You are on page 1of 6

Cairan lumbal

1. Patofisiologi
2. Nama penyakit
3. Definisi

Apa Itu Pungsi Lumbar?


Pungsi lumbar (lumbar puncture) adalah tindakan medis yang dilakukan dengan “menusuk”
daerah lumbar tulang belakang, biasanya untuk mengumpulkan sampel cairan serebrospinal.
Proses ini sering disebut dengan spinal tap.

Tulang belakang, yang juga disebut tulang punggung, terdiri dari vertebra, yang digolongkan
menjadi tiga bagian. Tulang belakang leher terdiri dari 7 vertebra, yang ditemukan di sekitar
daerah leher. Ini adalah bagian tulang belakang yang paling dekat dengan otak. Di tengah
adalah area toraks, yang berada di area dada. Tulang belakang dada terdiri dari lebih sepuluh
vertebra. Di bagian terendah adalah tulang lumbar, yang sering disebut sebagai punggung
bawah dan memiliki lima vertebra. Empat vertebra dari tulang belakang saling menyatu dan
membentuk tulang ekor.

Di tulang belakang juga terdapat kolom berongga yang dikenal sebagai kanal tulang belakang.
Di dalamnya ada sumsum tulang belakang, yang terdiri dari sekumpulan saraf. Saraf ini
bertindak sebagai pintu gerbang untuk sinyal yang datang dari dan menuju ke otak. Tanpa
saraf ini, organ tubuh tidak akan berfungsi dengan baik.

Otak dan tulang belakang sangatlah penting bagi kehidupan, sehingga keduanya harus sangat
dilindungi dari cedera atau penyakit. Perlindungan ini diberikan oleh cairan serebrospinal
(cerebrospinal fluid/CSF), yang strukturnya sama seperti air dalam tubuh. Cairan ini juga
bertanggung jawab untuk menjaga tekanan di otak.

Namun demikian, CSF harus mempertahankan beberapa bentuk keseimbangan supaya dapat
berfungsi dengan baik. Misalnya, gula harus 50-75mg/dl. Protein juga harus berada di kisaran
15-45mg/dl. CSF juga memiliki sel-sel darah putih yang tekanan awal harus 70-180mm.
Perhatikan, bagaimanapun, jumlah rentangan ini bisa sedikit berbeda tergantung pada
laboratoriumnya. Setiap penyimpangan dari angka-angka ini, serta manifestasi lain atau gejala
dalam tubuh, bisa mengindikasikan masalah yang memengaruhi otak, tulang belakang, dan
sistem saraf.

Siapa Yang Perlu Menjalani Pungsi Lumbar dan Hasil Yang


diharapkan
Pungsi lumbar atau spinal tap dapat dilakukan untuk:

 Mendiagnosa kanker - Spinal tap adalah bentuk biopsi di mana sampel jaringan akan diambil
untuk memeriksa adanya sel-sel ganas. Jika ada sel-sel kanker, kemungkinan kanker primer
ada di otak, atau ini adalah kanker sekunder, di mana kanker telah menyebar ke tulang
belakang dan otak.
 Menentukan infeksi - Contohnya adalah meningitis, jenis infeksi yang biasanya disebabkan
oleh patogen seperti bakteri dan virus. Seseorang yang memiliki meningitis dapat mengalami
pembengkakan di otak, yang dapat menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan. Meningitis
dapat berakibat fatal, karena itu diagnosis awal melalui pungsi lumbal sangat penting.
 Menghitung nilai komponennya - kondisi tertentu dapat dikonfirmasi, dikesampingkan, atau
dievaluasi menggunakan pungsi lumbar. Misalnya, peningkatan tekanan CSF bisa berarti
penumpukan tekanan intrakranial, yang berarti ada tekanan tinggi di tengkorak. Hal ini dapat
disebabkan oleh tumor otak (jinak atau ganas), aneurisma otak, pendarahan, atau cedera otak
traumatis. Angka protein CSF yang lebih tinggi dari normal dapat menunjukkan diabetes,
infeksi, atau cedera. Di sisi lain, nilai yang lebih rendah juga dapat dikaitkan dengan masalah
kesehatan tertentu. Tekanan CSF rendah dapat disebabkan oleh koma diabetes atau tumor
yang tumbuh di tulang belakang.
 Pemberian anestesi - Biasanya, operasi membutuhkan anestesi, baik total atau lokal. Pada
pembiusan lokal, pasien tetap terjaga atau sadar tapi ada bagian tubuh tertentu yang mati rasa.
Anestesi dapat dimasukkan di daerah pinggang, yang dapat membuat bagian bawah tubuh mati
rasa saat operasi.
 Memberikan obat - Obat-obatan, terutama yang dimaksudkan untuk tulang belakang lumbar,
sebaiknya langsung diberikan ke bagian tubuh yang membutuhkan. Pada kasus tertentu,
kemoterapi didistribusikan melalui pungsi lumbar.
Hasil yang diharapkan akan bergantung pada alasan prosedur. Setiap penyimpangan dari nilai -
nilai yang ideal bisa menunjukkan adanya atau resiko dari suatu penyakit. Jika pungsi lumbal
dilakukan untuk memberikan anestesi, pasien perlu menunggu beberapa jam sebelum dapat
kembali menggerakkan tubuh.

Sedang untuk tes, mungkin memakan waktu kurang dari 30 menit untuk menyelesaikan, tetapi
hasilnya mungkin tidak bisa langsung didapatkan. Biasanya, jika dimaksudkan untuk
mendiagnosa infeksi seperti meningitis, hasilnya bisa didapat dalam waktu 2 hari. Kadang-
kadang, jika masalahnya lebih kompleks, pasien bisa menunggu hingga beberapa minggu.

