You are on page 1of 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menuntut agar peserta didik mampu menguasai materi
yang di disampaikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus mampu menguasai
semua materi yang akan diajarkan dan juga mampu menyampaikannya kepada semua
peserta didik. Dalam menyampaikan materi yang akan di ajarkan, perlu adanya model
dan strategi pembelajaran yang harus di miliki, agar peserta didik dengan mudah dan
gembira ketika menerima informasi atau ilmu pengetahuan dari gurunya.
Di zaman sekarang, paradigma mengenai proses pembelajaran yang menyata
kan bahwa seorang anak bagaikan kertas putih bersih yang menunggu dan membutuh
kan coretan dari guru-gurunya sudah tak lagi tepat. Namun peserta didik di wajibkan
untuk bias lebih mandiri dan tidak lagi hanya menunggu apa yang di berikan oleh
guru. Guru hanyalah sebagai fasilitator dan mengarahkan peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Namun, guru tetap saja memiliki tanggung jawab untuk
memberikan pengetahuan dan informasi kepada peserta didik. Guru harus mengemas
proses pembelajaran agar menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan dan se-
efektif mungkin, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Number
Heads Together (NHT).
Model pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Dimana
konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan
yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada
seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam
arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam
perbuatan mengajar itu sendiri

1
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran Number Head
Together, yaitu :
1. Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok
mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan.
2. Pertanggung jawaban individu, pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada
aktivitas anggota kelompok yang saling membentu dalam belajar.
3. Kesempatan yang sama untuk berhasil, setiap siswa baik yang berprestasi rendah
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan yang terbaik bagi kelompoknya.
NHT adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan
yang di rancang agar seluruh peserta didik lebih mampu menguasai materi yang di
sampaikan dan meningkatnya tujuan akademik peserta didik. Peserta didik di ajak
untuk menelaah dan mengukur pemahaman terhadap materi yang di sampaikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT)?
2. Apa tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
3. Bagaimana ciri-ciri dari model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)?
4. Bagaimana Langkah-Langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT)?
5. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT)?
6. Apakah manfaat, kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT)?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).
2. Mengetahui tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).

2
3. Mengetahui bagaimana ciri-ciri dari model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT).
4. Mengetahui bagaimana Langkah-Langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT).
5. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).
6. Mengetahui manfaat, kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literatur
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Numbers Heads Together (NHT)
Menurut Rusman (2014:202-203) Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. banyak
guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang cooperative learning karena mereka
beranggapan telah biasa pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar
kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) bahwa pembelajaran
cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserra belajar, sehungga
dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.".
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu
interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).
According to Kagan in Nusyamsi dan Corebima (2016:50), NHT indirectly
trains the students to share information, listen carefully, and speak with the
calculation, so that students become more productive in learning. NHT learning
strategy gives priority to group work rather than individual work, so that students
work in an atmosphere of mutual cooperation and have many opportunities to
distribute information and to improve communication skills. NHT cooperative
learning model is one type of cooperative learning that emphasizes on the special
structure designed to influence the pattern of students’ interaction, and its goal is to
improve the academic mastery. NHT is one of alternative learning strategies that can
be used to solve the problems. NHT learning strategy promotes the cooperation

4
between students in groups to achieve learning objectives. The students are divided
into small groups and directed to study the learning material that has been assigned.
The purpose of the grouping is to provide opportunities for students to be actively
involved in the thinking process and the learning activities. In this case, most of the
learning activities are centralised on students, that is studying the subject matter as
well as discussing and solving problems. NHT learning strategy is one type of
cooperative learning that emphasizes on the special structure designed to influence
the pattern of students’ interaction, and its goal is to improve the academic mastery,
so that it can develop and increase students’ retention.This research aims at
investigating the effect of NHT learning on the retention of senior high school
students. The results of this research are expected to be beneficial in the development
of science and its applications.
Terjemahan :

Menurut Kagan dalam Nusyamsi dan Corebima (2016 :50), NHT secara tidak
langsung melatih siswa untuk berbagi informasi, mendengarkan dengan seksama, dan
berbicara dengan perhitungan, sehingga siswa menjadi lebih produktif dalam belajar.
Strategi pembelajaran NHT memberikan prioritas kepada kerja kelompok daripada
kerja individu, sehingga siswa bekerja dalam suasana kerja sama yang saling
menguntungkan dan memiliki banyak kesempatan untuk mendistribusikan informasi
dan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi. Model pembelajaran kooperatif
NHT adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan tujuannya
adalah untuk meningkatkan penguasaan akademis. NHT adalah salah satu strategi
pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Strategi
pembelajaran NHT mempromosikan kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
dan diarahkan untuk mempelajari materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan
pengelompokan adalah untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif
dalam proses berpikir dan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, sebagian besar

5
kegiatan pembelajaran terpusat pada siswa, yaitu mempelajari materi pelajaran serta
membahas dan memecahkan masalah. Strategi pembelajaran NHT adalah salah satu
jenis pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan tujuannya adalah untuk meningkatkan
penguasaan akademik, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan retensi
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh pembelajaran NHT pada
retensi siswa SMA. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan aplikasinya.
According to Dyson and casey (2012 : 136) Cooperative learning is a
pedagogical model in which students work together . in small, structured,
heterogeneous groups to complcte group asks and in which. group members help each
other learn while achieving group goals (Dyson at all.. 2010). This chapter
demonstrates the role of analysing verbal interaction between. peers within
cooperative groups or dvads. First, the author explains how French physical cducation
curricula can stimulate physical cducation teachers to imple- mcnt Cooperative
l.carning situations, which are devoted to enhancing students. social roles through
their work in small groups. Then, foillowing Slavin's perspec. Iive, a Furopean
thcorelical framcwork for the study of pcer interactions is devcl. ped. Finally, the
author prescnts four qualtativc analy scs of verbal intcractions . between pcers in
small groups conducted with French students across four. dilterent sports during phy
sical education lessons. Thesc analyses support prev. ously published results in
basketball and handball (L.afont er al.. 2007; Darnis . and l.alont. 2008). and further
show how verbal exchanges in small groups allow . students to dcvclop both
increascd undcrstanding and acqusiion of gamcs stral- cgics. Morcover, using the
cases of acrobatics and table tennis reported in this . chapler, the author provides an
explanalion of molor leanng and cooperalive. processes in Cooperalive l.earng
classrooms (I.alont and Capenartin, 2010).
Terjemahannya :
Menurut dyson and casey (2012 : 136), Pembelajaran kooperatif adalah model
pedagogis di mana siswa bekerja bersama. dalam kelompok-kelompok kecil,

6
terstruktur, heterogen untuk memenuhi permintaan kelompok dan di mana. anggota
kelompok saling membantu belajar sambil mencapai tujuan kelompok (Dyson et al ..
2010). Bab ini menunjukkan peran menganalisis interaksi verbal antara. rekan-rekan
dalam kelompok koperasi atau dvads. Pertama, penulis menjelaskan bagaimana
kurikulum pendidikan jasmani Prancis dapat menstimulasi guru-guru pendidikan
jasmani untuk mengimplementasikan situasi-situasi Koperasi, yang ditujukan untuk
meningkatkan siswa. peran sosial melalui pekerjaan mereka dalam kelompok kecil.
Kemudian, mengikuti perspektif Slavin. Iive, framcwork thororelical Furopean untuk
studi interaksi pcer adalah devcl. ped. Akhirnya, penulis menyusun empat analisis
kualitatif dari intcractions verbal. antara pcers dalam kelompok kecil yang dilakukan
dengan siswa Perancis di empat. olahraga rajin selama pelajaran pendidikan sif.
Analisis Thesc mendukung prev. hasil yang dipublikasikan secara luar biasa dalam
bola basket dan bola tangan (L.afont er al .. 2007; Darnis. dan l.alont. 2008). dan
selanjutnya menunjukkan bagaimana pertukaran verbal dalam kelompok kecil
memungkinkan. siswa ke dcvclop meningkat baik undcrstanding dan acqusiion dari
gamcs streccgics. Morcover, menggunakan kasus-kasus akrobat dan tenis meja yang
dilaporkan dalam hal ini. chapler, penulis memberikan penjelasan tentang molor
leanng dan kooperatif. proses dalam kelas Cooperalive l.earng (dyson and casey.
2012 : 136).
Language learning aims at improving the students' ability to communicate well
and correctly, both spoken and written, and fostering the appreciation to the literary
works. Learning activities should provide opportunities for students to practice what
they learn so that they can obtain real experience, and make the learning process as a
means to interact socially.
Teachers have to be always creative and innovative in teaching in order to make
students easier to understand the presented materials and to be enthusiastic in
participating in the teaching and learning process. Furthermore, the teaching activity
conducted should be qualified and students’ achievement is expected to be adequate.
The teaching methods selected are in line with the topic lessons which will be
presented due to the appropriate teaching methods applied are about to assist the

