You are on page 1of 10

A.

MANAJEMEN LABA
1. Pengertian Earning Management
Menurut Scott (2003) manajemen laba (earning management) merupakan campur tangan
perusahaan atau manajemen melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan
tertentu, baik kepentingan pribadi atau perusahaan. Manajemen laba menghasilkan pelaporan
keuangan yang tidak netral atau tidak dalam kondisi sebenarnya sehingga memungkinkan
terjadinya salah pengambilan keputusan bagi pihak eksternal.

2. Dasar Pemahaman dalam Earning Management


Tiga hipotesis Positive Accounting Theory (PAT) yang dapat dijadikan dasar pemahaman
tindakan manajemen laba:
2.1 The Bonus Plan Hypothesis
Mengatur laba yang dilaporkan dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang
akan diterima manajer.
2.2 The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Semakin dekat suatu perusahaan pada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para
manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba
perioda mendatang ke periode berjalan.
2.3 The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
Perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba
guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi.
Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.

3. Faktor-Faktor yang Memotivasi Earning Management


Adapun faktor-faktor tersebut menurut Scott (2009), yaitu:
3.1 Motivasi Kontraktual Lainnya
Penelitian Healy menunjukkan bahwa sebelum melakukan manajemen laba, manajer
mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih perusahaan. Jika pada suatu
tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah (di bawah bogey) maka manajer menurunkan
pendapatan, sehingga laba perusahaan menjadi lebih rendah (taking a bath). Sedangkan jika
pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka manajer
menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini
dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari target yang
telah ditentukan.
3.2 Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt covenant)
1
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari kontrak utang
jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam terhadap tindakan
manajer. Pelanggaran terhadap covenant mengakibatkan cost yang tinggi terhadap
perusahaan. Oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran
terhadap covenant.
3.3 Motivasi Politik (Political motivation)
Pada perioda kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi
yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong
pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka.
3.4 Motivasi Perpajakan (Taxation Motivation)
Motivasi penghematan pajak menjadi. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung
untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak.
3.5 Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
Hipotesis program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran diri
CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus
mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk
memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian
mereka.
3.6 Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO)
Terdapat kemungkinan bahwa manajer perusahaan go public akan mengelola prospektusnya
dengan harapan dapat menaikkan harga saham.

4. Pola Manajemen Laba


Menurut menurut Scott (2009), pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:
a) Taking a bath
Dilakukan ketika perusahaan melakukan reorganisasi termasuk saat pergantian CEO.
Taking a bath dilakukan dengan melaporkan rugi yang besar pada periode sekarang.
b) Income minimization
Mamajemen melaporkan laba periode sekarang dengan nilai yang seminimal mungkin
atau bahkan minus dengan menggeser laba periode berjalan ke periode berikutnya.
c) Income maximization
Manajer melakukan income maximization dengan tujuan untuk meningkatkan laba
perusahaan agar bisa mencapai bogey dalam skema bonus.
d) Income smoothing

2
5. Teknik Manajemen Laba
Adapun teknik dalam manajemen laba yang seringkali dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
5.1 Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan perkiraan
akuntansi. Misalnya:
a. Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih
b. Kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi
c. Kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum terputuskan.
5.2 Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau
menurunkan laba. Misalnya:
a. Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun (sum of the
year digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line)
b. Mengubah periode depresiasi
5.3 Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan atau sering disebut manipulasi
keputusan operasional, misalnya:
a. Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai
periode akuntansi berikutnya.
b. Mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya.
c. Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan
sampai periode akuntansi berikutnya.
d. Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba.
e. Mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.

