You are on page 1of 9

Sinopsis Novel Layar Terkembang

Tuti dan Maria adalah kakak beradik. Tuti dikenal sebagai seorang gadis yang
pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu
serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang
lincah dan periang.

Diawali dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu Yusuf, Maria, dan Tuti (kakak
Maria). Yusuf seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir. Maria seorang mahasiswi
periang, yang memandang kehidupan dengan penuh kebahagiaan. Tuti adalah guru dan juga
seorang aktivis aktif dalam perkumpulan. Diceritakan pada hari Minggu Tuti dan Maria
pergi ke akuarium di pasar ikan. Di tempat itu mereka bertemu dengan seorang pemuda yang
tinggi badannya dan berkulit bersih, berpakaian putih berdasi kupu-kupu, dan memakai
kopiah beledu hitam. Mereka bertemu ketika hendak mengambil sepeda dan meninggalkan
pasar, pada saat itu pula mereka berbincang-bincang dan berkenalan. Nama pemuda itu
adalah Yusuf, dia adalah seorang mahasiswa sekolah tinggi kedokteran. Sementara Maria
adalah murid H.B.S Corpentier Alting Stichting dan Tuti adalah seorang guru di sekolah
H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka berbincang samapai di depan rumah Tuti dan Maria.

Yusuf adalah putra dari Demang Munaf di Matapura, Sumatra Selatan. Semenjak
pertemuan itu Yusuf selalu terbayang-bayang kedua gadis yang ia temui di akuarium.,
terutama Maria. Yusuf telah jatuh cinta kepada Maria sejak pertama kali bertemu, bahkan dia
berharap untuk bisa bertemu lagi dengannya.

Menyaksikan hubungan mesra kedua insan tersebut, perasaan aneh timbul dalam hati
Tuti yaitu perasaan kesepian. Hal ini dikarenakan pada dasarnya jiwa wanita juga
mendambakan cinta dan kasih sayang seorang lelaki. Pendirian Tuti-pun mulai goyah setelah
Maria mengatakan: "cintamu cinta perdagangan yang mempertimbangkan sampai kepada
semiligram". Ucapan yang mengingatkan Tuti dengan Hambali yang dianggap tidak mengerti
akan perjuangan dan akan menghalangi langkahnya.

Kisah terus berlangsung dan tanpa disadari, hubungan Yusuf dan Maria mempengarui
sikap Tuti seperti sering memikirkan diri sendiri dan melamun. Hal lain yang muncul adalah
perasaan iri akan kebahagianan mereka. Suatu hari ada lelaki yang hendak melamar Tuti,
akan tetapi ia menolaknya karena menurutnya lelaki tersebut tidak sepadan dan ia juga tidak
mencintainya.
Maria jatuh sakit dan dia mengidap penyakit TBC harus opname di rumah sakit. Ayah
Maria, Tuti dan Yusuf bergantian menjenguknya yang mana Yusuf dan Tuti tiap hari pergi
bersama menjenguknya. Dalam hati Yusuf dan Tuti tanpa disadari timbul rasa saling
pengertian masing-masing. Tuti menganggap Yusuf sebagai laki-laki yang sepadan, memiliki
perasaan yang lapang dan pemikiran yang menghargai keindahan dan kebenaran. Yusuf
memandang Tuti sebagai manusia yang memiliki jiwa perjuangan yang ceria dan tulus.

Penyakit Maria tak dapat lagi ditolong. Sehingga pada kunjungan terakhir Tuti dan
Yusuf sebelum kembali ke Jakarta, Maria berpesan yang mana membuat Tuti dan Yusuf
terkejut “alangkah berbahagianya saya rasanya di akhirat nanti kalau saya tahu bahwa
kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya beberapa
hari ini.”

Akhir cerita Yusuf dan Tuti berziarah ke kubur Maria menjelang pernikahannya yang
mana perasan haru berkecambuk dalam hati mereka.