7
success of learning objectives. Teachers play an important role in the learning
process. Teachers should have the competence to enable the students.
Teaching process will be significant in case teachers can create learning
atmosphere that can activate students to learn. There are many methods that can be
employed to make students active in the teaching and learning process and one of
them is Number Heads Together (NHT) method. NHT method can be interpreted as
the attempt conducted by teachers to engage students in teaching and learning
process. Teaching and learning activity with the implementation of NHT method
affecting the students’ outcome in the teaching and learning process. The participation
is manifested in the three stages of learning activities, namely program planning,
implementation program, and evaluation program.
Cooperative learning model was developed based on the learning theory of
cooperative constructivist. This can be seen on one of Vigotsky’s theories is the
emphasis on the sociocultural nature. In the Vigotsky’s learning, the mental phase is
higher which generally appears in conversation or collaboration among individuals.
The implication of Vigotsky’s theory shaped cooperative class arrangement. Another
goal of cooperative learning is to create a situation to individuals for the success
fueled by the function and the role of their group to achieve the three of learning
objectives, the academic ability, the acceptance of individual differences, and social
skill development ( Maman and Rajab, 2016 : 174-175).

Terjemahan :

Pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk


berkomunikasi dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, dan menumbuhkan
apresiasi terhadap karya sastra. Kegiatan belajar harus memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mempraktekkan apa yang mereka pelajari sehingga mereka dapat
memperoleh pengalaman nyata, dan menjadikan proses belajar sebagai sarana untuk
berinteraksi secara sosial.
Guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar agar siswa lebih mudah
memahami materi yang disajikan dan menjadi antusias dalam berpartisipasi dalam

8
proses belajar mengajar. Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan harus
berkualitas dan prestasi siswa diharapkan akan memadai. Metode pengajaran yang
dipilih sejalan dengan pelajaran topik yang akan disajikan karena metode pengajaran
yang tepat diterapkan adalah untuk membantu keberhasilan tujuan pembelajaran.
Guru memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki
kompetensi untuk memungkinkan siswa.
Proses pengajaran akan menjadi penting jika guru dapat menciptakan suasana
belajar yang dapat mengaktifkan siswa untuk belajar. Ada banyak metode yang dapat
digunakan untuk membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan salah
satunya adalah metode Number Heads Together (NHT). Metode NHT dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar. Kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode NHT mempengaruhi
hasil siswa dalam proses belajar mengajar. Partisipasi diwujudkan dalam tiga tahap
kegiatan pembelajaran, yaitu perencanaan program, program implementasi, dan
program evaluasi.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran
konstruktivis kooperatif. Ini dapat dilihat pada salah satu teori Vigotsky adalah
penekanan pada sifat sosiokultural. Dalam pembelajaran Vigotsky, fase mental lebih
tinggi yang biasanya muncul dalam percakapan atau kolaborasi di antara individu.
Implikasi teori Vigotsky membentuk pengaturan kelas kooperatif. Tujuan lain dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk menciptakan situasi bagi individu untuk
keberhasilan yang didorong oleh fungsi dan peran kelompok mereka untuk mencapai
tiga tujuan pembelajaran, kemampuan akademik, penerimaan perbedaan individu, dan
pengembangan keterampilan sosial (Maman dan Rajab, 2016: 174-175).
Menurut Kagan,S dalam Untari (2017:59) Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Menurut (Numbered Heads Together (NHT)
adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan
materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai
dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

9
kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama
sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat
skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
Menurut Anita Lie dalam Untari (2008:59) supaya pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif, maka perlu ditanamkan
unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu ditanamkan kepada siswa agar
hasil pembelajaran maksimal diantaranya:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
Menurut Nurul Hayati dalam Rusman (2014 : 203) Pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok
kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar
bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung
jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan
mereka dapat melakukannya seorang diri.
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2014 : 203) Cooperative learning merupakan
kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok.Model pembelajaran
kelompok adalah rang kaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan .
Menurut Tom V dalam Rusman (2014 : 203) . Savage mengemukakan bahwa
cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam
kelompok.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok.


Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

10
kelompok yang dilakukan asal -asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas
dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus
belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa
lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada
pembelajaran oleh guru.
Menurut Johnson dalam Hasan dalam Rusman (2014 :204) Cooperative
learning adalah teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada
tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.
Belajar cooperative adalalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Menurut Rusman (2014 : 205-206) Model pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan
oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa: (1) penggunaan siswa dan sekaligus
dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai
pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa
dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan pengalaman dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif
diharapkan mampu méningkatkan kualitas pembelajaran.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni: (1) cooperative tesk atau
tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja
sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota
kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan
struktur intensif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi
siwa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa
(student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai
pendapat orang lain.

11
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif akan
efektif digunakan apabila: (1) gurumenekankan pentingnya usaha bersama di samping
usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam
belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri,
(4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru
menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Menurut Arnis (2017:19) Pembelajaran kooperatif yang merangsang keaktifan
siswa adalah model pembelajaran Numbered Heads Together NHT. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan metode Numbered Heads Together NHT, metode ini
dikembangkan oleh Russ Frank. Numbered Heads Together NHT adalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif, sehingga semua prinsip dan konsep pembelajaran
kooperatif ada pada Numbered Heads Together NHT ini. Dalam metode Numbered
Heads Together NHT ada hubungan saling ketertergantungan positif antar siswa, ada
tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok.
Perlibatan siswa secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama
memungkinkan Numbered Heads Together NHT dapat meningkatkkan hasil belajar
siswa khususnya Kognitif.
Menurut Kusumojanto dalam Arnis (2017:19) Model pembelajaran NHT
adalah model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan
bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara kelompok
maupun individual. Pada proses pembelajaran siswa lebih bertanggungjawab terhadap
tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dalam
kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa diwajibkan untuk menyelesaikan
soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka. Dengan pembelajaran semacam ini
siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguhsungguh dan juga siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai sehingga dapat meminimalkan tingkat
kesulitan belajar.
Model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Head Together (NHT)
diharapkan dapatmenciptakan suasana belajar yang baru, dan diharapkan siswa lebih
antusias serta termotivasi dalam memahami materi yang diberikan pada proses belajar

12
mengajar, sehingga mereka memiliki kesiapan ketika suatu saat guru memberikan
pertanyaan. Ini di karena kan dalam model pembelajaran NHT terdapat tahap di mana
guru memberikan nomor terhadap masing-masing siswa dan mengacak nomor
tersebut setiap kali guru menunjuk siswa untuk menjawab soal. Ini berarti setiap
siswa memiliki peluang yang sama untuk ditunjuk oleh guru.
NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap strukturk kelas
tradisional. Model pembelajaran ini di harapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih
pandai dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dengan model
pembelajaran NHT siswa dapat memecahkan permasalahan yang diberikanoleh guru.
Karena dalam model pembelajaran ini siswa dapat berdiskusi atau menyampaikan
pendapat mereka.
Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa. Numbered Head Together pertama kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
memahami atau menelaah materi yang telah di sampai kan dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman siswa terhadap mata pelajarantersebut (Yulhendri dan
Syofyan, 2016 : 52-53).
Menurut Sudjana dalam Muchrozin,dkk (2017: 120), Mendefinisikan bahwa
“hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik”. Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh setelah mengikuti atau
menempuh suatu proses pengajaran tertentu. Hasil belajar sering juga diistilahkan
sebagai perolehan belajar yang berarti segala sesuatu yang diperoleh dari siswa dalam
proses belajar baik berupa pemahaman konsep (kognitif), praktek (psikomotorik), dan
sikap (afektif).

