Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL
Oleh
TIM PENILAI
BAB I
PENDAHULUAN
cukup banyak namun yang nampak di permukaan hanya sebagian kecil. Diperkirakan
kehamilan dan persalinan. Komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan berjumlah
sekitar 18 persen dari jumlah global penyakit yang diderita wanita pada usia reproduksi.
Disamping itu 15 persen wanita hamil akan mengalami komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya dan memerlukan perawatan obstetri darurat, dan perawatan tersebut biasanya masih
belum tersedia1. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000
kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya terjadi di
negara berkembang2. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap
menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara
berkembang diperkirakan mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup,
sedang di negara maju berkisar antara tujuh sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Ini
berarti bahwa di negara berkembang risiko kematian maternal satu diantara 29 persalinan
sedangkan di negara maju satu diantara 29.000 persalinan. Salah satu ukuran yang dipakai
untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kesehatan dalam suatu negara atau daerah
kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000
1
Lawn J, Rrian J, Mc Carthy, Susan Rae Ross. 2002.The Healthy Newborn, CDC, CCHI, The Health Unit Care.
2
World Health Organization, Manual of International Classification of Disease, Injuries and cause of death,
10th rev., Geneva, 1992.
3
kelahiran. Padahal target yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102
Provinsi Jawa barat dengan jumlah pendudukyang besar, angka kematian ibu dan
bayi baru lahir juga masih cukup tinggi. Jawa Barat merupakan provinsi dengan luas
wilayah mencapai 35.377,76 km2 dan diprediksi memiliki jumlah penduduk 48.6 juta jiwa
pada 2018. Dari jumlah tersebut. Sebanyak 33,16 juta jiwa penduduk Jawa Barat merupakan
usia produktif (usia 15-64 tahun) dan 15,52 juta jiwa usia tidak produktif (0-14 tahun dan
65+ tahun). Angka tersebut berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia 2013
yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan, Badan Pusat Statistik dan United
Pupulation Fund.
menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia reproduksi. Ini berarti Lebih dari satu
wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi, atau ini berarti 585.000 wanita
meninggal setiap tahun. Kurang dari satu persen kematian ini terjadi di negara maju, ini
memperlihatkan bahwa wanita dapat menghindari kematian tersebut jika sumber daya dan
jasa tersedia. Bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang melayani wanita hamil dan
melahirkan ternyata belum menurunkan angka kematian ibu secara bermakna. Kenyataan
ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah secara medis teknis bukan merupakan
Ada faktor lain yang akan menyumbang keberhasilan intervensi medis yaitu dengan
ditopang oleh cepatnya pengambilan keputusan ibu atau keluarga untuk mencari
pertolongan. Tindakan ini sangat banyak dipengaruhi oleh sikap waspada ibu dan keadaan
3
Shela Kusumanintyas.2018. https://sains.kompas.com/read/2018/03/28/203300723/ angka-kematian-ibu-
dan-bayi-di-indonesia-tinggi-riset-ungkap-sebabnya.
4
sosial ekonomi keluarga. Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilan mungkin
berisiko tinggi biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama kehamilan.
Sejauh ini informasi yang diberikan terbatas pada ibu dan bersifat umum sehingga kurang
terkait dengan anggota keluarga lain. Pada keadaan kritis atau bahaya bukan hanya ibu yang
berperan memutuskan untuk mencari pertolongan tetapi seluruh keluarga. Perawatan selama
persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat mengurangi kematian maternal 50
sampai 80 persen serta kematian perinatal 30 sampai 40 persen. Perbaikan aspek sosial,
kematian ibu. Perbaikan penanganan klinis, bisa mengatasi 36 persen kematian ibu.
Sementara itu lebih dari 70 persen kasus kematian maternal akibat komplikasi kehamilan
dan persalinan, para suami yang mengambil keputusan yang utama di dalam mencari
penundaan pengambilan keputusan untuk mencari perawatan pada fasilitas kesehatan yang
masih dijalankan di masyarakat. Ketiadaan dana dan keterlambatan transportasi yang cepat
kegawatdaruratan obstetri lebih lanjut juga dapat disebabkan oleh tidak tersediannya
oleh suami sebagai kepala keluarga atau orang yang memegang peranan penting di dalam
keluarga. Akibatnya jika terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau
setelah melahirkan harus melibatkan beberapa pihak untuk berembuk. Hal ini akan
4
ICDDR, Intervention Update, www. icddr.org/mch-r/intervention8/mt-vol 5 n.html, Health and
Population Extension Division Vol 5, 1999.
5
Salah satu program untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil terutama kasus
komplikasi obstetric adalah dengan menggelar program penjaringan ibu hamil dengan
komplikasi obstetric. Banyak factor yang berpengaruh terhadap kehadiran ibu hamil ke
kehamilan, jarak ke lokasi, biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi, makanserta
akomodasi lainnya, kepercayaan akan pradigma lama dimana lebih percaya kepada dukun
beranak, penghasilan dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut sangat menarik untuk
Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?
5
Prevention of Maternal Mortality (Zambia) Programme (PMMZ), Preventing Maternal Mortality,
http://www.pmmz.org.zm/report.htm, Zambia, 2003
6
Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?
Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada semester I
Tahun 2019?
Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?
1.4 Tujuan
2018.
2018.
2018.
1.5 Manfaat
1.5.1 Pemerintah
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan masukan
1.5.2 Masyarakat
1.5.3 Mahasiswa
1.5.4 Kampus
BAB II
LANDASAN TEORI
Istilah eklampsia berasal dari Yunani dan berarti ”halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba
tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang diketahui bahwa eklampsia
pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-
tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul
serangan kejang yang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya
eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan
eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia
gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian. Dengan
pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre-eklampsia,
tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai
usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan
antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan
penanganan pre-eklampsia yang sempurna. Di negara sedang berkembang
frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7%, sedang di negara maju
angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05%-0,1%, hal ini dikemukakan oleh
Budiono W. dan Trijatmo R dalam Hanifa W, dkk, (2005).
2. Komplikasi persalinan
a. Kelainan letak
Kelainan letak pada janin terbagi menjadi dua yaitu, letak sungsang dan letak
melintang.
1) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong dibagian bawah cavum uteri. Ada beberapa jenis letak
sungsang, yakni:
Letak bokong, letak ini terjadi apabila kedua tungkai kaki terangkat ke atas dimuka perut
anak, jadi tidak terdapat kaki disamping bokong.
Letak bokong kaki, apabila letak kaki disamping bokong. Terbagi dalam 2 macam: Kedua
kaki terdapat di samping bokong; letak bokong kaki sempurna (letak sungsang lipat
kajang). Satu kaki yang terdapat disamping bokong; kaki yang lain ke atas (letak bokong
naik tak sempurna atau setengah sungsang)
Letak kaki, kondisi letak ini terjadi jika posisi letak tungkai tidak seperti biasa terlipat
dimuka perut, akan tetapi jauh dari badan anak hingga melewati bokong dan terletak
paling rendah. Hal in juga ada 2 macam :
12
Hanya satu kaki yang terletak di bawah: letak kaki tidak sempurna
Letak lutut, jika tungkai bertekuk di lutut dan lutut tersebut terletak paling rendah; ini
juga ada 2 macam:
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut yang terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna).
Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam perut ibu dengan
kepala pada sisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada letak lintang bahu
menjadi bagian terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi
acromion. Punggung janin berada didepan (darso anterior) dibelakang (darso
posterior), diatas (darso superior) , atau dibawah (darso inferior). Jenis letak lintang :
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi
menjadi 2 :
Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan berupa perubahan
sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di luar his, serta
tidak ada kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah, sehingga his
tidak efisien mengadakan pembukaan serviks
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP
dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat
14
berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang
atau kanan depan. Dalam keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai
dasar panggul ialah oksiput. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang
ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap di belakang.
Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin
ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian
terendah
Presentasi Muka
Presentasi dahi
Keadaan di mana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah, namun pada umumnya
keadaan ini hanya bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentasi muka
Persalinan ganda
Kehamilan ganda merupakan terdapat dua atau lebih embrio atau janin
sekaligus dalam satu kehamilan (Taufan, 2012). Faktor penyebabnya antara lain:
Faktor ras
Faktor keturunan
Faktor umur dan paritas
Faktor nutrisi
Faktor terapi infertilitas
Faktor asisten reproduktif teknolo
Komplikasi Nifas
Hipertensi dalam masa nifas
Kenaikan tekanan darah lebih dari 160/90 mmhg setelah bayi lahir, yang
biasanya terjadi pada minggu pertama setelah bayi lahir (Arif Mansjoer, 2001).
Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai denga kenaikan suhu tubuh sampai dengan 38ºC atau lebih
15
2.1.1 Puskesmas
Definisi
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang
juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Tujuan Puskesmas
Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
16
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut
memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada
masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).
A. Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktorfaktor yang menjadi
masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor
lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan
kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang
kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang
sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan
(Effendy, 1998).
B. Jarak ke Pelayanan ANC
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang sela (panjang
atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak
antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak
pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku
penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2000).
Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Muniarti (2008) yang
mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan
seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.
masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap
kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan
(Istiarti, 2000).
1) Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan dilaksanakan berlangsung
sutu proses interaksi antara provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar
belakang sosial budaya sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran,
recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan
kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan
program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu
memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient. Prinsip-prinsip
pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:
2) Partisipasi Masyarakat
Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut peran serta
masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif dan
terorganinsasi dalam seluruh tahap pembangunan, mulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi serta pengembangan. Partisipasi
masyarakat dibagi menjadi lima
tingkatan, yaitu:
Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat dan pihak
provider. Dilihat dari sudut masyarakat, hambatan dapat terjadi karena kemiskinan,
kesenjangan sosial, sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah, adanya kepentingan
tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang
sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider
tentang masalah kesehatan yang dihadapi. Hambatan yang ada dalam pihak provider adalah
terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan
pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 2001).
Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat dan pihak
provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan faktor penting dan
besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan (Depkes RI, 2001).
20
2 Hidayatun Analisis Faktor Ibu Hamil Asuhan antenatal care ditunjukan pada ibu hamil bukan hanya pada saat sakit Persamaan metode penelitian
Mukaromah, Terhadap Kunjungan dan memerlukan asuhan, tetapi merupakan pengawasan dan penjagaan wanita yakni observasional anaitik
Saenun Antenatal Care di Puskesmas hamil agar tidak terjadi kelainan pada kehamilannya, sehingga ibu serta dengan pendekatan kuantitatif.
Siwalankerto Kecamatan anaknya sehat dan selamat. Asuhan antenatal menjadi sangat penting untuk Perbedaanya pada sasaran
Wonocolo Kota Surabaya. menjamin proses kehamilan, persalinan sampai dengan masa nifas agar proses kunjungan yaitu antara
tersebut bisa berjalan dengan normal dan sehat. antenatal care dan komplikasi
Jurnal Promkes, Vol. 2 No. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor ibu hamil terhadap obstetric dengan lokasi dan
1, Juli 2014 : 39-48 kunjungan antenatal care. Penelitian ini merupakan penelitian observasional tahun penelitian yang berbeda.
analitik dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk cross
sectional dengan sampel 54 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah
simple random sampling.
21
Skripsi. Program Studi Bidan hubungan yang bermakna antara umur (p-value = 0,000 < α = 0,05) dan paritas
Pendidik Jenjang Diploma ibu (p-value = 0,001 < α = 0,05) dengan kunjungan K4, namun tidak ada
IV, Fakultas Ilmu Kesehatan hubungan antara pendidikan (p-value = 0,155 > α=0,05) dan pekerjaan (p-value
Universitas ‘Aisyiyah = 0,210 > α = 0,05) dengan kunjungan K4. Ibu hamil diharapkan secara rutin
Yogyakarta 2017 memeriksakan kehamilannya hingga terpenuhi standar kunjungan minimal 4
kali (K4).
5 Indriyati Faktor-Faktor yang Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan kunjungan kesehatan yang
Mantang, Berhubungan dengan diberikan kepada ibu selama hamil sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal
Jootje. M. L. Kunjungan Antenatal Pada care yang ditentukan. Kunjungan antenatal care merupakan kunjungan ibu
Umboh, Hesti Ibu Hamil Di Wilayah Kerja hamil ke bidan atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
Lestari Puskesmas Motoboi Kecil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan pemeriksaan
Kota Kotamobagu. kesehatan ketika masa kehamilan menjadi suatu bagian yang penting untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu yang saat ini masih tinggi di Indonesia. Data
angka kematian ibu di puskesmas Motoboi Kecil tahun 2014 yaitu 2 orang ibu
dan tahun 2015 sebanyak 3 orang ibu. Ada banyak faktor yang diduga
berhubungan dengan kunjungan antenatal care pada ibu hamil antara lain umur,
pengetahuan, pendidikan, ketersediaan pelayanan dan paritas.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan cross
sectional study. Penelitian ini dilaksakan selama empat bulan (September-
Desember 2016) di wilayah kerja Puskesmas Motoboi Kecil Kota Kotamobagu.
