You are on page 1of 40

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami
berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Biaya Over Head Pabrik” dalam materi pembahasan
mata-kuliah “Akuntansi Biaya”. Tepat sesuai dengan waktu yang telah disepakati sebelumnya.

Dalam makalah ini, kami menyajikan dengan ringkas materi sistem informasi manajemen yang berkaitan
dengan judul mengelola perusahaan digital. Dengan penyajian materi yang ringkas, kami harapkan agar
para pembaca dapat dimudahkan dalam memahami isi materi sehingga dapat direalisasikan dalam
kehidupan berbisnis dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk pembuatan makalah
kedepannya.

Namun demikian penulis sangat menyadari sesempurna apapun seseorang dalam melakukan sesuatu
tidak jarang kekhilafan menjadi pendampingnya. oleh karena itu, penulis sangat terbuka dalam
menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat positif bagi para pembaca.

Lhokseumawe, 1 November 2015

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................ 1

1.3.Tujuan Penulisan .............................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian BOP ............................................................................... 2

2.2. Jenis-Jenis BOP ............................................................................... 2

2.3. Penggolongan BOP ......................................................................... 3

2.4. Langkah-Langkah Penentuan BOP ................................................. 5

2.5. Anggaran BOP ................................................................................ 8

2.6. Prosedur Akuntansi Biaya Standar untuk BOP .............................. 8

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sebuah perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur yang didominasi oleh kegiatan untuk
memproduksi suatu produk berupa barang, tentunya dalam melakukan kegiatan produksi yang
didalamnya melibatkan unsur input-proses-output. Sangat sering terjadi peristiwa ataupun kejadian
diluar perkiraan perusahaan. Baik dalam hubungan kepada suplair, pada saat pemrosesan ataupun
dalam melakukan distribusi barang kepada pelanggan.

Dalam dunia acounting sangatlah penting dalam melakukan pencatatan dalam berbagai kegiatan yang
dilakukan terkhusus dalam hal yang berada diluar dugaan seperti dalam kasus BOP (biaya over head
pabrik). Dalam melakukan perhitungan terhadap BOP ada beberapa langkah dan metode yang perlu
diketahui dan dijalankan, langkah-langkah tersebut akan dipaparkan dalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah BOP itu ?

2. Ada berapakah jenis BOP ?

3. Bagaimanakah penggolongan bop ?

4. Bagaimanakah langkah-langkah dalam penentuan BOP ?


5. Apa sajakah yang termasuk dalam anggaran BOP ?

6. Bagaimanakah akuntansi biaya standar untuk BOP ?

1.3.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian BOP, jenis-jenis, penggolongan dan penentuan BOP.

2. Mengetahui anggaran dalam BOP dan perhitungan akuntansinya.

3. Sebagai referensi untuk pembuatan makalah kedepannya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian BOP

Biaya Over Head Pabrik adalah Semua biaya biaya produksi selain biaya bahan langsung dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya bahan ini terdiri dari biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak
langsung dan semua biaya biaya yang tidak dapat secara langsung dibebankan kepada produk atau pun
job, atau lebih tepatnya semua biaya produksi yang termasuk kedalam biaya bahan tak langsung, biaya
tenaga kerja tak langsung dan biaya-biaya produksi lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan
atau dibedakan langsung pada suatu proses produksi. Item Biaya Over Head Pabrik sangat banyak,
sehingga apabila ditinjau dari perilaku biaya, dapat disusun klasifikasi sebagai biaya tetap dan biaya
variabel. Meskipun pada dasarnya terdapat biaya semi variabel yang mengandung kriterium sebagai
biaya variabel maupun tetap. Namun untuk memudahkan perhitungan biaya dan pengendalian biaya,
maka klasifikasi biaya semi variabel tersebut dipecah lagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Pemisahan biaya ini sebenarnya mengandung kelemahan, mengingat tidak ada metode yang dianggap
tetap dalam pemisahan biaya semi variabel tersebut.

Karateristik biaya overhead pabrik :

a. Jumlahnya tidak proposional dengan volume produksi

b. Sulit di telusur dan diidentifikasi langsung keproduk atau pesanan

c. Jumlahnya tidak material


2.2. Jenis – Jenis BOP

Yang termasuk biaya overhead pabrik adalah

a. Biaya Bahan Penolong, yaitu biaya bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu
produk yang jumlahnya relative kecil. Misalnya lem dalam perusahaan percetakan, pernis dan paku
dalam perusahaan meubel.

b. Biaya Tenanga Kerja Tak Langsung, yaitu upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik, antara
lain upah pisik tidak berhubungan dengan pembuatan produk. Termasuk dalam kelompok ini adalah
upah mandor, gaji manajer produksi, gaji pegawai administrasi pabrik.

c. Biaya Penyusutan atas Aktiva Tetap yang dipergunakan dipabrik untuk penyeesaian produk baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya biaya penyusutan gedung pabrik, mesin-mesin,
kendaraan pabrik.

d. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
perbaikan dan perawatan mesin, gedung pabrik dan peralatan pabrik lainnya.

e. Biaya Asuransi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membagi resiko yang terjadi dalam proses
produksi, biaya asuransi gedung pabrik, biaya asuransi karayawan pabrik.

f. Biaya-Biaya yang Timbul karena Pemakaian Jasa Pihak Lain, yaitu biaya-biaya yang timbu karena
penggunaan jasa pihak lain guna penyelesaian dan kelancaran proses produksi, misalnya biaya air dan
listrik untuk keperluan pabrik

g. Biaya-Biaya yang Terjadi di Departemen Pembantu, dalam perusahaan yang memiliki departemen
pembantu, misalnya departeman bengke atau pembangkit tenaga listrik, maka semua biaya yang terjadi
di departemen pembantu tersebut diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

2.3. Penggolongan BOP

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan sebagai berikut

a. Penggolongan berdasarkan sifatnya

1) Biaya bahan penolong

2) Biaya reparasi dan pemeliharaan

3) Biaya kerja tak langsung

4) Biaya yang timbul akibat penilaian terhadap aktiva tetap

5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu


6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsungmemerlukan pengeuaran tunai

b. Ditinjau dari hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

1) BOP tetap (Fixed factory overhead cost), yaitu BOP yang sampai tingkat tertentu jumlahnya
konstan, tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tingkatproduksi. Misalnya, biaya penyusutan pabrik,
PBB pabrik, amortisasi patent dan sebagainya

2) BOP variabel (Variabel factory overhead cost), yaitu BOP yang jumlahnya terpengaruh dengan
perubahan tingkat produksi volume kegiatan dimana perubahannya sebanding dengan volume kegiatan.
Misalnya, biaya istrik, uang lembur, biaya bahan bakar, biaya perlengkapan pabrik.

