You are on page 1of 26

MAKALAH ANATOMI RADIOLOGI

PEMERIKSAAN THORAX PADA KASUS BRONCHOPNEUMONIA

Dosen pengampu : Lutfi Rusyadi,SKKM,M.Hkes,M.Sc

Disusun oleh :

CLEMENTIA SELNIA TEMU

P1337430117034

PRODI D-III TEKNIK RADIOLOGI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur dihaturkan kehadirat Allah Bapa Yang Mahakuasa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan Makalah Pemeriksaan Thorax Pada Kasus Bronchopneumonia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Radiologi,dalam

penyusunan makalah ini tidak lepas dari segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

orang yang telah menbantu penulis dalam menyeselaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan

karena segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi sempurnanya laporan kasus ini, penulis

sangat membutuhkan dukungan yang berupa kritik dan saran yang bersifat

membangun.Penulis juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para

pembaca

Semarang, Oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.Latar Belakang........................................................................................................4

2.Rumusan Masalah...................................................................................................5

3.Tujuan Penulisan.....................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................6

1.Anatomi Sistem Pernapasan....................................................................................6

2.Pengertian Bronchopneumonia...............................................................................10

3.Patofisiologi............................................................................................................10

4.Teknik Pemeriksaan................................................................................................13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................20

1.Profil Kasus.............................................................................................................20

2.Teknik Pemeriksaan Thorax PA..............................................................................21

3.Pembahasan.............................................................................................................23

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................24

1.Kesimpulan.............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................25

LAMPIRAN........................................................................................................................26

BAB I

3
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut UNICEF dan WHO (2006), pneumonia merupakan pembunuh anak

paling utama yang terlupakan (major “forgotten killer of children”). Pneumonia

merupakan penyebab kematian yang tinggi, yaitu sebanyak 19%. Lebih tinggi bila

dibandingkan dengan total kematian akibat AIDS (3%), malaria (8%) dan campak

(4%). Setiap tahun, lebih dari 2 juta anak meninggal karena pneumonia. Pneumonia

merupakan penyebab kematian yang paling sering, terutama di negara dengan angka

kematian tinggi. Hampir semua kematian akibat pneumonia (99,9%), terjadi di negara

berkembang dan kurang berkembang (least developed).1

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari Departemen Kesehatan tahun

1992, 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa pneumonia mempunyai kontribusi besar

terhadap kematian bayi dan anak. Sedangkan pada penelitian kesehatan dasar

(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi pneumonia pada anak 11,2%. Pneumonia

menduduki tempat ke-2 sebagai penyebab kematian bayi dan balita setelah diare, yaitu

sebesar 15,5% dan menduduki tempat ke-3 sebagai penyebab kematian pada

neonatus.2,3

Berdasarkan organ yang terkena, pneumonia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia), dan pneumonia intersisial

(bronkiolitis). Pneumonia lobaris paling sering mengenai usia dewasa muda, sedangkan

bronkopneumonia dan bronkiolitis sering mengenai balita dan anak-anak. 4 Bronkiolitis

paling banyak pada anak usia kurang dari 2 tahun, sedangkan bronkopneumonia dapat

mengenai anak dan remaja pada semua usia.

Kemampuan tenaga kesehatan dalam diagnosis dan tatalaksana bronkopneumia

pada anak menjadi penting dalam menurunkan angka morbiditas dan motalitas.

4
Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang

efektif dan efisien. Tindakan pencegahan juga penting karena tindakan sederhana dapat

dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan.6

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pemeriksaan thorax?

2. Apa saja berbedaan kriteria hasil radiograf thorax normal dan thorax

bronchopneumonia?

3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan thorax pada kasus bronchopneumonia

2. Untuk mengetahui perbedaan antara gambaran radiograf thorax normal dan thorax

bronchopenumonia

BAB II

DASAR TEORI

5
1. Anatomi Sistem Pernapasan

a. Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari

paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan

serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.

b. Faring atau tenggorokan

Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.faring

dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

c. Laring atau pangkal tenggorokan

Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama

laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas

bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga

disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid,

kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.

d. Trakea atau batang tenggorokan

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-

tulang rawan.

e. Bronkus atau cabang tenggorokan

Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.

6
f. Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli.

Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-

paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.

Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :

 Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke

dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan

yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau

menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot.

Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah,

yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke

kedua sisi dan dari depan ke belakang.

7
Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena

paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-

gerakan ini adalah proses pasif.

Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan

tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru

pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.

 Difusigas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler

paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.Proses pertukaran dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi,

dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.

 Transportasigas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan

tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh

darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.

Secara anatomis, system respirasi dibagi menjadi dua yaitu saluran pernafasan

dan parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ hidung, mulut, trakea,

bronkus, dan bronkiolus. Didalam rongga toraks bronkus bercabang menjadi dua

yaitu : kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang menjadi bronkiolus, bagi

parenkim paru berupa kantong-kantong yang menempel diujung bronkiolus yang

disebut alveoli ( bila banyak ).

