You are on page 1of 3

Pengobatan Psikologis untuk gangguan kepribadian ambang : Review terintegrasi

Abstrak

Gangguan Kepribadian Ambang adalah gangguan mental yang lemah dan kompleks,
pengobatan farmakoterapi yang efektif telah dikurangi.Meskipun pernah dianggap tidak bisa
diobati, terapi psikodinamik dan terapi kognitif (dua jenis terapi psikologis) telah
memberikan harapan yang lebih baik untuk kehidupan pasien dengan diagnosis ini
(Gunderson). Penulis melakukan tinjauan integratif literatur berkaitan dengan peran praktik
berbasis bukti saat ini menggunakan Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental, edisi
ke-4, Revisi Teks (DSM-IV-TR) definisi gangguan kepriadian ambang untuk
mengidentifikasi gejala gangguan. Tiga puluh delapan artikel yang ditinjau oleh rekan
sejawat, kebanyakan kuasi-eksperimental, tiga meta-analisis, dua buku, dan dua situs nasional
panduan psikiatris. Perawatan gangguan kepribadian ambang mungkin berhasil dengan
berbagai terapi psikologis. Penerapan studi empiris hanya bagian dari pertimbangan
perawatan gangguan kepribadian ambang. Presentasi gejala heterogen membutuhkan
interaksi antar ahli profesional dan literaturnya kurang induktif untuk penelitian kepribadian
ambang. Ulasan ini terbatas pada aspek psikologis perawatan gangguan kepribadian ambang.

Pendahuluan

Perilaku manusia telah dipelajari selama ratusan tahun dan beragam profesi kesehatan telah
menjelajahi variabel kepribadian yang menyebabkan tekanan mental. Salah satu diagnosis
psikiatri yang lebih baru adalah gangguan kepribadian ambang. The American Psychiatric
Association (2010) telah menerbitkan nomenklatur standar penyakit emosional yaitu sebuah
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi ke-4, Revisi Teks (DSM-IV-
TR). Gangguan kepribadian ambang adalah salah satu diagnosa medis DSM-IV-TR.
Gangguan kepribadian ambang secara medis didiagnosis oleh keberadaan setidaknya lima
dari sembilan kriteria gejala. Ini adalah: (a) ketakutan ditinggalkan; (b) hubungan
interpersonal yang tidak stabil; (c) merasa dirinya tidak stabil; (D) impulsif, yang berpotensi
merusak diri sendiri; (e) perilaku parasutidal atau mutilasi diri; (f) ketidakstabilan afektif; (G)
perasaan kekosongan kronis; (H) kemarahan yang tidak pantas; dan (I) ideologi paranoid
sementara atau gejala disosiatif (Amerika Asosiasi Psikiatri, 2010). Namun, diagnosis ini
tidak sepenuhnya menggambarkan heterogenitas. (Bornovalova, Gratz, Levy, & Lejuez,
2010; Gunderson, 2009; Holm & Severinsson, 2008).

Prevalensi komunitas gangguan kepribadian ambang diperkirakan berada di antara


1,4% dan 5,9% (Lenzenweger, Lane, Loranger, & Kessler, 2007) dan ada pada lintas budaya
(Phillips, Yen, & Gunderson, sebagaimana dikutip di Townsend, 2006). Meskipun
prevalensinya, inti dari psikopatologi dan neurobiologi terkait tetap tidak diketahui
(Gunderson, 2009). Temuan medis terbaru menunjukkan pertimbangan masalah neurokimia
kompleks yang ditemukan dalam gangguan ini.

Biaya kesehatan masyarakat untuk pasien, keluarga dan masyarakat tidak diketahui dan
terjadi di banyak area termasuk penggunaan layanan psikiatri, biaya medis yang terkait
dengan manifestasi perilaku, perceraian, dan penggunaan layanan publik lainnya (Gunderson,
2007; Gunderson, 2009). Biaya-biaya ini menyoroti pentingnya mempelajari perawatan terapi
saat ini. Gangguan kepribadian borderline tidak memiliki pengobatan farmakologis yang
spesifik, intervensi psikososial tetap menjadi landasan pengobatan pada gangguan
kepribadian ambang (Gunderson, 2009), pada saat ini praktik berbasis bukti masih terus
berkembang (Tannenbaum,2006; Weitz & Addis, 2006). Para profesional kesehatan mental
mungkin masih melakukan penelitian mengenai gangguan kepribadian amgbang.

Sebuah filosofis dari program perawatan kesehatan mental mengadopsi tidal model
dari pemulihan kesehatanm (Barker & Buchanan-Barker, 2008). Meski tidak spesifik, setiap
penyakit mental tertentu, nilai-nilai model pasang surut mencerminkan bagaimana orang lain
mungkin ingin diperlakukan ketika mereka dalam kesulitan (Brookes, 2006). Model tidal dari
pemulihan kesehatan mental, menunjukkan peningkatan kualitas dari dasar-dasar filosofis.
(Barker & Buchanan-Barker, 2008;Berger, 2006; Brookes, Murata, & Tansey, 2008; Swift,
2009), dapat menyediakan sebuah filosofi alternatif, berbeda dari model diagnosa medis,
untuk mengatur perawatan kesehatan mental. Sepuluh nilai-nilai yang mendukung model
Tidal adalah: (a) menghargai orang tersebut cerita, (b) menghormati gaya linguistik
seseorang, (c) mengembangkan rasa ingin tahu, (d) tertarik, (e) mengungkapkan
kebijaksanaan pribadi, (f) bersikap transparan, (g) menggunakan pengalaman orang sebagai
alat, (h) menyusun langkah di luar kesulitan saat ini, (i) memberi hadiah waktu, dan (j)
mengetahui bahwa perubahan itu konstan (Brookes, 2006). Model tidal telah ditemukan
untuk mengurangi banyak masalah keamanan publik dalam program perawatan kesehatan
mental (Brookes et al., 2008) dan Setara dengan terapi pengobatan gangguan kepribadian
ambang. Makalah ini akan meninjau literatur mengenai gangguan kepribadian ambang,
perkembangan terapi dan praktik berbasis bukti. Diskusi dan kesimpulan yang akan diikuti
oleh ahli profesional kesehatan mental para profesional.