3) BOP semi variabel, yaitu BOP yang mengandung unsur fix dan variabel. Jumlahnya terpengaruh
oleh perubahan tingkat produksi, tetapi perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Termasuk dalam kelompok ini antara lain, PPH karyawan yang di tanggung perusahaan, biaya
pemeliharaan mesin, biaya pemeriksaan.

c. Ditinjau hubungannya dengan departemen-departemen yang ada didalam pabrik.

1) BOP langsung departemen, yaitu BOP yang terjadi dalam suatu departemen itu. Misalnya BOP
departemen perakitan merupakan BOP langsung departemen perakitan.

2) BOP tak langsung departemen, yaitu BOP didistribusikan kepada departemen-departemen yang
ada dalam pabrik sehingga menjadi beban departemen-departemen itu. Misalnya biaya penyusutan
gedung pabrik yang didistribusikan kepada departemen produksi merupakan BOP tak langsung bagi
departemen.

2.4. Langkah-Langkah Penentuan BOP

a. Menyusun anggaran BOP

Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingakt kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai
sebagai penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan
anggaran BOP yaitu:

1) Kapasitas teoritis, merupakan kapasitas untuk memproduksi pada kecepatan penuh tanpa
berhenti (100%) dari kapasitas yang telah ditetapkan. Perusahaan dianggap mampu pada tingkatan yang
maksimum tanpa memperhitungkan adanya hambatan baik yang berasal dari internal maupun eksternal
perusahaan. Kapasitas teoristis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari
karena hambatan-hambatan intern perusahaan.

2) Kapasitas praktis perlu dilakukan penetapan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik
dijalankan pada kapasitas teoristis. Dengan demikian perlu diperhitungkan keonggaran-kelonggaran
waktu daam penentuan kapasitas seperti penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena
kerusakan mesin.

3) Kapasitas normal, yaitu kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya
dalam jangka waktu panjang. Jika dalam penetuan kapasitas praktis hanya diperhitungkan kelonggaran-
kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penetuan kapasitas normal
diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka waktu panjang

4) Kapasitas sesungguhnya, yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
Untuk kelemahannya yaitu akan berakibat terjadinya perbedaan yang besar pada tarif biaya overhead
pabrik dari tahun ke tahun dan sebagai akibat perubahan yang besar pada tarif biaya overhead pabrik
dari periode ke periode

b. Memilih dasar pembebana BOP kepada produk

Ada beberapa faktor yang harus di pertimbangkan :

1) Harus diperhatikan jenis BOP yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi

2) Harus diperhatikan sifat-sifat BOP yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat
tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

Selain itu, ada beberapa macam dasar yang dapat dipakai untuk pembebanan BOP kepada produk yaitu :

a) Satuan Produk.

Metode ini merupakan metode paling sederhana dan langsung membebankan BOP untuk setiap
produk dihitung dengan formula berikut

Tarif BOP Persatuan = X 100%


Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk. Jika
perusahaan menhasilkan lebih dari satu macam produk yang serupa dan berhubungan erat satu sama
lain, maka pembebanan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai.

b) Biaya Bahan Baku

Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan mentah (misal biaya asuransi biaya baku), maka
dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.
Formulanya :

Tarif BOP persatuan = x 100%

c) Biaya tenaga kerja langsung, jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah upah TKL (pajak penghasilan atas upah karyawan yang ditanggung perusahaan), maka
dasar yang dipakai untuk membebankan adalah biaya TKL. Formulanya :

Tarif BOP satuan = x 100%

d) Jam tenaga kerja langsung, karena ada keterkaitan erat antara TKL dengan jumlah jam kerja
langsung, maka BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Formulanya :

Tarif BOP satuan = x 100%


e) Jam mesin, apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (bahan bakar atau listrik untuk
menjalankan listrik), maka waktu yang dipakai untuk membebankannya adalah ja mesin. Formulanya :

Tarif BOP persatuan = x 100%

c. Menghitung tarif BOP

Setelah anggaran BOP selesai disusun dan ditentukan besar satuan kegiatan, maka langkah terakhir
adalah menghitung tariff BOP dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah BOP Dianggarkan = Tarif BOP x Tingkat Kegiatan Yang direncanakan

2.5. Anggaran BOP

Anggaran biaya overhead pabrik disediakan untuk berbagai macam tingkat produksi. Jumlah biayanya
dipecah menjadi kompenen-kompenen tetap (dinyatakan tarif dan didasarkan atas jam kerja langsung).

Overhead tetap per item + (jumlah jam kerja langsung yang dianggarkan x tarif biaya variabel per jam)

Tujuan penyusunan anggaran biaya overhead pabrik

a. Mengetahui penggunaan biaya secara efesien


b. Menentukan harag pokok

c. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat atau departemen dimana
biaya dibebankan

d. Sebagai alat pengawasan biaya overhead pabrik

2.6. Prosedur Akuntansi Biaya Standar untuk Overhead Pabrik

Hubungan yang erat antara biaya standar dan metode pengendalian anggaran (budgetary control
methode) bersifat penting, khususnya untuk analisis overhead pabrik. Overhead pebrik aktual tidak
hanya dibandingkan terhadap overhead yang diterapkan (applied overhead cost), tetapi juga terhadap
anggaran yang didasarkan pada kegiatan aktual dan standar yang diizinkan untuk produksi aktual.