Data primer terkait umur, pengetahuan, pendidikan, ketersediaan pelayanan dan
paritas bersumber dari hasil wawancara dengan bantuan kuesioner dari 191
sampel yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) diantara
ibu-ibu yang melakukan kunjungan antenatal care. Data diolah dan dianalisis
secara univariat, bivariat, dam multivariat dengan menggunakan uji chi-square
dan regresi logistik pada level signifikan α 5% dengan bantuan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima faktor yang diduga berhubungan
(umur ibu, pengetahuan, pendidikan, ketersediaan pelayanan, paritas)
hanya ketersediaan pelayanan dan paritas yang memiliki hubungan dengan
kunjungan antenatal care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Motoboi
Kecil Kota Kotamobagu. Untuk itu disarankan agar pemerintah dan petugas
23
Hasnah dan Penelusuran Kasus-Kasus Perawatan selama persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat
Atik Kegawatdaruratan Obstetri mengurangi kematian maternal dan kematian perinatal. Perbaikan aspek sosial,
Triratnawati yang Berakibat Kematian budaya, ekonomi, dan pendidikan, dapat membantu mengatasi 64 persen
Maternal Studi Kasus di penyebab kematian ibu. Perbaikan penanganan klinis, dapat mengatasi 36
RSUD Purworejo, Jawa persen kematian ibu. Kesadaran masyarakat akan tanda-tanda bahaya pada
Tengah kehamilan dan pengetahuan mengenai kehamilan akan meminimalkan
kegawatdaruratan obstetri, namun banyak kepercayaan tradisional dan praktek
penundaan pengambilan keputusan untuk mencari perawatan pada fasilitas
kesehatan, masih dilakukan masyarakat.
Tujuan studi ini yaitu menelusuri 4 kasus kegawatdaruratan obstetri yang terjadi
di masyarakat, serta bagaimana peran dan pengetahuan anggota keluarga
terhadap masalah ini.
Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap suami
dan anggota keluarga serta melibatkan tujuh informan kunci. Keempat
kehamilan diseleksi secara purposif. Kematian ibu terjadi karena faktor medis
dan non-medis. Faktor medis adalah kenyataan bahwa suami dan anggota senior
keluarga tidak mengenal adanya tanda bahaya selama kehamilan dan terjadinya
keterlambatan menggunakan fasilitas medis. Fasilitas medis seperti persediaan
darah di rumah sakit yang minim, akan mempengaruhi proses selanjutnya pada
kasus-kasus tersebut. Faktor kepercayaan dan tradisi disamping keadaan sosio-
ekonomi juga memberi sumbangan kepada terjadinya keadaan fatal bagi ibu.
Faktor medis dan non-medis mungkin juga mempengaruhi proses pengambilan
keputusan pada kedaruratan medis yang menyebabkan kematian pada keempat
kasus ini.
25
26
Pengetahuan
Aksesibilitas
Penghasilan
Keberhasilan Cakupan
Dukungan Keluarga Program Penjaringan
Pasien Komplikasi Obstetri
Petugas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
Pengetahuan
Aksesibilitas
Penghasilan
Keberhasilan Cakupan
Dukungan Keluarga Program Penjaringan
Pasien Komplikasi Obstetri
Petugas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
Daftar pustaka
Dwi Mulyanto, Arif. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Hamil
Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care, Semarang
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan
Tiran, denise. 2007. Mengatasi Mual-Muntah Dan Gangguan Lain Selama Kehamilan.
Jakarta : Diglossia
Taufan, N. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Taufan, N. 2012. Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta
: Nuha Medika
Abdul Bari S, dkk. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
Hanifa W, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Junaidi I. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan dan Pebobatan. Jakarta: PT. Bhuana
Ilmu Populer
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Satrawinata, S. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi edisi 2. Jakarta:
EGC
Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset
29
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Determinan keberhasilan pencapaian cakupan program penjaringan pasien komplikasi
obstetri di Puskesmas Dago, Kecamatan parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
barat tahun 2018
No Identitas
1 Nama pasien : …………………………………………………….
2 Umur : …………………………………………………….
3 Pendidikan : …………………………………………………….
4 Alamat : ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5 Nama PKM : …………………………..
6 Status PKM : a. PKM Induk b. Puskesmas Pembantu
8
9
10
6
7
8
9
10