Menurut Trianto dalam Muchrozin,dkk (2017 : 120) “Numbered Head Together


(NHT) atau penomeran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai

13
alternative terhadap struktur kelas tradisional.” Teknik belajar mengajar kepala
bernomer (Number Head Together) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen.
Teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Menurut Susanto (2014 : 227) Model pembelajaran NHT adalah suatu model
pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab
atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling member dan menerima antara satu
dan yang lainnya.
Menurut Kagan dalam Susanto (2014 : 227) Teknik belajar mengajar Kepala
Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan. Teknik ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, teknik ini juga, mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja sama mereka. Teknik ini bias digunakan untuk semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

2.1.2 Tujuan Dari Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together


(NHT).
Susanto (2014 : 229), tujuan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah agar pemahaman siswa berceritamelalui model NHT yang diberikan
dalam bentuk tugas perkelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan
pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya, karena ada
kerja sama itulah diharap kan siSwati daN mengalami kesulitan atau kesukaran dalam
menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Dengan model NHT diharapkan
dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkapkan pendapat dalam bentuk
rangkaian kata dan kalimat.
Menurut Ibrahim dalam Rusman (2014 : 208) Pembelajaran yang kooperatif
adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa
berkelompok untuk menjalin kerja sama dan ketergantungan dalam struktur tugas,
tujuan, dan hadiah.

14
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan
kooperatif siswa yang bekerja dalan situasi pembelajaran kooperatif didorong
dan/atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu menyelesaikan tugasnya. Dalam
penerapan pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.
Menurut Slavin dalam Harmianto (2015:60) Tujuan pembelajaran kooperatif
berbeda dengan kelompok tradisional yang menerap kan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi d mana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tjuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama
pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan
menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua pembelajaran kooperatif memberi
peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama
kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran
kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Kagan dalam Erwin Putera Permana (2016 : 51) NHT merupakan
teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Berdasarkan teori
tersebut NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran yang mengkondisikan siswa
untuk mampu memadukan, menarik kesimpulan beragam pikiran dari hasil bertukar
gagasan atau pendapat sesama teman dalam kelompoknya. Metode NHT menuntut
siswa untuk mampu bertanggungjawab baik secara individu maupun kelompok.

15
Pembelajaran dengan metode NHT menuntut siswa untuk bisa menjawab pertanyaan
ketika nomornya dipanggil secara acak oleh peneliti, dimana hal ini dapat menjadi
motivasi bagi siswa karena poin yang diperoleh tidak hanya untuk siswa itu sendiri
tetapi sekaligus perolehan bagi kelompoknya.

2.1.3 Ciri-Ciri Dari Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)


Menurut Susanto (2014 : 231), adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe
NHT yaitu :
1. kelompok heterogen.
2. Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda, dan
3. Berpikir bersama (head together).
model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling
berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh
perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Menurut Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin
dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi
pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.
Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2014 : 206) Pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan dalam beberapa perspektif yaitu: 1) Perspektif motivasi artinya
penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling
membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosial
artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena
mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3)
Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuj berpikir mengolah berbagai
berbagai informasi (Sanjaya, 2006:242).
karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai
berikut

16
1. Pembelajaran Secara Tim
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai
tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya
tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus
digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen
sebagai organisasi, menunjukkan hahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c)
Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun
nontes.
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh
karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran
kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai
hasil yang optimal.
4. Kemampuan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembe lajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.4 Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads


Together (NHT)

17
a) Sintaks atau tahap tahap
Langkah-langkah cooperative learning menurut Harmianto (2015:62) dijelas
kan secara operasional sebagai berikut:
1. Dosen merancang rencana program pembelajaran
2. Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, dosen merancang lembar observasi yang
akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan mahasiswa dalam belajar secara
bersama dalam kelompok kelompok kecil.
3. Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasis dosen mengarahkan dan
membimbing mahasiswa, baik individual maupun kelompok, baik dalam memahami
materi maupun mengenai sikap dan perilaku mahasiswa selama kegiatan belajar
berlangsung.
4. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari mas masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya. saat diskusi kelas ini, dosen bertindak
sebagai moderator.

According to Nasrun (2016 : 2 ), based on research exposure each cycle can be


expressed as follows:
1. Planning before doing research too much the first thing done by teachers is how to
plan the learning process by applying the learning model of Number Heads
Together (NHT). In this case how research undertakes a review of the curriculum,
especially the primary school curriculum. This is done to achieve competency
standards to be achieved in the subjects of Mathematics is to make learning
scenarios by applying the learning model of Number Heads Together (NHT),
create a lesson plan, create a worksheet students, making the observation sheet to
see how the atmosphere of learning in the classroom , prepare a medium of
learning in order to help students. To determine the capacity of students to apply
the model of Number Heads Together (NHT) teacher made worksheet as tables’
observation of experiments have been conducted. As for knowing everything that
occurs during learning activities take place by applying the model Number Heads

18
Together (NHT) researchers made the observation sheets for the students and
teachers, as a means of collecting data.
2. Implementation of the action on the first cycle lasts for one meetings with the
length of time each meeting is 2 x 35 minutes. Meeting for the provision of initial
proficiency test to determine students' understanding of the material will be given
at the same time investigate whether pre-existing knowledge of the material to be
taught has been owned by the students. At the beginning of the meeting before
giving the material the teacher first submitting the prerequisite knowledge of the
material to be taught that there is a picture on the pupil of the subject matter to be
studied, after delivering a preliminary picture of the material to be taught, the
teacher tells the purpose of learning so as to motivate students to learn to learn ,
After delivering the purpose of studying the learning materials start to the teacher
presents the subject matter / information by applying the model Number Heads
Together (NHT), after which the teacher then divides the students into small
groups whose members numbered between 3-5 people. Implementation of learning
by applying the learning model of Number Heads Together (NHT) is applied to the
learning objectives can be achieved in accordance with a predetermined RPP. In
improving student learning motivation of teachers to reward (reinforcement) to a
student who is able to accomplish the task given group, the students are on
questions relating to the subject matter, students answered questions from
teacher0. The award given by the teacher in the form of teaching thumb, the
additional value etc. Pupils then worked Worksheet Pupil (MFI). During the
application of learning models Number Heads Together (NHT) students must fully
understand the story and drama texts did by child as the material of choice in this
study, so that students can master the material thoroughly.
3. Observation, at this stage of the process carried out observations on the
implementation of the action by using the application of learning models Number
Heads Together (NHT) observation sheets that have been made and carry out an
evaluation form achievement test cycle I. At this stage, researchers observed with
attention to everything that happened in early learning activities until the end of

19
the study, researchers monitored the learning activities that teachers using the
experimental method. Researchers pay attention to the activities of teachers when
learning takes place with reference to the format of research that has been prepared
beforehand. In addition, the researchers also noticed activity of students during the
learning takes place based on the format of the research that has been prepared.
4. Reflection, after going through the stages of implementation and at the same stage
of observation and ends with the evaluation of student learning outcomes is done
then the next stage of reflection, based on the observation and evaluation of
obtained information that there are students who do other activities during learning
activities take place. This may occur because of previous students have been
accustomed to passively accept the teaching materials. It is necessary to continue
in the second cycle by taking into account the above aspects.
Terjemahan :
Menurut Nasrun (2016: 2), berdasarkan paparan penelitian setiap siklus dapat
dinyatakan sebagai berikut:
1. Perencanaan sebelum melakukan penelitian terlalu banyak hal pertama yang
dilakukan oleh guru adalah bagaimana merencanakan proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Number Heads Together (NHT). Dalam hal ini
bagaimana penelitian melakukan tinjauan terhadap kurikulum, terutama kurikulum
sekolah dasar. Hal ini dilakukan untuk mencapai standar kompetensi yang ingin
dicapai dalam mata pelajaran Matematika yaitu membuat skenario pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together (NHT),
membuat rencana pembelajaran, membuat lembar kerja siswa, membuat lembar
observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar di kelas, menyiapkan media
pembelajaran untuk membantu siswa. Untuk mengetahui kapasitas siswa untuk
menerapkan model guru Number Heads Together (NHT) membuat lembar kerja
sebagai pengamatan tabel eksperimen telah dilakukan. Adapun untuk mengetahui
segala sesuatu yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
menerapkan model Number Heads Together (NHT) peneliti membuat lembar
observasi untuk siswa dan guru, sebagai alat pengumpulan data.