Data berikut dari Departemen 3 digunakan untuk menggambarkn ayat jurnal untuk metode dua varians,
tiga varians dan empat varians

Kapasitas normal (dalam jangka kerja berlangsung)...................... 4.000 jam

Total overhead pabrik pada kapasitas normal:

Tetap ............................................................................................. Rp. 34.620.000

Variabel.......................................................................................... Rp. 66.470.400

....................................................................................................... =Rp.110.784.000

Tarif overhead pabrik per jam kerja langsung :

Tetap ............................................................................................. Rp. 11.078,4

Variabel ......................................................................................... Rp. 16.617,6

....................................................................................................... =Rp. 27.696

Overhead pabrik aktual ................................................................. Rp. 102.253. 632

Jam kerja langsung aktual ............................................................. 3.475 jam

Jam kerja standar yang diizinkan untuk produksi aktual .............. 3.400 jam
Dalam praktek yang sesungguhnya, banyak ayat jurnal akan dimasukkan ke jurnal umum setiap
bulannya guna mencatat terjadinya overhead pabrik aktual. Satu ayat jurnal yang digunakan berikut ini
untuk menjelaskan pencatatan overhead pabrik aktual untuk keseluruhan periode.

Pengendali overhead pabrik .......................................................... 102.253.632

Berbagai kredit .......................................................... 102.253.632

Lazimnya, ayat jurnal untuk mencatat overhead pabrik yang akan dibebankan ke Barang dalam Proses
dimasukkan ke jurnal umum sekurang-kurangnya sekali setahun.

Barang dalam proses* ................................................................... 94.116.400

Overhead pabrik yang diterapkan .................................. 94.116.400

*Rp. 27.696 tarif overhead x 3.400 jam standar yang diizinkan.

Pada akhir periode, ketika overhead pabrik yang diterapkan ditutup, ayat jurnalnyaakan sebagai berikut:

Overhead pabrik yang diterapkan ................................................. 94.116.400

Pengendali overhead pabrik.......................................... 94.116.400

Perkiraan pengendali overhead pabrik sekarang mempunyai saldo debet sebesar Rp.8.807.232 yang
akan di tutup ke perkiraan varians overhead pabrik yang sesuai. Ayat jurnal untuk mencatat hasil
perhitungan dari setiap metode akan dibahas di sini.

a. Metode Dua Varians

Pada metode dua varians terkendali dan varians volume. Ayat jurnal untuk menutup perkiraan
pengendali overhead pabrik dan untuk mencatat varians terkendali dan varians volume adalah sebagai
berikut :

Varians volume overhead pabrik* .................................... 6.647.040

Varians terkendali overhead pabrik** .............................. 1.440.192

Pengendali overhead pabrik*** .......................... 8.807.232


*Rp.11.078,4 tarif overhead pabrik tetap x 600 jam [yaitu selisih diantara kapasitas normal (4.000 jam)
dengan jam standar yang diizinkan (3.400 jam)]

**jumlah yang diperlukan untuk menyeimbangkan ayat jurnal

***jumlah overhead pabrik yang diterapkan terlalu rendah [yaitu selisih diantara overhead pabrik aktual
(Rp. 102.253.632) dengan overhead pabrik yang diterapkan (Rp. 94.166.400)]

b. Metode A untuk tiga varians

Dalam metode A dalam tiga varians, jumlah overhead pabrik yang diterapkan terlalu tinggi atau terlalu
rendah dapat dianalisis sebagai varians pengeluaran, kapasitas menganggur dan efesiensi. Ayat jurnal
untuk menutup perkiraan pengendali overhead pabrik dan mencatat ketiga varians ini adalah sebagai
berikut :

Varians kapasitas menganggur overhead pabrik*.......................... 5.816.160

Varians efesiensi overhead pabrik**............................................. 2.077.200

Varians pengeluaran overhead pabrik***...................................... 193.872

Pengendali overhead pabrik****........................... 8.087.232

*Rp. 11.078,4 tarif overhead pabrik tetap x 525 jam [yaitu selisih antara kapsitas normal (4.000 jam)
dengan jam kerja aktual yang di perlukan (3.475 jam)]

**Rp. 27.696 tarif overhead pabrik x 75 jam [yaiitu selisih antara jam kerja aktual yang diperlukan (3.475
jam) dengan jam kerja standar yang diizinkan (3.400 jam)]

***jumlah yang diperlukan untuk menyeimbangkan ayat jurnal

****jumlah overhead pabrik yangditerapkan terlalu rendah [yaitu selisih antara overhead pabrik aktual
(Rp.102.253.632) dengan overhead pabrik yang diterapkan (Rp. 94.166.400)]

c. Metode B untuk Tiga Varians

Dalam metode B untuk tiga varians, jumlah overhead pabrik yang diterapkan terlalu tinggi atau rendah
dapat dianalisis sebagai varians pengeluaran, varians efesiensi variabel dan varians volume. Ayat jurnal
untuk menutup perkiraan pengendali overhead pabrik dan untuk mencatat ketiga varians ini adalah
sebagai berikut :

Varians volume overhead pabrik*........................................... 6.647.040

Varians efesiensi variabel overhead pabrik** ......................... 1.246.320

Varians pengeluaran overhead pabrik*** ............................... 193.872

Pengendali overhead pabrik****................................. 8.087.232

*Rp. 11.078,4 tarif overhead pabrik tetap x 525 jam [yaitu selisih antara kapsitas normal (4.000 jam)
dengan jam kerja aktual yang di perlukan (3.475 jam)]

**Rp. 16.617,6 tarif overhead pabrik x 75 jam [yaiitu selisih antara jam kerja aktual yang diperlukan
(3.475 jam) dengan jam kerja standar yang diizinkan (3.400 jam)]

