You are on page 1of 32

1

DETERMINAN KEBERHASILAN PENCAPAIAN CAKUPAN


PROGRAM PENJARINGAN PASIEN KOMPLIKASI OBSTETRI
DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
TAHUN 2018

PROPOSAL

Oleh
TIM PENILAI

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK


DINAS KESEHATAN KORPS MARINIR
JAKARTA
2018
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kematian maternal merupakan suatu fenomena puncak gunung es karena kasusnya

cukup banyak namun yang nampak di permukaan hanya sebagian kecil. Diperkirakan

50.000.000 wanita setiap tahunnya mengalami masalah kesehatan berhubungan dengan

kehamilan dan persalinan. Komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan berjumlah

sekitar 18 persen dari jumlah global penyakit yang diderita wanita pada usia reproduksi.

Diperkirakan 40 persen wanita hamil akan mengalami komplikasi sepanjang kehamilannya.

Disamping itu 15 persen wanita hamil akan mengalami komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya dan memerlukan perawatan obstetri darurat, dan perawatan tersebut biasanya masih

belum tersedia1. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000

kematian ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 persen diantaranya terjadi di

negara berkembang2. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir satu orang ibu setiap

menit meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara

berkembang diperkirakan mencapai 100 sampai 1000 lebih per 100.000 kelahiran hidup,

sedang di negara maju berkisar antara tujuh sampai 15 per 100.000 kelahiran hidup. Ini

berarti bahwa di negara berkembang risiko kematian maternal satu diantara 29 persalinan

sedangkan di negara maju satu diantara 29.000 persalinan. Salah satu ukuran yang dipakai

untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kesehatan dalam suatu negara atau daerah

adalah angka kematian maternal (maternal mortality).

Berdasarkan evaluasi Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015,

kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia masih pada posisi 305 per 100.000

1
Lawn J, Rrian J, Mc Carthy, Susan Rae Ross. 2002.The Healthy Newborn, CDC, CCHI, The Health Unit Care.
2
World Health Organization, Manual of International Classification of Disease, Injuries and cause of death,
10th rev., Geneva, 1992.
3

kelahiran. Padahal target yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah 102

per 100.000 kelahiran3.

(data komplikasi obstetric)

Provinsi Jawa barat dengan jumlah pendudukyang besar, angka kematian ibu dan

bayi baru lahir juga masih cukup tinggi. Jawa Barat merupakan provinsi dengan luas

wilayah mencapai 35.377,76 km2 dan diprediksi memiliki jumlah penduduk 48.6 juta jiwa

pada 2018. Dari jumlah tersebut. Sebanyak 33,16 juta jiwa penduduk Jawa Barat merupakan

usia produktif (usia 15-64 tahun) dan 15,52 juta jiwa usia tidak produktif (0-14 tahun dan

65+ tahun). Angka tersebut berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia 2013

yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan, Badan Pusat Statistik dan United

Pupulation Fund.

Komplikasi kehamilan dan persalinan yang terjadi di berbagai negara berkembang

menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia reproduksi. Ini berarti Lebih dari satu

wanita meninggal setiap menit dari penyebab komplikasi, atau ini berarti 585.000 wanita

meninggal setiap tahun. Kurang dari satu persen kematian ini terjadi di negara maju, ini

memperlihatkan bahwa wanita dapat menghindari kematian tersebut jika sumber daya dan

jasa tersedia. Bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang melayani wanita hamil dan

melahirkan ternyata belum menurunkan angka kematian ibu secara bermakna. Kenyataan

ini menunjukkan bahwa penyelesaian masalah secara medis teknis bukan merupakan

jaminan penyelesaian masalah tingginya mortalitas ibu.

Ada faktor lain yang akan menyumbang keberhasilan intervensi medis yaitu dengan

ditopang oleh cepatnya pengambilan keputusan ibu atau keluarga untuk mencari

pertolongan. Tindakan ini sangat banyak dipengaruhi oleh sikap waspada ibu dan keadaan

3
Shela Kusumanintyas.2018. https://sains.kompas.com/read/2018/03/28/203300723/ angka-kematian-ibu-
dan-bayi-di-indonesia-tinggi-riset-ungkap-sebabnya.
4

sosial ekonomi keluarga. Ibu yang telah diberi informasi bahwa kehamilan mungkin

berisiko tinggi biasanya lebih waspada bila menghadapi permasalahan selama kehamilan.

