You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan informasi dalam suatu perusahaan atau
organisasi baik yang berorientasi pada profit dan non profit. Sektor publik memiliki peran
yang sangat penting penting dalam kemajuan suatu bangsa. Kegagalan dalam sektor publik
memiliki dampak pada terganggunya sektor bisnis dan sosial yang dapat memicu kondisi
krisis suatu bangsa. Oleh karena itu, pembangunan sektor publik harus dilakukan secara
berkelanjutan dan tidak boleh diabaikan. Akuntansi sektor publik merupakan salah satu
bidang akuntansi yang termasuk baru di Indonesia. Namun telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat sejak keumuculannya, dan berbagai organisasi publik lainnya memandang
akuntansi sektor publik sebagai suatu yang perlu mendapatkan perhatian dalam aktivitasnya.

Akuntansi keuangan sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi


akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi. Disektor publik,
kebutuhan akan informasi akuntansi semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya
akuntabilitas publik dan transparansi oleh lembaga –lembaga publik. Laporan keuangan
sektor publik menjadi instrument utama untuk menciptakan akuntabilitas publik.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan handal, maka
diperlukan standar akuntansi keuangan sector publik dan system akuntansi sector publik.
Pengembangan standar akuntansi keuangan sector publik merupakan suatu yang sangat krusial,
karena kualitas standar akuntansi secara langsung akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
Dengan demikian pada bahan ajar ini perlu dikembangkan system akuntansi yang mampu menghasilkan
sebuah laporan keuangan yang dapat di pertanggung jawabkan.

Pemahaman sektor publik sering diartikan sebagai aturan pelengkap pemerintah yang
mengakumulasi "utang sektor publik" dan "permintaan pinjaman sektor publik" untuk suatu
tahun tertentu. Artikulasi ini dampak dari sudut pandang ekonomi dan politik yang selama ini
mendominasi perdebatan sektor publik.

Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu sistem koheren dari hubungan
anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang
menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur,


(Belkaoui, 2000) karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi
yang didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki
yang memiliki beberapa tingkatan. Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi
dalam proses penyusunan standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam
menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan
mempersempit pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah
tidak.
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan mengenai latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari
penulisan ini adalah : Bagaimana Rerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik : Conceptual
Framework Asp dan Konsep Akuntansi Dana ?
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah : Untuk Dapat Mengetahui Rerangka Konseptual
Akuntansi Sektor Publik : Conceptual Framework Asp dan Konsep Akuntansi Dana.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kerangka Konseptual

Menurut (Bastian, 2005:83) kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu


sistem koheren dari hubungan anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar
yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan
laporan keuangan.

Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang
koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang
konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan dan
laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi,
sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang memberikan
petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut, meringkas dan
mengkomunikasikan pada pihak-pihak yangberkepentingan.

Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur,


(Belkaoui, 2000) karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi
yang didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki
yang memiliki beberapa tingkatan. Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi
dalam proses penyusunan standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam
menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan
mempersempit pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah
tidak. Secara lengkap, kerangka kerja konseptual adalah :

a. Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi.


b. Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada
standar khusus yang mengaturnya.
c. Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan.
d. Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode
akuntansi.
2.2. Definisi Kerangka Kerja Konseptual (conceptual framework) Menurut FASB

“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to


lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka konsepsual (conceptual framework) merupakan suatu sistem logis dari
tujuan-tujuan dan dasar-dasar yang saling terkait yang dapat mengarah pada standar-standar
konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan dan
laporan-laporan keuangan.

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals


(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni
yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep


lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi
berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan
dan pelaporan.

2.3. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual (conceptual framework).


a. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
b. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori yang telah ada.
2.4. Elemen Kerangka Konseptual