***jumlah yang diperlukan untuk menyeimbangkan ayat jurnal

****jumlah overhead pabrik yangditerapkan terlalu rendah [yaitu selisih antara overhead pabrik aktual
(Rp.102.253.632) dengan overhead pabrik yang diterapkan (Rp. 94.166.400)]

d. Metode Empat Varians

Dalam metode empat varians, jumah overhead pabrik yang diterapkan terlalu tinggi atau rendah dibagi
menjadi varians pengeluaran, kapasitas menganggur, efesiensi variabel dan efisiensi tetap. Ayat jurnal
untuk menutup perkiraan pengendali overhead pabrik dan untuk mencatat keempat varians ini adalah
sebagai berikut :

Varians kapasitas menganggur overhead pabrik*.......................... 5.816.160

Varians efesiensi variabel overhead pabrik**................................ 1.246.320

Varians efesiensi tetap overhead pabrik***.................................. 830.880

Varians pengeluaran overhead pabrik****.................................... 193.872

Pengendali Overhead pabrik*****................................... 8.087.232

*Rp. 11.078,4 tarif overhead pabrik tetap x 525 jam [yaitu selisih antara kapsitas normal (4.000 jam)
dengan jam kerja aktual yang di perlukan (3.475 jam)]

**Rp. 27.696 tarif overhead pabrik x 75 jam [yaiitu selisih antara jam kerja aktual yang diperlukan (3.475
jam) dengan jam kerja standar yang diizinkan (3.400 jam)]
***Rp.11.078,4 tarif overhead pabrik x 75 jam [yaiitu selisih antara jam kerja aktual yang diperlukan
(3.475 jam) dengan jam kerja standar yang diizinkan (3.400 jam)]

****jumlah yang diperlukan untuk menyeimbangkan ayat jurnal

*****jumlah overhead pabrik yangditerapkan terlalu rendah [yaitu selisih antara overhead pabrik aktual
(Rp.102.253.632) dengan overhead pabrik yang diterapkan (Rp. 94.166.400)]

Contoh :

PT. Citarum

Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Januari 19XX

Jenis biaya

Tetap

Variabel

Jumlah

Bahan tak langsung

Rp. 2.000.000

Rp. -

Rp. 2.000.000

Tenaga kerja tak langsung

900.000

528.000*

1.428.000

Perawatan dan reparasi

1.200.000

792.000**

1.992.000
Gas dan penerangan

300.000

300.000

Energy

200.000

1.452.000***

1.652.000

Asuransi

270.000

270.000

Penyusutan

1.350.000

1.350.000

Pajak

600.000

600.000

Pajakupah

264.000****

264.000

Jumlah =
Rp. 6.820.000

Rp. 3.036.000

Rp. 9.856.000

Jam Kerja Langsung

Keterangan :

*2.640 x Rp.200 = Rp.528.000

**2.640 x Rp.300 = Rp.792.000

***2.640 x Rp.550 = Rp.1.452.000

****2.640 x Rp.100 = Rp.264.000

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada dasarnya BOP adalah semua biaya produksi yang termasuk kedalam biaya bahan tak langsung,
biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya-biaya produksi lainnya yang tidak secara mudah
diidentifikasikan atau dibedakan langsung pada suatu proses produksi.

Anggaran biaya overhead pabrik disediakan untuk berbagai macam tingkat produksi. Jumlah biayanya
dipecah menjadi kompenen-kompenen tetap (dinyatakan tarif dan didasarkan atas jam kerja langsung).
Hubungan yang erat antara biaya standar dan metode pengendalian anggaran (budgetary control
methode) bersifat penting, khususnya untuk analisis overhead pabrik. Overhead pebrik aktual tidak
hanya dibandingkan terhadap overhead yang diterapkan (applied overhead cost), tetapi juga terhadap
anggaran yang didasarkan pada kegiatan aktual dan standar yang diizinkan untuk produksi aktual.

DAFTAR PUSTAKA

Milton dan Lawrence,Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Jakarta : Erlangga 2006
BIAYA OVERHEAD PABRIK

2.1 Biaya

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya

Fungsi manajemen perusahaan meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian. Dalam menjalankan fungsinya untuk mengelola

perusahaan, manajemen memerlukan data biaya yang disajikan secara sistematis.

Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

informasi financial (keuangan) bagi kepentingan manajemen.

Pengertian akuntansi yang sering dipakai berasal dari American Institute

of Certified Public Accountants (AICPA) yaitu :

“Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative

information, primarily financial in nature, about economic entities that is

intended to be useful in making economic decisions – in making reasoned choises

among alternative courses of action.” (Smith, Skousen, K.Fred, 1995:3)

Sedang menurut Soemarso, akuntansi didefinisikan sebagai berikut:

“…proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi,

untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi

mereka yang menggunakan informasi tersebut.” (S.R,Soemarso,1992:4)

Salah satu jenis akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat bantu

manajemen baik pada perusahaan manufaktur maupun non manufaktur adalah

akuntansi biaya. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai

pengertian akuntansi biaya, yaitu:

11

Menurut R.A. Supriyono, pengertian akuntansi biaya adalah:

“Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat
manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis,

serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.”

(Supriyono, 1992: 12)

Sedangkan pengertian lainnya adalah:

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara

tertentu, serta penafsiran terhadapnya.” (Mulyadi, 1990: 6)

Dari pengertian akuntansi biaya, terlihat pentingnya peranan akuntansi

biaya, terutama dalam pengumpulan data biaya produksi dan non produksi yang

telah terjadi selama satu periode, untuk kemudian dapat digunakan oleh pihak

manajemen dalam menentukan berbagai kebijakan dalam mengelola perusahaan.