Sinopsis novel Perempuan berkalung sorban

Tokoh utama novel ini bernama Annisa. Ia lahir dan tumbuh di kalangan pesantren
yang memegang adat keagamaan secara kokoh .Namun seiring perkembangan nya, Annisa
mulai merasakan adanya perlakuan yang ganjil bagi dirinya .Ia merasa haknya
dikecikan jika dibandingkan dengan saudaranya yang lain. Annisa tak diijinkan berbicara
berlatih menunggang kuda seperti saudara laki-lakinya ,ia tak diijinkan berbicara dan
mengemukakan pendapatnya, ia harus diam saat di meja makan , ia tak boleh terlambat
bangun dan harus rajin serta masih banyak lagi perlakuan berbeda yang diterima oleh Annisa
dari orang tuanya sendiri yang merupakan kiyai terhormat di pesantren.
Annisa sudah lama menyampaikan protesnya akan tetapi tak ada yang mau
mendegarkannya. Satu-satunya yang mendukungnya bernama Khudori. Ia sebenarnya masih
kerabat Annisa. Namun benih cinta diantara mereka tak bisa disembunyikan. Hanya saja,
berjalannya waktu, Khudori akhirnya harus terpisah dari Annisa seba ia melanjutkan
pendidikan nya di Cairo Mesir . Tinggalah Annisa sendiri di lingkungan pesantren .Namun
hubungan mereka masih berlanjut lewat surat-surat. Setelah Annisa lulus dari sekolah Dasar ,
ia kemudian di jodohkan dengan seorang anak kiyai terpandang bernama Samsyuddin.
Annisa tak setuju atas pernikahan tersebut tapi ia tak kuasa menolak . Pada akhirnya ia tak
bahagia dengan pernikahan itu sebab selain tanpa cinta ,Samsyuddin juga bukan pribadi yang
menyenangkan. Ia kasar dan sering menyiksa Annisa bahkan saat berhubungan intim
sekalipun. Perlakuan iu berlanjut hingga suatu waktu datang seorang wanita yang tengah
hamil tua mengaku anak dalam perutnya adalah keturunan Samsyuddin.

Annisa sebagai istri pertama menjalin hubungan yang baik dengan istri kedua
suaminya. Mereka bahkan tak segan berbagi .Namun, kembalinya Khudori ke Indonesia
membuat Annisa berani menceritakan semua kekejaman Samsyuddin terhadapnya. Akhirnya ,
ia memilih bercerai . Rasa cinta Annisa dan khudori tidak bisa disembunyikan .Hanya saja
keduanya terganjal restu. Akhirnya mereka memutuskan hidup masing-masing sambil
menunggu restu juga masa iddah Annisa habis. Annisa melanjutkan kuliah di
yogyakarta sementara Khudori sibuk bekerja. Singkat cerita, Khudori akhirnya meminang
Annisa dan menikah atas persetujuan keluarganya. Mereka hidup bahagia dan di karuniai
anak bernama Mahbub. Namun suatu waktu di sebuah pesta pasangan ini bertemu
Samsyuddin yang masih menaruh dendam . Hingga pada akhirnya Khudori dikabarkan
meninggal akibat kecelakaan . Annisa meyakini kematian suaminya disebabkan oleh
Samsyuddin . Tapi ia tak punya bukti yang cukup. Ia akhirnya memilih ikhlas dan hidup
bersama anaknya.
Feminisme dalam novel Layar terkembang dan Perempuan berkalung sorban

Feminisme diartikan sebagai teori persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di
segala bidang. Feminisme mencoba menggali identitas yang selama ini tertutupi oleh
hegemoni dan patriarkat. Identitas diperlukan untuk dasar pergerakan perjuangan kesamaan
hak dan mengungkap ketertindasan perempuan.

Dalam pengkajian masalah ketidakadilan yang dialami oleh perempuan, konsep yang
harus kita pahami adalah perbedaan antara seks dan gender. Gender adalah suatu sifat yang
melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.
Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender. Akan tetapi, yang terjadi perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan gender
terutama kepada perempuan.

Dalam novel Layar Terkembang ini STA menggambarkan penggalian identitas hak
perempuan yang sama dengan hak laki-laki melalui tokoh Tuti. Dimana Tuti ini digambarkan
sebagai perempuan yang memiliki harga diri yang tinggi, mandiri, tidak mudah kagum,
mudah heran melihat sesuatu, pandai, cakap, teguh, banyak kegiatan dan akivis muda. Setara
dengan tokoh yusuf yang digambarkan STA sebagai laki-laki yang idealis, orang yang penuh
cita-cita, berpikir kritis, bertanggung jawab, dan sopan. Penggambaran yang dilakukan oleh
STA pada tokoh dalam novel ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perempuan sudah
terpengaruh oleh kehidupan luar, tetapi masih tunduk kepada laki-laki.