Sejauh ini informasi yang diberikan terbatas pada ibu dan bersifat umum sehingga kurang

terkait dengan anggota keluarga lain. Pada keadaan kritis atau bahaya bukan hanya ibu yang

berperan memutuskan untuk mencari pertolongan tetapi seluruh keluarga. Perawatan selama

persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat mengurangi kematian maternal 50

sampai 80 persen serta kematian perinatal 30 sampai 40 persen. Perbaikan aspek sosial,

budaya, ekonomi, dan pendidikan, dapat membantu mengatasi 64 persen penyebab

kematian ibu. Perbaikan penanganan klinis, bisa mengatasi 36 persen kematian ibu.

Sementara itu lebih dari 70 persen kasus kematian maternal akibat komplikasi kehamilan

dan persalinan, para suami yang mengambil keputusan yang utama di dalam mencari

perawatan untuk istrinya4.

Kesadaran masyarakat akan tanda-tanda bahaya pada kehamilan merupakan upaya

meminimalkan kegawat daruratan obstetri, namun banyak kepercayaan tradisional dan

penundaan pengambilan keputusan untuk mencari perawatan pada fasilitas kesehatan yang

masih dijalankan di masyarakat. Ketiadaan dana dan keterlambatan transportasi yang cepat

untuk mencapai fasilitas kesehatan menjadi penyebab faktor kematian. Keterlambatan

kegawatdaruratan obstetri lebih lanjut juga dapat disebabkan oleh tidak tersediannya

kapasitas untuk melakukan perawatan obstetri di kalangan petugas medis. Kepercayaan

tradisional yang dianut masyarakat tertentu akan mempengaruhi pengambilan keputusan

oleh suami sebagai kepala keluarga atau orang yang memegang peranan penting di dalam

keluarga. Akibatnya jika terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau

setelah melahirkan harus melibatkan beberapa pihak untuk berembuk. Hal ini akan

4
ICDDR, Intervention Update, www. icddr.org/mch-r/intervention8/mt-vol 5 n.html, Health and
Population Extension Division Vol 5, 1999.
5

mengakibatkan terjadinya keterlambatan di dalam pengambilan keputusan yang

mengakibatkan kematian pada ibu5.

Salah satu program untuk meningkatkan kunjungan ibu hamil terutama kasus

komplikasi obstetric adalah dengan menggelar program penjaringan ibu hamil dengan

komplikasi obstetric. Banyak factor yang berpengaruh terhadap kehadiran ibu hamil ke

tempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat guna memeriksakan kehamilan atau

kesehatannya, diantaranya terkait pemahaman tentang penyuluhan atau konseling

kehamilan, jarak ke lokasi, biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi, makanserta

akomodasi lainnya, kepercayaan akan pradigma lama dimana lebih percaya kepada dukun

beranak, penghasilan dan lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut sangat menarik untuk

dilakukan penelitian terkait determinan keberhasilan pencapaian cakupan program

penjaringan pasien komplikasi obstetric.

1.2 Rumusan permasalahan

Berdasarkan latar belakang rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah

bagaimanakah determinan keberhasilan pencapaian cakupan program penjaringan pasien

komplikasi obstetri di Puskesmas Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat tahun 2019.

1.3 Pertanyaan penelitian

1.3.1 Bagaimana hubungan antara pengetahuan terhadap keberhasilan pencapaian

cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago,

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?

5
Prevention of Maternal Mortality (Zambia) Programme (PMMZ), Preventing Maternal Mortality,
http://www.pmmz.org.zm/report.htm, Zambia, 2003
6

1.3.2 Bagaimana hubungan antara aksesibilitas terhadap keberhasilan pencapaian cakupan

program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago, Kecamatan

Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?

1.3.3 Bagaimana hubungan antara penghasilan terhadap keberhasilan pencapaian cakupan

program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago, Kecamatan

Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?

1.3.4 Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap keberhasilan pencapaian

cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago,

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?

1.3.5 Bagaimana hubungan antara petugas kesehatan terhadap cakupan keberhasilan

pencapaian penjaringan pasien ibu hamil obstetrik ginekologi di Puskesmas Dago

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada semester I

Tahun 2019?

1.3.6 Bagaimana hubungan antara fasilitas kesehatan terhadap keberhasilan pencapaian

cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago,

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2018?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengertahui determinan terhadap

keberhasilan pencapaian cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di

Puskesmas Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Barat tahun 2018.

1.4.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap keberhasilan pencapaian

cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago,


7

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun

2018.

b. Mengetahui hubungan antara aksesibilitas terhadap keberhasilan pencapaian

cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago,

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun

2018.

c. Mengetahui hubungan antara penghasilan terhadap keberhasilan pencapaian

cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di Puskesmas Dago,

Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun

2018.

d. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap keberhasilan

pencapaian cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di

Puskesmas Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat tahun 2018.

e. Mengetahui hubungan antara tenaga kesehatan terhadap keberhasilan

pencapaian cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di

Puskesmas Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat tahun 2018.

f. Mengetahui hubungan antara fasilitas kesehatan terhadap keberhasilan

pencapaian cakupan program penjaringan pasien komplikasi obstetri di

Puskesmas Dago, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat tahun 2018.

1.5 Manfaat

1.5.1 Pemerintah
8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan masukan

dalam penyusunan kebijakan di bidang kesehatan terutama bidang pelayanan ibu

hamil dan balita di Indonesia.

1.5.2 Masyarakat

1.5.3 Mahasiswa

1.5.4 Kampus

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Deskripsi Kepustakaan

A. Pengertian Komplikasi Obstetri


Komplikasi Obstetri atau Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung
maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan
(Depkes, 2012).
B. Macam-Macam Komplikasi Obstetri
1. Komplikasi Kehamilan
a. Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(Prawirohardjo, 2009). Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah
perdarahan, perforasi uterus, infeksi, syok hemoragik dan syok septik,
9

hal ini dikemukakan oleh Budiono W. dan Hanifa W. dalam Hanifa W,


dkk. (2005). Komplikasi fatal juga dapat terjadi akibat bendungan sistem
pembuluh darah oleh bekuan darah, gelembung udara atau cairan,
gangguan mekanisme pembekuan darah yang berat (koagulasi
intravaskuler diseminata) dan keracunan obat-obat abortif yang
menimbulkan gagal ginjal. Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis
bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun,
menjadi 26% pada wanita berumur di atas 40 tahun. Untuk usia maternal
yang sama, kenaikannya adalah dari 12% menjadi 20%.
b. Hiperemesis
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam masa
kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat
badan atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
yang membahayakan janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi
pada minggu ke 6 - 12 kehamilan yang dapat berlanjut hingga minggu ke
16 - 20 masa kehamilan (Prawirohardjo, 2002).
c. Perdarahan
Menurut Suwardjono S. dan Abdul Bari S. dalam Hanifa W, dkk. (2005)
salah satu penyebab kematian maternal adalah perdarahan, baik perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan muda trisemester pertama; yaitu abortus
dan perdarahan karena Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), maupun
perdarahan pada kehamilan lanjut, yaitu diantaranya plasenta previa dan
solusio plasenta.
d. Serotinus
Serotinus atau posterm adalah kehamilan lebih dari 42 minggu dengan
berdasarkan perhitungan kehamilan dengan HPHT dan belum terjadi
persalinan. Beberapa faktor penyebab anatara lain :

e. Ketuban pecah dini


Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput berisi caian ketuban yang
terjadi satu jam atau lebih senelum terjadinya kontraksi. Bisa disebabkan
karena infeksi vagina dan serviks, fisiologis selaput ketuban yang tidak
normal, inkompetensi serviks dan defisiensi gizi dari tembaga dan asam
askorbat (Vitamin C).
10

f. Hipertensi dalam kehamilan


Adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya
pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan
pada wanita yang sebelumnya normotensi, tekanan darah mencapai nilai
140/90 mmhg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmhg dan diatolik 15
mmhg diatas nilai normal (Junaidi, 2010). Hipertensi dalam masa
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya pre-eklampsi ataupun eklampsi.
g. Pre-eklamsi
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, walaupun jelas bagaimana hal itu terjadi.
Istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama
dan bahwa eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan
berbahaya dari pre-eklampsia, dengan tambahan gejala tertentu. Pre-
eklampsia adalah penyakit yang umumnya terjadi dalam triwulan ke-3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa,
hal ini dikemukakan oleh Budiono W. dan Trijatmo R. dalam Hanifa W,
dkk. (2005).
Tanda khas pre-eklampsia adalah tekanan darah tinggi, ditemukannya
protein dalam urin dan pembengkakan jaringan (edema) selama trimester
ke-2 kehamilan. Dengan meningkatnya tekanan darah dan jumlah protein
urin keadaan dapat menjadi berat. Terjadi nyeri kepala, muntah, gangguan
penglihatan, dan nyeri pada perut bagian atas dan kemudian anuria
(berhentinya produksi air kemih). Pada stadium akhir dan paling berat yang
disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak
ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian
karenakegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan
otak.
Menurut Budiono W. dan Trijatmo R. dalam Hanifa W, dkk. (2005),
frekuensi pre-eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya antara lain jumlah primigravida, keadaan
sosial, ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-
lain.
h. Eklamsi
11

Istilah eklampsia berasal dari Yunani dan berarti ”halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba
tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang diketahui bahwa eklampsia
pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-
tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul
serangan kejang yang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya
eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan
eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia
gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian. Dengan
pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre-eklampsia,
tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai
usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan
antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan
penanganan pre-eklampsia yang sempurna. Di negara sedang berkembang
frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7%, sedang di negara maju
angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05%-0,1%, hal ini dikemukakan oleh
Budiono W. dan Trijatmo R dalam Hanifa W, dkk, (2005).

