Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Aisyah Dara Millenia / 161710101027
Kelompok D / THP-A
1. Latar Belakang
Potensi tanaman pangan sebagai salah satu penyedia komponen bioaktif polifenol
bersifat majemuk. Artinya, terdapat banyak jenis tanaman pangan yang memiliki
kandungan komponen bioaktif tersebut, antara lain kakao, teh, rempah-rempah, biji-
bijian, serealia, buah-buahan, bunga, dan sayuran. Radikal bebas yang terbentuk dalam
tubuh ini bisa dihambat oleh antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh.
Namun, dengan bertambahnya usia seseorang,sel-sel tubuh mengalami degenerasi yang
berdampak pada menurunnya respon imun di dalam tubuh. Akibatnya radikal bebas
yang terbentuk didalam tubuh tidak lagi diimbangi oleh produksi antioksidan. Oleh
karena itu, tubuh kita memerlukan suatu antioksidan eksogen yang dapat diperoleh dari
buah-buahan dan sayur-sayuran.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Nely,
2007). Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol
memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda
(Hattenschwiler dan Vitousek, 2000). Polifenol adalah kelompok zat kimia yang
ditemukan pada tumbuhan. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan
mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Polifenol membantu melawan
pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini
(Arnelia, 2002).
Kandungan polifenol berbagai jenis tumbuhan berbeda-beda. Beberapa jenis
bahan pangan mengandung polifenol yang tinggi, sedangkan jenis bahan pangan lain
mengandung polifenol yang rendah. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian
kandungan total polifenol beberapa jenis bahan pangan untuk mengetahui kemampuan
suatu bahan pangan sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pengujian komponen bioaktif polifenol sebagai
antioksidan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui total polifenol dalam beberapa sampel bahan makanan
2. Mengetahui metode pengujian total polifenol menggunakan metode follin ciocalteu.
3. mengetahui cara pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
BAB 2. TINJAUANPUSTAKA
1. Pengertian Polifenol
Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin
aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil,
termasuk derifat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan
pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut
yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan
dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas. Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
antioksidan dalam buah dan sayuran (Hattenschwiler dan Vitousek, 2000).
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol
sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar
(Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan
seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan
fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan terpenoid (Harbone, 1987).
Senyawa fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada
proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi
senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya
oksidasi enzim. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya
menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum UV. Selain itu secara khas senyawa fenol
menunjukkan geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan basa. Karena itu
cara spektrumetri penting terutama untuk identifikasi dan analisis kuantitatif senyawa
fenol (Harbone, 1987). Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan
seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan,
sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia mengkonsumsi polifenol dalam sehari
sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan efek
melindungi terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan
pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini
(Arnelia, 2002).
atau
3. Pengertian Antioksidan
Menurut Winarsi (2007), dalam jurnal Evy D et al. menyatakan bahwa secara
biologis antioksidan dapat diartikan sebagai senyawa yang mampu meredam dampak
negatif oksidan dalam tubuh. Menurut Meydani et al. (1995) dalam jurnal Evy D et al.
menyatakan bahwa antioksidan bekerja dengan mendonorkan satu elektronnya pada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan dapat dihambat.
Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan fungsi
sistem imunitas tubuh. Kondisi ini terutama berfungsi untuk menjaga integritas, selain
itu, berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta mengontrol
transduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun.
Menurut Halliwell dan Guteridge (1991), dalam jurnal Evy D et al. menyatakan
bahwa reaksi oksidasi terjadi setiap saat di dalam tubuh dan memicu terbentuknya
radikal bebas yang sangat aktif merusak struktur dan fungsi sel. Namun, reaktivitas
radikal bebas dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem
kekebalan tubuh.
Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah
metode uji dengan menggunakan radikal bebas DPPH. DPPH merupakan radikal bebas
yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat
berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak.