Tuti tidak puas ruang geraknyahanya terbatas dalam wilayah domestik. Seperti kaum
laki-laki, ia memiliki kewajiban untuk memajukan nasib bangsanya, terutama nasib kaum
perempuan yang totalitas pikiran, pandangan, kehendak, dan hidupnya bergantung kepada
laki-laki. Perempuan dalam masyarakatnya, menurut Tuti, hanya dijadikan abdi, hamba
sahaya, dan budak yang bekerja dan melahirkan anak bagi laki-laki, tanpa memiliki hak.
Perempuan hanya "dijadikan perhiasan, dipuja selagi disuka, tetapi dibuang dan ditukar
apabila telah kabur cahayanya, telah hilang serinya" (Alisjahbana, 2000:35).

Kehendak perempuan dikontrol, dibatasi, dan tidak diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memasuki wilayah publik. Itulah yang menjadi alasan Tuti memutuskan
tunangannya, Hambali, yang "hendak mengatur hidupnya, yang tidak pernah memahami
perjuangannya sebagai ketua organisasi Putri Sedar cabang Jakarta (Alisjahbana, 2000:76).
Dalam konteks ini, Tuti meyakini bahwa hubungan suami istri bukan merupakan relasi yang
asimetris: pemimpin-dipimpin/atasan bawahan, melainkan lebih merupakan hubngan mitra

Apa yang dilakukan Tuti seolah-olah melepaskan atribut, “kodrat” perempuan yang
selama ini distereotipkan oleh masyarakat bahwa perempuan dikuasai oleh aspek emosional.
Pada tataran ini, Tuti dideskripsikan teks sebagai perempuan yang tidak memiliki aspek-
aspek emosional. Padahal, pandangan seperti ini keliru dan sama kelirunya dengan keyakinan
bahwa perempuan hanya dikuasai oleh sifat emosional. Pada peristiwa-peristiwa selanjutnya,
teks “mendudukkan” posisi yang proporsional: menyatunya rasionalitas dan emosionalitas.

Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah EL Khalieqy banyak memberikan


gambaran-gambaran tentang perempuan, mengapa perempuan perlu melakukan
pemberontakan dan perubahan dalam diri dan hidupnya. Sebagai anggota dalam sebuah
keluarga sudah selayaknya menempati posisi sebagai seorang anak dari seorang kyai yang
mempunyai pesantren. Anissa sosok perempuan yang mempunyai karakter cerdas, berani,
dan berpendirian kuat dalam menentang ketidak adilan gender terhadap dirinya,
menginginkan perubahan serta mampu memperjuangkan apa yang menjadi hak dan
kepentingannya. Bahwa pada dasarnya perempuan juga bebas untuk memilih apa yang ingin
dilakukan selagi hal itu baik untuk dirinya, seorang perempuan bisa untuk memutuskan dan
menentukan sendiri apa yang dianggap pantas untuk diri dan hidupnya.

Dalam novel Perempuan Berkalung Sorban disinggung bagaimana cara mendidik


orang tua yang selalu membeda-bedakan perlakuan untuk anak laki-laki dan anak perempuan.
Hal ini dialami oleh tokoh utama yang selalu mendapatkan perlakuan yang beda dengan
sodara laki-lakinya. Sikap yang di tunjukan oleh Anisa menujukan bahwa ia memiliki
keinginan untuk diperlakukan secara adil, meskipun ia seorang perempuan. Ia tidak
menerima perlakuan orang-orang di sekitarnya yang menganggap perempuan sebagai mahluk
lemah dan bahwa pada dasarnya manusia diciptakan sama, meskipun berasal dari bangsa,
suku, budaya yang berbed. Hal ini bertentangan dengan perlakuan yang dilakukan oleh
orang-orang disekitarnya, yang membeda-bedakannya dengan saudara laki-lakinya.