20
2. Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama berlangsung untuk satu pertemuan
dengan lamanya waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pertemuan untuk
penyediaan tes kemampuan awal untuk menentukan pemahaman siswa tentang
materi akan diberikan pada saat yang sama menyelidiki apakah pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya dari materi yang akan diajarkan telah dimiliki oleh siswa.
Pada awal pertemuan sebelum memberikan materi, guru pertama-tama
menyerahkan pengetahuan prasyarat materi yang akan diajarkan bahwa ada
gambar pada pupil mata pelajaran yang akan dipelajari, setelah memberikan
gambaran awal tentang materi yang akan diajarkan. , guru menceritakan tujuan
pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar belajar, Setelah
menyampaikan tujuan mempelajari materi pembelajaran mulai kepada guru
menyajikan materi pokok / informasi dengan menerapkan model Number Heads
Together (NHT), setelah itu guru kemudian membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok kecil yang anggotanya berjumlah antara 3-5 orang. Implementasi
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Number Heads Together
(NHT) yang diterapkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
RPP yang telah ditentukan. Dimeningkatkan motivasi belajar siswa guru untuk
memberi penghargaan (penguatan) kepada seorang siswa yang mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan kelompok, siswa pada pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran, siswa menjawab pertanyaan dari guru0.
Penghargaan yang diberikan oleh guru dalam bentuk ibu jari mengajar, nilai
tambahan dll. Murid kemudian bekerja Lembar Kerja Murid (LKM). Selama
penerapan model pembelajaran siswa Number Heads Together (NHT) harus
sepenuhnya memahami teks cerita dan drama yang dilakukan oleh anak sebagai
bahan pilihan dalam penelitian ini, sehingga siswa dapat menguasai materi secara
menyeluruh.
3. Observasi, pada tahap ini dilakukan proses pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan aplikasi model pembelajaran lembar observasi
Nomor Kepala Bersama (NHT) yang telah dibuat dan melaksanakan evaluasi
berupa tes pencapaian siklus I. Pada Pada tahap ini, peneliti mengamati dengan

21
memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran awal
hingga akhir penelitian, peneliti memantau aktivitas pembelajaran yang digunakan
guru dengan metode eksperimen. Peneliti memperhatikan aktivitas guru ketika
pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada format penelitian yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Selain itu, para peneliti juga memperhatikan aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung berdasarkan format penelitian yang telah
disiapkan.
4. Refleksi, setelah melalui tahapan pelaksanaan dan pada tahap pengamatan yang
sama dan diakhiri dengan evaluasi hasil belajar siswa dilakukan maka tahap
refleksi selanjutnya, berdasarkan pengamatan dan evaluasi terhadap informasi
yang diperoleh bahwa ada siswa yang melakukan kegiatan lain selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Ini mungkin terjadi karena siswa sebelumnya sudah
terbiasa menerima secara pasif bahan ajar. Hal ini perlu dilanjutkan pada siklus
kedua dengan memperhatikan aspek-aspek di atas.
The research used the classroom action research. The phases of implementation
of the research consisted of four components. The four components were planning,
action, observation, and reflection. Furthermore, the four components were linked in
a cycle of activity. In brief, the steps taken by the teacher was to deliver the objectives
and to motivate students, to provide information, to organize students into study
groups, guide group work and learning, evaluate, and give reward. Teaching and
learning using NHT method was started with numbering. The teacher divided the
class into small groups. Each person in each group was numbered according to the
numbers of members in the group. Once the group was formed, then the teacher
asked some questions to be answered by each group and provided the opportunity for
each group to find the answers. On this occasion, each group brought together
"Number Heads Together” to think and discussed the answers.
The next step, the teacher called the students who had the same number from
each group.They were given the opportunity to give answers to questions received
from the teacher. The work was ongoing until all of the students with the same
number from each group got a turn to present the answers to the teacher. Based on the

22
answers, the teacher could develop a more in-depth discussion,so the students could
find the answers to these questions as the intact knowledge.In applying the
cooperative method ‘Number Heads Together’(NHT),the teacher was only a
facilitator and the students more fully participated in learning. The process of
implementation was conducted gradually until the research was successful. The
procedures started from (1)action planning,(2) action implementation, (3) observation
and evaluation, and (4) analysis and reflection ( Maman and Rajab, 2016 : 3 ).
Terjemahan :
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Tahapan pelaksanaan
penelitian terdiri dari empat komponen. Keempat komponen itu adalah perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Selanjutnya, keempat komponen itu dihubungkan
dalam suatu siklus aktivitas. Singkatnya, langkah-langkah yang diambil oleh guru
adalah untuk memberikan tujuan dan untuk memotivasi siswa, untuk memberikan
informasi, untuk mengatur siswa ke dalam kelompok belajar, membimbing kerja
kelompok dan belajar, mengevaluasi, dan memberi imbalan. Pengajaran dan
pembelajaran menggunakan metode NHT dimulai dengan penomoran. Guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap orang di setiap kelompok diberi
nomor sesuai dengan jumlah anggota dalam grup. Setelah kelompok terbentuk,
kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing
kelompok dan memberikan kesempatan bagi setiap kelompok untuk menemukan
jawabannya. Pada kesempatan ini, masing-masing kelompok mempertemukan
“Number Heads Together” untuk berpikir dan mendiskusikan jawaban.
Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama
dari masing-masing kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diterima dari guru. Pekerjaan sedang berlangsung
sampai semua siswa dengan nomor yang sama dari setiap kelompok mendapat giliran
untuk mempresentasikan jawaban kepada guru. Berdasarkan jawaban, guru dapat
mengembangkan diskusi yang lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini sebagai pengetahuan utuh. Dalam
menerapkan metode kooperatif ‘Number Heads Together’ (NHT), guru hanya seorang

23
fasilitator dan siswa lebih banyak berpartisipasi dalam pembelajaran. Proses
implementasi dilakukan secara bertahap sampai penelitian berhasil. Prosedur dimulai
dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi,
dan (4) analisis dan refleksi (Maman dan Rajab, 2016: 3).
Slavin in Muslim Ibrahim, (2001: 39), In the process of learning, the process is
interaction between teachers and students who interact. Not only teachers affect
students, but students can also affect teachers. The interaction in the learning process
not only occurs among students, but among students in human resources (that is,
those who can give information), and between students with learning media.
Similarly, in the process of teaching mathematics interaction between students and
teachers should happen dialog. It is intended that the teacher can give students the
motivation to generate interest for conducting study mathematics. As previously
disclosed in the learning process interactions occur not only among students, but also
between students and students. Teaching system provides opportunities among
students to work together in completing structured tasks referred to as the
“cooperative learning" or "cooperative learning." In this case, the teacher acts as a
facilitator.
Given the importance of mathematics for elementary students education since it
is necessary to look for a solution that is a way to manage the process of teaching and
learning mathematics in elementary school, so that mathematics can be understood by
students. In the effort to manage the process of learning mathematics in elementary
school requires a particular strategy one of which is a cooperative learning. Some
experts claim that this model is very useful to foster cooperation skills, critical
thinking, and willingness to help friends and so on. Cooperative learning is done have
succeeded in improving student learning outcomes because it may allow students to
learn from a friend.
Terjemahan :
According to Slavin dalam Muslim Ibrahim, (2001: 39), Dalam proses belajar,
prosesnya adalah interaksi antara guru dan siswa yang berinteraksi. Tidak hanya guru
mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Interaksi dalam

24
proses pembelajaran tidak hanya terjadi di kalangan siswa, tetapi di antara siswa
dalam sumber daya manusia (yaitu, mereka yang dapat memberikan informasi), dan
antara siswa dengan media pembelajaran. Demikian pula dalam proses pembelajaran
interaksi matematika antara siswa dan guru harus terjadi dialog. Hal ini dimaksudkan
agar guru dapat memberi siswa motivasi untuk membangkitkan minat untuk
melakukan pembelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan sebelumnya dalam
interaksi proses pembelajaran terjadi tidak hanya di kalangan siswa, tetapi juga antara
siswa dan siswa. Sistem pengajaran memberikan kesempatan di antara siswa untuk
bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas terstruktur yang disebut sebagai
"pembelajaran kooperatif" atau "pembelajaran kooperatif." Dalam hal ini, guru
bertindak sebagai fasilitator.
According to Jollife (2007 : 109) In aldition to small group or peercoaching. it
is important for teachers to work in teams to sup- port cooperative leaming. his will
typically be in age groups (such as Years 3/6) and the met. ngs may take place
alongside other regular meetings Ilowever, on a regular basis (preferably weekly)
1. Start by reviewing coperative learning elements and/or structures. This would
work. well using a structure such as rally table- passing a piece of paper to and fro
in pairs . and jotting a key word down each time, then comparing with another
pair. You may . also like to start by trying out a new cooperative learning structure.
2. Review lessonts taught using cooperative learning, particularly what went wel and
any . problems.
3. Discuss problems at some length to generate a number of possible solutions, so
that . each team member can select difierent things to try.
4. If there is time, jointly plan a lesson to teach the following week.
5. Decide on items for the next meeting
Terjemahannya
Menurut Jollife (2007 : 109) Dalam hal kelompok kecil atau teman sebaya. Hal
ini penting bagi guru untuk bekerja dalam tim ke pa dan yang bekerja sama. Dia
biasanya berada dalam kelompok usia (seperti tahun 3/6) dan bertemu. NGS bisa
mengambil tempat di samping pertemuan rutin lain yang tidak pernah dilakukan,
secara teratur (lebih baik mingguan)

