You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban
pecah dini merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan penanganan
yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini yaitu dengan
pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur
kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan.
Asuhan ini dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani
proses persalinan dengan normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada
proses persalinan ini membutuhkan asuhan yang optimal dan dukungan
dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang terampil agar
proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga
dapat menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.
C. Rumusan Masalah
1. Mengetahui pengertian ketuban pecah dini
2. Mengetahui etiologi ketuban pecah dini
3. Mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini
4. Mengetahui manifestasi klinis ketuban pecah dini
5. Mengetahui pathway ketuban pecah dini
6. Mengetahui komplikasi ketuban pecah dini
7. Mengetahui data penunjang ketuban pecah dini
8. Mengetahui pencegahan ketuban pecah dini
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan ketuban pecah dini
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Dini (KPD) menurut WHO yaitu Rupture of the
membranes Before theon setoflabour. Hacker(2001) mendefinisikan KPD
sebagai Amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap
kehamilan. Sedangkan Mochtar(1998) mengatakan bahwa KPD adalah
pecahnya Ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 Cm dan pada multipara kurang dari 5cm. Hakimi (2003)
mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1jam atau lebih
sebelum Dimulainya persalinan.
Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini
(Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

B. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun
penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. (Fadlun dkk, 2011)
Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian ketuban pecah
dini menurut beberapa ahli yaitu:
1. Serviks inkompeten (leher rahim)
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh
dari aterm, serviks yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi
bukan sebagai akibat dari peningkatan aktifitas uterus melainkan
akibat dari kelemahan intrinsik uterus sehingga menyebabkan ketuban
pecah. (Fadlun dkk, 2011)
Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam
trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan yang disertai
prolapsus membran amnion lewat serviks dan penonjolan membrane
tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban
dan selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin
akan meninggal. Tanpa tindakan yang efektif rangkaian peristiwa yang
sama cenderung berulang dengan sendirinya dalam setiap kehamilan.
Meskipun penyebabnya masih meragukan namun trauma sebelumnya
pada serviks, khususnya pada tindakan dilatasi, kateterisasi dan
kuretasi. (Krisnadi dkk, 2009)
2. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan
kembar dan hidramnion. Etiologi hidramnion belum jelas, tetapi
diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban
bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya.
Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion. Di samping itu
ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada anensefalus. Air
ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan
yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin,
diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya
masuk peredaran darah ibu. (Sujiyatini dkk, 2009)
Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan
seperti pada atresia esophagus atau tumor-tumor plasenta. Hidramnion
dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat
selaput ketuban pecah sebelum waktunya. (Manuaba, 2010)
3. Kelainan letak janin dalam rahim
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak sungsang
dan letak lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses
adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan bebas, dan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam letak sungsang atau letak lintang. (Fadlun
dkk, 2011)
Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri, sedangkan
kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus.
Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat,
sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya.
(Manuaba, 2010)
4. Kelainan jalan lahir
Kelainan jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan
panggul yang terjadi pada perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP, disporposi sefalopelvik. Kelainan letak dan kesempitan
panggul lebih sering disertai dengan ketuban pecah dini namun
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. (Manuaba, 2010)
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam
kavum amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu
sendiri. Hal ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana
terjadi gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan
struktur kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan
sendi, termasuk pada selaput ketuban yang komponen utamanya adalah
kolagen. 72% penderita dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan
mengalami persalinan preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban
pecah dini preterm. (Fadlun dkk, 2011)
6. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah. Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal)
sudah cukup untuk melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut.
Bila terdapat bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi
amnionitis, endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10 kali.
(Fadlun dkk, 2011)
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan
oleh adanya infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri
yang terikat pada membran melepaskan substrat seperti protease yang
menyebabkan melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan
bahwa matriks metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang
terlibat dalam pecahnya ketuban oleh karena infeksi. (Manuaba, 2010)

C. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen,
sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan
infeksi (sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi,
Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,
jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1)
dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini menurut Manuaba
(2010) adalah :
a. Terjadinya pembukaan premature serviks
b. Membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi
serta nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin
berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi
yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase.
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Manuaba, 2009).
E. Pathway

F. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi:
1. mudah terjadinya infeksi intra uterin
2. partus prematur
3. prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat
tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu
a. peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas
b. komplikasi selama persalinan dan kelahiran
c. resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi
karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).
G. Data Penunjang
1. Pemriksaan labolatorium
a. Uji pakis positif : pemakisan (ferning) disebut juga percabangan
halus (arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop yang
disebabkan keberadaan natrium klorida dan protein dalam
cairan amnion. Infeksi kaca objek di bawah mikroskop untuk
memerikasa pola pakis. (Fadlun dkk, 2011)
b. Uji kertas nitrazin positif: kertas berwarna mustard-emas yang
sensitif terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap
jika kontak berubah warna menjadi biru gelap jika kontak
dengan bahan bersifat basa. Nilai pH vagina normal adalah ≤4,5.
Selama kehamilan terjadi peningkatan jumlah sekresi vagina akibat
eksfoliasi epitelium dan bakteri, sebagian besar lactobacillus yang
menyebabkan pH vagina lebih asam. Cairan amnion memiliki pH
7,0 sampai 7,5 (Varney, 2007)
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini trtelihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis ketuban
pecah dini cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya
KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sederhana. (Sujiyatini dkk, 2009)
H. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan manun belum ada yang
terbukti cukup efektif. Mengurangi aktiitas atau istirahat pada ahir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan. Ada 3 macam bentuk
solusi berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila plasenta terlepas
seluruhnya disebut solusi plasenta totalis. Bila sebagian kecil pinggir
plasenta disebut rupture sinus marginalis. Perdarahan yang terjadi pada
sulosi tidak selalu terlihat dari luar. Pada kasus yang jarang, darah dapat
tidak mengalir, tetapi tertahan diantara plasenta yang lepas dan uterus
sehingga terjadi perdarahan sembunyi. Bahkan, perdarahan dapat
menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantong ketuban.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Risiko infeksi
c. Dansietas
2. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut(00132) Tingkat
berhubungan dengan nyeri(2102):
agen cidera fisik 1. 210201
nyeri yang
dilaporkan
ditingkatka
n dari
skala
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan
tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia
akan diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau
timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter
yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran.
Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia
gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.
B. SARAN
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut
yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2.Jakarta

You might also like