Professional Documents
Culture Documents
e-ISSN: 2443-2946
Volume 7 Nomor 4 – Desember 2017
ABSTRAK
Pengelolaan obat, merupakan aspek yang sangat esensial dalam menjamin mutu, khasiat, dalam mencapai
tujuan terapi terutama pada penderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus (DM) yang cenderung meningkat dari
waktu ke waktu. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh
pengelolaan obat terhadap keberhasilan terapi pada penderita Diabetes Melitus. Penelitian ini menggunakan desain
observasional crosssectional, variabel penelitian adalah pengelolaan obat dan keberhasilan terapi, dengan responden
sejumlah 35 penderita diabetes anggota Paguyuban penyandang diabetes melitus (Pandangdia) Bangkalan. Instrumen
yang digunakan berupa kuesioner yang telah Valid dan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kesesuaiaan
penggunaan obat dan cara penyimpanan obat yang benar berpengaruh terhadap keberhasilan terapi, sementara
tempat memperoleh obat dan sumber informasi tidak berpengaruh.
ABSTRACT
Drug management is essential in quality and efficacy assurance, especially to achieve therapeutic outcome of
chronic diseases; such as Diabetes mellitus. This study was observational and cross-sectional. The objective of this
study was to analyze the influence of drug management towards achievement of therapeutic outcome amongs
patients with diabetes mellitus. Thirty-five patients (members of a community of diabetic patients in Bangkalan) were
voluntarily involved in this study as respondents. A validated and reliable questionnaire was used to collect the data.
The result showed that appropriate drug use and proper drug storage influenced achievement of therapeutic
outcome. While, place to get medicines and infomation resource had no correlation with achievement of therapeutic
outcome.
182
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
aspek yang sangat esensial dalam menjamin Diabetes Melitus (PanDangDia) Bangkalan
mutu, khasiat obat, dalam mencapai tujuan dengan keberhasilan terapi.
terapi, terutama pada penderita penyakit kronis
seperti Diabetes Melitus (DM) yang cenderung METODE
meningkat dari waktu ke waktu 4. Penelitian ini menggunakan desain
Kasus diabetes melitus di Indonesia observasional crosssectional, sebagai responden
berada di peringkat ketujuh dari sepuluh negara adalah anggota PanDangDia di Kabupaten
dengan populasi diabetes mellitus tertinggi, Bangkalan dengan kriteria berikut:
dengan jumlah pasien sebanyak 8,5 juta orang5. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
Salah satu penyebab tingginya prevalensi diabetes adalah Penderita diabetes mellitus, Anggota
mellitus adalah ketidakpatuhan pada pasien PanDangDia Bangkalan, Bisa membaca dan
untuk minum obat anti diabetes mellitus6. menulis, Bisa berbahasa Indonesia, Bersedia
Kasus DM yang tidak ditangani dengan menjadi responden penelitian, Tempat tinggal
baik dapat menyebabkan komplikasi seperti di Kabupaten Bangkalan
kardiovaskular, serebrovaskular, dan gagal Kriteria inklusi dalam penelitian ini
ginjal7. Penatalaksanaan DM secara adalah Mengkonsumsi obat tradisional, baik
farmakologis, sangat tergantung pada didapatkan dengan membeli maupun membuat
kepatuhan dalam menggunakan obat dan 8 ramuan sendiri Tidak aktif mengikuti kegiatan
kemampuan pasien dalam mengelola obat yang PanDangDia
digunakan sehari - hari. Berdasarkan penelitian Jumlah anggota Pandangdia yang aktif
pendahuluan yang dilakukan di Apotik mengikuti kegiatan sebanyak 78 orang.
Yakersuda terhadap pasien DM yang Dari 78 orang penderita anggota Pandangdia,
mengambil obat di Apotik Yakersuda yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak
pada tahun 2003, didapatkan bahwa 70% 35 orang. Sehingga semua yang memenuhi
penderita DM belum bisa mengelola obat secara syarat dijadikan responden dalam penelitian
benar. ini.
Tingkat Pendidikan dan sosio ekonomi
masyarakat juga memiliki keterkaitan yang erat Variabel penelitian
dengan pemahaman dan kemampuan mereka Sebagai variabel bebas dalam penelitian
terhadap faktor risiko9. Risiko dari penyakit ini adalah pengelolaan obat, yang terdiri dari
diabetes adalah adanya komplikasi akut dan beberapa aspek sebagaimana berikut: tempat
komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi memperoleh obat, kesesuaian dalam
hipoglikemia, hiperglikemia dan hyperosmolar, menggunakan obat, sumber informasi
ketoasidosis diabetes8. Sementara itu, tentang cara penggunaan obat dan cara
komplikasi kronis meliputi komplikasi menyimpan obat. Variabel terikat adalah
mikrovaskular (retinopati, nefropati, dan keberhasilan terapi. Keberhasilan terpi dalam
neuropati) dan komplikasi makrovaskular10. penelitian ini adalah dilakukan dengan
Dalam pencegahan komplikasi penyakit pada pengukuran kadar gula darah, dengan kategore
pasien diabetes, pasien harus memiliki terkontrol jika kadar gula dalam darah
kepatuhan terhadap penggunaan obat dan lebih rendah dari 140 mg/dL, tidak terkontrol
bagaimana menggunakan obat antidiabetes jika sama dengan atau lebih besar dari
yang sesuai seperti yang dianjurkan. 140 mg/dL7.