Menurut (Belkaoi, 2000:23) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:

a. Tingkat Pertama. Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan


tujuan pelaporan keuangan suatu kesatuan bisnis (organisasi bisnis) SFAC nomor
1. SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi
nirlaba.
b. Tingkat Kedua. Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
SFAC nomor 2. Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC
nomor 3, kemudian diganti SFAC nomor 6, yang mengatur tentang unsure-unsur
laporan keuangan baik untuk perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba (sektor
publik).
c. Tingkat Ketiga. Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan
pelaporan keuangan SFAC nomor 5. SFAC nomor 33, mengatur tentang
pelaporan keuangan dengan penyesuaian tingkat harga (tingkat inflasi).
d. Tingkat Keempat. Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas,
pelaporan earnings (dalam hal ini adalah laporan laba rugi).
2.5. Tujuan Dan Peranan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Kerangka dasar merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian


laporan keuangan dalam sektor publik untuk kepentingan eksternal.
Menurut (Bastian, 2005:84) kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun
dengan berbagai tujuan, yaitu :
a. Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik dalam pelaksanaan
tugasnya, termasuk tim penyusun standar akuntansi pemerintah.
b. Penyusunan laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut
akuntansi yang diterima umum dan standar akuntansi keuangan sektor publik.
c. Auditor, seperti BPK, dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
d. Para pemakai laporan keuangan sektor publik untuk manafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku di sektor publik.
Penggunaan kerangka dasar sebagai acuan oleh komite penyusun standar akuntansi
keuangan sektor publik dalam pengembangan standar akuntansi keuangan sektor publik di
masa depan dan dalam peninjauan kembali terhadap standar akuntansi keuangan sektor
publik yang berlaku.
2.6. Ruang Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik

Sebagai sebuah siklus akuntansi sektor publik terangkai dari proses perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, serta
pertanggungjawaban. Dengan demikian, pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi
sektor publik meliputi :

1. Kerangka dasar membahas:


a. Tujuan laporan keuangan sektor publik.
b. Karakteristik kualitatif.
c. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan.
d. Konsep ekuitas serta pemeliharaan ekuitas.
2. Laporan keuangan sektor publik dihasilkan dari proses pelaporan keuangan dalam
organisasi sektor publik.
3. Menurut IPSAS, laporan keuangan minimum organisasi sektor publik yang harus
dihasilkan meliputi laporan posisi keuangan, laporan kinerja keuangan, laporan
aktiva/ekuitas neto, laporan arus kas, perhitungan anggaran dan catatan atas
laporan keuangan.
2.7. Asumsi Akuntansi Sekor Publik

Kebutuhan Masyarakat. Kondisi masyarakat yang semakin kristis dalam era


reformasi sekarang ini menuntut pemerintah dan organisasi sektor publik lainnya untuk
mengelola pelayanan publik secara lebih transparan serta partisipatif agara pelayanan lebih
efektif dan akuntabel.

Alokasi sumber daya. Alokasi sumber daya dilakukan dengan mekanisme


penganggaran. Pengalokasian sumber daya dapat berupa sumber dana, sumber daya manusia,
dan sumber daya alam.
Ketaatan Hukum dan Peraturan. Perangkat aturan atau dasar hokum ini ditetapkan
dalam rangka mengukur kebutuhan publik dan alokasi sumber daya yang hendak dilakukan.

Dasar Akrual. Dasar akrual merupakan basis pelaporan keuangan sektor publik
dimana transaksi dan pristiwa lainnya diakui pada saat terjadinya (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar).

Kelangsungan Organisasi. Demi kelangsungan hidupnya, organisasi menetapkan


dasar-dasar hukum atau aturan organisasi sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi
tersebut. Organisasi juga harus memenuhi tuntutan-tuntutan di dalam dasar hukum atau
aturan yang berjalan seperti yang dikehendak (tercantum dalam perencanaan organisasi).

Akuntabilitas Kinerja. Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kata kunci bagi
terwujudnya good governant dalam pengelolaan organisasi publik. Dewasa ini, akuntabilitas
kinerja telah menjadi salah satu item yang tercantum di dalam dasar hokum atau aturan
organisasi.

2.8. Tujuan, Elemen Dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan Sektor Publik
1. Tujuan umum pelaporan keuangan sektor publik :
a. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan dan mendemostrasikan
akuntabilitas entitas.
b. Info mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
finansial.
c. Info mengenai bagaimana entitas mendanai aktivitasnya dan memenuhi
persyaratan kasnya.
d. Info yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan entitas untuk mendanai
aktivitasnya dan kewajiban.
e. Info tentang kondisi keuangan dan perubahan didalamnya.
f. Info yang berguna dalam mengevaluasi kinerja entitas atas hal biaya jasa,
efisiensi, dan pencapaian tujuan.
2. Elemen-elemen dalam laporan keuangan sektor publik :
Definisi pos-pos dalam pengukuran posisi keuangan,
a. Aktiva.
Sumber yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai hasil dari peristiwa masa
lalu. Dari sumber-sumber tersebut, manfaat ekonomi masa depan atau jasa
potensial yang mengalir masuk ke entitas, diharapkan ada.
b. Kewajiban.
Hutang masa kini daru suatu entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu.
Dengan demikian, penyelesaian hutang itu merupakan arus keluar sumber-
sumber yang dimiliki suatu entitas dengan manfaat masa depan atau jasa
potensial.