Tujuan Akuntansi Biaya, adalah menyediakan informasi dalam bentuk laporan

biaya secara sistematis yang diperlukan manajemen, yaitu informasi biaya yang

bermanfaat untuk:

1. Penentuan harga pokok produk dengan tepat dan teliti

Dalam menentukan harga pokok, akuntansi biaya mencatat,

menggolongkan, meringkas serta melaporkan biaya pembuatan produk atau

penyerahan jasa. Biaya yang disajikan tersebut adalah biaya-biaya yang terjadi di

masa lalu atau biaya historis.

2. Perencanaan dan pengendalian biaya

Sebagai alat perencanaan, akuntansi biaya membantu manajemen

dimana sebelum memulai produksi, manajemen terlebih dahulu membayangkan

kegiatan-kegiatan yang hendak dijalankan kemudian dibuat taksiran-taksiran

mengenai biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu unit produk.

12
Selain itu akuntansi biaya juga bertugas untuk memantau apakah pengeluaran

biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Apabila

terjadi penyimpangan, maka akuntansi biaya akan melakukan analisis dan

menyajikan informasi penyebab terjadinya selisih tersebut, sehingga manajemen

dapat mempertimbangkan tindakan koreksi yang diperlukan.

3. Pengambilan keputusan khusus

Pengambilan keputusan khusus yang dilakukan manajer suatu

perusahaan menyangkut masa depan perusahaan tersebut. Akuntansi biaya

membantu menyediakan informasi khususnya biaya masa yang akan datang yang

relevan dengan pengambilan keputusan khusus. Informasi biaya ini tidak dicatat

dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan.

2.1.2 Penggolongan Biaya

Dalam arti luas Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit Biaya dapat diartikan sebagai

pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan

pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk

memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.

Penggolongan biaya diperlukan untuk mengelompokkan secara

sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada supaya lebih ringkas dan dapat

memberikan informasi yang lebih berarti. Dalam akuntansi biaya, untuk tujuan

yang berbeda diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula.

13

Adapun penggolongan biaya dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan


Biaya-biaya yang muncul diklasifikasikan menurut fungsi pokok dari

kegiatan perusahaan, yang terdiri dari:

a. Biaya Produksi (Manufacturing Costs)

Yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau

kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau produk selesai. Yang

termasuk dalam biaya ini adalah:

• Biaya bahan baku langsung (direct material) adalah harga perolehan

dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk.

• Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) merupakan semua balas jasa

yang diberikan kepada karyawan pabrik yang dapat ditelusuri atau

dibebankan ke produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.

• Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi

selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, yang

elemennya dapat digolongkan ke dalam:

1) Biaya bahan penolong

2) Biaya tenaga kerja tidak langsung

3) Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik

4) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik

5) Biaya listrik, air pabrik

6) Biaya asuransi pabrik

7) Biaya overhead lain-lain

14

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan

istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion
cost).

b. Biaya Pemasaran (Marketing Expenses)

Adalah biaya dalam hal penjualan produk atau barang jadi sampai

dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Menurut fungsi pemasaran, biaya ini

meliputi biaya untuk menimbulkan pesanan seperti biaya promosi dan biaya untuk

melayani pesanan seperti biaya pengepakan dan pengiriman.

c. Biaya Administrasi dan Umum (Administration and General Expense)

Yaitu biaya yang terjadi dalam jangka penentuan kebijaksanaan,

pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Contoh

biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia,

biaya pemeriksaan akuntan, jasa hukum dan biaya fotocopy.

d. Biaya Keuangan (Financial Expenses)

Adalah semua biaya yang terjadi dalam menjalankan fungsi keuangan,

seperti biaya bunga.

2. Sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau

volume.

Biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau

kegiatan atau volume terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya

serta pengambilan keputusan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Biaya Tetap (Fixed Costs)

Karakteristik biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap

15

konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat

tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding

terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya gaji direktur
produksi.

b. Biaya Variabel (Variable Costs)

Karakteristik biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan

berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan tetapi biaya

satuannya konstan. Yang termasuk biaya variabel adalah biaya bahan baku dan

tenaga kerja langsung.

c. Biaya Semivariabel (Semivariable Costs)

Biaya semivariabel memiliki karakteristik sebagai biaya yang jumlah

totalnya akan berubah sesuai dengan volume kegiatan, akan tetapi biaya satuannya

berbanding terbalik dengan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung

unsur biaya tetap dan biaya variabel.

3. Sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai

Objek atau pusat biaya dalam perusahaan dapat dihubungkan dengan

produk yang dihasilkan, departemen, daerah pemasaran, bagian-bagian dalam

organisasi yang lain, ataupun individu. Dalam hal ini biaya sesuai dengan objek

atau pusat biaya yang dibiayai dibagi menjadi:

a. Biaya Langsung (Direct Costs)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat

diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu, misalnya gaji dari

manajer di suatu departemen dalam perusahaan.

16

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Departemental Costs)

Adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat

diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya

dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya. Contohnya: biaya sewa dari suatu
kantor yang digunakan bersama oleh beberapa departemen sekaligus.

4. Sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan

Hal yang perlu dibahas dalam penggolongan biaya sesuai dengan

periode akuntansi adalah pengeluaran yang berhubungan dengan kapan

pengeluaran tersebut akan menjadi biaya. Maka biaya dibagi menjadi:

a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)

Adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode

akuntansi yang akan datang atau pengeluaran yang akan dapat memberikan

manfaat pada beberapa periode akuntansi. Pengeluaran ini dikapitalisasi ke dalam

harga perolehan aktiva, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi

yang menikmati manfaatnya.

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)

Pengeluaran pendapatan merupakan pengeluaran yang akan memberikan

manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi. Pengeluaran

ini umumnya langsung diperlakukan sebagai pada periode yang bersangkutan.

5. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya

a. Biaya Terkendali (Controllable Costs)

Yaitu biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang

pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

17

b. Biaya Tidak Terkendali (Uncontrollable Costs)

Yaitu biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan

berdasar wewenang yang dimilikinya dalam jangka waktu tertentu.

