anak Ini merupakan
hal yang negatif bagi kesehatan anak usia sekolah karena
dalam camilan mengandung borax sehingga berisiko tinggi
terjadi sakit perut dan diare pada anak usia sekolah di SDN
Kramat Jati 25 Pagi.
3. Kebiasan membawa bekal setiap hari, (pada diagram 5)

17
100
90
80
70
60 YA
50
TIDAK
40
30
20
10
0
YA TIDAK

Diagram 5 : Kebiasaan membawa bekal yang dilakukan oleh anak usia


sekolah di sekolah SDN Kramat Jati 25 Pagi

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak


membawa bekal sebanyak 92 anak (75%). Ini merupakan
hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah karena
kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu
apabila tidak membawa bekal sendiri dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan. Berdasarkan
wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-
anak SDN 25 Pagi Kramat Jati sudah pernah mendapatkan
pengetahuan tentang jajanan sehat.

Alasan kebiasaan anak SDN Kramat Jati 25 Pagi tidak


membawa bekal dapat dilihat pada tabel (tabel 1) di bawah
ini :

18
Alasan tidak membawa bekal Jumlah Persentase
ke sekolah

Selalu terburu buru 50 40.6 %

Orang tua sibuk 60 48.7 %

Membawa uang saku /jajan 13 10.5 %

Total 123 100

Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak membawa


bekal ke sekolah

b. Transportasi

Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN Kramat Jati


25 Pagi adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

5) Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk


memperoleh informasi pengetahuan tentang jajanan sehat
berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil pengkajian
yang telah diperoleh adalah sebagai berikut (diagram 6) :

19
45
40
35
30
25
Guru
20
15
10
5
0
Guru Media orangtua

Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk


memperoleh pengetahuan tentang jajanan sehat di sekolah
SDN Kramat Jati 25 Pagi

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai


informasi tentang jajanan sehat bersumber dari guru sebesar
45%. informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak
positif.

b. Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di


sekolah SDN Kramat Jati 25 Pagi meliputi data tentang diskusi
yang dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar
lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

20
60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang


tua di sekolah SDN Kramat Jati 25 Pagi

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab


jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi
masalah anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini
sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak untuk
mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum
tentu kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan
sebagai pendengar aktif dan pemberi solusi bagi permasalahan
yang dihadapi oleh anaknya.

Tidak perlu

1.0%

Perlu

99.0%

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di


sekolah SDN Kramat Jati 25 Pagi

21
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 %
responden menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang tua
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada dirinya.

6) Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN 25 Pagi.

7) Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang


tuanya biasanya ke wisata alam terbuka. Untuk pengembangan
bakat anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN Kramat
Jati 25 Pagi terdapat lapangan sepak bola, sanggar tari.

3.1.3. Analisa data

22
Data Problem Etiologi

DO: Pedagang di luar sekolah yang tidak Resiko terjadinya diare pada siswa Kurangnya pengetahuan
terjamin hyginenya/kebersihan dari makanan SDN Kramat Jati 25 Pagi
siswa akan kebersihan pada makanan dan
dan minuman yang dijual
minuman yang mereka konsumsi
DS: Para siswa membeli jajan ke pedagang di
luar sekolah

DO : Dari hasil angket terdapat 74 responden Ketidakefektifan komunikasi anak Jarang diskusi dengan orangtua untuk
yang jarang diskusi dengan orangtua dengan orang tua menyelesaikan masalah

DS : Para siswa mengatakan jarang diskusi


dengan orangtua tentang pentingnya
membawa bekal 4 sehat 5 sempurna karena
kesibukan orang tua.

23
3.2 Diagnosa keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah
1) Resiko terjadinya diare pada siswa SDN Kramat jati 25 Pagi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan siswa akan kebersihan
makanan dan minuman yang di konsumsi
2) Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua berhubungan
dengan jarang nya diskusi dengan orangtua untuk menyelesaikan
masalah.

3.3 Perencanaan keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah


Skoring

24
Skoring

Diagnosa Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


keperawatan pada penyelesaian positif untuk untuk score
anak usia sekolah masalah penyelesaian Peningkatan
di komunitas kualitas
hidup
0 : tidak ada 0 : tidak ada 0 : tidak ada
1 : rendah 1 : rendah 1 : rendah
2 : sedang 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi 3 : tinggi
Resiko terjadinya 3 3 3 9
diare pada siswa
SDN Kramat jati 25
Pagi berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan siswa
akan kebersihan
makanan dan
minuman yang
dikonsumsi.
Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak
dengan orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko


kejadian diare pada anak usia sekolah dan yang akan dijadikan
implementasi adalah upaya preventif dan promotif untuk mencegah
terjadinya diare pada anak usia sekolah di SDN Kramat Jati 25 Pagi.