Hal ini dikarenakan adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan
serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan
penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai
jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna
larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (Dehpour et al. 2009). Perubahan absorbansi
akibat reaksi ini telah digunakan secara luas untuk menguji kemampuan beberapa
molekul sebagai penangkap radikal bebas. Metode DPPH merupakan metode yang
mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau
ekstrak tanaman (Koleva et al. 2002). Namun, pada metode ini terdapat kelemahan,
kelemahan metode DPPH ini adalah hanya dapat memberikan informasi mengenai
aktivitas senyawa yang diuji dan hanya dapat mengukur senyawa antiradikal yang
terlarut dalam pelarut organik khususnya alkohol.
5. Bahan
5.1 Cascara
Kopi memiliki nama latin Coffea sp. Buah kopi terdiri atas 4 bagian yaitu lapisan
kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk (parchment), dan biji
(endosperm). Indonesia menempati urutan keempat sebagai penghasil kopi terbanyak di
dunia dengan produksi mencapai 29,3 ton pada tahun 2012 (BPS RI, 2012).
Berdasarkan data Badan Statistik perkebunan pada tahun 2013, Sulawesi Tengah
merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki tingkat produksi kopi yang
cukup banyak. Pada tahun 2012 produksi kopi dari perkebunan rakyat yaitu sebanyak
4.626 ton dengan penggunaan lahan tanam sebesar 7.573 Ha. Pada proses pengolahan
kopi dihasilkan limbah sebanyak 40-45% limbah kulit biji kopi. Menurut Esquivel dan
Jimenez (2012), yang dikatakan limbah kulit kopi adalah pulp (bagian mesokarp), skin
(bagian eksokarp), mucilage dan parchment (bagian endokarp). Kulit ari biji kopi adalah
salah satu bagian dari limbah biji kopi yang dihasilkan pada proses pengolahan biji
kopi. Pada umumnya, limbah kulit ari biji kopi hanya dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Kurangnya kepedulian masyarakat dan minimnya informasi tentang manfaat
penggunaan limbah kulit ari biji kopi menjadi penyebab tidak adanya pemanfaatan dan
pengolahan dari limbah kulit biji kopi tersebut. Salah satu manfaat penting dari limbah
kulit ari biji kopi adalah peranannya sebagai antioksidan alami. Limbah kulit biji kopi
ini juga mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu kafein dan golongan
polifenol. Dari beberapa penelitian, senyawa polifenol yang ada pada limbah ini adalah
flavan-3-ol, asam hidroksinamat, flavonol, antosianidin, katekin, epikatekin, rutin,
tanin, asam ferulat (Esquivel dan Jimenez 2012).
5.2 Secang
Kayu Secang merupakan tanaman yang telah lama dimanfaatkan sebagai tanaman
obat. Di Indonesia, kayu secang dimanfaatkan sebagai pewarna merah minuman. Biji
tumbuhan ini berfungsi sebagai bahan sedatif, kayu dan batangnya dapat mengobati
TBC, diare, dan disentri, sedangkan daun-daunnya dapat dimanfaatkan untuk
mempercepat pematangan buah pepaya dan mangga (Adawiyah et. al., 2003). Kayu
secang juga berkhasiat mengaktifkan aliran darah, melarutkan gumpalan darah,
mengurangi bengkak (swelling), meredakan nyeri (analgesik), menghentikan
perdarahan, antiseptic dan masih banyak kandungan dari kayu secang yang dapat
dimamfaatkan terutama dalam pengobatan (Dalimartha, 2009). Menurut Safitri (2002),
ekstrak kayu secang mengandung lima senyawa aktif jenis flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap reaksi oksidasi,
terutama reaksi autooksidan. Reaksi ini meliputi tiga tahap reaksi oksidasi, yaitu tahap
inisiasi, propogasi, dan terminasi. Menurut Hariana, (2006) Kandungan kimia kayu
secang ada 4 yang sangat penting yaitu sebagai berikut. 1. Brazilin merupakan kristal
berwarna kuning, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein
(C16H12O5) yang berwarna merah. Brazilien merupakan senyawa antioksidan yang
mempunyai katekol dalam struktur mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan
akibat radikal kimia. Brizilien mempunyai efek anti-inflamasi dan anti bakteri. 2.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak
merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia
adalah sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan
oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau dari
luar. 3. Tanin adalah komponen zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500-3000 serta dapat bereaksi dengan
protein. Tanin bersifat sebagai antibakteri dan astringent atau menciutkan dinding usus
yang rusak karena asam atau bakteri. 4. Senyawa fenolik merupakan senyawa yang
banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih
gugus hidroksi (OH ) dan gugus – gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama
berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki
gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Pada industri makanan dan
minuman, senyawa fenolik berperan dalam memberikan aroma yang khas pada produk
makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan minuman, dan sebagai
antioksidan. Pada industri farmasi dan kesehatan, senyawa ini banyak digunakan
sebagai antioksidan, antimikroba, antikanker dan lain-lain, contohnya obat antikanker
(podofilotoksan), antimalaria (kuinina) dan obat demam (aspirin).
