Professional Documents
Culture Documents
MANAJEMEN LABA
1. Pengertian Earning Management
Menurut Scott (2003) manajemen laba (earning management) merupakan campur tangan
perusahaan atau manajemen melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan
tertentu, baik kepentingan pribadi atau perusahaan. Manajemen laba menghasilkan pelaporan
keuangan yang tidak netral atau tidak dalam kondisi sebenarnya sehingga memungkinkan
terjadinya salah pengambilan keputusan bagi pihak eksternal.
2
5. Teknik Manajemen Laba
Adapun teknik dalam manajemen laba yang seringkali dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
5.1 Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan perkiraan
akuntansi. Misalnya:
a. Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih
b. Kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi
c. Kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum terputuskan.
5.2 Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau
menurunkan laba. Misalnya:
a. Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun (sum of the
year digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line)
b. Mengubah periode depresiasi
5.3 Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan atau sering disebut manipulasi
keputusan operasional, misalnya:
a. Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai
periode akuntansi berikutnya.
b. Mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya.
c. Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan
sampai periode akuntansi berikutnya.
d. Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba.
e. Mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.
4. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2013 sampai 2014. Sedangkan unit analisisnya adalah Good Corporate
Governance yang diproksikan dalam komite audit, komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan manajerial. Penelitian ini dilakukan berdasarkan sumber data
yang terdapat pada www.idx.co.id. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013-2014
5
sebanyak 137 perusahaan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan beberapa
kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan di Indonesia yang temasuk dalam golongan perusahaan manufaktur sesuai
dengan kategori yang dikembangkan oleh Bursa Efek Indonesia yang tercantum dalam
IDX selama tahun 2013-2014
b. Perusahaan manufaktur tidak keluar (delisting) dari BEI selama tahun 2013-2014
c. Perusahaan menerbitkan data laporan keuangan tahunan yang lengkap selama periode
pengamatan 2013-2014
d. Perusahaan yang tidak rugi selama periode pengamatan 2013-2014
e. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan komite audit, komisaris independen,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.
5. PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
6
maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas, dan sebaliknya , jika titik-titik yang ada
pada grafik tidak membentuk pola tertentu yang teratur (pola tidak beraturan), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Pada data diolah menunjukkan
tidak beraturan atau tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil Uji Normalitas
Dari data diolah menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorof-Smirnov sebesar 0.761
lebih besar 0.05 (5%). Ini berarti bahwa data variabel pengganggu memiliki distribusi normal.
Hasil Analisis Regresi Liner Berganda
Hasil analisis regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 0.668 - 0.245X1 - 0.152X2 - 0.144X3 + 0.141X4 + 0.862
Selanjutnya di ringkas pada Tabel 4.5 berikut:
7
kekurangan sumber daya untuk mendistribusikan tugas komite audit yang telah diamanatkan
dan untuk mengawasi operasi perusahaan yang lebih besar dan lebih kompleks.
Nilai koefisien regresi variabel komisaris independen bertanda negatif 0.152. Ini
menunjukkan bahwa variabel komisaris independen berhubungan negatif dengan manajemen
laba. Artinya, jika variabel komisaris independen ditingkatkan satu satuan, maka variabel
manajemen laba akan turun 0.152. Asumsi variabel lainnya tidak berubah. Ini menunjukkan
bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba
sehingga H2 diterima.
SIMPULAN
Manajemen laba (earning management) merupakan campur tangan perusahaan atau
manajemen melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan tertentu, baik
kepentingan pribadi atau perusahaan sehingga leporan yang dihasilkan tidak sesuai dengan
keadaan sesungghnya.
Terdapat tiga hipotesis Positive Accounting Theory (PAT) yang dapat dijadikan dasar
pemahaman tindakan manajemen laba yaitu: 1) The Bonus Plan Hypothesis, 2) The Debt to
Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis), 3)The Political Cost Hypothesis (Size
Hypothesis). Adapun faktor-faktor tersebut menurut Scott (2009), yaitu: Motivasi Kontraktual
8
Lainnya, Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang, Motivasi Politik, Motivasi Perpajakan, dan
Penawaran Saham Perdana. Dalam manajemen laba dapat dilakukan dengan pola Taking a bath,
Income minimization, Income maximization, dan Income smoothing. Kemudian, terdapat teknik
dalam manajemen laba yang seringkali dilakukan, yaitu Memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, Mengubah metode akuntansi, serta Menggeser periode biaya atau
pendapatan.
Dari studi empiris yang dilakukan oleh penulis, hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
variabel yang berpengaruh paling besar adalah variabel komite audit, jadi apabila komite audit
ditingkatkan satu satuan maka manajemen laba akan turun. Apabila komite audit semakin efektif
maka akan semakin besar penurunan manajemen laba. Oleh karena itu H5 diterima. Hasil
penelitian ini didukung oleh Jao dan Pagalung (2010), Setiawan (2009) dan Siregar dan Utama
(2005) , Klein (2002) dalam Eka (2011) yang memberikan bukti secara empiris bahwa
perusahaan membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual
diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite
audit dan komite audit dengan jumlah yang kecil (sedikit) mungkin akan mengalami kekurangan
sumber daya untuk mendistribusikan tugas komite audit yang telah diamanatkan dan untuk
mengawasi operasi perusahaan yang lebih besar dan lebih kompleks.
Nilai R-square 0.662, menunjukkan bahwa naik turunnya perubahan manajemen laba 66,2%
dipengaruhi oleh variabel komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial. Sisanya sebesar 33,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empirism, Grasindo, Jakarta, 2008
William R. Scott, Financial Accounting Theory, Pearson, Toronto Ontaria, 2012
http://www.keuangankita.com/2016/12/manajemen-laba-pengertian-motivasi-pola.html
https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=18575553&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
9
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D
https://www.scribd.com/document/267254188/Manajemen-Laba
10