Anisa tidak diizinkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan
kedua saudara laki-lakinya boleh. Tetapi walaupun demikian, tokoh yang diceritakan
menikah ketika ia baru lulus Sekolah Dasar karena perjodohan, tetap melanjutkan sekolahnya
setelah ia menikah Saat Aliyah ia bercerai dengan Samsudin dengan alasan karena karena
selama ini Samsudin selalu berbuat kasar dan tak henti-henti menyakitinya. Terlihat bahwa
tokoh-tokoh perempuan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban tidak memiliki
kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya dan hanya menjadi ibu rumah tangga saja.
Pemikiran yang seperti inilah yang coba disingkirkan dengan penggambaran tokoh Anisa
yang teguh kukuh tak menyerah untuk terus bersekolah.

dapat disimpulkan bahwa LTK dan PBS sama-sama mengangkat tentang perempuan,
terutama anak perempuan. Layar Terkembang menceritakan Tuti yang memperjuangkan hak
–hak wanita dan kesetaraan gender melalaui organisasi sedangkan Perempuan Berkalung
Surban tidak memberi kesempatan kepada anak perempuan untuk menentukan kehidupannya
sendiri dan sang anak berjuang sendirian untuk mendapatkan haknya setelah mendapatkan
kejadian yang tidak menyenangkan.. kedua novel ini mengangkat isu yang sama, yaitu
emansipasi pergerakan wanita.

Kedua novel tersebut sama-sama menggambarkan ketidakadilan pada perempuan dan


Nilai feminisme yang berhubungan dengan kesadaran akan ketidakadilan gender. Pada novel
LTK , Pemikiran orang tua yang masih belum terbuka akan pendidikan formal. Bisa dilihat
pada berikut

Di manakah pula dahulu orang tua berdaya-upaya hendak mengajar anaknya


pengetahuan yang lain daripada yang perlu untuk perkawinan seperti masak dan menjahit?
Sampai sekarang masih sering kita mendengar orang tua berkata, "Apa gunanya anak masuk
sekolah ini atau sekolah anu? Sekaliannya itu akan percuma saja, sebab kesudahannya ia
masuk kedapur juga. Demikian perempuan tinggal bodoh dan oleh bodohnya lebih
bergantunlah ia kepada kaum laki-laki, makin mudahlah laki-laki menjadikannya hambanya
dan permainannya (Hal. 46),

Sama hal dengan novel PBS secara terang terangan sedari kecil tidak memberi
kesempatan anak untuk berpendapat , tidak diperbolehkan melanjutkan studi , hanya
menuruti kehendak orang tua yang sudah pasti bukan keinginannya bisa dilihat dari kutipan
berikut

Tidak seperti Wildan dan Rizal yang bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola, dan
main layang-layang, serta aku disekap di dapur untuk mencuci kotoran bekas makanan
mereka, mengiris makanan hingga mataku pedas semi kelezatan dan kenyamanan perut
mereka (PBS 2001:23).
, hal ini menunjukan adanya ketidakadilan yang ditujukan pada perempuan dan
Kekesalan kaum perempuan akan perlakuan laki-laki yang tidak memperbolehkan perempuan
menjadi diri sendiri.

Hal yang membedakan novel LTK dan PBS ialah dari proses cara memperjuangkan
emansipasi wanita dan latar kehidupan , dimana LTK memperjuangkan emansipasi wanita
melalui lembaga – lembaga , berorganisasi , menyuarakan pendapat tentang hak hak wanita
yang kala itu kedudukan wanita dianggap rendah, sedangkan PBS sang tokoh
memperjuangkan emansipasi wanitanya setelah mendapat perlakuan diskriminasi , dibatasi
oleh aturan-aturan keluarga dan budaya, larangan-larangan yang diberikan sangat membatasi
kehidupan kaum perempuan yang berlatarkan kehidupan dipesantren kental akan dunia
islami.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Novel Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisyahbana dan Novel Perempuan
Berkalung Sorban mengangkat perjuangan kaum perempuan dalam menuntut adanya
persamaan hak, kesadaran kaum perempuan akan ketidakadilan gender, dan kesadaran
perempuan bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati.

Saran

Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Layar Terkembangdan dan


Perempuan Berkalung Sorban sangat baik untuk nilai pendidikan generasi muda umumnya.
Pendidikan, nilai sosial, budaya, serta moral sangat baik untuk ditanamkan kepada generasi
muda.
EMANSIPASI WANITA DALAM NOVEL LAYAR
TERKEMBANG DAN PEREMPUAN BERKALUNG
SORBAN

Dosen Pengampu :
Dr. Susetyo, M.Pd.
Dr. Gumono, M. Pd.

Disusun oleh :

Reza Yuda Putra NPM A1A016044

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018

You might also like