You are on page 1of 7

UDANG GALAH

(Macrobrachium Rosenbergii de Man)

Oleh : Erland Arfandi Rukka

Profil

Udang galah (Macrobrachium Rosenbergii de Man) atau dikenal juga sebagai Giant
Freshwater Shrimp merupakan salah satu jenis Crustacea, dari famili Palaemonidae yang
mempunyai ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya. Komoditas ini
diklaim oleh berbagai negara sebagai fauna asli, antara lain oleh India dan Indonesia. Di
Indonesia, udang galah dapat ditemukan di berbagai wilayah dan masing-masing memiliki
varietas dengan ciri tersendiri. Misalnya, udang galah dari Sumatera dan Kalimantan
memiliki ukuran kepala besar, capit panjang, dan berwarna hijau kuning. Udang galah dari
Jambi memiliki ukuran kepala lebih kecil, capit kecil dan berwarna keemasan. Pada Foto 1.
dapat dilihat bentuk udang galah jantan dan betina, yang secara fisik berbeda. Perbedaan
terutama pada "galah" yang didapati hanya pada udang galah jantan.

Udang galah jantan

Lokasi Usaha

Udang galah merupakan komoditas perikanan air tawar yang dalam pembudidayaannya
memerlukan beberapa persyaratan dalam hal pemilihan lokasi kolam dan lingkungannya.
Untuk lokasi, persyaratan utamanya adalah ketinggian, jenis tanah dan adanya air mengalir.

Secara lengkap persyaratannya adalah sebagai berikut:

a. Syarat lokasi:
- Ideal di dataran rendah dengan ketinggian 400 M Dpl
- Tanah lumpur berpasir
- Terdapat sumber air mengalir
- Bebas banjir
- Bebas dari pencemaran
- Keamanan terjamin
- Mudah dijangkau

b. Syarat lingkungan:

- pH : 7-8
- Salinitas : 0-5 permil (namun sebaiknya air tawar)
- Tinggi genangan : 80-120 cm
- Temperatur air : 26°C-30°C
- Kecerahan air : 25-45 cm
- Oksigen terlarut : 5-7 ppm
- Karbondioksida : 2-12 ppm
- Amoniak (NH3) : < 2 ppm

Fasilitas Produksi dan Peralatan

a. Kolam

Bentuk kolam untuk budidaya udang galah sebaiknya memanjang sesuai aliran air masuk dan
keluar. Hal ini akan bermanfaat terhadap peng-gantian air yang sempurna sehingga
kandungan oksigen di dalam air akan tetap tinggi selama pemeliharaan. Ukuran kolam yang
ideal adalah lebar maksimum 20 m dan panjang 50 m atau luas maksimal 1000 m2. Ukuran
lebar ideal akan memudahkan dalam pemberian pakan, karena pakan udang dapat ditebar
secara merata dari pinggir sampai ke tengah kolam. Hal tersebut sangat penting agar
pendistribusian pakan dapat optimal karena udang galah hidup merayap dan tersebar ke
seluruh dasar kolam. Selain itu, kolam mudah dikeringkan pada saat pemanenan.

Dasar kolam sebaiknya tanah berpasir dan diusahakan agar jumlah lumpur sesedikit mungkin.
Hal ini untuk mencegah terjadinya pembusukan bahan organik sisa pakan atau kotoran udang
yang dapat menimbulkan racun dan menyebabkan udang yang dipelihara mabuk atau stress.

b. Pematang
Pematang atau tanggul pembatas kolam harus dibuat kokoh dan kuat agar tidak longsor dan
bocor. Lebar bagian atas dari pematang sebaiknya tidak kurang dari 1 m. Untuk memudahkan
pengelolaan kolam, maka perbandingan antara sisi tegak dan sisi mendatar adalah 1 : 2 untuk
tanah lempung dan minimal 1 : 1 untuk tanah berpasir.

c. Shelter

Udang galah selama hidupnya mengalami beberapa kali molting, dan pada saat itu udang
galah berada pada kondisi yang paling lemah. Di sisi lain udang galah juga mempunyai sifat
kanibal. Dengan demikian udang galah yang sedang molting perlu shelter yang diberikan
merata di sekeliling kolam, agar udang galah terhindar dari kejaran udang yang sehat yang
dapat memangsanya. Luas shelter sebaiknya kurang lebih 20% dari luas kolam. Shelter dapat
dibuat dari pelepah daun kelapa atau pucuk pohon bambu yang telah dibuang daunnya atau
anyaman bambu. Shelter diambangkan di dalam kolam, diikatkan pada patok bambu/kayu
dengan kedalaman 40 cm dari dasar kolam. Foto 3. berikut ini menampilkan kolam dengan
shelter berupa daun kelapa sedangkan shelter pada Foto 4. terbuat dari bambu yang dibentuk
seperti kerangka bangunan.