Pengelolaan obat antidiabetes adalah Instrumen penelitian
salah satu poin utama yang menjadi faktor Instrumen yang digunakan dalam
terkendalinya gula darah bagi penderita penelitian ini adalah kuesioner tentang
diabetes6. Oleh karena itu, penelitian ini pengelolaan obat antidiabetes oleh penederita.
dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis Sebelum digunakan, terlebih dahulu kuesioner
pengaruh pengelolaan obat oleh penderita dilakukan uji validitas dan reliabilitas empiris.
diabetes anggota Paguyuban Penyandang Kuesioner diujicobakan kepada penderita DM
183
Volume 7 Nomor 4 – Desember 2017
lain di luar responden. Kemudian hasil uji coba Mayoritas dari responden memiliki co-
kuesioner dianalisis dengan statistik untuk morbiditas selain DM, yaitu kolesterol,
mengetahui validitas dan reliabilitas instrument hipertensi dan asam urat (80%). Responden
tersebut. Instrumen dinyatakan valid jika yang hanya mengalami DM sebesar 20% (Tabel
koefisien korelasi >0,3 dan dinyatakan reliabel IV). Hal ini menunjukkan sisanya memiliki
jika nilai Alpha Cronbach >0,611. Hasil uji komorbiditas yang akut dan kronis, sehingga
reliabilitas dan validitas menunjukkan bahwa mengakibatkan penurunan kualitas hidup
instrument telah valid dengan nilai korelasi pasien secara keseluruhan16. Jika dikaitkan
lebih besar dari 0,3 yaitu dari 12 item dengan tabel 7, tentang jenis keluhan minum
pertanyaan didapatkan nilai korelasi nilai obat, maka mayoritas pasien mengalami
terendah 0,310, tertinggi 0.590, dengan nilai keluhan, sehingga berpotensi mengalami risiko
Alpha Cronbach 0.897. Analisis hasil penelitian komplikasi7. Semakin tidak patuh pasien dalam
dilakukan dengan analisis regresi logistik. menggunakan obat atau pengendalian terhadap
diet dan olahraga, maka potensi terjadinya
HASIL DAN PEMBAHASAN komplikasi akan semakin besar17. Untuk itu
Kegiatan penelitian dilakukan pada perlu dilakukan edukasi atau pharmaceutical care
tanggal 29 Mei 2017 di Rumah Sakit Syarifah oleh apoteker terhadap pasien diabetes memiliki
Ambami Rato Ebhu Bangkalan. Penelitian ini dampak positif pada kualitas hidup, kontrol
diikuti oleh 35 responden pasien penderita glikemik dan kepatuhan terhadap pengobatan
diabetes mellitus, dengan hasil sebagai berikut: yang meningkatkan hasil terapi pasien18.
Pada tabel I, menunjukkan bahwa Tabel V, tampak bahwa ada 28,57%
mayoritas responden perempuan 62.68%. Hal responden yang tidak dapat menyebutkan atau
ini sesuai dengan beberapa penelitian yang lupa nama obat. Hal ini menunjukkan
dilakukan oleh peneliti lain seperti Barbora, ketidakperdulian responden terhadap obat dan
bahwa kecenderungan penderita DM juga faktor usia lanjut 9. Penggunaan obat
perempuan lebih banyak daripada penderita sangat penting untuk dipahami oleh responden
laki-laki9. Hal ini terjadi seiring dengan yang memakai obat antidiabetes oral 19, yang
kecenderungan komposisi penduduk terdiri dari: cara penggunaan; waktu
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. menggunakan obat sebelum, selama, atau
Penderita mayoritas berusia antara 51- 60 setelah makan; rentang waktu antara minum
sebesar 40% (tabel II), hal ini sesuai dengan obat dan makanan; efek samping; dan apa yang
penelitian yang dilakukan oleh Mohamed harus dilakukan bila lupa minum obat.
bahwa usia penderita mayoritas pada usia di Selanjutnya, beberapa responden
bawah 60 tahun11,113. Akan tetapi berbeda jika menggunakan insulin (22,86%) selain obat anti-
dibandingkan dengan etnis Arab yang diabetes oral, perlu adanya edukasi lebih lanjut
mayoritas penderita berusia dibawah 40 tahun, mengenai petunjuk penggunaan insulin
ini menunjukkan adanya pengaruh etnis berbentuk pena secara mandiri. Pemahaman
terhadap prevalensi DM8. Lama responden pasien ini akan memiliki dampak signifikan
menderita diabetes terbanyak yaitu selama pada kepatuhan untuk menggunakan sesuai
kurang dari 5 (lima) tahun dengan persentase petunjuk dari petugas kesehatan baik dokter
sebesar 42,86% (Tabel III). Ini menunjukkan maupun apoteker, yang nantinya akan
bahwa prevalensi penderita DM semakin meningkatkan kualitas hidup pasien.
meningkat, bahkan mencapai 2% dari tahun Drug Related Problems (DRP) yang dialami
1990 sampai 200814, yang ditandai dengan oleh pasien akan mempengaruhi kepatuhan
meningkatnya penderita baru yang sebagian penggunaan obat antidiabetes (Tabel VI, VII
besar berusia antara 40 – 50 tahun15. dan VIII).