Metode

CINAHL, dan PsycARTICLES, database dicari untuk artikel dengan subjek efikasi
pengobatan psikologis untuk gangguan kepribadian ambang, dan didapatkan ribuan referensi.
Pencarian dibatasi hingga lima tahun terakhir sehingga menghasilkan lebih dari seribu
referensi. Pencarian satu per satu dari artikel yang dipilih dengan melihat bibliografi
memungkinkan penyempurnaan detail topik. The Cochrane Database tidak dapat menyatakan
tinjauan sistematis tentang efikasi perawatan psikologis terhadap gangguan kepribadian
ambang dari 2006 hingga 2011. Pencarian kata kunci, terbatas pada jurnal profesional yang
ditinjau oleh rekan sejawat dalam lima tahun terakhir, didapatkan 200 artikel secara
keseluruhan dan ditinjau 38 artikel. Artikel-artikel itu yang dieliminasi adalah artikel yang
menyebutkan gangguan kepribadian ambang tetapi tidak merujuk kepada DSM IV-TR.
Artikel yang membahas berbagai aspek gangguan kepribadian ambang diambil dan dijadikan
bahan alternatif untuk pengumpulan data penulisan. Tiga meta-review yang mencakup aspek-
aspek khusus dari gangguan kepribadian ambang yang harus memenuhi kriteria inklusi. Situs
web Departemen Kesehatan Amerika Serikat dan Layanan Manusia, Badan Penelitian dan
Kualitas Kesehatan, dan Asosiasi Psikiatri Amerika juga ditinjau. Sebagai tambahan, dua
buku kesehatan mental, Providence-Based Psychotherapy (2006) dan Essentials of
Psychiatric Mental Health Nursing (Townsend, 2006) jugaditinjau untuk tulisan ini.

Teori perkembangan gangguan kepribadian ambang

Menemukan Mu-Receptor

Gangguan perilaku kompleks didiagnosis sebagai gangguan kepribadian ambang yang tidak
diketahui penyebabnya. Bagaimanapun, teori-teori biososial dan neurokimia sedang diteliti.
(Gunderson, 2009; New & Stanley, 2010; Stanley & Siever, 2010). Stanley and Siever (2010)
melaporkan bahwa pasien dengan gangguan kepribadian ambang, cenderung melukai diri
sendiri, penurunan konsentrasi opioid endogen, khususnya beta-endorphins dan met-
enkephalins di dalam tubuh (Stanley et al., 2010) dan telah ditemukan adanya asosiasi antara
antara polimorfisme gen mu-opioid dengan gangguan kepribadian ambang. Prossin, Love,
Koeppe, Zubieta, dan Silk (2010) mempelajari pasien dengan gangguan kepribadian ambang

dengan kontrol yang sehat menunjukkan bahwa selama stimulasi sosial yang netral, pasien
gangguan kepribadian ambang memiliki lebih banyak pengikatan mu-opioid di acumbens
(pusat penghargaan), dan amygdala, sedangkan subjek kontrol memiliki pengikatan yang
lebih mengikat di talamus. Selama pasien merasa sedih, reseptor neurotransmisi mu-opioid
lebih besar pada pasien gangguan kepribadian ambang dari pada subyek kontrol. Mereka
membahas bahwa peningkatan endogen dan ketersediaan opioid ditemukan lebih besar pada
pasien gangguan kepribadian ambang. Dengan demikian, diusulkan model opioidefisit,
bahwa self-injurers belajar untuk memilah diri mereka sendiri, sehingga akan melepaskan
opioid endogen yang merangsang pusat di otak (New & Stanley, 2010, hlm. 883). Penelitian
ini signifikan dalam menunjukkan situs spesifik perubahan neurokimia pada pasien gangguan
kepribadian ambang (New & Stanley, 2010). Penulis penelitian juga melaporkan bahwa ada
peran perilaku sosial yang berimplikasi reseptor mu-opioid dalam pengaturan emosi dan
tanggapan stres (New & Stanley, 2010).

Implikasi linier yang dibahas oleh New dan Stanley (2010) signifikan. Reseptor normal mu-
opioid memediasi pengalaman bahagia oleh orang yang normal selama masa anak-anaknya
untuk menghindari gangguan kepribadian ambang, karena mereka mungkin terprogram
secara berbeda karena heritabilitas tinggi pada gangguan ini (New & Stanley, 2010, hal. 884).
Jika pasien gangguan kepribadian ambang “tidak memiliki opioid endogen yang cukup, maka
keinginan terus menerus untuk hubungan dan reaksi yang meningkat terhadap kehilangan
yang mereka rasakan dapat dimengerti, ”(New & Stanley, 2010, hlm. 884).

Penelitian reseptor mu- dan endogen opioid dapat berpengaruh besar pengobatan gangguan
kepribadian ambang. Kesulitan terapis dalam mengobati akan berkurang jika penyebab
neurokimia ditemukan (New & Stanley, 2010, p.884). Temuan farmakoterapi yang relevan
berpotensi untuk ditemukan.

You might also like