Professional Documents
Culture Documents
1. Pelari maraton memiliki otot yang lean, terutama di area tubuh bagian bawah.
Sprinter, sebaliknya, punya otot tubuh bagian bawah –seperti paha dan betis– yang
tebal dan kuat; ini untuk membantu mereka mendapatkan kekuatan dan awal yang
baik saat start. Sprinter juga punya otot tubuh bagian atas –misalnya lengan– yang
kuat untuk memberikan kekuatan dan kecepatan maksimal yang seimbang.
Baik pelari maraton atau sprinter, sama-sama melakukan latihan aerobik dan latihan
kekuatan, namun dengan fokus yang berbeda. Untuk pelari maraton, pelatihan lebih
kepada latihan aerobik untuk mendapatkan kesiapan saat bertanding. Untuk sprinter,
selain melakukan latihan aerobik, mereka juga angkat beban untuk menambah massa
otot.
(Gatau EBM-nya)
2. Yang didiskualifikasi steroid jelas karena obat steroid obat yang dapat
menghasilkan hormon testosteron baik secara alami maupun sintesis dengan struktur
kimiawi maupun farmakologis. Tujuan penggunaannya adalah untuk meningkatkan
volume otot, tenaga dan kekuatan. (Gatau EBM-nya)
3. Mengapa? Rigor mortis (kaku mayat). Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat
dikenali berupa kekakuan otot yang irreversible yang terjadi pada mayat. Kelenturan
otot dapat terjadi selama masih terdapat ATP yang menyebabkan serabut aktin dan
miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak
terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Rigor mortis
akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal
pada 12 jam postmortem. Kemudian berangsur-angsur akan menghilang sesuai
dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam
postmortem) rigor mortis menghilang.
4.
8. Udah ya difoto
9. Sidik jari, jelas sidik jari tiap orang berbeda
10. Vertigo, gangguan keseimbangan. Salah satu tanda dan gejala vertigo ada pusing saat
berpindah posisi. Males nyari sumbernya wkwk
11. Tidak percaya, karena rasa nyaman dan senang itu hanya akan bertahan sementara.
Literature on Love at First Sight
With that in mind, Zsok and colleagues (2017) sought to clarify what people actually
experience when they report feeling love at first sight. The researchers note that there
are several possibilities in the literature for what LAFS may be:
3. An expression of infatuation.
Established romantic relationships are characterized by intimacy, passion, and
commitment, involving trust, caring, and intimacy. These factors are unlikely to be
present right away, so probably do not contribute to LAFS. Infatuation, defined as
high passion without intimacy and commitment, could play a role in love at first sight.
Infatuation has also been discussed by other researchers as "eros," a form of
heightened passion found in couples who claim, in hindsight, to have experienced
LAFS. As noted, this may be a form of hindsight bias.
https://www.psychologytoday.com/blog/experimentations/201711/love-first-sight-
feels-magical-what-is-it-really
12. Respons pertahanan tubuh manusia: virus infeksi inflamasi sekresi mukus
berlebih mukus menghalangi jalur pernapasan kemampuan menghidu
berkurang.
Virus mengadakan infeksi, bereplikasi di dalam sel epitel
bersilia di hidung dan selama 2-5 hari pertama dari penyakitnya, virus dapat diisolasi
dari sekresi faring tetapi tidak dari sekresi lain atau cairan tubuh. Sejumlah kecil sel
epitel yang terkena infeksi dikeluarkan ke dalam sekresi nasal. Mekanisme dari
resopon kenaikan produksi mucus kemungkinan besar terjadi akibat adanya respons
dari sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus yaitu dengan terjadinya
pembengkakan dan inflasi (peradangan) membran hidung, serta peningkatan produksi
mukus. Mukus ini menangkap material yang kita hirup seperti debu, serbuk, bakteri
dan virus. Pada saat mukus mengandung virus dan masuk ke dalam sel tubuh, maka
seseorang akan mengalami keluhan-keluhan pilek.
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/rhinovirusblog.pdf
13. Tidak, menurut saya tidak ada hubungannya pekerjaan mengebor sumur dengan
mandul atau tidaknya seseorang.
Penyebab yang mendasari infertilitas pria dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu level
pre testikular, testikular, dan post testikular (Tanagho dan Jack ed., 2008) :
1. Faktor pre testikular Yaitu kondisi-kondisi di luar testis dan mempengaruhi proses
spermatogenesis. Kelainan endokrin (hormonal). Kurang lebih 2% dari infertilitas pria
disebabkan karena adanya kelainan endokrin antara lain berupa:
a) Kelainan hipotalamus: defisiensi gonadotropin (Sindrom Kallmann), defisiensi LH,
defisiensi FSH, sindrom hipogonadotropik kongenital. Adanya kelainan pada
hipotalamus menyebabkan tidak adanya sekresi hormonal yang berperan penting
dalam spermatogenesis sehingga menginduksi keadaan infertil.
b) Kelainan hipofisis: insufisiensi hipofisis (tumor, proses infiltrat, operasi, radiasi),
hiperprolaktinemia, hormon eksogen (kelebihan estrogen-androgen, kelebihan
glukokortikoid, hipertirod dan hipotiroid) dan defisiensi hormon pertumbuhan
(growth hormone) menyebabkan gangguan spermatogenesis.
2. Faktor testikular
1) Kelainan kromosom. Sebagai contoh pada penderita sindroma Klinefelter, terjadi
penambahan kromosom X, testis tidak berfungsi dengan baik, sehingga
spermatogenesis tidak terjadi.
2) Varikokel, yaitu terjadinya dilatasi dari pleksus pampiriformis vena skrotum yang
mengakibatkan terjadinya gangguan vaskularisasi testis yang akan mengganggu
proses spermatogenesis.
3) Gonadotoksin (radiasi, obat)
4) Adanya trauma, torsi, peradangan
5) Penyakit sistemik ( gagal ginjal, gagal hati, dan anemia sel sabit)
6) Tumor
7) Kriptorkismus. Hampir 9% infertilitas pria disebabkan karena kriptorkismus (testis
tidak turun pada skrotum).
8) Idiopatik. Hampir 25%-50% infertilitas pria tidak teridentifikasi penyebabnya.
Cara mengetahui masa subur dengan cara sederhana bergantung pada siklus
menstruasi
a. Pada siklus menstruasi ideal, yaitu 28 hari, masa subur adalah 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya.
b. Pada siklus yang tidak ideal, tentukan lama siklus terpendek dan terpanjang.
Kemudian siklus terpendek dikurangi dengan 18 hari dan siklus haid
terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan
batasan masa subur (Simanungkalit & Bien. 2008. hlm 48)
http://repository.unair.ac.id/29669/3/BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf