Professional Documents
Culture Documents
MALANG
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
2. Tujuan Khusus
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap dan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien Waktu
Waktu
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan menit
3. Menjelaskan sub topik yang dengan baik
akan dibahas 3. Mendengarkan
4. Menjelaskan maksud, dengan seksama
tujuan, dan kontrak waktu
Penyajian 1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengar 20
trauma tulang belakang dengan seksama menit
2. Menjelaskan penyebab 2. Memperhatikan
trauma tulang belakang dengan baik
3. Menjelaskan tanda dan 3. Bertanya
gejala trauma tulang
belakang
4. Menjelaskan penanganan
trauma tulang belakang
5. Menjelaskan pencegahan
trauma tulang belakang
6. Menjelaskan komplikasi
trauma tulang belakang
Penutup 1. Menyimpulkan materi 1. Memperhatikan 5 menit
yang telah disampaikan kesimpulan dari
materi
penyuluhan
yang telah
2. Melakukan evaluasi disampaikan.
2. Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
3. Mengakhiri kegiatan oleh penyuluh.
3. Menjawab
salam
E. MATERI
Terlampir
F. EVALUASI
A. Evaluasi Terstruktur
1. Meminta perizinan kepada kepala ruang dan petugas ruang tunggu
untuk mengadakan penyuluhan
2. Meminta keluarga yang ada di ruang tunggu untuk mengikuti proses
penyuluhan.
3. Penyuluh menyiapkan SAP, materi dan media pembelajaran berupa
power point
B. Evaluasi Proses
1. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 orang
2. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan dilakukan
3. Pembicara menguasai materi penyuluhan
4. Waktu penyuluhan sesuai kontrak waktu
5. Tempat penyuluhan dilakukan di ruang 12 HCU RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang
6. Diharapkan peserta aktif
7. Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan selama
kegiatan penyuluhan berlangsung
C. Evaluasi Hasil
1. Peserta mampu menyebutkan pengertian trauma tulang belakang
2. Peserta mampu menyebutkan penyebab trauma tulang belakang
3. Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala trauma tulang belakang
4. Peserta mampu menyebutkan pengobatan trauma tulang belakang
5. Peserta mampu menyebutkan pencegahan trauma tulang belakang
6. Peserta mampu menyebutkan komplikasi trauma tulang belakang
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa:
Kelompok 5 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
1. Sisilia Tantri, S.Kep. 182311101072
2. Ayunda Hardiyanti, S.Kep. 182311101004
3. Neneng Dwi Saputri, S.Kep. 182311101018
Ketua Kelompok 5
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
...........................................
...........................................
Pembimbing Akademik Pembimbing PKRS
Fakultas Keperawatan Ruang 12 HCU
Universitas Jember RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
.............................................................. .......................................................
Materi Penyuluhan Trauma Tulang Belakang
A. Pengertian
Medula spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang
terletak didalam kanalis vetralis dan menjulur dari fenomena magnum ke bagian atas
region lumbalis. Trauma pada medula spinalis dapat bervariasi dari trauma ektensi
fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan
transeksi lengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia (Fransiska, 2008). Tulang
Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan.
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus intervertebrae merupakan penghubung
antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan
(aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan
tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang
belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al. 2000).
Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebralis,
dan lumbalis akubat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Chairudin Rasjad
(1998) menegaskan bahwa semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma
yang hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi ke rumah sakit
penderita harus diperlakukan secara hati-hati. Trauma pada tulang belakang dapat
mengenai jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen dan diskus, tulang
belakang, dan sumsum tulang belakang (Arif, 2008).