25
1. Mulai dengan meneliti unsur-unsur ilmu dan/atau struktur. Ini akan bekerja. Nah,
menggunakan struktur seperti meja reli — melewati selembar kertas untuk
dipasangkan. Dan menuliskan kata kunci setiap saat, kemudian membandingkan
dengan pasangan lain. Anda mungkin. Juga ingin memulai dengan mencoba
struktur belajar yang baru
2. Ulsonnetes mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, terutama apa
masalah yang terjadi.
3. Bahaslah masalah di beberapa waktu untuk menghasilkan sejumlah solusi yang
mungkin, sehingga. Setiap anggota tim dapat memilih hal-hal yang sulit untuk
dicoba.
4. Jika ada waktu, bersama-sama merencanakan sebuah pelajaran untuk mengajar
minggu berikutnya.
5. Tentukan hal-hal untuk pertemuan berikutnya
Menurut Lie dalam Arnis (2007 : 59) bahwa teknik Numbered Heads Together
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan
untuk setiap mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Heads
Together merupakan strategi yang menempatkan peserta didik belajar dalam
kelompok 4-6 orang dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar
belakang yang berbeda-beda. Dalam belajar kelompok masing-masing anak diberi
nomor pin, setelah mereka selesai berdiskusi dalam menjawab pertanyaan guru, guru
akan memanggil salah satu nomor dan peserta didik yang disebutkan nomornya oleh
guru harus mewakili masing-masing kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusi
kepada semua temannya. Oleh karena itu, dengan metode NHT Numbered Heads
Together ini peserta didik lebih aktif karena mereka semua harus benar-benar siap
dalam menjawab pertanyaan, karena mereka belum tahu siapa yang kan mewakili
setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.
Menurut Silberman dalam Muchrozin,dkk (2009: 3) “Peta konsep merupakan
cara kreatif bagi siswa secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat

26
pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Melalui pembuatan peta konsep, siswa
akan menemukan kemudahan untuk mengiden-tifikasi secara jelas dan kreatif apa
yang telah mereka pelajari dan apa yang akan direncanakan”. Metode pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) pada dasarnya mampu membuat siswa tertarik
didalam pembelajaran dan juga mampu membuat siswa lebih aktif didalam
kelompok, namun peta konsep juga memiliki peran untuk membantu didalam
pembelajaran agar siswa dapat memilki kesan untuk diingat terkait dengan materi
yang sudah diberikan didalam pembelajaran.
Menurut Mursito dalam Muchrozin (2011:35) langkahlangkah dalam metode
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor
2. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dan mengerjakannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
Sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan mengguna-kan metode
Numbered Head Together (NHT) pada penelitian ini diawali dengan Numbering.
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok
terbentuk, guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tiaptiap kelompok.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menemukan
jawaban. Pada kesempatan ini tiap kelompok menyatukan kepalanya “Head
Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah
berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama
dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan
yang telah diterima dari guru. Hal ini dilakukan secara berulang hingga semua peserta
didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran

27
memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawabanjawaban setiap
anggota kelompok guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga
peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan sebagai pengetahuan yang utuh.
Menurut Kagan,S. dalam Anita Lie dalam Untari (2017:59-61) Model
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Numbered Heads
Together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks:
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu,
berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor
siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri
reward. Supaya pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar
serta efektif, maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan
perlu ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal diantaranya:
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
Menurut Untari (2017:59-61) Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT). Ada enam tahap pembelajaran kooperatif tipe
numbered-heads together (NHT) yaitu;
1. Tahap 1.
Pembagian Kelompok dan Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam kelompok
beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1
sampai 5.
2. Tahap 2.
Mengajukan pertanyaan.Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.

28
3. Tahap 3 Berpikir.
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
4. Tahap 4
Menjawab,Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangan dan melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.
5. Tahap 5
Tanggapan,Tangggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain.
6. Tahap 6
Kesimpulan.Guru membuat kesimpulan dari hasil presentasi dan tanggapan
tersebut.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) terdiri dari 6 langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok


Hal ini disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru member nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang social, ras, suku jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

29
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudah kan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat
umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa
di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
Menurut Yusniawati (2015: 91-92) Sintaks pembelajaran yang dikembangkan
merupakan perpaduan dari model pembelajaran dan NHT menghasilkan7 tahapan
sintaks yaitu:. Nomori, Amati, Pertanyaan, Kumpulkan, Tim Diskusi, Luaskan dan
Simpulakan

b) Sistem sosial
sistem sosial Menurut Rusman (2014 : 202-203) Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.
Sistem sosial Menurut Kagan,S dalam Untari dalam (2017:59-61) dilakukan
dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

30
tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk
tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama
mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok .
c) Aksi Reaksi siswa dan guru
Reaksi siswa Menurut Kagan dalam Erwin Putera Permana (2016:51-52) NHT
merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.
Berdasarkan teori tersebut NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran yang
mengkondisikan siswa untuk mampu memadukan, menarik kesimpulan beragam
pikiran dari hasil bertukar gagasan atau pendapat sesama teman dalam kelompoknya,
siswa diharapkan untuk bisa menjawab pertanyaan ketika nomornya dipanggil.
Menurut Mursito dalam Muchrozin (2011:35) aksi Guru memberikan tugas dan
masingmasing kelompok mengerjakannya . Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dan mengerjakannya , Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerja sama mereka dan aksi yang dilakukan siswa ialah Kelompok mendiskusikan
jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dan mengerjakannya ,
aksi siswa dari klompok lain memberi tnggapan terhadap jawaban klompok yg
sedang melakukan presentasi

Aksi reaksi guru dan siswa menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232)
Memberi kesimpulan disini Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
d) Sistem Pendukung
Sistem pendukung menurut Ibrahim dalam Susanto (2014 : 232) terdiri daru
Guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Menurut Utomo (2011:149-150) Dalam Sistem Sosial Guru berperan sebagai
fasilitator, konduktor, dan moderator. Sebagai fasilitator, guru berperan menyediakan

31
dan mempersiapkan sumber belajarbagi siswa, memotivasi siswa untuk belajar, dan
memberikan bimbingan kepada siswanya dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya secara optimal. Sebagai konduktor, guru berperan untuk mengatur
dan mendorong setiap siswa sehingga mereka tetap dalam aktivitas belajar (on-task).
Sebagai moderator, guru memimpin jalannya diskusi kelas, mengatur mekanisme
sehingga diskusi kelompok berjalan dengan baik, dan mencapai hasil optimal.
Prinsip Reaksi Berbagai aktivitas guru yang perlu diwujudkan adalah
(a) memberikan perhatian pada setiap interaksi antar siswa.
(b) memberikan perhatian terhadap kelancaran kerja kelompok.
(c) memberikan perhatian pada perilaku siswa dominan dan siswa submisif.
(d) mengatur mekanisme interaksi melalui pemberian peran masing-masing anggota.
(e) mengelola sumber belajar yang dapat medorong siswa menjalankan aktivitas
belajar.
(f) memberikan bimbingan belajar kepada setiap kelompok yang membutuhkan.
(g) mengarahkan siswa untukmmengkonstruksi pengetahuannya.
(h) menunjuk siswa secara random sebagai wakil kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya
(i) memberikan respon terhadap pertanyaan siswa atas nama kelompok, dan (j)
memberikan pelatihan kepada siswa dominan dan siswa submisif tentang bagaimana
belajar secara kooperati

2.1.5 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together


(NHT)
The structural approach to cooperative learning was developed by Spencer
Kagan. The basic premise of the structural approach is that there is a strong relation
between what students do and what they learn. That is, interactions in the classroom
have a profound effect on the social, cognitive, and academic development of
students. The construclion and acquisition of knowledge, the development of
language and cognition, and the development of social skills are largely a function of
the situations in which students interact. For this reason, a major direction of the