2. Komplikasi persalinan
a. Kelainan letak
Kelainan letak pada janin terbagi menjadi dua yaitu, letak sungsang dan letak
melintang.
1) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong dibagian bawah cavum uteri. Ada beberapa jenis letak
sungsang, yakni:
Letak bokong, letak ini terjadi apabila kedua tungkai kaki terangkat ke atas dimuka perut
anak, jadi tidak terdapat kaki disamping bokong.
Letak bokong kaki, apabila letak kaki disamping bokong. Terbagi dalam 2 macam: Kedua
kaki terdapat di samping bokong; letak bokong kaki sempurna (letak sungsang lipat
kajang). Satu kaki yang terdapat disamping bokong; kaki yang lain ke atas (letak bokong
naik tak sempurna atau setengah sungsang)

Letak kaki, kondisi letak ini terjadi jika posisi letak tungkai tidak seperti biasa terlipat
dimuka perut, akan tetapi jauh dari badan anak hingga melewati bokong dan terletak
paling rendah. Hal in juga ada 2 macam :
12

Kedua kaki terletak dibawah: letak kaki sempurna

Hanya satu kaki yang terletak di bawah: letak kaki tidak sempurna

Letak lutut, jika tungkai bertekuk di lutut dan lutut tersebut terletak paling rendah; ini
juga ada 2 macam:
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)

Hanya satu lutut yang terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna).

Letak lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam perut ibu dengan
kepala pada sisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada letak lintang bahu
menjadi bagian terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi
acromion. Punggung janin berada didepan (darso anterior) dibelakang (darso
posterior), diatas (darso superior) , atau dibawah (darso inferior). Jenis letak lintang :

Anak bisa terletak disebelah kiri (letak lintang I )

Kepala anak bisa terletak disebelah kanan (letak lintang II )

Hipertensi dalam persalinan


Hipertensi dalam persalinan adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam
pertama dari nifas pada wanita yang awalnya normotensi dan hipertensi akan
berangsur-angsur hilang dalam 10 hari.
Perdarahan dalam persalinan
Perdarahan dalam persalinan adalah keluarnya darah dari jalan lahir dalam
jumlah banyak (lebih dari 500 ml) dalam 1 – 2 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Komplikasi ini paling cepat menimbulkan kematian yaitu dalam 2 jam setelah
mengalami perdarahan bila pertolongan tepat tidak segera diberikan (Depkes, 2001).
Infeksi berat
Infeksi berat merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan selaput
korioamnion yang disebabkan oleh bakteri. Tanda dan gejalanya adalah sebagai
berikut :
Ibu demam, suhu > 37,9oC sebelum atau selama persalinan
Ketuban pecah > 18 jam sebelum persalinan
Cairan amnion berbau busuk
Persalinan premature
Persalinan prematur adalah persalianan yang terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu. Persalian prematur bisa merupakan suatu proses normal yang
dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau
infeksi cairan ketuban.
13

Faktor resiko terjadinya persalinan prematur :


Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan terdahulu
Kehamilan ganda (kembar dua atau tiga)
Memiliki serviks yang abnormal
Memiliki rahim yang abnormal
Menjalani pembedahan perut pada saat hamil
Pernah mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga
Berat badan ibu kurang dari 50 kg
Pernah memekai dietilstilbestrol (DES)
Merokok
Tidak memeriksakan kehamilan
Distosia
Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal,
yang timbul sebagai akibat kondisi yang berhubungan dengan berbagai macam
keadaan.

Distosia kelainan his


Inersia uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi
menjadi 2 :

Inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten

Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif

Incordinate uterina action

Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan berupa perubahan
sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di luar his, serta
tidak ada kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah, sehingga his
tidak efisien mengadakan pembukaan serviks

Distosia kelainan letak

Posisi oksipitalis posterior persisten

Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP
dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat
14

berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang
atau kanan depan. Dalam keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai
dasar panggul ialah oksiput. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang
ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap di belakang.

Presentasi puncak kepala

Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin
ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian
terendah

Presentasi Muka

Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput


tertekan pada punggung dan muka yang merupakan terendah menghadap ke
bawah.