25
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
keperawatan
Resiko terjadinya 1. Jangka panjang : 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi 29 April SDN 25
diare pada siswa SDN Terbentuknya secara formal dengan
sekolah, guru, dan 2015 Pagi
Kramat jati 25 Pagi kelompok anak kepala sekolah, guru, dan
berhubungan dengan usia sekolah yang petugas UKS dan petugas informasi Kramat
kurangnya peduli terhadap
UKS SDN 25 Jati
pengetahuan siswa kesehatan 2. Berikan penyuluhan
akan kebersihan kesehatan tentang jajanan Pagi Kramat - Ceramah dan
makanan dan 2. Jangka pendek sehat pada kelompok anak
Jati diskusi
minuman yang di - Anak usia usia sekolah
konsumsi sekolah tidak
mengalami 3. Demontrasikan jenis jenis
- Kelompok
diare dan sakit makanan sehat - Edukasi dan
perut anak usia
- Anak usia 4. Beri kesempatan pada demonstrasi
sekolah di
sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah untuk bersama- SDN 25 Pagi
pengetahuan sama makan 4 sehat 5 - Monitoring
Kramat Jati
yang cukup sempurna
tentang
jajanan sehat 5. Lakukan kerjasama
- Puskesmas kel
dengan puskesmas
setempat untuk melakukan kramat jati
monitoring terhadap
kelompok anak usia
sekolah di SDN 25 Pagi
Kramat Jati
26
3.4 Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

1. Risiko terjadinya Rabu / 29 1. Melakukan pendekatan secara


kejadian diare April 2015 formal dengan kepala sekolah, guru,
pada anak usia dan petugas UKS.
sekolah n Hasil : Kepala sekolah, seluruh
guru, dan petugas UKS mendukung
diadakannya penyuluhan kesehatan
tentang karies gigi di SDN 25 Pagi
Kramat Jati

2. Memberikan penyuluhan kesehatan


tentang diare pada kelompok anak
usia sekolah.
Hasil : Seluruh anak antusias dan
semangat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan.

3. Memberikan contoh makanan 4


sehat 5 sempurna pada kelompok
anak usia sekolah
Hasil : Seluruh anak antusias dan
semangat untuk mengenal makanan
4 sehat 5 sempurna.

27
3.5 Evaluasi asuhan keperawatan kelompok khusus dengan setting
sekolah

Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN Kramat Jati 25 Pagi
adalah 100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat
diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan kelompok anak usia
sekolah tentang jajanan sehat dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari
antusias anak usia sekolah dalam mengulang materi.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah

Data didapatkan dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru, Pembina
UKS dan dari hasil kuesioner siswa kelas 3, 4, dan 5 yang keseluruhan berjumlah
123 siswa, didapatkam data 65% siswa SDN Kramat Jati 25 Pagi mengkonsumsi
makanan tidak sehat yang dapat mengakibatkan sakit perut dan diare.

Tidak ada hambatan dalam hal ini, semua siswa kelas 3, 4, dan 5 dapat mengisi
angket dengan baik .

4.2 Diagnosis keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah

Diagnosis keperawatan diambil berdasarkan etiologi dan problem yang terjadi


pada masalah kesehatan . Tidak adanya faktor hambatan dalam hal ini.

4.3 Perencanaan keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah

Setelah data diolah dan didapatkan beberapa masalah, kemudian data tersebut di
scoring dilihat dari seberapa besar masalah kesehatan yang mengancam jiwa.
Masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian diare pada anak
usia sekolah dan yang akan dijadikan intervensi adalah upaya preventif dan
promotif untuk mencegah terjadinya diare pada anak usia sekolah di SDN Kramat
Jati 25 Pagi.

Tidak ada hambatan dalam hal ini, perencanaan keperawatan di buat berdasarkan
masalah prioritas.

4.4 Implementasi keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah

Berdasarkan perencanaan yang dibuat maka ditentukan implementasi nya dalah


upaya preventif dan promotif yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang
jajanan sehat dan memberikan contoh macam macam jajanan sehat. Faktor

29
penghambat dalam hal ini adalah kurang nya kerjasama yang kami lakukan
dengan pihak puskesmas dalam monitoring makanan sehat karena kesibukan yang
mereka lakukan dalam upaya kuratif di puskesmas.

4.5 Evaluasi keperawatan kelompok khusus dengan setting sekolah


Evaluasi yang kami lihat pada hari kamis tgl 30 april 2015 adalah mayoritas murid
murid SDN Kramat Jati 25 Pagi banyak yang membawa bekal, walaupun dari
mereka masih ada sedikit yang jajan di luar. Kebiasaan konsumsi makanan sehat
sudah mulai terbentuk sejak dini.

30
31

You might also like