c. Aktiva/ekuitas neto.
Hak residual aktiva pemerintah pusat/daerah setelah dikurangi semua
kewajiban.
Pengukuran kinerja. Pendapatan bersih (surplus) seringkali digunakan sebagai
ukuran kinerja. Definisi unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja:
a. Pendapatan.
Arus kas masuk selama periode pelaporan dengan tujuan peningkatan
aktiva/ekuitas neto, dan ini berarti peningkatan kontribusi dari pemilik.
b. Biaya-biaya
Pengurangan manfaat ekonomis masa depan selama periode pelaporan dalam
bentuk arus kas keluar atau konsumsi aktiva atau kewajiban yang mengurangi
distribusi ke pemilik.
c. Penyesuaian pemeliharaan modal
Revaluasi (restatement) aktiva dan kewajiban menimbulkan kenaikan atau
penurunan ekuitas.
3. Asumsi Dasar
a. Dasar Akrual. Laporan keuangan sektor publik meliputi berbagai transaksi
masa lalu dan peristiwa terkait yang mempengaruhi pengambilan keputusan
secara ekonomi.
b. Kelangsungan Usaha. Laporan keuangan sektor publik disusun atas dasar
kelangsungan usaha entitas saat sekarang dan masa depan.
2.9. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Sektor Publik
Empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan sektor publik :
1. Dapat dipahami
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi, bisnis, dan akuntansi, serta mempunyai kemauan untuk belajar tetnang
informasi yang disampaikan.
2. Relevan
Dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai laporan.
3. Keandalan
Bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode
untuk mengidentifikasi tren posisi dan kinerja keuangan.
Karakteristik lainnya dalam laporan keuangan sektor publik adalah :
1. Materialitas. Dapat diinterprestasikan sebagai ambang batas hasil penerapan
informasi sesuai dengan salah satu karakteristik kualitatif pokok.
2. Penyajian jujur. Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang wajar dapat diharapkan
untuk disajikan.
3. Subtansi mengungguli bentuk. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu
konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
4. Netralitas. Informasi harus dapat diarahkan pada kebutuhan umum pemakai.
5. Pertimbangan sehat. Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
6. Kelengkapan. Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya.
2.10. Pengakuan dan Pengukuran Laporan Keuangan Organisasi Sektor Publik
1. Pengukuran unsur laporan keuangan.
Pengakuan ini dapat dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam
laporan kata- kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkan ke dalam
laporan posisi keuangan atau kinerja keuangan. Persyaratan pengakuan pos yang
memenuhi definisi suatu unsur kalau :
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dgn pos tersebut
akan mengalir dari ke dalam perusahaan.
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dgn andal.
2. Probabilitas manfaat ekonomi masa depan.
Konsep probabilitas digunakan dalam pengertian derajat ketidakpastian bahwa
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dgn pos tersebut akan mengalir dari
atau kedalam entitas.
3. Kendala pengukuran.
Kriteria pengakuan suatu pos yang kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai
yang dapat diukur dgn tingkat keandalan tertentu.Suatu pos dapat memenuhi
syarat untuk di akui di masa depan sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan
yang terjadi kemudian.
4. Pengakuan aktiva.
Aktiva diakui dalam laporan posisi keuangan jika kemungkinan besar msanfaat
ekonominya di masa depan atau jasa potensialnya akan diperoleh entitas dan
aktiva tersebut mempunyai nilai dan dapat diukur dgn andal. Aktiva tidak diakui,
bila pengeluaran terjadi dan manfaat ekonominya tidak mungkin mengalir ke
dalam entitasnya setelah periode akuntasi berjalan.
5. Pengakuan kewajiban.
Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan jika kemungkinan besar
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dgn andal.
6. Pengakuan pendapatan.
Pendapatan diakui kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang terkait
dgn peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal
7. Pengakuan biaya.
Biaya diakui kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan telah terjadi dapat
diukur dgn andal. Biaya diakui atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh.
Manfaat ekonomi diharapkan timbul selama periode akuntansi dan hubungan dgn
pendapatan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung. Biaya diakui
dalam laporan kinerja keuangan atas prosedur alokasi yang rasional dan
sistematis.
8. Pengukuran unsur laporan keuangan.
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukan setiap unsur laporan keuangan sektor publik dalam posisi keuangan
dan laporan kinerja keuangan. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran
tertentu.
2.11. Teori Pelaporan

