You are on page 1of 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tanaman singkong dapat beradaptasi secara luas di daerah

yang beriklim ropis. Di Indonesia, tanaman ketela pohon dapat tumbuh

dan berproduksi di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni

pada ketinggian antara 10 m-1500 mdpl. Namun , pertumbuhan produksi

optimal akan diperoleh di daerah yang memiliki suhu minimum 10◦C,

kelembaban udara antara 60%-65%, dan curah hjan berkisar antara 700

mm- 1500 mm/tahun. Lahan penanaman sebaiknya merupakan tempat

terbuka dengan penyinaran matahari 10jam/hari. Jenis tanah yang ideal

bagi penanaman ketela pohon adalah jenis tanah alluvial, latosol,

podsolik, merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol. Tanah

sebaiknya memiliki struktur remah dan kosistensi gembur, banyaakk

mengandung bahan organik, dan memiliki aerasi dan drainse yang baik.

Kondisi PH tanah yang paling sesuai adalah 5,8 (Suhardi, 2002).

Tanaman singkong merupakan salah satu jenis tanaman

pertanium utama diindonesia. Tanaman ini termasuk family euphorbiaceae

yang mudah tumbuh sekalipun pada tanah serta tahan terhadap serangan

penyakit maupun tumbuhan pengganggu (gulma). Akar tanaman singkong

berbentuk umbi yang merupakan sumber karbohidrat (Surayah,1996).

Daun singkong memiliki kandungan flavanoid, triterpenoid,

saponin dan tanin yang lebih tinggi dari sayuran lainnya. Flavoid
merupakan senyawa pertumbuhan yang dapat bersifat menghambat

makanserangga dan juga bersifat toksik (iftifa, 2016).

Flavanoid merupakan salah satu metabolit sekunder,

kemungkinan keberadaan dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses

fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung

flavanoid. Senyawa flavanoid adalah senyawa yang mempunyai struktur

C6-C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzene yang terdistribusi

dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakaan rantai alifatik. Dalam

tumbuhan flavanoid terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon

flavanoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk

kombinasi glikosida. Aglikon flavanoid (yaitu flavanoid tanpa gula terikat)

terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Golongan flavanoid dapat

digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka

karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena) dan disambungkan

oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan

flavanoid dibedakan brdasarkan cincin heterosiklik. Oksigen tambahan

dan gugus OH- yang tersebar menurut pola yang berlainan

(landyyun,2008).

B. Klasifikasi Tanaman

Menurut (Tjitrosoepomo, 1996) tanaman singkong adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Eurphobiales

Famili : Eurphobiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utiilissima Pohl.

Singkong (Manihot utilissima) adalah tanaman dikotil. Merupakan

tanaman semak beelukar tahunan, ubi kayu tumbuh sekitar 1-4 m dengan

daun besar yang menjari dengan 5-9 belahan lembar daun. Daunnya yang

bertangkai panjang bersifat cepat luruh yang berumur paling lama hanya

beberapa bulan. Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang

keragamannya bergantung pada kultivar. Pada tanaman yang

diperbanyak secara vegetative, akar serabut tumbuh dari dasar lurus.

Umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan (Sudarma,2013).

Singkong memiliki umbi atau akar pohon yang panjang dengaan

diameter dan tinggi batang yang beragam tergantung dari varietasnya. Di

Indonesia, umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil

karbonat dan daunnya sebagai sayuran (Agoes, 2010).

Daun singkong memiliki berbagai kandungan yaitu, flavanoid,

triterpenoid, saponin, tanin dan vitamin C (Nurdiana, 2013). Di dalam

daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor,

protein, lemaak, hidrat, arang, dan zat besi (Agoes, 2010). Menurut hasil

penelitian, daun singkong termasuk jenis sayuran yang banyak


mengandung flavonoid. Kandungan utama flavanoid daun singkong

adalah rutin yang merupakan glikosida kuersetin dengan disakarida yang

terdiri dari glukosa dan shamnosa (Sukrasno dkk, 2007).

Prinsip percobaan ini adalah hasil isolasi dari flavanoid yang larut

dapat di sari dengan air panas, kristalnya dilakukan dengan pendinginan,

sedangkan pemisahan aglikon dari glikosidanya dengan cara hidrolisis

asam.

You might also like