Presentasi dahi

Keadaan di mana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah, namun pada umumnya
keadaan ini hanya bersifat sementara dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentasi muka

Persalinan ganda
Kehamilan ganda merupakan terdapat dua atau lebih embrio atau janin
sekaligus dalam satu kehamilan (Taufan, 2012). Faktor penyebabnya antara lain:
Faktor ras
Faktor keturunan
Faktor umur dan paritas
Faktor nutrisi
Faktor terapi infertilitas
Faktor asisten reproduktif teknolo

Komplikasi Nifas
Hipertensi dalam masa nifas
Kenaikan tekanan darah lebih dari 160/90 mmhg setelah bayi lahir, yang
biasanya terjadi pada minggu pertama setelah bayi lahir (Arif Mansjoer, 2001).
Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai denga kenaikan suhu tubuh sampai dengan 38ºC atau lebih
15

selama 2 – 10 hari pertama paska persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama


(Sulistyawati, 2009).
Perdarahan nifas
Perdarahan posrt partum adalah hilangnya 500ml atau lebih darah pada kala
III persalinan. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta, laserasi traktus
genitalis, koagulopati (Prawirohardjo, 2008).

2.1.1 Puskesmas

Definisi
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang
juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh


yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif
(peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut
ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan
umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung


tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
16

puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu


ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu
juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di
ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan
terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :Pelayanan kesehatan perorangan adalah
pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan
dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.Pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu
merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan
bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan
17

kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan


ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja
sama dengan sektorsektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

1.4. Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut
memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata
laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada
masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).

2.1.2 Program pelayanan KIA (Lampiran)


2.1.3 Faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan pasien obstetric.
Faktor pendukung (enabling factor)

A. Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktorfaktor yang menjadi
masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor
lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan
kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang
kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang
sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan
(Effendy, 1998).
B. Jarak ke Pelayanan ANC
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang sela (panjang
atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak
antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak
pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku
penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2000).
Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Muniarti (2008) yang
mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan
seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)


Faktor pendorong merupakan faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di
karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh
18

masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap
kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan
(Istiarti, 2000).

1) Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan dilaksanakan berlangsung
sutu proses interaksi antara provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar
belakang sosial budaya sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran,
recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan
kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan
program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu
memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient. Prinsip-prinsip
pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsip-prinsip itu antara lain:

a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yang


dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat target
maupun staf birokrasi inovasi.

b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat terlaksana dengan


lancar bila melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai
dengan feltneed, yang berdasarkan pertimbangan provider adalah need,menjadi feel-need
bagi masyarakat yang bersangkutan.

c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu


menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan makan orang-orang dari
masyarakat target. Ada konsep kebiasaan makan yang dapat dijadikan pedoman, antara lain
teori Channel dari Kurt Lewin. Menurut teori ini pemilihan makanan didasari oleh nilai
intelektual dan emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status sosial, kesehatan dan harga.
Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada
skala nilai yang diacu (Joyomartono, 2011).

2) Partisipasi Masyarakat
Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut peran serta
masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif dan
terorganinsasi dalam seluruh tahap pembangunan, mulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi serta pengembangan. Partisipasi
masyarakat dibagi menjadi lima
tingkatan, yaitu:

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan.


19

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif.

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi dan ingin meniru.

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan

tanggungjawab (Depkes RI, 2001).

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat dan pihak
provider. Dilihat dari sudut masyarakat, hambatan dapat terjadi karena kemiskinan,
kesenjangan sosial, sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah, adanya kepentingan
tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang
sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider
tentang masalah kesehatan yang dihadapi. Hambatan yang ada dalam pihak provider adalah
terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan
pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 2001).
Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat dan pihak
provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan faktor penting dan
besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan (Depkes RI, 2001).
20

2.2. Penelitian relevan

Table … Penelitian Yang Relevan


No Peneliti Judul dan Penerbit Hasil Relevansi Penelitian
1 Sigit Prasojo, Motivasi Ibu Hamil Untuk Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari
Umi Fadilah, Melakukan Pemeriksaan dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pemeriksaan kehamilan
Muhammad Kehamilan. adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk
Sulaiman Jurnal Ilmiah Kesehatan menjaga kesehatan ibu dan janin. Perawatan antenatal meliputi koreksi terhadap
(JIK) Vol VIII, No 2, gangguan dan intervensi dasar ibu hamil.
September 2015 ISSN 1978- Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi ibu
3167 hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
Penelitian ini merupakan penelitian Desain penelitian ini menggunakan
descriptive cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan secara cross-
sectional (satu titik waktu tertentu) pada populasi atau penelitian pada sampel
yang merupakan bagian dari populasi dengan jumlah sample 93 responden dan
menggunakan teknik sampel jenuh. Pada hasil penelitian ini adalah sebagian
besar ibu hamil yang memperoleh motivasi tinggi untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 53% responden dan sebagian kecil ibu hamil
yang memperoleh motivasi rendah untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
47% responden.