8
Fungsi pernapasan yang utama adalah untuk mengambil oksigen (O 2) dari

atmosfer ke dalam sel-sel tubuh sebagai bahan metabolisme tubuh, dan mentranport

karbondioksida (CO2) kembali ke atmosfer. Secara anatomis, sistem respirasi dibagi

menjadi saluran napas atas dan saluran napas bawah. Saluran napas atas terdiri dari

nasi, cavum nasi, sinus paranasalis dan faring. Komponen tersebut berfungsi untuk

menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara, serta mencegah patogen

memasuki saluran napas bawah. Saluran napas bawah terdiri dari laring, trakhea,

bronkus, bronkiolus, dan alveolus.7


Berdasarkan fungsi, sistem pernapasan dibagi menjadi bagian konduksi dan

bagian respirasi. Bagian konduksi berfungsi untuk membawa udara ke bagian

respirasi, yang meliputi nasal, cavum nasi, faring, laring, trachea, bronkus dan

bronkiolus. Bagian respirasi berperan dalam pertukaran gas, yaitu alveolus.7

Gambar 1. Anatomi sistem respirasi manusia8

2. Pengertian Bronchopneumonia

9
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia

disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai

peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan

meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli. Pada

keadaan normal, alveolus terisi udara, namun pada pasien dengan bronkopneumonia,

alveoli akan terisi dengan pus dan cairan, sehingga menyebabkan nyeri dada, hambatan

oksigenasi dan sesak napas.


3. Patofisiologi
Sebagian besar bronkopneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman atau

penyebaran langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan

akibat sekunder dari bakterimia atau viremia atau penyebaran dari infeksi intra

abdomen. Dalam keadaan normal mulai dari sublaring hingga unit terminal adalah

steril. Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru.

Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.13

Paru terlindungi dari infeksi dengan beberapa mekanisme :

1. Filtrasi partikel di hidung


2. Pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis
3. Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
4. Pembersihan kearah kranial oleh mukosiliar
5. Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
6. Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
7. Drainase melalui sistem limfatik.14
Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan antara daya

tahan tubuh dan patogen dari luar, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak

dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.15


Gangguan pertahanan tubuh akan menyebabkan mikroorganisme sampai ke

alveoli dan menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah

itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi

empat stadium, yaitu :


 Stadium Kongesti atau Hiperemis (4-12 jam pertama)

10
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.Hal ini ditandai dengan

peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat

infeksi.Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan

darisel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.Mediator-

mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.Degranulasi sel mast

juga mengaktifkan jalur komplemen.Komplemen bekerja sama dengan

histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan

peningkatan permeabilitas kapilerparu.


Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma kedalam ruang

interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan

alveolus.Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan

jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka

perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasioksigen haemoglobin.

 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel

darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host)

sebagai bagian dari reaksi peradangan.Lobus yang terkena menjadi padat

oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga

warna parumen jadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium

iniudara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan

bertambah sesak, stadium iniberlangsung sangat singkat, yaitu selama 48

jam.

11
Gambar 2.Stasium hepatisasi merah. Tampak alveolus terisi sel darah merah dan sel

sel inflamasi (neutrofil)17

 Stadium Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.Pada saat ini endapan fibrin

terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa

sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap

padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

Gambar 3.Stadium hepatisasi kelabu. tampak alveolus terisi dengan eksudat dan

netrofil17

 Stadium Resolusi (7-11 hari)

12
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh

makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.1


4. Teknik Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien:
Tidak ada persiapan khusus,pastikan tidak ada benda logam atau benda yang

dapat menganggu hasil pemeriksaan pada area yang akan dilakukan pemeriksaan

seperti kalung dll.


b. Persiapan Alat :
1.Pesawat radiologi
2.IR ukuran 35 X 35 cm dan fiml 35 X 35
3.Baju pasien
4.Marker,plester,gunting

c. Proyeksi :

1. Foto Thorax PA

 Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL //

garis tengah kaset.

 Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke

depan.

 FFD: 150 cm,

 CR: horizontal,

 CP: pada MSL setinggi CV thoracal VI

 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba-

aba : tarik napas tahan ,Nafas biasa...!

13
Kriteria Radiograf :

 Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak

terpotong

 Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong

 Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang

 Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral

 C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat

 Tampak bayangan bronchus

 Foto simetris

14
 Tampak marker R/ L

2. Foto Thorax AP

 Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja

pemeriksaan/brandcar.

 Kedua lengan lurus disamping tubuh.

 Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset

 FFD: 150 cm

 CR: tegak lurus kaset,

 CP : pada MSL setinggi CV TH VI

 Beri marker L / R

15
 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

Kriteria Radiograf:

 Tampak gambaran thorax proyeksi AP

 Batas atas apex paru

 Batas bawah sinus costophrenicus

 Dinding lateral tidak terpotong

 CV TH sampai ruas ke empat

 Diafragma mencapai iga IX belakang

 Tampak bayangan bronchus

16
 Marker L / R & identitas pasien

 Foto simetris

3. Foto Thorax Lateral

 Pasien diposisikan erect, MSP // kaset

 Kedua lengan dilipat di atas kepala

 Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset

 FFD: 150 cm,

 CR : horizontal

 CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI

 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

17
Kriteria Radiograf:

 Tampak gambaran thorax proyeksi lateral

 Bagian Anterior mencakup gambaran sternum

 Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis

 Batas atas apex paru

 Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior

 Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi

 Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

18
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Profil Kasus
a. Paparan Kasus

Profil kasus berisi tentang identitas pasien, riwayat klinis pasien dan prosedur

pemeriksaan.

b. Identitas Pasien

Nama : An. MRBA


Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

19
Alamat : Kalicari Barat
No. RM : XXXXX
No. ID : XXXX
Tanggal : 06 oktober 2018
Pemeriksaan : Thorax PA
c. Keterangan Klinik Pasien: Bronchopneumonia

Pada tanggal 06 oktober 2018 pasien datang ke Instalasi Radiologi RS Panti

Wilasa. Dr. Cipto Semarang dengan membawa surat permintaan pemeriksaan

radiografi Thorax PA dengan klinis bronchopneumonia dari dokter pengirim Sedyo

Wahyudi ,dr,Sp.A

2. Teknik Pemeriksaan Thorax PA

a. Persiapan Pasien:

Sebelum melakukan pemeriksaan pasien harus mengganti baju dengan baju

pasien terlebih dahulu dan melepaskan kalung atau benda logam lainnya yang

dapat mengganggu mengganggu hasil radiograf

b. Persiapan Alat:

1.Pesawat radiologi
2.IR ukuran 24 X 30 cm dan fiml 24 X 30
3.Baju pasien
4.Marker,plester,gunting
5.Computer Radiography
c. Teknik Pemeriksaan:
Foto Thorax Proyeksi PA

20
 Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis

tengah kaset.

 Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke

depan.

 FFD: 150 cm,

 CR: horizontal,

 CP: pada MSL setinggi CV thoracal VI

 Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba :

tarik napas tahan ,Nafas biasa..

21
Gambar Hasil Radigraf Pasien

Hasil Bacaan Dokter

a. Cor:Bentuk dan letak baik


b. Tak jelas penebalan hilus
c. Pulmo corakan paru meningkat,tampak bercak di perihiler dan parakardial kanan
kiri
d. Hemidiafragma kanan setinggi coste 10 posterior
e. Sudut costophrencius kanan kiri lancip
Kesan

a. Cor tak membesar


b. Gambaran bronchoneumonia
3. Pembahasan

22
Gambar Thorax Bronchopneumonia Gambar Thorax Normal

1. Thorax Bronchopneumonia

Gambaran radiologis thorax pada penderita bronchopneumonia mempunyai bentuk

difus bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan

halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada

lobus bawah

2. Thorax Normal

Corakan bronkhovaskuler dalam batas normal, tak tampak gambaran infiltrat baik di

perihiler maupun paracardial,Sinus costophrenicus kanan kiri lancip, diafragma kanan

kiri normal, Cor : CTR kurang dari 0,56,Aortae tampak normal dan Sistema tulang yang

tampak normal.Kesimpulan:Pulmo dalam batas normal ,Besar cor normal dan

Sistema tulang yang tampak normal

BAB IV

23
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil radiograf thorax bronchopneumonia dan thorax normal berbeda karena

pada gambaran radiologis thorax pada penderita bronchopneumonia mempunyai

bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil

dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat

pada lobus bawah.

Sedangkan pada hasil radiograf thorax normal corakan bronkhovaskuler dalam

batas normal, tak tampak gambaran infiltrat baik di perihiler maupun

paracardial,Sinus costophrenicus kanan kiri lancip, diafragma kanan kiri

normal,Aortae tampak normal,Sistema tulang yang tampak normal,Pulmo dalam batas

normal , dan Besar cor normal

DAFTAR PUSTAKA

24
Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda, 2001. Diagnosis Keperawatan NANDA: Klasifikasi dan Definisi 2001-2002. Alih
Bahasa: Ani Haryani, dkk, Jakarta: PSIKO-BOZ UGM.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Prince, S.A. & Wilson L.M. 1005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi
IV.

Bontrager, Kenneth,L. Text Book Of Radiographic Postioning and Related Anatomi ,Ten

Edition. The Mosby,St Louis.

Ballinger, W.J Philip, Merrill's Atlas Of Radiogrphic Positioning And Radiologic

Procedure,Volume One,Eight Edition,Tenth Edition ,Mosby Yar Book,America.

http://radiologynet.blogspot.com/2015/04/pemeriksaan-radiologi-chest-normal.html

LAMPIRAN

25
26

You might also like