5.3 Sereh
Sereh (Cymbopogon nardus L) biasanya digunakan sebagai bumbu dapur untuk
mengharumkan makanan. Selain itu, sereh bermanfaat sebagai anti radang,
menghilangkan rasa sakit dan melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain yaitu untuk
meredakan sakit kepala, otot, batuk, nyeri lambung, haid tidak teratur dan bengkak
setelah melahirkan. Akar tanaman sereh digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh
keringat, peluruh dahak, bahan untuk kumur, dan penghangat badan. Sedangkan minyak
sereh banyak digunakan sebagai bahan pewangi sabun, spray, disinfektan, dan bahan
pengkilap. Sereh wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan
minyak atsiri. Saponin merupakan kelompok glikosida yang tersusun oleh aglikon
bukan gula yang berikatan dengan rantai gula. Sifat antimikroba dari senyawa saponin
disebabkan oleh kemampuan senyawa tersebut berinteraksi dengan sterol pada
membran sehingga menyebabkan kebocoran protein dan enzim‐enzim tertentu.
Flavonoid terdiri dari flavon, flavonon, isoflavon, antosianin, dan leukoantosianidin.
Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan antimikroba. Antioksidan flavonoid
dapat mencegah oksidasi lipid dengan mengikat (mengkhelat) logam‐logam yang
bersifat prooksidan. Senyawa flavonoid lipofilik memiliki aktivitas antimikroba karena
memiliki kemampuan penetrasi dalam membran sel.
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Bahan
A. Adapun bahan pangan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
1. Kayu secang
2. Serai
3. Gula Pasir
4. Cascara
5. Air
B. Sedangkan bahan kimia yang digunakan pada praktikum ini meliputi :
1. Reagen Follin-Ciocalteau
2. DPPH
3. Etanol
4. Na2CO3
5. Standar asam galat
2. Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang terdiri dari bahan pangan dan bahan kimia dipersiapkan. Untuk
bahan pangan dibersihkan terlebih dahulu agar bersih dari kotoran yang tidak
diinginkan kemudian dilakukan pengecilan ukuran dengan tujuan agar mudah dilakukan
proses ekstraksi pada tahap selanjutnya. Bahan pangan yang digunakan yaitu cascara 40
ml, secang 8 ml, serai 4 ml, larutan gula 5ml, dan air 43 ml. Bahan kimia dipersiapkan
untuk pengujian polifenol dan antioksidan pada sampel.
