You are on page 1of 4

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit

Obat

Pemeriksaan

BAB 2 PEMBAHASAN

Apakah obatnya benar

Adakah IO

Hasil Labnya

BAB 3 KESIMPULAN

----------------------------------------------------

HITUNG TROMBOSIT ( PLT = PLATELET )

Pada penderita dgn riwayat perdarahan atau purpura, monitoring pada pemberian obat yang
potensial atau diperkirakan beracun pada sumsum tulang, monitoring terapi heparin, monitoring
setelah splenektomià jumlah trombosit harus dimonitor.

Jumlah NORMAL TROMBOSIT : 150.000 -400.000 /mm³

Perdarahan spontan terjadi pada Plt < 20.000/mm³ terjadi

Pada : Penurunan fs sumsum tulang.

Hipersplenisme

DIC

Infeksi

Trombositosis mungkin terjadi pada : Leukemia, Lymphoma.

Penghitungan Jumlah trombosit dengan :

Manual : Kamar Hitung Improved Neubauer (lar Rees Ecker ).


Read more: http://masihtertulis.blogspot.com/2011/04/hasil-check-darah.html#ixzz5Keqj5FJ1

ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

Penyebab abses otak adalah bakteri piogenik yang menyebar ke otak secara perkontinuitatum
atau hematogen. Bakteri yang dapat diisolir dari abses otak adalah Bakteri Aerob (Staphylococcus
aureus, streptococcus pneumoni, streptococcus viridans, haemophylus influenza, baccilus gram
negative) dan Bakteri Anaerob (Bacterioides fragilis, microaerophylic cocci, actinomyces israelii,
bacterioides Sp, fusobacterium). Bakteri Aerob lebih sering dibanding Anaerob terutama golongan
streptococcus (32,1%), disusul gram negatif baccili (15,7%), Staphylococcus aureus (13,4%).Dilaporkan
bahwa Staphylococcus aureus lebih virulen darioada alpha hemolitic streptococcus pada pembentukan
abses otak (Laminof M.J, 1995. Berlit P, 1996. Gilrey J, 1992. Harmodji S, 1996. Wirjokusumo S, 1996).

Menurut Britt, Richard et al., penderita abses otak lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada
perempuan dengan perbandingan 3:1 yang umumnya masih usia produktif yaitu sekitar 20-50 tahun.
Organisme ini biasa ditemukan pada traktus gastrointestinal dan orofaring. Ini jarang menyebabkan
infeksi dan alasan mengapa terdapat kuman ini pada kultur abses otak tidak diketahui. Insiden abses
otak berkurang dengan adanya antibiotik. Analisa terbaru pada 122 pasien abses otak dari Taiwan,
mempunyai riwayat kelainan otolaringeal (26%), penyakit jantung sianotik (27%), implantasi abses
(25%), infeksi paru (5%), meningitis (4%), osteomyelitis (2%), penurunan imunitas (12%), dan tidak
diketahui (21%). Penyebab yang berasal dari otolaryngeal yaitu otitis kronik dengan cholesteatoma
(15%) dan mastoiditis (4%) dan sinusitis (2%) (Yen dkk, 1995).

Abses otak lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan angka kejadian
tinggi pada 4 dekade pertama kehidupan. Karena penyebab predisposisi utama empiema subdural
pada anak-anak adalah meningitis bakteri, penurunan meningitis karena vaksin Haemophilus
influenzae telah mengurangi prevalensi pada anak-anak (Brook I, 2014).

Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik
(empyema, abses paru, bronkiektas, pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan
pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada substansi putih dan
abu dari jaringan otak). Abses otak yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai
dengan peredaran darah yang didistribusi oleh arteri cerebri media terutama lobus parietalis, atau
cerebellum dan batang otak ( Hakim, 2010 ).

Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS, penderita
penyakit kronis yang mendapat kemoterapi / steroid yang dapat menurunkan sistem kekebalan
tubuh. 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui. Penyebab abses yang jarang dijumpai,
osteomyelitis tengkorak, sellulitis, erysipelas wajah, abses tonsil, pustule kulit, luka tembus pada
tengkorak kepala, infeksi gigi luka tembak di kepala, septikemia. Berdasarkan sumber infeksi
dapat ditentukan lokasi timbulnya abses di lobus otak ( Hakim, 2010 ).

Patofisiologi

Mikroorganisme dapat menyerang otak oleh bebrapa mekanisme yang berbeda. Yang
paling umum mekanisme patogen menimbulkan abses otak yaitu pembentukan dari penyebaran
dari titik fokus terhadap daerah yang terkena infeksi, paling sering di telingan tengan, mastoid,
atau sinus paranasal. Abses otak terjadi akibat infeksi di otitis media yang biasanya terlokalisasi
di lobus temporal. Dalam bebrapa penelitian dari 44 kasus abses otak, terdapat 54% berada di
lobus temporal, 44% berada di serebelum, dan 2% berada di kedua lokasi tersebut. Sinusitis
paranasal sering menjadi penyebab penting predisposisi untuk terjadi abses otak. Lobus frontal
adalah bagian yang dominan terkena ( Mustafa et al, 2014 ).

Manifestasi Klinik

Pada stadium awal gambaran klinik tidak khas, terdapat gejala-gejala infeksi seperti
demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian tekanan intrakranial berupa muntah, sakit
kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses
otak yang terdiri dari gejala infeksi (demam, leukositosis), peninggian tekanan intracranial(sakit
kepala, muntah proyektil, papil edema) dan gejala neurologik fokal (kejang, paresis, ataksia,
afaksia). Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala neurologik seperti
hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun
menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke
dalam kavum ventrikel ( Brouwer, 2014 ).

Tatalaksana

Pada umumnya terapi AO meliputi pemberian antibiotik dan tindakan operatif berupa
eksisi (aspirasi), drainase dan ekstirpasi.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan pemberian antibiotik, sebagai


berikut ( Mustafa, 2014 ) :
1) Bila gejala klinik belum berlangsung lama (kurang dan 1 minggu) atau kapsul belum
terbentuk.
2) Sifat-sifat abses:

a. Abses yang lokasinya jauh dalam jaringan otak merupakan kontraindikasi operasi.

b. Besar abses.

c. Soliter atau multipel; pada abses multipel tidak dilakukan operasi

Pemilihan antibiotik didasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik dan sensitivitas. Sebelum


ada hash pemeriksaan bakteriologik dapat diberikan antibiotik secana polifragmasi
ampisilin/penisilin dan kioramfenikol. Bila penyebabnya kuman an-aerob dapat diberikan
metronidasol. Golongan sefalosporin generasi ke tiga dapat pula digunakan. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas ( Mustafa,
2014 ).

You might also like