6. Penggolongan dihubungkan dengan pengambilan keputusan

a. Biaya Relevan (Relevant Costs)


Adalah semua biaya yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan

yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut. Pada umumnya

penggunaan biaya relevan dalam proses pengambilan keputusan berhubungan

dengan tingkat profitabilitas dan masa depan perusahaan.

b. Biaya Tidak Relevan (Irrelevant Costs)

Adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan,

sehingga tidak perlu diperhitungkan dan dianalisa lebih lanjut dalam proses

pengambilan keputusan.

2.1.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produk

Pengumpulan biaya produksi sangat oleh cara produksi. Secara garis

besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua metode yaitu

(Supriyono, 1992: 36-37):

1) Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)

Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok

produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan atau kontrak atau

jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan

identitasnya. Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang berproduksi atas

18

dasar pesanan atau produk yang dihasilkan dalam suatu departemen bersifat

heterogen.

2) Metode Harga Pokok Proses (Process Costing)

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok

produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya

bulan, triwulan, semester, tahun. Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan

yang menghasilkan produk homogen, bentuk produk standar, dan tidak tergantung
spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

2.1.4 Sistem Akuntansi Biaya

Secara garis besar sistem akuntansi biaya dapat dikelompokkan menjadi

tiga yaitu sebagai berikut:

1. Actual Costing

Yaitu sistem akuntansi biaya yang membebanan biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya

sesungguhnya.

2. Normal Costing

Yaitu sistem akuntansi biaya yang membebanan biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung pada produk berdasar biaya sesungguhnya, sedangkan

biaya overhead pabrik berdasar tarif yang ditentukan di muka.

3. Standard Costing

Yaitu sistem akuntansi biaya yang membebanan biaya bahan baku, biaya

19

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya

seharusnya.

2.2 Biaya Overhead Pabrik

2.2.1 Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Karakteristik Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku

dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai

bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang tidak

secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan,

hasil produksi, atau tujuan akhir biaya tertentu seperti kontrak-kontrak

pemerintah.
Overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang harus dipertimbangkan

dalam pembebanannya sebagai hasil produksi secara layak. Karakteristik ini

menyangkut hubungan khusus antara overhead pabrik dengan (Carter dan Usry,

2006: 411):

1) Produk itu sendiri

Karakteristik pertama dalam hubungannya dengan produk itu sendiri.

Berbeda dengan bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik merupakan bagian yang tidak berwujud dari barang jadi. Tidak ada surat

permintaan bahan ataupun kartu jam tenaga kerja yang dipergunakan untuk

menyatakan jumlah biaya overhead pabrik seperti pada perlengkapan pabrik atau

tenaga kerja tidak langsung yang diperhitungkan dalam suatu pekerjaan atau

produk.

20

2) Jumlah volume produksi

Karakteristik kedua menyangkut perubahan sebagian unsur biaya

overhead karena adanya perubahan volume produksi yaitu overhead bisa bersifat

tetap, variabel atau semivariabel. Biaya overhead tetap secara relatif tetap konstan,

biarpun ada perubahan dalam volume produksi, sedangkan overhead tetap per unit

output akan bervariasi berlawanan dengan volume produksi. Overhead variabel

variasi secara sebanding dengan output produksi. Overhead semivariabel

bervariasi, tetapi tidak sebanding dengan unit yang diproduksi. Apabila volume

produksi berubah, efek gabungan dari berbagai pola overhead yang berbeda ini

dapat mengakibatkan biaya pabrikase per unit berfluktuasi besar.

2.2.2 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik:

Penggolongan biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga


cara, yaitu (Mulyadi, 1990: 55-57):

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya

overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik

dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:

a) Biaya Bahan Penolong.

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian

produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi

nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produk

21

tersebut. Dalam perusahaan percetakan misalnya, yang termasuk dalam

bahan penolong antara lain adalah: bahan perekat, tinta koreksi dan pita

mesin ketik.

b) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang

(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga

perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan atau

pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan

ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang

digunakan untuk keperluan pabrik.

c) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.

Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang

upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau

pesanan tertentu. Biaya ini terdiri dari upah, tunjangan dan biaya
kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tak langsung tersebut.

Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:

• Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti

departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan

departemen gudang.

• Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti

kepala departemen produksi, karyawan administrasi pabrik dan

mandor.

d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.

22

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain

adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin

dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang

digunakan di pabrik.

e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain

adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan

ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya

amortisasi kerugian trial-run.

f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan

pengeluaran uang tunai. Biaya overhead yang termasuk dalam

kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada

pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan

dengan perubahan volume produksi


Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat

dibagi menjadi tiga golongan:

ƒ Biaya Overhead Pabrik Tetap, adalah biaya overhead pabrik yang tidak

berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.

ƒ Biaya Overhead Pabrik Variabel, adalah biaya overhead pabrik yang

berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

ƒ Biaya Overhead Pabrik Semivariabel, adalah biaya overhead pabrik

yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

23

Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk

pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel

dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan

departemen

Jika disamping memiliki departemen produksi, perusahaan juga

memiliki departemen pembantu (seperti misalnya departemen pembangkit tenaga

listrik, departemen bengkel dan departemen air). Ditinjau dari hubungannya

dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik

dapat digolongkan menjadi dua kelompok:

a) Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental

overhead expenses), adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam

departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen

tersebut.

b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect


departemental overhead expenses), adalah biaya overhead pabrik yang

manfaatnya dinikmati oleh lebih satu departemen.

2.2.3 Metode Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan perlu

memperhatikan jumlah tarif biaya overhead pabrik yang akan digunakan. Ada tiga

alternatif yang dapat digunakan yaitu:

24

1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal

Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead pabrik untuk

pembebanan biaya overhead pabrik ke pesanan maupun produknya dari awal

proses sampai akhir.

2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi

Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap tahapan

atau departemen produksi yang ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead

pabrik tergantung dari tahapan atau departemen produksi yang ada.