1. Pembuatan Minuman
A. Pembuatan ekstraksi Serai
30 g Serai
Pencucian
PengecilanUkuran
Air panas
Ekstraksi
240 ml
Penyaringan
Ekstrak Serai
200 g GulaPasir
Air 200 ml
Pemanasan
Pengadukan
LarutanGula
32 g Cascara
PengecilanUkuran
Air panas
Ekstraksi
200 ml
Penyaringan
Ekstrak Cascara
4 g Secang
Pengecilan Ukuran
Air panas
Ekstraksi dan Pemanasan
400 ml
Penyaringan
Ekstrak Secang
Sampel minuman
7 formulasi
2. Prosedur Analisis
A. Uji Sensoris Penuangan pada gelas sloki
Pendiaman 5 menit
+Na2CO3 (7%) 1 ml
Pendiaman 60 menit
Sampel 0,1 ml
+DPPH 2,9 ml
Pengocokan
Pendiaman 30 menit
1. Hasil
1.1 Minuman Hasil Formulasi
Rata-Rata = = = 0,0957
Rata-Rata = = = 42,074%
2. Pembahasan
2.1 Sensoris
Uji sensoris merupakan uji penginderaan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan
overall yang bersifat subjektif untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap
suatu produk baru ataupun pengembangan produk yang telah beredar dipasaran (Kawiji,
dkk., 2011). Pada pengujian organoleptik ini meggunakan total panelis sebanyak 44
orang panelis. Yang ditugaskan untuk menguji 7 sampel yaitu sampel 591, 742, 157,
963, 472, 739, dan sampel 829, berdasarkan warna, aroma, dan rasa pada minuman
fungsional. Semakin tinggi skor yang diberikan berarti nilai kesukaan juga semakin
tinggi dan batasan skor tersebut adalah dari yang paling tidak disukai yaitu angka 1 dan
yang paling disukai adalah angka 9. Pada praktikum ini, dilakukan uji organoleptik
menggunakan 44 panelis semi terlatih dan didapatkan data yang bisa dilihat pada
Gambar 4.1.2.4.
Warna merupakan parameter uji fisik terkait suatu produk pangan menggunakan alat indera
penglihatan, hal ini ditujukan untuk melihat tingkat daya terima konsumen. Warna
merupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan menyukai sifat-sifat
lainnya dari produk yang dihasilkan (Asmaraningtyas, 2014). Warna minuman pada
dasarnya berwarna coklat khas cascara karena pada 7 formulasi cascara merupakan bahan
utama yang digunakan. Pada Gambar 4.1.2.4 dapat dilihat bahwa formulasi bahan
mempengaruhi warna minuman. Dari data yang di dapat, minuman dengan formula 5
paling banyak di sukai dengan nilai sensori 6,8 dan minuman dengan formula 3 dengan
nilai sensori 4,3 menjadi yang terendah. Pada Gambar 4.1.1 terlihat jelas warna warna
dari ketujuh minuman. F3 dan F5 sama-sama memiliki warna coklat khas cascara dan
tidak berbeda nyata. Namun, hasil sensoris menyatakan bahwa F5 memiliki nilai
tertinggi yang berarti lebih disukai panelis daripada F3 yang memiliki nilai terendah
dibandingkan yang lain. Hal ini dapat terjadi karena kepekaan panelis yang berbeda-
beda dalam membandingkan warna. Menurut Soekarto (1990), warna mempunyai arti
dan peranan yang sangat penting pada komoditas pangan dan hasil-hasil pertanian
lainnya. Hal ini dikarenakan warna merupakan kriteria penting yang dapat
mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk, selain itu warna merupakan
unsur yang pertama kali dinilai oleh konsumen sebelum unsur lain seperti rasa, tekstur,
aroma dan beberapa sifat fisik lain.
Aroma adalah satu faktor penentu mutu suatu bahan pangan. Aroma juga menjadi satu
indikator suatu bahan pangan dapat diterima atau ditolak. Gambar 4.1.2.2
menunjukkan bahwa formulasi 5 yang terdiri dari caskara 30 ml, secang 8 ml, Serai 8
ml memiliki nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma minuman yang
paling tinggi (6,4) dan yang paling rendah formulasi 3 yang terdiri dari Caskara 30 ml,
secang 4 ml, Serai 4 ml (5,1). Penambahan serai mempengaruhi aroma dari minuman.