184
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pasien dapat membantu mengingatkan pasien
terdapat responden yang mengeluh minum obat kapan waktunya minum obat, terutama bagi
(54,29%). orang tua yang mengalami kesulitan minum
DRP yang aktual atau memiliki potensi obat.
perlu diidentifikasi, dianalisis, dan diselesaikan Pengobatan diabetes dalam jangka
oleh tenaga kesehatan profesional, terutama panjang akan membuat kemungkinan
apoteker. Misalnya, jika DRP berkaitan pasien merasa bosan meminum obat (31,58%)
dengan kesesuaian aspek farmasi dan (Tabel 9). Hal ini membutuhkan keterampilan
pasien harus dipertimbangkan maka pribadi dan kecakapan petugas kesehatan
perubahan dalam meresepkan obat dapat untuk terus mendorong pasien agar selalu
dilakukan. Sementara itu, anggota keluarga mematuhi penggunaan obat antidiabetes.
185
Volume 7 Nomor 4 – Desember 2017
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan konseling dan memberikan informasi
pemantauan obat bersama dengan petugas pendidikan, yaitu rumah sakit, puskesmas,
pendidikan dan promosi kesehatan secara apotek, dan Dokter BPJS. Sebagian besar obat
berkelanjutan. tersebut berasal dari rumah sakit sebanyak 60%
Selain itu, DRP yang terkait dengan dari total. Namun, masih ada responden yang
penundaan dalam minum obat merupakan mendapatkan obat antidiabetes di toko obat
situasi yang mungkin terjadi (Tabel VIII). Entah (2,86%). Ini menunjukkan masih ada perbedaan
karena gagal melakukan kunjungan rutin tentang bagaimana mendapatkan obat
(31,43%), kekurangan uang (5,7%), atupun antidiabetes yang benar (Tabel IX).
karena tidak tersedianya obat (2,86). Informasi penggunaan obat yang
Pemberian obat kepada penderita DM didapat pasien diabetes mayoritas berasal
bervariasi, namun mayoritas (97,14%) berasal dari dokter (57,14%). Sementara sisanya
dari fasilitas kesehatan yan memiliki petugas apoteker dan perawat (masing-masing 8,57%),
kesehatan yang kompeten dalam melakukan dan yang lainnya tidak menjawab (Tabel X).
186
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Hal ini menunjukkan bahwa peran dokter lebih kepada masyarakat tentang cara menggunakan
dominan dibanding petugas kesehatan lainnya. obat sesuai dengan petunjuk. Selain itu
Oleh karena itu, perlu ada perbaikan yang penggunaan obat yang tidak sesuai dengan
cukup progresif, terutama bagi apoteker agar petunjuk, akan menyebabkan efek samping
lebih terlibat langsung dengan pasien untuk yang tidak diinginkan9, kepatuhan dan
memberikan informasi mengenai obat kesesuaian penggunaan obat akan mencegah
antidiabetes. timbulnya komplikasi dan mencegah keparahan
Kesesuaian penggunaan obat suatu penyakit20. Diabetes merupakan penyakit
sebagaimana tabel di atas, menunjukkan bahwa komplek yang memerlukan kepatuhan terus-
yang sesuai hanya 42.86%, ini berarti ada menerus terhadap gaya hidup tertentu yang
potensi gagalnya terapi farmakologis yang terukur dan terapi obat untuk mencapai kontrol
diberikan, untuk itu perlu dilakukan edukasi glukosa darah yang baik21.
187
Volume 7 Nomor 4 – Desember 2017
Variabel P(Sig.)
Tempat memperoleh obat 0.506
pengelolaan
Kesesuaian menggunakan obat 0.0016*
Obat
Sumber informasi 0.4026
cara menyimpan obat 0.0434*
188
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
189
Volume 7 Nomor 4 – Desember 2017
20. Berg J, Dodd SA DS. The role of a 22. Mathers N, Ng CJ, Campbell MJ, Colwell
community pharmacist in diabetes B, Brown I BA. Clinical effectiveness of a
education. JEMDSA. 2009;14(3):148-150. patient decision aid to improve decision
21. Ibrahim EA, Waleed AA, Ali AA MA. quality and glycaemic control in people
Attitudes towards and adherence to with diabetes making treatment choices: a
treatment: A study among diabetics Saudi cluster randomised controlled trial
males, King Abdul Aziz Specialized (PANDAs) in general practice. BMJ Open.
Hospital, Taif, Saudi Arabia. Int J Pharm. 2012;2:1-12.
2014;5(4):278-282.
190