2 Hidayatun Analisis Faktor Ibu Hamil Asuhan antenatal care ditunjukan pada ibu hamil bukan hanya pada saat sakit Persamaan metode penelitian
Mukaromah, Terhadap Kunjungan dan memerlukan asuhan, tetapi merupakan pengawasan dan penjagaan wanita yakni observasional anaitik
Saenun Antenatal Care di Puskesmas hamil agar tidak terjadi kelainan pada kehamilannya, sehingga ibu serta dengan pendekatan kuantitatif.
Siwalankerto Kecamatan anaknya sehat dan selamat. Asuhan antenatal menjadi sangat penting untuk Perbedaanya pada sasaran
Wonocolo Kota Surabaya. menjamin proses kehamilan, persalinan sampai dengan masa nifas agar proses kunjungan yaitu antara
tersebut bisa berjalan dengan normal dan sehat. antenatal care dan komplikasi
Jurnal Promkes, Vol. 2 No. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor ibu hamil terhadap obstetric dengan lokasi dan
1, Juli 2014 : 39-48 kunjungan antenatal care. Penelitian ini merupakan penelitian observasional tahun penelitian yang berbeda.
analitik dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk cross
sectional dengan sampel 54 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah
simple random sampling.
21

Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, paritas, pengetahuan,


pendidikan, sikap, kelengkapan sarana kesehatan, dukungan keluarga serta
dukungan petugas kesehatan, sedangkan untuk variabel dependen yaitu
kunjungan antenatal care.
Hasil penelitian didapatkan melalui kuesioner kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji chi-square untuk melihat adanya hubungan faktor ibu hamil
terhadap kunjungan antenatal care. Hasil penelitian menunjukan semua
variabel mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kunjungan antenatal
care dengan nilai α=0,5
3 Fitrayeni, Penyebab Rendahnya Antenatal Care (ANC) yang berkualitas sesuai standar yang telah ditentukan Persamaannya guna
Surya dan Kelengkapan Kunjungan oleh Pemerintah yaitu 1 kali dalam trimester I, 1 kali trimester II dan 2 kali mengetahui factor penyebab
Rizki Mela Antenatal Care Ibu Hamil Di trimester III untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. Kota Padang rendahnya kunjungan ibu
Faran. Wilayah Kerja Puskesmas menetapkan pelayanan ANC tersebut dengan 10 T. hamil.
Pegambiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya kelengkapan
kunjungan ANC ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pegambiran tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Penelitian ini dilakukan bulan Januari - Oktober 2013 dengan desain cross
Masyarakat Andalas sectional study. Jumlah populasi 87 orang, besar sampel 46 orang, metode
|Oktober 2015 - Maret 2016 | pengambilan sampel proporsional sampling. Pengumpulan data menggunakan
Vol. 10, No. 1, Hal. 101- 107 kuesioner, dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Hasil penelitian ini didapatkan 63% responden memiliki tingkat pengetahuan
rendah, 67,4% memiliki sikap negatif, 43,5% responden mengatakan peran
bidan kurang baik saat kunjungan, 58,7% responden menyatakan keluarga tidak
mendukung. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan peran bidan,
meningkatkan peran dan dukungan suami agar ibu hamil dapat melaksanakan
kunjungan ANC dengan lengkap.
4 Linda Yulyani, Faktor-Faktor yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
Menik Sri Berhubungan dengan berhubungan dengan kunjungan K4 pada ibu hamil di Puskesmas Danurejan I
Daryanti Kunjungan K4 Pada Ibu Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
Hamil Di Puskesmas dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil
Danurejan I Kota menggunakan teknik aksidental sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi,
Yogyakarta. yaitu sebanyak 30 orang ibu hamil TM III. Hasil uji statistik menunjukkan ada
22