32
structural approach has been to quantify classroominteractions and to analyze them in
terms of their effects on the students. In this way, teachers can bel provided with the
means to direct the interaction of students in ways that will result in a range of
learning outcomes. It is relatively easy for teachers and students to learn various
social interaction sequences, called "structures." Because these structures have
different learning outcomes, the teacher who knows and uses a range of structures can
efficiently produce specific academic, cognitive, and social outcomes among
students. A full mastery in the use of structures includes an understanding and
manipulation of the elements of structures, as well as an understanding of how to
combine structures to create the sequences of activities we know as lessons.
Understanding and use of structures complements other approaches to cooperative
learning.
Numbered Heads Together A team of four is established. Each member is given
numbers of 1, 2, 3, 4. Questions are asked of the group. Groups work together to
answer the question so that all can verbally. answer the question. Teacher calls out a
number (two) and each. two is asked to give the answer. The structure is used to help
and encourage each other in understanding the material (Agrawal and Nagar. 2011 :
103 – 105).
Terjemahannya :
Pendekatan struktural terhadap pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh
Spencer Kagan. Premis dasar dari pendekatan struktural adalah bahwa ada hubungan
yang kuat antara apa yang dilakukan siswa dan apa yang mereka pelajari. Yaitu,
interaksi di dalam kelas memiliki dampak yang mendalam terhadap perkembangan
sosial, kognitif, dan akademis. Konstruklion dan akuisisi pengetahuan,
pengembangan bahasa dan kognisi, dan pengembangan keterampilan sosial sebagian
besar adalah fungsi dari situasi di mana siswa berinteraksi. Untuk alasan ini, tujuan
utama dari pendekatan struktural telah untuk mengukur ruang antar kelas dan untuk
menganalisis mereka dalam hal Dari efek mereka pada siswa. Dengan cara ini, guru
dapat bel disediakan dengan sarana untuk mengarahkan interaksi siswa dengan cara
yang akan mengakibatkan dalam jangkauan hasil pembelajaran. Hal ini relatif mudah

33
bagi para guru dan siswa untuk mempelajari berbagai rangkaian interaksi sosial, yang
disebut "struktur". Karena struktur-struktur ini memiliki hasil pembelajaran yang
berbeda, guru yang mengetahui dan menggunakan berbagai struktur dapat secara
efisien menghasilkan keuntungan akademis tertentu, kognitif, dan sosial di antara
siswa. Penguasaan penuh dalam penggunaan struktur mencakup pemahaman dan
manipulasi unsur-unsur struktur, serta pemahaman tentang bagaimana
menggabungkan struktur untuk menciptakan urutan kegiatan yang kita kenal sebagai
pelajaran. Memahami dan menggunakan struktur melengkapi pendekatan lain untuk
belajar kooperatif.
NHT setiap anggota diberi nomor 1, 2, 3, 4. Pertanyaan yang diminta dari
kelompok. Kelompok-kelompok bekerja sama untuk menjawab pertanyaan itu
sehingga semua dapat secara verbal. Jawab pertanyaan itu. Guru memanggil sejumlah
(dua) dan masing-masing. Dua diminta untuk memberikan jawaban. Struktur ini
digunakan untuk saling membantu dan saling mendorong dalam memahami materi
(Agrawal dan Nagar. 2011 : 103 – 105).
Placing students in groups and expecting them to work together will not
necessarily promote cooperation. Group members often struggle with what to do and
discord can occur as members grapple with the demands of the task as well as
managing the processes involved in learning such as dealing with conflicting opinions
among members or with students who essentially loaf and contribute little to the
group’s goal (Johnson & Johnson, 1990) (Gillies. 2016 : 40).

Terjemahannya :
Menempatkan siswa dalam kelompok dan mengharapkan mereka untuk bekerja
sama tidak akan selalu meningkatkan kerja sama. Anggota kelompok sering bergumul
dengan apa yang harus dilakukan dan perselisihan dapat terjadi ketika anggota
bergulat dengan tuntutan tugas serta mengelola proses yang terlibat dalam
pembelajaran seperti berurusan dengan pendapat yang bertentangan di antara anggota
atau dengan siswa yang pada dasarnya bermalas-malasan dan berkontribusi sedikit
pada kelompok tujuan (Johnson & Johnson, 1990)(Gillies. 2016 : 40)|.

34
According to Uno (2011), there are several ways that can be done to improve
students’ learning-motivation, one of them is by using various methods in learning.
According Trianto (2013), NHT learning model is the kind of cooperative learning
that is designed to affect students interaction pattern and as an alternative to the
traditional classroom structure. There are four phases in NHT learning, they are
numbering, asking questions, thinking together, and answering. The advantages of
NHT learning model according to Lie (2010), it provides wider opportunities for
learners to share ideas and considers the most appropriate problem solving, which
encourages learners to improve spirit of cooperation in solving problems. Education
is not only oriented to science understanding but also understood the results of
science and its effects. One approach that can be used to integrate science, the results
of science and its impact is SETS approach. According to Binadja (1999), SETS
approach is aimed at helping learners to know about science, its development and
how science can affect the environment, technology, and society on a reciprocal basis.
The research result showed that learning with SETS approach has several advantages.
According to Sukaisih (2013), the application of STSE (Science, Technology, Society
and Environment) approach in electric circuit learning, ohms law, and barriers can
improve students’ learning activities and outcomes. According to Ifadloh, Santosa &
Supardi (2012), discussion method with SETS approach and media question card can
give positive response for most students such as; it gives interesting and fun learning,
it increases their curiosity, it can improve the ability to remember a lesson concept,
student gets more active in learning, makes student not bored, and motivates student
to learn more diligently.
In this study, the principal selected subjects are Work and Energy. In this
subject, the concept of Work and Energy is associated with its application and impact
in the environment, technology and society. The NHT learning model with SETS
approach is a lesson that connects the concept of science learned with other elements
in SETS, and it is conducted in a discussion according to NHT learning steps. Lie
(2010) explains that in cooperative learning, students who have high academic ability
can help their friends who have low academic ability. This will give impact to the

35
students to be more motivated and study more hard, so NHT learning model which is
a cooperative learning and accompanied by SETS approach is expected to improve
students’ learning-motivation (Sutipnyo and Mosik. 2018 : 27).
Tejemahan :
Menurut Uno (2011), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, salah satunya adalah dengan menggunakan
berbagai metode dalam pembelajaran. Menurut Trianto (2013), model pembelajaran
NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif struktur kelas tradisional. Ada empat fase dalam
pembelajaran NHT, mereka menghitung, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama,
dan menjawab. Kelebihan model pembelajaran NHT menurut Lie (2010),
memberikan kesempatan yang lebih luas bagi peserta didik untuk berbagi ide dan
menganggap pemecahan masalah yang paling tepat, yang mendorong peserta didik
untuk meningkatkan semangat kerjasama dalam memecahkan masalah. Pendidikan
tidak hanya berorientasi pada pemahaman sains tetapi juga memahami hasil sains dan
dampaknya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan
sains, hasil sains dan dampaknya adalah pendekatan SETS. Menurut Binadja (1999),
pendekatan SETS bertujuan untuk membantu peserta didik untuk mengetahui tentang
sains, perkembangannya dan bagaimana sains dapat mempengaruhi lingkungan,
teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan SETS memiliki beberapa kelebihan. Menurut
Sukaisih (2013), penerapan pendekatan STSE (Sains, Teknologi, Masyarakat, dan
Lingkungan) dalam pembelajaran sirkuit listrik, hukum ohm, dan hambatan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Menurut Ifadloh, Santosa & Supardi
(2012), metode diskusi dengan pendekatan SETS dan kartu pertanyaan media dapat
memberikan respon positif bagi sebagian besar siswa seperti; memberikan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, meningkatkan keingintahuan
mereka, dapat meningkatkan kemampuan mengingat konsep pelajaran, siswa menjadi
lebih aktif dalam belajar, membuat siswa tidak bosan, dan memotivasi siswa untuk
belajar lebih rajin.