Cara Kerja Pungsi Lumbar


Sebelum prosedur dimulai, dokter akan menilai apakah pasien kandidat yang tepat untuk
menjalani prosedur ini. Pasien tidak boleh memiliki gangguan kesehatan yang menyebabkan
darah sulit membeku. Pasien juga tidak boleh alergi terhadap anestesi.

Prosedur ini dapat bersifat rawat inap atau rawat jalan. Pasien harus mengenakan baju rumah
sakit untuk memudahkan akses dari punggung bawah.

Pertama, area lumbar di mana jarum akan ditusukkan dibersihkan dan dibuat mati rasa dengan
anestesi topikal. Pasien akan diminta duduk sambil merunduk ke depan atau berbaring di meja
dengan lutut ditarik ke arah dada. Dengan cara ini, tulang belakang akan meluas dan
memasukkan jarum menjadi lebih cepat dan lebih nyaman. Tergantung pada tujuannya, o bat
dapat dimasukkan secara normal melalui kateter atau anestesi digunakan untuk mematikan
rasa tungkai tubuh bawah.

Jika dokter kesulitan memasukkan jarum, alat pencitraan seperti scan dapat digunakan untuk
memandu jarum. Jika pasien gelisah atau cemas, obat penenang atau bius total dapat
diberikan. Setelah prosedur selesai, pasien dapat pulang ke rumah, asalkan tidak melakukan
aktivitas fisik yang berat. Obat juga dapat diberikan untuk mengatasi efek samping ringan.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Pungsi Lumbar


Pungsi lumbar umumnya merupakan prosedur yang sangat aman karena hanya boleh
dilakukan oleh dokter terlatih. Namun demikian, ada beberapa efek samping yang dapat
muncul, termasuk sakit kepala, yang dialami oleh lebih dari 20% dari pasien. Hal ini terjadi
ketika beberapa CSF mengalami kontak dengan jaringan. Mungkin pasien juga merasa tidak
nyaman selama dan setelah tes, terutama di punggung. Rasa sakit bisa menjalar ke kaki.
Meskipun jarang, pendarahan dan cedera pada saraf juga dapat terjadi
. DEFINISI
Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal
dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan
cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada
tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal, dan
untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner
and Suddarth’s, 1999, p 1630)

B. INDIKASI
1. Meningitis bacterial / TBC.
2. Perdarahan subarahnoid.
3. Febris (Kaku kuduk) dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
4. encepahilitis atau tumor malignan.
5. Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
6. Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
7. Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
8. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSS akibat trauma ataudicurigai adanya perdarahan
subarachnoid.
9. Kejang
10. Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
11. Ubun – ubun besar menonjol

C. KONTRA INDIKASI
1. Syock/renjatan
2. Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
3. Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hidrosefalus)
4. Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
5. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulituntuk
penusukan jarum ke ruang interspinal
6. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi serebralbisa
terjadi pada pasien ini.

D. KOMPLIKASI
1. Infeksi
2. Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
3. Jarum pungsi pata
4. Hernias
5. Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
6. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
7. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
8. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
9. Injury pada medulla spinalis.
10. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
11. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi penurunan
12. tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi kompressi otak terutama
13. batang otak.
14. -10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7 hari mengalami postlumbar
15. puncture headache. Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi bisa dikurangi dengan berbaringdatar.
Penanganan meliputi bed rest dan cairan dengan analgetik ringan.

E. KEBIJAKAN
Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter spesialis saraf dibantu tenaga paramedis yang
diberikan pada pasien rawat inap di RSUD tertentu.

F. ALAT DAN BAHAN


1. Sarung tangan steril
2. Duk luban
3. Kassa steril, kapas dan plester
4. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70
5. Troleey
6. Baju steril
7. Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
8. Manometer spinal
9. Two way tap
10. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
11. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia)
12. Plester
13. Depper
14. Jam yang ada penunjuk detiknya
15. Tempat sampah.

Anestesi local
1. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
2. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006
3. Tempat sampah.

G. PERSIAPAN PASIEN
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen.
Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi
dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

H. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Lakukan cuci tangan steril
2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi
tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum
(lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat
tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan garis
potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina iskhiadika
anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau
antara L2 dan L3 namuntidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan
povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah
pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari
tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik
pungsi tersebut selama 1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada tempat
yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah
proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit
dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5
– 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8
cm.
8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih
baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan

I. PERAWATAN
Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk mengurangi post-
duralpuncture headache.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 – 12 jam setelah dilakukan
prosedur.Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran. Observasi pasien mengenai
orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual, irritabilitasserebral (fitting, twitching, spasticity
atau kelemahan tungkai) dan melaporkannyakepada dokter.Anjurkan pasien melaporkan adanya
nyeri kepala dan memberikan analgerik sesuaiprogram.Melaporkan ke dokter bila ada hal yang
tidak bisa diatasi. intervensi keperawatan Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien
mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut fleksi. Menjamin prinsip/ teknik aseptik
secara ketat. Memberi label specimen CSF. Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa
jam tergantung pada permintaan dokter. Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda
vital. Memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000. p
1603).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami menarik kesimpulan bahwa, Lumbal
pungsi merupakan pengeluaran cairan serebrospinal (CSS) dengan cara memasukan jarum
keruang subarachnoid. Pengambilan cairan serebrospinal sendiri dilakukan untuk mendiagnosa
berbagai indikasi penyakit yang biasanya menyerang bagian otak. Saat melakukan lumbal pungsi
persiapan pasien harus diperhatikan secara mendetail, persiapan alat dan bahan serta tenaga
medis juga harus secara mendetail, dikarenakan keintensifan pelaksanaa lumbal pungsi. Lumbal
pungsi sendiri tidak dianjurkan dilaksanakan pada balita

You might also like