3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas

Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap

aktivitas yang terjadi dalam pembuatan produknya. Cara ini dikenal dengan

Activity Based Costing (ABC).

2.3 Biaya Overhead Pabrik – Departementalisasi

Dalam perusahaan yang relatif besar di mana pengolahan produk melalui

beberapa tahapan dan pengendalian biaya perlu dihubungkan dengan bagian atau

departemen di dalam pabrik, pada perusahaan tersebut perlu diadakan

departementalisasi khususnya untuk elemen biaya overhead pabrik.

Departementalisasi biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang


mengolah produk atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau

produk yang dihasilkan perusahaan memungkinkan untuk dijual sebelum diolah

melalui semua tahapan pengolahan, misalnya pada pabrik tekstil yang dapat untuk

menjual benang dan mori belum disempurnakan (mori gray) yang dihasilkan.

25

Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke

dalam bagian-bagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) ke

dalam mana biaya overhead pabrik akan dibebankan. Untuk tujuan pembebanan

biaya overhead pabrik kepada produk, tarif biaya overhead pabrik akan dihitung

untuk setiap departemen produksi, sehingga produk atau pesanan akan dibebani

dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan departemen produksi yang

dilaluinya, dan selisih biaya overhead pabrik akan dianalisa untuk setiap

departemen produksi.

2.3.1 Tujuan Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik

Tujuan utama departementalisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai

berikut:

1. Untuk pembebanan dengan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.

Hal ini dimungkinkan karena produk atau pesanan akan dibebani biaya

overhead pabrik sesuai dengan departemen produksi yang dilalui yaitu

sebesar tarif biaya overhead pabrik departemen yang dilalui dikalikan

kapasitas pembebanan yang diserap oleh suatu produk pada departemen

produksi yang bersangkutan. Misalnya pada pabrik tekstil, benang yang

langsung dijual hanya dibebani biaya overhead pabrik departemen pintal,

departemen tenun, maupun departemen penyempurnaan sesuai dengan

tarif dan kapasitas pembebanan yang diserap pada masing-masing


departemen produksi.

2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik. Hal ini

dimungkinkan karena dalam departementalisasi diharapkan dapat

26

dipakai dasar untuk meletakkan tanggung jawab atas terjadinya biaya

pada departemen tertentu, selisih biaya overhead pabrik yang terjadi

akan dianalisa pula untuk departemen produksi tertentu.

3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.

Agar supaya ketiga tujuan tersebut di atas dapat dicapai, dalam

departementalisasi diperlukan syarat atau kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi maupun

pembantu. Departemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat

mengakibatkan pembebanan yang kurang adil dan teliti, dari segi

pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen yang terlalu

banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang

mungkin tidak sesuai dengan manfaatnya.

2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan pembagian struktur

organisasi di dalam pabrik.

3. Dapat dipilih dasar distribusi, alokasi, maupun pembebanan yang tepat.

4. Penentuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat dan

sesuai pula dengan variabilitas biaya overhead pabrik.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan atau

memilih departemen-departemen di dalam pabrik adalah sebagai berikut:

1. Pembagian tanggung jawab atas pengolahan produk dan jasa yang

dihasilkan di dalam pabrik, serta atas biaya yang terjadi.


27

2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan

dengan gerakan-gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.

3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan dan mesin.

4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.

5. Penyesuaian mesin, proses atau operasi di dalam setiap departemen atau

pusat biaya.

2.3.2 Langkah-langkah Penentuan dan Penggunaan Departementalisasi Tarif

Biaya Overhead Pabrik

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan dan penggunaan

departementalisasi tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

1. Penentuan besarnya tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen

produksi.

2. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk atau pesanan pada

setiap departemen produksi.

3. Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya.

4. Perhitungan, analisa dan perilaku selisih biaya overhead pabrik utnuk

setiap departemen produksi.

Berikut dibahas langkah-langkah tersebut di atas lebih mendalam

(berhubungan dengan analisa data maka langkah yang akan dibahas adalah

langkah 1 dan langkah 2 saja).

28

1) Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik untuk Setiap Departemen

Produksi

Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen


produksi tahap-tahap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun budget atau anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik

yang dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

b. Mengadakan penelitian pabrik (factory survey) pada awal periode yang

akan digunakan untuk distribusi dan alokasi biaya overhead pabrik, serta

perhitungan tarif biaya overhead pabrik.

c. Distribusi setiap elemen biaya overhead pabrik tidak langsung yang

dibudgetkan kepada setiap departemen di dalam pabrik, baik departemen

produksi maupun departemen pembantu.

d. Alokasi biaya overhead pabrik yang dibudgetkan dari departemen

pembantu tertentu ke departemen produksi dan departemen pembantu

lainnya.

e. Perhitungan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen

produksi.

a. Menyusun budget atau anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik

Pada awal periode disusun budget setiap elemen biaya overhead pabrik,

elemen biaya tersebut digolongkan ke dalam elemen biaya tetap dan variabel.

sebagai contoh dalam penyusunan budget biaya overhead pabrik, dibawah ini

dibahas budget biaya overhead pabrik pada PT. Utami (Supriyono, 1992: 343):

29

Tabel 2.1

b. Penelitian Pabrik Awal Periode

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan dasar distribusi, dasar alokasi, dan

dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik yang dibudgetkan. Misalnya

PT. Utami, memiliki departemen di dalam pabrik meliputi Departemen Produksi


I, Departemen Produksi II, Departemen Pembantu A, dan Departemen Pembantu

B, dengan rincian sebagai berikut (Supriyono, 1992: 344):

Tabel 2.2

30

c. Distribusi Elemen Biaya Overhead Pabrik

Merupakan pembagian setiap elemen biaya overhead pabrik ke setiap

departemen yang ada di dalam pabrik, baik departemen produksi maupun

departemen pembantu, sesuai dengan manfaat atau terjadinya suatu biaya yang

dinikmati oleh departemen tertentu di dalam pabrik.