B. STUDI EMPIRIS MANAJEMEN LABA


1. Judul : Pengaruh Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2014)
Publikasi : Journal Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA)
ISSN: 2337-56xx.Volume: xx, Nomor: xx
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Kanjuruhan,
Malang
Penulis : Selvy Yulita Abdillah
3
2. RINGKASAN JURNAL :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh good corporate
governance terhadap manajemen laba. Good corporate governance diproksikan dengan
komite audit,komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan
discretionary accrual. Penelitian ini menggunakan 22 sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2014. Metode analisis data pada
penelitian ini adalah analisis regresi setelah dilakukan pengujian asumsi klasik.
3. PENDAHULUAN
Laba merupakan cerminan kinerja perusahaan yang dapat dikelola secara opertunis dan
efisien. Dikelola secara oportunis artinya dikelola untuk meningkatkan laba sesuai dengan
yang diinginkan dan menguntungkan pihak–pihak tertentu, dan dikelola secara efisien artinya
dikelola untuk meningkatkan keinformatifan informasi. Untuk menunjukkan prestasi
perusahaan dalam menghasilkan laba, manajemen cenderung mengelola laba secara oportunis
dan melakukan manipulasi laporan keuangan agar menunjukkan laba yang memuaskan
meskipun tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Menurut Scott (2006)
didalam bukunya yang berjudul “Financial Accounting Theory” menyatakan bahwa pilihan
kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik disebut dengan manajemen
laba.
Manajemen laba pada suatu perusahaan muncul karena adanya konflik antara pemegang
saham (principal) dan manajer (agent). Konflik antara pemegang saham dan manajer ini
dijelaskan dalam teori keagenan. Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang
menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan
Meckling, 1976).
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang akan dibahas yaitu :
1) Apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ?
2) Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba ?
3) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba ?
4) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba ?
5) Diantara keempat variabel tersebut, variabel apakah yang berpengaruh paling besar
terhadap manajemen laba?
Komite audit yang efektif diperlukan dalam pencapaian Good Corporate Governance.
Penelitian Suaryana (2005) menyatakan bahwa keberadaan komite audit mempunyai
4
pengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan komite
audit dapat meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan.Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1 : Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi
monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Beasley (1996) dalam Herianto (2013)
menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar dapat mengurangi kecurangan
pelaporan keuangan dari pada kehadiran komite audit. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba.
Konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, perusahaan investasi dan kepemilikan
institusi lain. Karena institusi memantau secara profesional perkembangan investasinya maka
tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan
dapat ditekan (Lastanti,2004).
H3: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.
Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan
kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.
Carcello et. al. (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang
keuangan dan manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut.
H5: Komite Audit Berpengaruh Dominan Terhadap Manajemen Laba.

4. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2013 sampai 2014. Sedangkan unit analisisnya adalah Good Corporate
Governance yang diproksikan dalam komite audit, komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan manajerial. Penelitian ini dilakukan berdasarkan sumber data
yang terdapat pada www.idx.co.id. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013-2014

5
sebanyak 137 perusahaan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan beberapa
kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan di Indonesia yang temasuk dalam golongan perusahaan manufaktur sesuai
dengan kategori yang dikembangkan oleh Bursa Efek Indonesia yang tercantum dalam
IDX selama tahun 2013-2014
b. Perusahaan manufaktur tidak keluar (delisting) dari BEI selama tahun 2013-2014
c. Perusahaan menerbitkan data laporan keuangan tahunan yang lengkap selama periode
pengamatan 2013-2014
d. Perusahaan yang tidak rugi selama periode pengamatan 2013-2014
e. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan komite audit, komisaris independen,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.
5. PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Y 44 -135.19 398.60 25.4429 91.02303
x1 44 3.00 5.00 3.1364 .46209
x2 44 .30 .50 3672 .06330
x3 44 22.48 96.09 64.0418 19.26609
x4 44 .02 25.58 6.3227 7.75121
Valid N (listwise) 44
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai minimum Y -135.19, nilai
maximum 3889.60, dan standdart deviation sebesar 91.02303.
Hasil Uji Multikolinieritas
Nampak bahwa nilai VIF dan tolerance untuk semua variabel menunjukkan nilai tolerance
lebih besar 0.10 atau nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas.
Hasil Uji Autokorelasi
Hasil uji asumsi klasik autokorelasi ini menggunakan pendekatan Durbin Watson karena
Durbin Watson meupakan sebuah test yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi pada nilai residual (prediction errors) dari sebuah analisis regresi. Ditunjukkan
bahwa nilai Durbin Watson 2,193 terletak di antara 1,55 – 2,46 (Firdaus, 2010). Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji asumsi klasik heteroskedastisitas dengan pendekatan Scatter Plot karena Scatter
Plot merupakan sebuah grafik yang biasa digunakan untuk melihat suatu pola hubungan
antara 2 variabel, jika titik-titik yang ada pada grafik membentuk pola tertentu yang teratur,

6
maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas, dan sebaliknya , jika titik-titik yang ada
pada grafik tidak membentuk pola tertentu yang teratur (pola tidak beraturan), maka
mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Pada data diolah menunjukkan
tidak beraturan atau tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil Uji Normalitas
Dari data diolah menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorof-Smirnov sebesar 0.761
lebih besar 0.05 (5%). Ini berarti bahwa data variabel pengganggu memiliki distribusi normal.
Hasil Analisis Regresi Liner Berganda
Hasil analisis regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 0.668 - 0.245X1 - 0.152X2 - 0.144X3 + 0.141X4 + 0.862
Selanjutnya di ringkas pada Tabel 4.5 berikut:

Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisisen Nilai Kesimpulan


Regresi Signifikasi
X1 = Komite Audit -0.245 0.00 Berpengaruh
X2 = Komisaris Independen -0.152 0.00 Berpengaruh
X3 = Kepemilikan Institusional -0.144 0.00 Berpengaruh
X4 = Kepemilikan Manajerial +0.141 0.00 Berpengaruh
Nilai signifikansi uji F = 0.000
Nilai R-square = 0.662
Nilai koefisien regresi variabel komite audit bertanda negatif 0.245. Ini menunjukkan
bahwa variabel komite audit berhubungan negatif manajemen laba. Artinya, jika variabel
komite audit ditingkatkan satu satuan, maka variabel manajemen laba akan turun 0.245.
Asumsi variabel lainnya tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap manajemen laba sehingga H1 diterima. Hasil penelitian ini
juga dikukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2010), Setiawan (2009)
dan Siregar dan Utama (2005) yang menyatakkan bahwa komite audit berpengaruh negatif
dan signifikan yang artinya komite audit mampu melindungi kepentingan pemegang saham
dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Penelitian ini didukung
dengan hasil penelitian Klein (2002) dalam Eka (2011) yang memberikan bukti secara empiris
bahwa perusahaan membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan
akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk
komite audit dan komite audit dengan jumlah yang kecil (sedikit) mungkin akan mengalami

7
kekurangan sumber daya untuk mendistribusikan tugas komite audit yang telah diamanatkan
dan untuk mengawasi operasi perusahaan yang lebih besar dan lebih kompleks.
Nilai koefisien regresi variabel komisaris independen bertanda negatif 0.152. Ini
menunjukkan bahwa variabel komisaris independen berhubungan negatif dengan manajemen
laba. Artinya, jika variabel komisaris independen ditingkatkan satu satuan, maka variabel
manajemen laba akan turun 0.152. Asumsi variabel lainnya tidak berubah. Ini menunjukkan
bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba
sehingga H2 diterima.

SIMPULAN
Manajemen laba (earning management) merupakan campur tangan perusahaan atau
manajemen melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan tertentu, baik
kepentingan pribadi atau perusahaan sehingga leporan yang dihasilkan tidak sesuai dengan
keadaan sesungghnya.
Terdapat tiga hipotesis Positive Accounting Theory (PAT) yang dapat dijadikan dasar
pemahaman tindakan manajemen laba yaitu: 1) The Bonus Plan Hypothesis, 2) The Debt to
Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis), 3)The Political Cost Hypothesis (Size
Hypothesis). Adapun faktor-faktor tersebut menurut Scott (2009), yaitu: Motivasi Kontraktual
8
Lainnya, Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang, Motivasi Politik, Motivasi Perpajakan, dan
Penawaran Saham Perdana. Dalam manajemen laba dapat dilakukan dengan pola Taking a bath,
Income minimization, Income maximization, dan Income smoothing. Kemudian, terdapat teknik
dalam manajemen laba yang seringkali dilakukan, yaitu Memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, Mengubah metode akuntansi, serta Menggeser periode biaya atau
pendapatan.
Dari studi empiris yang dilakukan oleh penulis, hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
variabel yang berpengaruh paling besar adalah variabel komite audit, jadi apabila komite audit
ditingkatkan satu satuan maka manajemen laba akan turun. Apabila komite audit semakin efektif
maka akan semakin besar penurunan manajemen laba. Oleh karena itu H5 diterima. Hasil
penelitian ini didukung oleh Jao dan Pagalung (2010), Setiawan (2009) dan Siregar dan Utama
(2005) , Klein (2002) dalam Eka (2011) yang memberikan bukti secara empiris bahwa
perusahaan membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual
diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite
audit dan komite audit dengan jumlah yang kecil (sedikit) mungkin akan mengalami kekurangan
sumber daya untuk mendistribusikan tugas komite audit yang telah diamanatkan dan untuk
mengawasi operasi perusahaan yang lebih besar dan lebih kompleks.
Nilai R-square 0.662, menunjukkan bahwa naik turunnya perubahan manajemen laba 66,2%
dipengaruhi oleh variabel komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial. Sisanya sebesar 33,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori dan Model Empirism, Grasindo, Jakarta, 2008
William R. Scott, Financial Accounting Theory, Pearson, Toronto Ontaria, 2012

http://www.keuangankita.com/2016/12/manajemen-laba-pengertian-motivasi-pola.html
https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=18575553&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
9
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D
https://www.scribd.com/document/267254188/Manajemen-Laba

10

You might also like