Skripsi. Program Studi Bidan hubungan yang bermakna antara umur (p-value = 0,000 < α = 0,05) dan paritas
Pendidik Jenjang Diploma ibu (p-value = 0,001 < α = 0,05) dengan kunjungan K4, namun tidak ada
IV, Fakultas Ilmu Kesehatan hubungan antara pendidikan (p-value = 0,155 > α=0,05) dan pekerjaan (p-value
Universitas ‘Aisyiyah = 0,210 > α = 0,05) dengan kunjungan K4. Ibu hamil diharapkan secara rutin
Yogyakarta 2017 memeriksakan kehamilannya hingga terpenuhi standar kunjungan minimal 4
kali (K4).
5 Indriyati Faktor-Faktor yang Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan kunjungan kesehatan yang
Mantang, Berhubungan dengan diberikan kepada ibu selama hamil sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal
Jootje. M. L. Kunjungan Antenatal Pada care yang ditentukan. Kunjungan antenatal care merupakan kunjungan ibu
Umboh, Hesti Ibu Hamil Di Wilayah Kerja hamil ke bidan atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
Lestari Puskesmas Motoboi Kecil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan pemeriksaan
Kota Kotamobagu. kesehatan ketika masa kehamilan menjadi suatu bagian yang penting untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu yang saat ini masih tinggi di Indonesia. Data
angka kematian ibu di puskesmas Motoboi Kecil tahun 2014 yaitu 2 orang ibu
dan tahun 2015 sebanyak 3 orang ibu. Ada banyak faktor yang diduga
berhubungan dengan kunjungan antenatal care pada ibu hamil antara lain umur,
pengetahuan, pendidikan, ketersediaan pelayanan dan paritas.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan cross
sectional study. Penelitian ini dilaksakan selama empat bulan (September-
Desember 2016) di wilayah kerja Puskesmas Motoboi Kecil Kota Kotamobagu.
Data primer terkait umur, pengetahuan, pendidikan, ketersediaan pelayanan dan
paritas bersumber dari hasil wawancara dengan bantuan kuesioner dari 191
sampel yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) diantara
ibu-ibu yang melakukan kunjungan antenatal care. Data diolah dan dianalisis
secara univariat, bivariat, dam multivariat dengan menggunakan uji chi-square
dan regresi logistik pada level signifikan α 5% dengan bantuan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima faktor yang diduga berhubungan
(umur ibu, pengetahuan, pendidikan, ketersediaan pelayanan, paritas)
hanya ketersediaan pelayanan dan paritas yang memiliki hubungan dengan
kunjungan antenatal care pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Motoboi
Kecil Kota Kotamobagu. Untuk itu disarankan agar pemerintah dan petugas
23

kesehatan agar lebih meningkatkan penerapan sistem pelayanan dan melakukan


penyuluhan pada ibu hamil.
6 Fatimah Jahra Faktor-Faktor yang Pemeriksaan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa
Ritonga dan Mempengaruhi Ibu Hamil observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
Nur Asiah Dalam Melakukan suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Faktor-
Pemeriksaan Antenatal Care. faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal
Departemen Keperawatan care adalah pengetahuan, pendidikan, umur, ekonomi, sumber informasi,
Anak dan Maternitas letak geografis dan dukungan keluarga
Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara
7 Jepri Susanto, Faktor Yang Berhubungan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap
La Ode Ali Dengan Pemeriksaan kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Antenatal Care (ANC)
Imran Ahmad Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
dan Cece Kunjungan 1 – Kunjungan 4 fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
Suriani. (K1 – K4) Pada Ibu Hamil Di pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Beberapa
Rsud Kota Kendari Tahun faktor dapat mempengaruhi pemeriksaan Antenatal Care Kunjungan 1 –
2016 Kunjungan 4, seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Penelitian ini merupakan survey analitik dengan rancangan cross sectional
study.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan
petugas kesehatan dengan pemeriksaan Antenatal care dengan analisis statistik
Chi Square diperoleh nilai p value 0,57. P value >α sehingga hipotesis nol
diterima. Pada variabel status pekerjaan diperoleh p value 0,50. P value >α
sehingga hipotesis nol diterima. Pada variabel dukungan keluarga diperoleh
pvalue atau nilai signifikansi adalah 0,3 dan α adalah 0,5. P value <α, sehingga
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 1 diterima atau ada hubungan dukungan
keluarga dengan pemeriksaan Antenatal Care dan uji hubungan diperoleh nilai
RØ = 0,12 dan variable kepercayaan diperoleh p value atau nilai signifikasi
adalah 0,62 dan α adalah 0,5. P value >α, maka hipotesis nol diterima atau
tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan pemeriksaan antenatal care.
24