Aroma yang mendominasi tentu cascara dengan formulasi bahan paling banyak.
Menurut Ariyani, et al., (2008) di dalam sereh terdapat senyawa yang dapat membentuk
aroma yang khas, yaitu senyawa citral. Semakin banyak sari batang sereh yang
ditambahkan maka nilai hedonik aroma semakin meningkat. Sereh memiliki aroma
yang khas. Sedangkan Secang tidak berpengaruh karena secang tidak memiliki aroma
yang khas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrapradja (1997) yang menyatakan
bahwa sereh memiliki aroma lemon yang khas. Panelis lebih menyukai F5 karena dirasa
merupakan formulasi yang pas, tidak lebih dan tidak kurang. Selain itu juga aroma
dipengaruhi oleh tingkat kepekaan panelis yang berbeda-beda tergantung dari segi
kesehatan, lelaki atau wanita serta merokok atau tidak merokok (Kartika, 2010).
Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan akhir
konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan (Wahyuni, 2005). Rasa
adalah komponen terakhir dalam menentukan enak tidaknya suatu pangan. Pada uji
sensoris minuman cascara, diketahui pada Gambar 4.1.2.3 dari ke tujuh formula tidak
berbeda nyata dengan nilai rata-rata tertinggi F7 5,8 dan terendah F2 dan F4 5,2. Panelis
lebih menyukai Formula 7 yang terdiri dari caskara 40 ml, secang 8 ml, Serai 4 ml.
Penambahan serai yang sedikit dibandingankan dengan bahan lainnya membuat panelis
lebih menyukainya. Selain itu, tingkat kepekaan panelis juga merupakan hal yang
penting dalam menentukan perbedaan rasa pada masing-masing sampel. Tingkat
kepekaan setiap panelis berbeda-beda tergantung dari segi kesehatan, lelaki atau wanita
serta merokok atau tidak merokok (Kartika, 2010).
Penilaian keseluruhan merupakan penilaian gabungan dari seluruh atribut penilaian
sensori yaitu warna, aroma, dan rasa. Formulasi penambahan bahan sangat berpengaruh
besar pada warna, aroma dan rasa minuman. Pada Gambar 4.1.2.4 dinyatakan formula
paling disukai oleh panelis adalah formula 7 yang terdiri dari caskara 40 ml, secang 8
ml, Serai 4 ml.
BAB V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum ini yaitu :
a. Menurut hasil pengamatan, total kandungan komponen bioaktif polifenol tertinggi
terletak pada sampel F2, sedangkan aktivitas antioksidan tertinggi terletak pada
sampel F2.
b. Pengujian total polifenol menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan mengukur
semua senyawa fenolik dalam sampel uji.
c. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dilakukan dengan cara
mengukur penangkapan radikal sintetik dalam pelarut organik polar seperti etanol
pada suhu kamar.
2. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya sebaiknya uji polifenol dan antioksidan
dilakukan dihari yang sama saat pembuatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, R., dan Susanti, H. 2012. Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiiscus sabdariffa Linn) Dengan Variasi Tempat
Tumbuh Secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2, No. 1, hal
73-80.
Jember: Unej.
Kartika, B., dkk. 2010. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Kawiji, Utami, R. , Himawan, E.N. 2011. Pemanfaatan Jahe (Zingiber Officinale Rosc.)
dalam Meningkatkan Umur Simpan dan Aktivitas Antioksidan Sale Pisang Basah.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2.
Koleva II, van Beek TA, Linssen JPH, de Groot A, dan Evstatieva LN. 2002. Screening
of plant extracts for antioxidant activity: A comparative study on three testing
methods. Phytochemical Analysis. 13: 8-17.
Meydani et al. 1995. Antioxidants and immune response in aged person: Overview of
present evidence. American Journal of Clinical Nutrition, 62: 14625-14765.