36
Dalam studi ini, subjek yang dipilih adalah Kerja dan Energi. Dalam hal ini,
konsep Kerja dan Energi dikaitkan dengan penerapannya dan dampaknya terhadap
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Model pembelajaran NHT dengan
pendekatan SETS adalah pelajaran yang menghubungkan konsep ilmu yang dipelajari
dengan elemen lain dalam SETS, dan itu dilakukan dalam diskusi sesuai dengan
langkah pembelajaran NHT. Lie (2010) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif, siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu
teman-teman mereka yang memiliki kemampuan akademis rendah. Ini akan
memberikan dampak kepada siswa untuk lebih termotivasi dan belajar lebih keras,
sehingga model pembelajaran NHT yang merupakan pembelajaran kooperatif dan
disertai dengan pendekatan SETS diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa (Sutipnyo dan Mosik. 2018 : 27).
In the last decade there has been a growing interest among ESL/EFL. teachers
in using. cooperative learning activities. With cooperative learning, students work
together in groups . whose usual size is two to four members. However, cooperative
leaming is more than just . puting students in groups and giving them somecthing to
do. Cooperative leaming principles . and techniques are tools which teachers use to
encourage mutual helpfulness in the groups . and the active participation of all
members. These principles can be seen in the cooperative learning technique
Numbered leads Together (Kagan, 1992) that can be used, for example, in an
ESL/EFL reading class There. are four steps in doing Numbered Heads Together.
1. Each student in a group of four gets a number: 1.2. 3, or 4.
2. The teacher or a student asks a question hased on the text the class is reading.
3. Students in each group put their heads together to come up with an answer or.
answers. They should also be ready to supply support for their answer(s) from the .
text and/or from other knowledge.
4. The teacher calis a number from I to 4. The person with that number gives and .
explains their group's answer.
Numbered leads Together encourages successful group functioning because all l
members need to know and be ready to explain their group's answeris ( Jacobs at all.
2006 : )

37
Terjemahan :
Pada dekade terakhir ini telah tumbuh minat di antara ESL/EFL. Guru dalam
menggunakan. Kegiatan belajar kooperatif. gunakan Dengan kerja sama, para siswa
bekerja sama dalam kelompok. Yang ukuran biasa adalah dua sampai empat anggota.
Akan tetapi, kerja sama yang kooperatif lebih dari sekadar. Puting siswa dalam
kelompok dan memberikan mereka sesuatu untuk dilakukan. Prinsip-prinsip kerja
sama yang kooperatif. Dan teknik adalah alat yang guru untuk mendorong saling
membantu dalam kelompok. Dan partisipasi aktif dari semua anggota.

1. Setiap siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat orang mendapat nomor: 1.2.
3, atau 4.
2. guru atau seorang siswa mengajukan pertanyaan yang menguat dalam teks kelas
adalah membaca.
3. Siswa di setiap kelompok menempatkan kepala mereka bersama-sama untuk
datang dengan jawaban atau. Jawaban. Mereka juga harus siap memberikan
dukungan untuk jawaban mereka (s) dari. Teks dan/atau dari pengetahuan lain.
4. Guru calis nomor dari I ke 4. Orang dengan jumlah itu memberikan dan.
Menjelaskan jawaban kelompok mereka.

Nomor bernomor bersama menganjurkan kelompok yang sukses bekerja karena


semua anggota perlu tahu dan siap untuk menjelaskan jawaban kelompok mereka
( Jacobs dkk. 2006 : )
A second oranizational ditticulty les in the weakly integrated faculty within. he
program of teacher education. Many of the authors arue that if credentiall andidates
consistently experience more cooperative learning in their classes, hey will be much
more likely to try these strateges when ther are on their own. Howevet, the authors
sugest that this can only be achieved in small faculties or. n small clusters of taculty
and students within larger programs. In the integrated emester of Westchester
(Slostad. Baloche, and Darigan) there is a collective. ollegial experience that allows
the three faculty members to collaborate and roblem solve with respected colleagues,
thus producing consistent teaching. ven in a small collese like Lewis & Clark College
(faculty of ten to twelve full. ime teachers who work closcly togcther), Brody and

38
Nagel speak of faculty turnover and use of adjunct taculty as undermining the
consistent use of cooper. ative learning at the collee. At Anderson College, the head of
teacher educa- tion at the time, Joellen Harris, (Haris S Hanles, chaprer 4), was able
to run a. class on cooperative learning for seven of her colleagues. At Niagara
University, Foote et al. report that althouh all full-time faculty members in the
education department use coxperative learning to some degre, some full-time faculty
and adjunct factlty are not very confident about being able to instruct preservice.
reachers in these strategies. As a result of ohserving this inconsstency, a number. of
authors speak of the need for continuing staft development for tacultry in. teacher
education pograms-something tor which there is very litte organizl tomal trecedent
(Brody. At all. 2004 : 197).
Terjemahannya :
Saya kedua oranizuka dititculty les di perusahaan yang terpadu terintegrasi di
dalamnya. Program nya pendidikan guru. Banyak dari para penulis arue bahwa jika
mereka memiliki pengalaman kerja sama yang lebih kooperatif di kelas mereka, hei
akan lebih mungkin untuk mencoba strategi ini saat mereka sendiri. Howevet, para
penulis yang paling hebat bahwa ini hanya dapat dicapai dalam fakultas kecil atau.
cluster kecil dari taculty dan siswa dalam program-program yang lebih besar. Di
semester terintegrasi dari Westchester (Slostad. Baloche, dan Darigan) ada kolektif.
Pengalaman orang yang memungkinkan tiga anggota sekolah untuk berkolaborasi dan
mengatasi masalah dengan kolega yang disegani, sehingga menghasilkan pengajaran
yang konsisten. Ven dalam sebuah collese kecil seperti Lewis & Clark kuliah
(fakultas dari sepuluh sampai dua belas penuh. Para guru pengganti yang bekerja di
dekat togcther), Brody dan Nagel berbicara tentang fakultas Omset dan penggunaan
tajunct seperti merusak penggunaan cooper secara konsisten. Pembelajaran baik di
perguruan tinggi. Di Anderson College, kepala guru educa — tion pada waktu itu,
Joellen Harris, (Haris S Hanles, chaprer 4), dapat menjalankan kelas A. on untuk
bekerja sama dalam belajar untuk tujuh koleganya. Di universitas Niagara, Foote et
melaporkan bahwa semua staf pengajar penuh waktu di departemen pendidikan
menggunakan bahasa koxperatif untuk beberapa degre, beberapa staf penuh waktu

39
dan adjunct factlty tidak terlalu yakin tentang kesanggupan untuk mengajar
preservice. Kembali dalam strategi ini. Sebagai hasil dari ohmelayani inconsstess,
sejumlah. Dari para penulis yang berbicara tentang kebutuhan akan pembangunan
berkelanjutan untuk tacultry masuk Guru pendidikan pograms-sesuatu tor yang ada
sangat litte teratatur tomal trecedent (Brody. Dkk. 2004 : 197).

2.1.6 Manfaat, Kelebihan Dan Kekurangan Dari Pembelajaran Kooperatif Tipe


Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Susanto (2014:233), model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini
dalam pelaksanaan pembelajaran juga memiliki kelemahan, antara lain :
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c. Kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan
baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim
dalam Susanto (2014 : 233) , antara lain :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
2. Memperbaiki kehadiran.
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
5. Konflik antara pribadi berkurang.
6. Pemahaman yang lebih mendalam.
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
8. Hasil belajar lebih tinggi.
Menurut Sri Harminu (2017:14-16) Dalam upaya mengatasi suatu
permasalahan perlu solusi untuk memecahkan masalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif guna menunjang peningkatan hasil belajar dan aktivitas
belajar siswa. Pada Model pembelajaran kooperatif, siswa dimungkinkan dapat
bekerjasama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan orang lain,
menumbuhkan keterampilan sosial, interpersonal skill dalam kelompoknya dan
melatih siswa untuk yakin akan kemampuan yang dimilikinya sehingga siswa dapat
memahami materi pelajaran yang disampaikan dengan baik dan dapat membantu

40
siswa memahami konsep-konsep sulit. Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka
penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Kagan yaitu tipe Numbered Heads Together.
Pemilihan model pembelajaran NHT di atas didasarkan pada keunggulannya.
Kaagan menyampaikan bahwamodel pembelajaran NHT memiliki keuntungan yaitu
siswa akan diajarkan mengenai Social skill, knowledge building, procedure learning,
processing info, thinkhing skill, team building, communication skill, decision making
dan presenting info, sehingga siswa akan lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan
pembelajaran sehingga hasil belajarnya juga akan meningkat. Kelebihan NHT
Menurut Hill dalam Setyanto dalam Sri Harminu (2017:14-16) yaitu: (1) dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, (2) mampu memperdalam pemahaman
siswa, (3) membantu siswa dalam bekerjasama (kekompakan) dalam kelompok, (4)
membantu siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk berani berbicara
di depan kelas (menjawab pertanyaan), (5) mengembangkan rasa ingin tahu sehingga
dapat memunculkan semangat dalam diri siswa untuk dapat memahami materi dan
mengetahui jawaban dari soal yang diberikan pada guru, (6) membuat suasana kelas
yang menyenangkan saat belajar.
Menurut Sumarmi dalam Sri Harminu (2017:14-16) pada kegiatan
pembelajaran ini siswa belajar untuk saling menghormati, menghargai, dan saling
berinteraksi dengan temannya yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Siswa juga memiliki kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapat
kelompoknya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mendapat ketrampilan sosial
kooperatif dan tanggungjawab individu yang besar di mana kelak berguna bagi siswa
dalam hidup bermasyarakat.

