You are on page 1of 3

Hope.

Aku tidak percaya.

Pada sesuatu yang mereka sebut sebagai keajaiban.

Namun aki sudah tidak memiliki harapan lagi. Kurasa tak ada salahnya untuk mencoba?. Mereka berkata,
"jika kau mampu membuat seribu bangau, maka satu keinginanmu akan terwujud."

Aku tidak tertarik, sungguh...

Namun sekali lagi, aku hanya mencoba. Aku ingin melihat...

Apakah benar, seribu bangau itu mampu menyampaikan satu permintaanku kepada Tuhan?

Senbazuru.

Jeongyeon P.O.V

Dia tersenyum. Dan matanya berbinar, ia menyerahkan lipatan kertas berwarna itu ke hadapanku.
Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagiku, namun aku menerimanya.

" Dengan ini, sudah genap tujuh ratus." Tuturnya bersemangat.

Suara manisnya sedikit menggema di dalam ruangan serba putih dan berbau obat ini.

Aku hanya tersenyum. Senyuman yang seadanya.

Mataku beralih ketika ia mengambil lembaran kertas yang lain dan mulai melipatnya dengan telaten.

Senandungnya terdengar sesekali.

Aku menatap kertas lipat yang kini terangkai sedemikian rupa di tanganku.

Origami. Kertas berwarna yang dirangkainya menjadi sebuah burung bangau.

Dengan kakiku, kutarik kardus kecil yang berada di bawah ranjangnya, kuletakan kertas itu bersama yang
lainnya.

" Dokter." Panggil gadis itu tiba-tiba. Ia menghentikan kegiatannya. Entah apa yang sedang ia pikirkan,
namun kini sepasang mata itu berubah sendu.

" Hem?" Gumamku menjawab.

" apakah dengan melakukan ini.... aku benar-benar akan sembuh?"

" jawaban seperti apa yang kau inginkan?" Tanyaku balik, membuatnya tertegun menatapaku.
" kau tahu, aku hanya dokter residen. Aku tidak bisa memberimu jawaban yang pasti. Bahkan mereka
yang profesional pun, tak dapat memberimu jawaban itu. Hanya Tuhan yang tahu."

" aku bodoh ya?" Ia tersenyum miris. Usiaku akan menginjak 22, tahun ini. Namun aku masih percaya
pada hal konyol seperti ini.

" aku tahu ini tak ada gunanya, aku hanya ingin percaya. Aku ingin hidup."

Aku kembali menatapnya lekat, gadis yang kembali memalingkan tatapan sayunya dariku. Gadis yang
menarik perhatianku sejak pertama kali aku datang ke tempat ini dua bulan yang lalu.

Ia mengidap penyakit yang kata para profesional itu, tak punya lagi pilihan. Yang bisa ia lakukan hanyalah
menunggu.

Ya, menunggu.

Tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ia tunggu.

Kematian kah?

Atau mungkin sebuah keajaiban?

Senbazuru. Apakah kau pernah mendengarnya?

Sebuah cerita yang berasal dari negeri sakura, Jepang. Sebuah legenda yang mengatakan jika kau mampu
melipat seribu bangau kertas, maka satu keinginanmu akan terwujudkan.

Gadis ini mungkin meminta sebuah kehidupan.

Aku ingat, dulu pernah ada masa dimana aku pun menyukai cerita-cerita semacam ini. Meski aku tahu
itu bukanlah sesuatu yang nyata.

Kebohongan yang manis, mencoba memberi harapan pada mereka yang kehilangan impian, di ambang
keputusasaan.

Namun ketika aku menyadarinya, ternyata sesuatu yang manis itu terasa hambar untukku saat ini. Aku
sadar, entah sejak kapan.

Aku mulai kehilangan kebahagiaan-kebahagiaan kecil seperti ini.

Aku tersentak dari lamunan ketika ia menyodorkan lipatan kertas lainnya ke arahku. Senyum cerahnya
kembali tergaris manis di wajahnya. Entah kemana perginya raut wajah sendu yang tadi kulihat.

" apakah kau percaya pada keajaiban?" Tanyaku tiba-tiba.

Ia mengerjap mendengar pertanyaanku, namun ia kembali tersenyum kemudian.

" aku percaya. Sangat percaya!" Jawabnya bersemangat.


" jika seperti itu, kau juga harus percaya keajaiban itu akan datang padamu, sebanyak kau
mempercayainya."

Ia tertawa kecil mendengar ucapanku.

Jujur saja, aku bahkan tidak mempercayai hal konyol seperti itu lagi. Katakanlah aku tak tertarik pada
keajaiban atau apapun. Namun, jika hal itu bisa membuat gadis ini berada disisiku, aku akan
mempercayainya lebih dari apapun.

Karena bagiku, gadis ini adalah sebuah keajaiban.

Dan apapun yang akan membuatnya bahagia, itu membuatku bahagia.

Sesederhana itu.

Nayeon P.O.V

" apakah kau percaya pada keajaiban?"

Jujur saja, aku cukup terkejut ketika pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari bibirnya. Dokter muda yang
akhir-akhir ini cukup dekat denganku.

Aku harus menjawab apa? Sekilas kutatap bangau kertas yang terlipat rapi di tanganku.

" aku percaya. Sangat percaya!" Jawabku, dengan suara yang sengaja kubuat riang.

Dokter muda itu tersenyum menatapku.

" jika seperti itu, kau juga harus percaya keajaiban itu akan datang padamu, sebanyak kau
mempercayainya."

Sebanyak aku percaya?

Ya. Aku percaya. Aku ingin percaya.

Bangau kertas. Jika benar kau sanggup, dapatkah kau sampaikan permohonanku ini kepada Tuhan?

Aku tak akan meminta sebuah kehidupan, aku hanya minta satu hal.

Tolong katakan kepada Tuhan...

Aku ingin terus tersenyum di samping pria ini, sampai napasku habis.

Hanya itu.

Itu saja, sudah lebih dari cukup.

You might also like