Nely. Fani. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik
dengan Metode Polyfenol dan Uji Aom. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Jurusan
Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Puspita Sari, 2014.Pengantar Analisis Mutu Pangan Dan Hasil Pertanian.
Safitri, R. 2002. Karakterisasi Sifat Antioksidan InVitro Beberapa Senyawa yang
Terkandung dalam Tumbuhan Secang (Caesalpinia sappanL.).Disertasi.
Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung
Sastrapradja, S. 1997. Tanaman Industri. LIPI. Indonesia
Soekarto, S.T. 1990. Penilaian Organoleptik. Penerbit Cipta Bharata Karya Jakarta.
V.L. and Rossi, J.A., 1965. Colorimetry of Total Phenolic with Phosphomolybdic
Phosphotungstic Acid Reagent, Am. J. Enol.Vitic, 16.
Wahyuni, N. 2005. Karakteristik Kimia dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk
dengan Penambahan Tepung Kerabang Telur Sebagai Sumber Kalsium. Skripsi
IPB, Bogor.
Winarsi,H.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
DOKUMENTASI PEMBUATAN MINUMAN FUNGSIONAL
No. Gambar Keterangan
1. Pengecilan ukuran cascara
3. Pengeksraksian cascara
4. Penyaringan cascara
5. Pencampuran minuman
Total Polifenol
Formulasi 1. (Caskara 30 ml, secang 0 ml, serai 0 ml, Larutan Gula ml 5, Air 65 ml)
Kelompok 1.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,573– 0,038
= 0,535
Konsentrasi/0,5ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746(Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,535)- 0,0012
= 0,0411 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5ml) : volume cuplikan
= 0,0411 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0822 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0, 520 – 0,038
= 0,482
Konsentrasi/0,5ml(y) = 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,482)- 0,0012
= 0,0372 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0372 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0743 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,0783
Rata-Rata = = = 0,0433
Formulasi 2. (Caskara 40 ml, secang 0 ml, Serai 0 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 55 ml)
Kelompok 2.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,662– 0,038
= 0,624
Konsentrasi/0,5ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,624)- 0,0012
= 0,0478 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0478 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0955 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0, 677– 0,038
= 0,639
Konsentrasi/0,5ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,639)- 0,0012
= 0,0489 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0489 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0977 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,0966
Rata-Rata = = = 0,1653
Formulasi 3. (Caskara 30 ml, secang 4 ml, Serai 4 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 57 ml)
Kelompok 3.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,621– 0,038
= 0,583
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,583)- 0,0012
= 0,0447 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5ml) : volume cuplikan
= 0,0447 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0894 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,558– 0,038
= 0,520
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,520)- 0,0012
= 0,0400 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5ml) : volume cuplikan
= 0,0400 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0800 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,0847
Rata-Rata = = = 0,1416
Formulasi 4. (caskara 40 ml, secang 4 ml, Serai 4 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 47 ml)
Kelompok 4.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,666– 0,038
= 0,628
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,628)- 0,0012
= 0,0480 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0480mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0961 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,661– 0,038
= 0,623
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,623)- 0,0012
= 0,0477 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0477 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0954 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,0957
Rata-Rata = = = 0,0977
Formulasi 5. (caskara 30 ml, secang 8 ml, Serai 8 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 49 ml)
Kelompok 5.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,557– 0,038
= 0,519
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,519)- 0,0012
= 0,0399 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0399 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0798 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,557– 0,038
= 0,519
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,519)- 0,0012
= 0,0399 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0399 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0798 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,0798
Standar deviasi = = 0
Rata-Rata = = = 0,1113
Formulasi 6. (caskara 40 ml, secang 8 ml, Serai 8 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 37 ml)
Kelompok 3.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,732 – 0,038
= 0,694
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,694) - 0,0012
= 0,0530 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0530 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,1059 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,827– 0,038
= 0,789
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,789)- 0,0012
= 0,0601 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0601 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,1201 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,1130
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,813 – 0,038
= 0,775
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,775)- 0,0012
= 0,0590 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0590 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,1180 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,1206
Formulasi 7. (caskara 40 ml, secang 8 ml, Serai 4 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 43 ml)
Kelompok 7.