2.2 Kajian Kritis


Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative

41
learning sama dengan kerja kelompok. Ada dua komponen pembelajaran kooperatif,
yakni:
(1) cooperative tes kata tugas kerja sama dan
(2) cooperative incentive structure atau struktur insentif kerjasama.
Tugas kerjasama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota
kelompok kerjasama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan
struktur intensef kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi
siwa untuk melakukan kerjasama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.
Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa
(student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai
pendapat orang lain.
Tujuan pertama pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu meningkat kan hasil
akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya.
Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu,
yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua
pembelajaran kooperatif member peluang agar siswa dapat menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut
antara lain perbedaan suku, agama kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengembangkan keterampilan social siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud
antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :
1. Kelompok heterogen.
2. Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda, dan
3. Berpikir bersama (head together).
model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling
berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh
perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

42
Dalam menerapkan metode kooperatif ‘Number Heads Together’ (NHT), guru
hanya seorang fasilitator dan siswa lebih banyak berpartisipasi dalam pembelajaran.
Proses aimplementasi dilakukan secara bertahap sampai penelitian berhasil. Prosedur
dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
evaluasi, dan (4) analisis dan refleksi.
Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada dasarnya mampu
membuat siswa tertarik didalam pembelajaran dan juga mampu membuat siswa lebih
aktif didalam kelompok, namun peta konsep juga memiliki peran untuk membantu
didalam pembelajaran agar siswa dapat memilki kesan untuk diingat terkait dengan
materi yang sudah diberikan didalam pembelajaran.
Ada enam tahap pembelajaran kooperatif tipe numbered-heads together (NHT)
yaitu;
Tahap 1.
Pembagian Kelompok dan Penomoran. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor
antara 1 sampai 5.
Tahap 2.
Mengajukan pertanyaan.Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
Tahap 3 Berpikir.
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
Tahap 4 Menjawab.
Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangan dan melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.
Tahap 5 Tanggapan.
Tangggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
Tahap 6 Kesimpulan.
Guru membuat kesimpulan dari hasil presentasi dan tanggapan tersebut.

43
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dalam pelaksanaan pembelajaran juga
memiliki kelemahan, antara lain :
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c. Kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan
baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendali.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang hasil belajar rendah antara lain :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
b. Memperbaiki kehadiran.
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
e. Konflik antara pribadi berkurang.
f. Pemahaman yang lebih mendalam.
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.Unsur-unsur model pembelajaran NHT, yaitu
Sintakmatik, Sistem sosial, Sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak
pengiring.
Terdapat 6 langkah dalam metode NHT yaitu persiapan, pembentukan
kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, diskusi
masalah, mengambil nomor anggotas dan memberi kesimpulan. Manfaat Model
pembelajaran NHT bagi siswa yaitu rasa harga diri menjadi lebih tinggi,
memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang

44
lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, dan hasil
belajar lebih tinggi.
Kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran NHT, yaitu terjadinya interaksi
antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa
pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar
kooperatif, termotivasi untuk berpartisipasidalam diskusi kelompok agar dapat
menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.
Kekurangannya, siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga
dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah, ada siswa yang sekedar
menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada
saat diskusi menyelesaikan masalah, pengelompokan siswa memerlukan waktu
khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.

3.2 Saran
Kita sebagai guru hendaknya menggunakan berbagai model dan strategi
pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang
disajikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai seoptimal mungkin dalam kegiatan
belajar mengajar.
Diharapkan dengan adanya makalah ini guru dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) di sekolah agar siswa lebih
berperan aktif dalam pembelajaran secara berkelompok. Semua siswa ikut terlibat
aktif dalam proses pembelajaran.

45
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal and Nagar. 2011. Cooperative Learning. India. Kalpaz Publication.

Arnis Artati.2017.Penggunaan Model Pembelajaran Numbered Heads Together


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Pada Materi Teks
Analytical Exposition Kelas Xi Ips 2 Sma Negeri 14 Pekanbaru Tahun
Pelajaran 2015-201.PEKA: Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP UIR
Vol 5 No 1 Tahun 2017 ISSN: 2337-652x

Brody, at all. 2004.Teaching Cooperative Learning. New York. State University of


New York Press.

Dyson and Casey. 2012. Cooperative Learning In Physical Education. London.


Routledge.

Gasong, D. 2018. BelajardanPembelajaran. Yogyakarta :Deepublish.

46
Gillies, Robyn M. 2016. Cooperative Learning: Review of Research and Practice.
Vol. 41. No 3.

Harmianto,S,dkk.2015.Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.Bandung :


CV Alfabeta

Harminu,Sri.2017.Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together Untuk


Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Ips Siswa.Jurnal Studi
SosialVol.2.No.1.ISSN : 2528-6293

Jacobs, at all. 2006. Cooperative Learning and Second Language Teaching.


Cambridge. Cambridge University Press.

Maman, M. and Rajab, A. A. 2016. The Implementation of Cooperative Learning


Model ‘Number Heads Together (NHT)’ in Improving the Students’ Ability in
Reading Comprehension. International Journal of Evaluation and Research in
Education (IJERE) Vol.5, No.2. ISSN: 2252-8822

MuchrozinGus,dkk.2017.Pengaruh Penggunaan Metode Numbered Head Together


(Nht) Berbantu Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Ips Terpadu Siswa Kelas
Viii Semester Genap Mts Negeri 1 Lampung Timur. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro. Vol.5. No.2. p-ISSN 2337-4721

Nasrun. 2016. The Use of Cooperative Learning With Number Head Together Model
to Improve the Students’ Mathematics Subject. IOSR Journal of Mathematics
(IOSR-JM). Volume 12, Issue 5 Ver. I. ISSN: 2278-5728.

Nursyamsi S. Y, dan , Corebima, A. D. 2016. The Effect of Numbered Heads Together


(NHT) Learning Strategy on The Retention of Senior High School Students in
Muara Badak, East Kalimantan, Indonesia. European Journal of Education
Studies. Volume 5, Issue 5. ISSN 2501-1111.

Permana,E,P.2016.Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads


Together (Nht) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Berpikir Kritis Siswa

47
Pada Mata Pelajaran Ips Sd.Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara
Vol.1.No.2.ISSN.2460-6324

Rusman.2014.Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran


Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua.Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada

Susanto, A. 2014 .Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Edisi


Pertama. Jakarta : Prenada Media Group

Sutipnyo and Mosik. 2018. The Use Of Numbered Heads Together (Nht) Learning
Model With Science, Environment, Technology, Society (Sets) Approach To
Improve Student Learning Motivation Of Senior High School. Vol. 14 NO. 1

Untari,Erny.2017.Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head


Together (NHT) Dan Jigsaw Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Sikap Percaya Diri.Vol.17.No.2P-ISSN 1979 – 9225

Utomo,D,P.2011. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Matematika ysng


Berorientasi pada Keperibadian Siswa (Model PKBK) Sekolah Dasar.
Universitas Muhammadiyah Malang. Vol 18, No 2.
Wendy. 2007. Cooperrative Learning In The Classroom Putting it Into Partice.
London. Paul Chapman Publishing.

Yulhendri, dan Syofyan, R. 2016. PendidikanEkonomiUntukSekolahMenengah


(Perencanaan, Stratgi, danMateriPembelajaran).Jakarta :Kencana

Yusniawati1,Dkk.2015. Pengembangan Dan Implementasi Model Pembelajaran


Guided Discovery Dipadu Dengan Numbered Head Together Pada Materi
Struktur Tumbuhan Dan Pemanfaatannya Dalam Teknologi Di Smpn 4
Karangayar.FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ISSN: 2252-7893, Vol
4, No. 4

48
49

You might also like