Untuk kepentingan distribusi biaya overhead pabrik elemen biaya

overhead pabrik dikelompokkan menjadi:

(1) Biaya overhead pabrik langsung departemen

Adalah elemen biaya overhead pabrik yang terjadinya atau manfaatnya

dapat langsung diikuti jejaknya pada departemen produksi atau departemen

pembantu tertentu. Jenis biaya ini tidak menimbulkan masalah dalam

distribusinya pada setiap departemen, karena dapat langsung dibudgetkan atau

kalau biaya sesungguhnya dapat langsung dikumpulkan untuk setiap

departemen yang bersangkutan.

(2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen

Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah elemen biaya

overhead pabrik yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat langsung diikuti

jejaknya pada departemen produksi atau departemen pembantu tertentu, atau

elemen biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati bersama oleh

beberapa departemen di dalam pabrik. Untuk mendistribusikan biaya ini pada

setiap departemen timbul masalah dalam memilih dasar distribusi yang sesuai
dengan manfaat biaya yang bersangkutan, agar distribusinya dapat teliti dan

31

adil. Dalam hal ini penelitian pabrik memberikan informasi untuk tujuan

distribusi biaya overhead pabrik tidak langsung tersebut.

Untuk perhitungan tarif overhead pabrik, budget biaya overhead pabrik

baik biaya langsung departemen maupun biaya tidak langsung departemen

didistribusikan pada setiap departemen. Misalnya pada budget biaya overhead

PT. Utami, pada tabel 2.1. yang merupakan biaya tidak langsung departemen

terdiriatas:

Elemen Biaya

Biaya tenaga kerja tidak

langsung elemen biaya tetap

Penyusutan bangunan

Reparasi dan pemeliharaan

bangunan

Dasar Distribusi

Jumlah Karyawan

Luas lantai

Luas lantai

Elemen biaya yang dibudgetkan selain biaya tidak langsung tersebut di atas

merupakan elemen biaya langsung dan distribusinya dapat dilihat pada tabel

2.3 bagian atas.

Untuk biaya tidak langsung departemen digunakan penelitian pabrik pada

awal tahun atau tabel 2.2. untuk mendistribusikannya ke dalam setiap

departemen sebagai berikut:


Budget biaya tenaga kerja tidak

Tarif distribusi budget biaya = langsung elemen biaya tetap

tenaga kerja tidak langsung Jumlah karyawan

elemen biaya tetap

= Rp 60.000,00 = Rp 500,00/karyawan

120 orang

Maka distribusi budget biaya tenaga kerja tidak langsung elemen biaya

tetap ke Departemen I = 45 x Rp 500,00 = Rp 22.500,00, Departemen II = 45

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Atas Dasar Tarif – Adalah Tarif biaya overhead pabrik yang telah
ditentukan di muka kemudian digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk
yang diproduksi. Jika perusahaan menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga pokok
produksinya, produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead
pabrik variabel dan tarif biaya overhead tetap.

Jika perusahaan menggunakan metode variable costing di dalam penentuan harga pokok produksinya,
produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel
saja. Dalam pembebanan biaya overhead pabrik dengan metode full costing dapat dilustrasikan dengan
contoh sebagai berikut :

Setelah tarif biaya overhead pabrik ditentukan sebesar Rpl40 per jam mesin, maka produk yang
diproduksi sesungguhnya dibebani dengan biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif tersebut.
Selanjutnya jika dari ilustrasi pada tabel 1 PT Hasna Sejahterai menerima 100 macam pesanan dan
menghabiskan waktu pengerjaan sebanyak 75.000 jam mesin dalam tahun 2008 maka biaya overhead
pabrik yang dibebankan kepada produk adalah sebesar Rp10.500.000 yang didapat dari Rp140 x 75.000
jam mesin dan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Pada pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam metode variable costing dari ilustrasi
pada Tabel 6.1 maka biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk adalah sebesar
Rp5.437.500 (Rp72,50 x 75.000 jam mesin) dan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan sebagai unsur biaya
produksi, sehingga tidak diperhitungkan sebagai unsur harga pokok persediaan produk jadi maupun
persediaan produk dalam proses. Biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan sebagai biaya periode dan
langsung digunakan untuk mengurangi pendapatan penjualan dalam periode yang bersangkutan.

Sebelumnya mengenai Cara Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik ini dapat menambah pengetahuan
anda

Seperti itulah materi singkat mengenai Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Atas Dasar Tarif, semoga
apa yang dipaparkan pada materi diatas dapat berguna bagi semua yang membutuhkan informasi ini.
Terimakasih semuanya
Cara Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya - Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dikumpulkan untuk dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi merupakan biaya overhead pabrik yang lebih atau kurang dibebankan (over or
under applied factory overhead cost).

Pada tahun berjalan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan dalam rekening
biaya overhead pabrik sesungguhnya seperti pada ilsutrasi tabel 1 biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi adalah sebesar Rp10.700.000 dengan rincian seperti tercantum dalam Tabel .6.2.
Selisih biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan yang dibebankan kepada produk adalah
sebesar Rp200.000 (Rp10.700.000 – Rp10.500.000

Pada pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam metode full costing maka biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dalam rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya. Rekening ini dirinci lebih lanjut dalam kartu biaya untuk jenis biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi.

Jurnal yang dibuat oleh PT Hasna untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
adalah sebagai berikut :
pada pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dalam metode variable costing maka seperti
halnya dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dalam
rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rekening ini dirinci lebih lanjut dalam kartu
biaya untuk jenis biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Karena dalam metode variable
tosting biaya overhead pabrik tetap sesungguhnya dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya,
tidak diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi, maka biaya overhead pabrik sesungguhnya yang
telah dicatat dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya kemudian dipecah menjadi dua
kelompok biaya: biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya dan biaya overhead pabrik tetap
sesungguhnya.

Sebelumnya mengenai Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Atas Dasar Tarif ini dapat menambah
pengetahuan anda

Jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai
berikut:

You might also like