Hasnah dan Penelusuran Kasus-Kasus Perawatan selama persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat
Atik Kegawatdaruratan Obstetri mengurangi kematian maternal dan kematian perinatal. Perbaikan aspek sosial,
Triratnawati yang Berakibat Kematian budaya, ekonomi, dan pendidikan, dapat membantu mengatasi 64 persen
Maternal Studi Kasus di penyebab kematian ibu. Perbaikan penanganan klinis, dapat mengatasi 36
RSUD Purworejo, Jawa persen kematian ibu. Kesadaran masyarakat akan tanda-tanda bahaya pada
Tengah kehamilan dan pengetahuan mengenai kehamilan akan meminimalkan
kegawatdaruratan obstetri, namun banyak kepercayaan tradisional dan praktek
penundaan pengambilan keputusan untuk mencari perawatan pada fasilitas
kesehatan, masih dilakukan masyarakat.
Tujuan studi ini yaitu menelusuri 4 kasus kegawatdaruratan obstetri yang terjadi
di masyarakat, serta bagaimana peran dan pengetahuan anggota keluarga
terhadap masalah ini.
Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap suami
dan anggota keluarga serta melibatkan tujuh informan kunci. Keempat
kehamilan diseleksi secara purposif. Kematian ibu terjadi karena faktor medis
dan non-medis. Faktor medis adalah kenyataan bahwa suami dan anggota senior
keluarga tidak mengenal adanya tanda bahaya selama kehamilan dan terjadinya
keterlambatan menggunakan fasilitas medis. Fasilitas medis seperti persediaan
darah di rumah sakit yang minim, akan mempengaruhi proses selanjutnya pada
kasus-kasus tersebut. Faktor kepercayaan dan tradisi disamping keadaan sosio-
ekonomi juga memberi sumbangan kepada terjadinya keadaan fatal bagi ibu.
Faktor medis dan non-medis mungkin juga mempengaruhi proses pengambilan
keputusan pada kedaruratan medis yang menyebabkan kematian pada keempat
kasus ini.
25
26

2.3. Kerangka teori

Pengetahuan

Aksesibilitas

Penghasilan
Keberhasilan Cakupan
Dukungan Keluarga Program Penjaringan
Pasien Komplikasi Obstetri

Petugas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan

BAB III
KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir

Pengetahuan

Aksesibilitas

Penghasilan
Keberhasilan Cakupan
Dukungan Keluarga Program Penjaringan
Pasien Komplikasi Obstetri

Petugas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan
27

3.2. Definisi Operasional

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan penelitian


4.2 Tempat dan waktu penelitian
4.3 Instrumen penelitian
4.4 Populasi dan sampel
4.5 Teknik pengumpulan data
4.6 Pengolahan data
4.7 Analisis data
28

Daftar pustaka
Dwi Mulyanto, Arif. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Hamil
Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care, Semarang

Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan

Tiran, denise. 2007. Mengatasi Mual-Muntah Dan Gangguan Lain Selama Kehamilan.
Jakarta : Diglossia
Taufan, N. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Taufan, N. 2012. Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta
: Nuha Medika
Abdul Bari S, dkk. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
Hanifa W, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Junaidi I. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan dan Pebobatan. Jakarta: PT. Bhuana
Ilmu Populer
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Satrawinata, S. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi edisi 2. Jakarta:
EGC
Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset
29

Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Determinan keberhasilan pencapaian cakupan program penjaringan pasien komplikasi
obstetri di Puskesmas Dago, Kecamatan parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
barat tahun 2018

A. Data diri Responden

No Identitas
1 Nama pasien : …………………………………………………….
2 Umur : …………………………………………………….
3 Pendidikan : …………………………………………………….
4 Alamat : ………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
5 Nama PKM : …………………………..
6 Status PKM : a. PKM Induk b. Puskesmas Pembantu

7 Jenis : a. Control kehamilan b. Melahirkan


kunjungan c. Perawatan masa nifas

B. Motivasi kehadiran responden yang berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian


program penjaringan pasien komplikasi obstetric
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya selalu hadir sesuai jadwal control kehamilan/pengobatan
2 Saya hadir control kehamilan/pengobatan atas kesadaran sendiri
3 Saya hadir control kehamilan/pengobatan karena diajak oleh teman
4 Saya hadir control kehamilan/pengobatan karena diminta oleh bidan/petugas
5 Program penjaringan sangat membantu mendorong kehadiran pasien
komplikasi obstetric ke Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu.
6
7
8
9
10
30

C. Pengetahuan terkait program


No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya mengetahui dengan jelas manfaat control kehamilan/pengobatan
komplikasi obstetric ini.
2 Saya mengetahui dengan jelas bilmana tidak hadir secara terjadwal maka
akan merugikan kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan.
3
4
5
6
7
8
9
10

D. Asesibilitas ke lokasi pelayanan kesehatan


No Pernyataan Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

E. Pengaruh penghasilan terhadap kemauan melakukan pengobatan


No Pernyataan Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
31

8
9
10

F. Dukungan keluarga dalam melaksanakan pengobatan


No Pernyataan Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

G. Pengaruh kinerja tenaga kesehatan terhadap motivasi kehadiran kembali pasien


No Pernyataan Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

H. Pengaruh keberadaan fasilitas kesehatan terhadap motivasi kehadiran kembali dalam


berobat
No Pernyataan Ya Tidak
1
2
3
4
5
32

6
7
8
9
10

You might also like