Bentuk laporan keuangan biasa berbeda-beda antara organisasi sektor publik, sektor
bisnis, dan sektor sosial. Perbedaan tersebut karena adanya perbedaan standar akuntansi yang
mengatur juga karena adanya teori unit pelaporan yang dianut. Terdapat beberapa teori unit
pelaporan, yaitu:

1. Teori Pemilik (proprietary theory)


Teori pemilik memandang pemegang saham sebagai pemilik organisasi secara
eksklusif. Dengan teori pemilik, akuntansi difokuskan pada pemegang saham.
Teori pemilik banyak dianut pada perusahaan perseorangan dan perusahaan
persekutuan yang pemiliknya merangkap sebagai manajemen.
2. Teori Entitas (entity theory)
Teori entitas berpandangan bahwa suatu organisasi sebagai entitas yang berdiri
sendiri terpisah dari kelompok atau individu-individu yang terkait dengan
organisasi. Dengan teori entitas diperlukan laporan pertambahan nilai, bukan
laporan laba rugi.

3. Teori Dana (fund theory)


Akuntansi dana pada umumnya dapat digunakan pada sektor publik dan lembaga
nonprofit lainnya. Sistem akuntansi dana dibuat untuk memastikan bahwa uang
publik dialokasikan atau didistribusikan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem akuntansi dana adalah metode akuntansi yang menekankan pada pelaporan
pemanfaatan dana, bukan pelaporan organisasi itu sendiri.
4. Teori Pengendali (commander theory)
Teori pengendali merupakan varian atau bentuk lain dari teori dana. Bedanya
adalah teori dana melihat organisasi sebagai dana atau rangkaian dana, sedangkan
teori pengendali melihat organisasi sebagai suatu pusat pertanggungjawaban atau
rangkaian pusat pertanggungjawaban.
2.12. Konsep Akuntansi Dana

Akuntansi dana adalah salah satu alternatif sistem akuntansi sektor publik yang
dikembangkan dari basis kas dan prosedur pengendalian anggaran. Sistem akuntasi dana ini
mengakui transaksi perubahan saat komitmen disepakati.

2.13. Akuntansi Dana (Fund Accounting)


Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi
nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan penggunaan. Hal ini
berarti penggunaan dana tersebut dibatasi untuk tujuan atau aktivitas tertentu yang terkadang
merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia alam.

Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba. Organisasi sekktor publik
mempunyai tujuan yang spesifik. Dengan latar belakang tersebut, perusahaan swasta dapat
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk keperluan apa pun.

Menurut (Deddi, 2010:98) Dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yang
terpisah berdasarkan tujuan tertentu. Satu dana memiliki kesatuan akun sendiri yang tersdiri
atas aset (aktiva), utang, dan modal. Kesatuan dana – dana yang dimiliki rganisasi sektor
publik dapat digolongkan menjadi dua sebagai berikut :

1. Dana yang bisa dibelanjakan (expendable fund). Dana yang disediakan utnuk
mmbiayai aktivitas yang bersifat non- bussines yang menjadi bagian dari tujuan
organisasi sektor publik.
2. Dana yang tidak bisa dibelankalan (non-expandable fund). Dana yang dipisahkan
untuk aktivitas yang bersifat bisnis. Dana ini dignakan sebagai pendukung dari
expndable fund

Terdapat perbedaan yang mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas. Selisih antara
aktiva dan utang diperusahaan adalah ekuitas yang menunjukkan adanya kepemilikan pada
perusahaan oleh pemegang saham. Di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak
menunjukkan adanya kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan individu
dalam suatu organisasi sektor publik. (Deddi, 2010:99)

You might also like