Ulangan 1.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,722– 0,038
= 0,684
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,684)- 0,0012
= 0,0522 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0522 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,1045 mg GAE/mL
Ulangan 2.
Nilai Absorban = Nilai Absorbansi Sampel– Nilai Absorbansi Blanko
= 0,306– 0,038
= 0,268
Konsentrasi/0,5 ml(y)= 0,0746x - 0,0012
= 0,0746 (Nilai absorban)- 0,0012
= 0,0746 (0,268)- 0,0012
= 0,0212 mg GAE/ 0,5 ml
Konsentrasi = (Konsentrasi/0,5 ml) : volume cuplikan
= 0,0212 mg GAE/ 0,5 ml : 0,5 ml
= 0,0424 mg GAE/mL
Rata-Rata = = = 0,0734
Aktivitas Antioksidan
Persen Penghambatan = [A0-As/A0]x100%
A0= Absorbans tanpa penambahan sampel estrak (Kontrol)
As= Absorbans dengan penambahan sampel ekstrak
Formulasi 1. (Caskara 30 ml, secang 0 ml, serai 0 ml, Larutan Gula ml 5, Air 65 ml)
Kelompok 1.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,754)/ 0,839x 100%
= 10,131%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,786)/ 0,839x 100%
= 6,317%
Rata-Rata = = = 8,224%
= 55,824
Formulasi 2 (Caskara 40 ml, secang 0 ml, Serai 0 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 55 ml)
Kelompok 2
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,786)/ 0,839x 100%
= 26,698%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,632)/ 0,839x 100%
= 24,672%
Rata-Rata = = = 25,685%
Kelompok 9.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,216)/ 0,839x 100%
= 74,255 %
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,321)/ 0,839x 100%
= 61,740%
Rata-Rata = = = 67,998%
Standar deviasi = = 8,849
Formulasi 3 (Caskara 30 ml, secang 4 ml, Serai 4 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 57 ml)
Kelompok 3.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,737)/ 0,839x 100%
= 12,157%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,679)/ 0,839x 100%
= 19,070%
Rata-Rata = = = 15,614%
Kelompok 10.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,490)/ 0,839x 100%
= 41,597%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,509)/ 0,839x 100%
= 39,333%
Rata-Rata = = = 49,465%
Formulasi 4 (caskara 40 ml, secang 4 ml, Serai 4 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 47 ml)
Kelompok 4.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,512)/ 0,839x 100%
= 38,975%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,460)/ 0,839x 100%
= 45,173%
Rata-Rata = = = 42,074%
Rata-Rata = = = 63,439%
Formulasi 5 (caskara 30 ml, secang 8 ml, Serai 8 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 49 ml)
Kelompok 5.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,489)/ 0,839x 100%
= 41,716%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,464)/ 0,839x 100%
= 44,696%
Rata-Rata = = = 43,206%
Rata-Rata = = = 38,737%
Formulasi 6 (caskara 40 ml, secang 8 ml, Serai 8 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 37 ml)
Kelompok 6.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,305)/ 0,839 x 100%
= 63,647%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,298)/ 0,839 x 100%
= 64,482%
Rata-Rata = = = 64,064%
Rata-Rata = = = 60,191%
Formulasi 7 (caskara 40 ml, secang 8 ml, Serai 4 ml, Larutan Gula 5 ml, Air 43 ml)
Kelompok 7.
Ulangan 1
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,318)/ 0,839 x 100%
= 62,098%
Ulangan 2
Persen Penghambatan = [(A0-As)/A0]x100%
= (0,839- 0,409)/ 0,839 x 100%
= 51,251%
Rata-Rata = = = 56,675%
Standar deviasi = = 7,669
Rata-Rata = = = 30,453%