B. ETIOLOGI
1. Kecelakaan di jalan raya
2. Olahraga
3. Menyelam pada air yang dangkal.
4. Luka tembak atau luka tikam
5. Jatuh dari pohon atau bangunan
6. Kecelakaan industri
7. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis slompai, yang seperti spondiliosis servikal
dengan mielopati, yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap
medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non
infeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra, singmelia, tumor
infiltrasi maupun kompresi, dan penyakit vascular.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar x spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi)
2. CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas
3. MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
4. Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru
5. AGD: menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
(Tucker,Susan Martin . 1998)
E. PENATALAKSANAAN
1. Tiga fokus utama penanganan awal pasien cedera medula spinalis yaitu : 1.
Mempertahankan usaha bernafas, 2. Mencegah syok dan 3. Imobilisasi leher (neck
collar dan long spine board). Selain itu, fokus selanjutnya adalah mempertahankan
tekanan darah dan pernapasan, stabilisasi leher, mencegah komplikasi ( retensi urin
atau alvi, komplikasi kardiovaskuler atau respiratorik, dan trombosis vena-vena
profunda).
Terapi Utama :
- Farmakologi : Metilprednisolon 30 mg / kg bolus selama 15 menit, lalu 45 menit
setelah pemberian bolus pertama, lanjutkan dengan infus 5,4 mg/kg/jam selama 23
jam.
- Imobilisasi :
o Pemakaian kollar leher, bantal pasir atau kantung IV untuk mempertahankan
agar leher stabil, dan menggunakan papan punggung bila memindahkan pasien
o Traksi skeletal untuk fraktur servikal, yang meliputi penggunaan Crutchfield,
Vinke, atau tong Gardner – Wellsbrace pada tengkorak
o Tirah baring total dan pakaian brace halo untuk pasien dengan fraktur servikal
ringan.
- Bedah : Untuk mengeluarkan fragmen tulang, benda asing, reparasi hernia diskus atau
fraktur vertebrata yang mungkin menekan medula spinalis; juga diperlukan untuk
menstabilisasi vertebrata untuk mencegah nyeri kronis.
2. Kortikosteroid dosis tinggi bisa mengurangi gejala
3. Radioterapi untuk mengurangi ukuran tumor adalah terapi pilihan dan bisa
mengurangi nyeri. Tenaga bisa membaik, namun perbaikan paraplegia hanya terjadi
pada 10-15%. Lapang radiasi mencangkup dua ruas tulang belakang di tiap tepi lokasi
kompresi ( lokasi rekurensi tersering )
4. Pembedahan memiliki morbiditas dan mortalitas yang signifikan, namun berperan
pada kasus dengan instabilitas spinalis, adanya perkembangan defisit neurologis
selama radioterapi, kompresi pada area yang pernah diradiasi ( medula spinalis pernah
menerima dosis radiasi maksimal yang bisa ditolerir ) atau penyakit yang radioresisten
5. Kemoterapi : kemoterapi sitoktoksik adalah terapi pilihan pada anak-anak dengan
tumor yang kemosensitif, dan sebagai terapi tambahan selain radioterapi pada orang
dewasa dengan penyakit kemosensitif. Terapi endokrin bisa membantu pada kanker
prostat dan kanker payudara
6. Fisioterapi sangat penting dalam memaksimalkan pulihnya fungsi neurologis
7. Tindakan –tindakan untuk mengurangi pembengkakan pada medulla spinalis dengan
menggunakan glukokortikoid steroid intravena.
G. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.
2. Mal union, gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal
union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara
fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk
sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union).
3. Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini
diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
4. Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu
lama dari proses penyembuhan fraktur.
5. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID). Infeksi terjadi
karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat pembedahan
dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada
fraktur.
6. Emboli lemak
Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit
dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil, yang
memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
7. Sindrom Kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan
untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika
tidak ditangani segera. (Mansjoer, Arif, et al. 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, Et Al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Cetakan 1. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sjamsuhidayat, R Dan Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Aston, Jones. 1998. Strong Hypocretin (Orexin) Innervation Of The Locus Coeruleus
Activates Noradrenegic Cells. J. Comp. Neural. 415, 145-159
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi ; Konsep, Linis, Proes-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Tucker, Susan. 1998. Standar Perawatan Pasien. Proses Keerawatan, Diagnosis dan
Evaluasi Edisi 5; Alih Bahasa. Yasmin Asih, Editor. Monica Ester. Jakarta: EGC