d. Lubang penangkapan

Pada saat panen, udang harus dapat ditangkap dengan mudah, sehingga perlu dibuat lubang
penangkapan yang disambung dengan selokan kecil (caren) memanjang di tengah kolam.
Ukuran lubang penangkapan adalah panjang 2 m, lebar 3 m dan tinggi 0,75 m, sedangkan
lebar caren adalah 0,5 m dengan kedalaman 0,4 m. Dengan adanya lubang penangkapan ini,
udang yang akan dipanen akan terkumpul di dalamnya melalui caren.

e. Aerasi

Aerasi adalah upaya untuk menambah oksigen terlarut di dalam air. Kebutuhan oksigen untuk
udang galah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan. Semakin padat udang galah yang
dibudidayakan di kolam, semakin tinggi kelarutan oksigen yang diperlukan. Apabila debit air
kurang mencukupi maka untuk memperkaya kelarutan oksigen, dilakukan aerasi dengan
menggunakan kincir air. Apabila debit air cukup maka aerasi dilakukan dengan sistem air
f. Peluap dan drainase

Peluap diperlukan untuk mengatur tinggi permukaan air di kolam agar kedalamannya sesuai
dengan yang diharapkan dan juga tidak terjadi over topping yang dapat merusak pematang.
Lubang drainase digunakan untuk membuang kelebihan air di kolam, karena kolam yang
ideal adalah yang selalu ada aliran masuk dan keluar selama 24 jam. Lubang drainase ini
dapat dibuat dari pipa tanah liat (hong) yang menembus pematang menuju saluran drainase,
kemudian disambung dengan pipa PVC vertical sebagai peluap dengan sambungan berbentuk
"L" (siku) yang sewaktu-waktu dapat dilepas untuk mengurangi atau mengeringkan air saat
udang dipanen.

Sarana Produksi

a. Benih

Pembudidaya udang galah harus memperhatikan mutu benih yang akan ditebar, karena mutu
menentukan laju pertumbuhan selama pembesaran di kolam. Ciri-ciri benih bermutu :

(1). Murni monospecies (Macrobrachium Rosenbergii);


(2). Sama umur dan ukuran;
(3). Tidak cacad fisik (kelainan bentuk);
(4). Bereaksi cepat terhadap rangsangan cahaya/mekanik dan bergerak aktif;
(5). Bebas dari penyakit (jamur, parasit, bakteri dan virus);
(6). Cepat tumbuh.

b. Pakan

Pakan memegang peranan yang penting dalam budidaya udang galah. Pemberian pakan yang
berkualitas baik dan dalam takaran yang tepat dapat mendukung keberhasilan panen udang
galah. Pemberian pakan yang berkualitas jelek dan dalam jumlah yang kurang akan
mengakibatkan pertumbuhan udang tidak maksimal dan meningkatkan sifat kanibalisme.
Dilain pihak pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan pemborosan dan pakan
yang tidak terkonsumsi akan membusuk di dasar kolam yang mengakibatkan lingkungan
kolam menjadi tidak sehat dan berdampak buruk pada pertumbuhan udang galah.
c. Kapur dan pupuk

Pengapuran dan pemupukan dilakukan pada saat persiapan kolam. Pengapuran dilakukan jika
tanah dasar kolam bereaksi masam (pH < 6,0) dengan cara dan dosis yang tepat agar tidak
merugikan kehidupan udang galah. Pengapuran dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah
dasar kolam menjadi netral (pH 7,0) dan dapat berfungsi sebagai desinfektan. Dosis
pengapuran harus disesuaikan dengan kondisi pH tanah dasar dan jenis kapur yang
digunakan. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur sirih, kapur tohor, kapur tembok
dan kapur karbonat/kapur giling.

d. Pemberantasan hama dan penyakit

Hama yang sering menyerang udang galah adalah predator dan ikan. Predator dalam
budidaya udang galah antara lain adalah lele, gabus, betok, betutu, anjing-anjing air, belut
dan ular serta ikan-ikan penyaing pakan seperti tawes, nila, mujair, dan ikan mas. Sedangkan
kepiting adalah hewan yang dianggap sebagai pengganggu atau perusak karena melubangi
pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan-hewan tersebut, pada saluran air dapat
dipasang saringan dan di sekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm. Cara lain adalah
dengan penggunaan obat kimiawi seperti saponin (11-18 ppm), rotenan (0,2 ppm) atau
chemfish (4 ppm). Untuk mencegah masuknya hama seperti musang air dan ular maka sekitar
kolam harus bersih dari rumpun tanaman dan belukar.

Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah black spot, yaitu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan jamur. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian
dan menurunkan mutu udang galah. Obat yang dipergunakan untuk mencegah penyakit ini
adalah obat anti bakterial yang diberikan secara oral melalui pakan.

Tenaga Kerja

Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk budidaya udang galah ditentukan
oleh pola teknologi yang diterapkan dan besarnya skala usaha.

Masalah Produksi Udang Galah

Dalam budidaya udang galah ditemukan berbagai permasalahan antara lain:

1. Teknis Budidaya
Berbeda dengan memelihara ikan, pemeliharaan udang galah memerlukan lingkungan yang
spesifik untuk tempat hidupnya. Kolam perlu didisain dengan dasar dan sedimen yang cocok
dan sehat karena udang galah adalah hewan yang merangkak di dasar habitatnya. Kedalaman
air, pemberian shelter tempat berlindung udang, sarana caren di dasar kolam, sirkulasi air
masuk-keluar harus mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan produksi dan
kemudahan dalam pemeliharaan. Pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, ukuran dan
waktu pemberian seringkali kurang mendapat perhatian khusus dan akibatnya produksi udang
tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Tahap persiapan kolam dan pemupukan berkala
selama pemeliharaan akan sangat membantu dalam efisiensi pemberian pakan, kestabilan
kualitas air dan kompetisi dari hewan air lainnya.

2. Variasi Pertumbuhan Tinggi

Udang galah mempunyai kekhasan dalam variasi tumbuhnya. Dominasi udang galah yang
cepat tumbuh terhadap yang lambat tumbuh merupakan penghambat dalam mengejar
produktivitas udang yang akan dipanen. Teknologi seleksi udang pada ukuran tokolan
merupakan satu pilihan untuk menghindari masalah tersebut. Udang yang cepat tumbuh
dipelihara terpisah dengan udang yang lambat tumbuhnya, sehingga efisiensi pemberian
pakan dapat terwujud dan pertumbuhan dapat lebih cepat.

3. Keterbatasan Benih Udang Galah

Jaminan pasokan benih yang lancar dan cukup merupakan masalah utama yang sering
dihadapi petani. Hal ini terjadi karena kurangnya hatchery dan cara pengoperasionalnya yang
belum optimal sebagai akibat keterbatasan induk. Sebagai gambaran pada tahun 2001,
permintaan benur udang galah mencapai sekitar 5.000.000 ekor, sementara kapasitas
produksi dari hatchery yang ada hanya berkisar 700.000 - 1.000.000 ekor per bulan.

4. Lokasi Budidaya Terpencar Tapi Dalam Skala Luasan Yang Kecil

Mencari lokasi pembesaran udang galah yang luas dengan kriteria sumber air dan kualitas
sedimen yang memenuhi syarat lebih sulit dibandingkan lokasi untuk udang windu (tempat
pemeliharaannya dipinggir pantai). Lokasi budidaya udang galah yang terpusat pada suatu
lokasi yang luas akan dapat meningkatkan efisiensi usaha budidaya. Biaya transportasi benih,
transportasi pakan/pupuk dan pemakaian tenaga akan menjadi lebih murah bila dibandingkan
dengan kondisi lokasi budidaya yang terpencar di banyak tempat tapi dalam luasan yang
kecil. Disamping itu, pengelolaan akan lebih mudah dan efisien serta jaminan produksi untuk
skala pasar yang besar dapat terlayani.

5. Belum Ada Studi Skala Usaha Optimum

Sampai saat ini belum dilakukan studi untuk skala usaha optimum bagi budidaya udang
galah. Akibatnya pembudidayaan yang dilakukan sifatnya hanya disesuaikan dengan luas
lahan. Bagi pembudidaya yang memiliki beberapa buah kolam, besarnya keuntungan yang
diperoleh tergantung pula pada manajemen pengelolaan kolam yang dimilikinya.

Produk udang dari pohon industri diatas yang disarankan adalah udang (galah) segar . alasan
pemilihan produk ini karena udang galah relatif lebih udah dalam pembudidayaannya
dibandingkan dengan lobster ataupun udang olahan. Disamping itu harga jual juga sangat
bagus dan memiliki pangsa pasar ekspor yang cukup tinggi di berbagai negara khususnya
jepang dan Amerika.

You might also like