Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan karunia-Nya yang
begitu besar sehingga survei ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Survei atau
mini project ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat yang diberikan oleh KIDI dalam
menjalani Program Internship Dokter Indonesia.
Survei ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya diberikan kepada :
1. Hj Iip Nurhidayah, SKM., selaku Kepala Puskesmas Koncara, terima kasih atas
kesempatan yang telah diberikan kepada kami untuk melakukan survei di wilayah kerja
Puskesmas Koncara dan segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam
mengerjakan survei ini.
2. dr. Rein Firstiana yang telah membantu penulis dalam survei ini dan dengan setia
mendengarkan keluh kesah penulis selama mengerjakan survei ini.
3. Ibu Kader Desa Nagri Kaler RT 05 / RW 01 dan jajarannya, serta warga Desa Nagri
Kaler yang telah berkenan untuk disurvei dalam pendataan keluarga sehat.
4. Seluruh staff Puskesmas Koncara, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam mengerjakan ini.
5. dr. Ryan, dr. Ramona, dr. Pratiwi, dan dr. Gaby yang telah ikut membantu dalam survei
ini.
6. Seluruh keluarga besar atas doa, dorongan, dukungan moril, maupun dukungan materiil
kepada penulis dalam menyelesaikan survei ini.
Akhir kata, semoga mini project ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB 1 ............................................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................... 7
BAB IV ............................................................................................................................................. 33
BAB V .............................................................................................................................................. 39
3
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
4
perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
Untuk menjawab tantangan pembangunan kesehatan dalam mencapai kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya, maka diperlukan suatu pendekatan keluarga, yang
mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi
dari Profil Kesehatan Keluarga.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan pendekatan keluarga
dalam upaya menyelesaikan permasalahan kesehatan di wilayah kerjanya.
Melalui pendekatan keluarga, Puskesmas akan mempunyai database keluarga sehat yang
meliputi seluruh keluarga yang tinggal di wilayah kerjanya. Berbasis database inilah
kemudian Puskesmas merancang kegiatan promotif-preventif yang efektif dan effisien,
sehingga terjadi percepatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bila masyarakat
sehat, proporsi yang sakit atau keparahan penyakitnya akan berkurang, sehingga
memperbaiki implementasi JKN di Indonesia.
5
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Munjul Jaya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai database puskesmas mengenai
permasalahan kesehatan di lingkungan kerja Puskesmas Koncara, sehingga dapat
dirancang suatu program promotif dan preventif yang efektif dan efisien, sehingga
terjadi percepatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat di lingkungan kerja
Puskesmas Koncara.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengenal perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya
sehingga dapat mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
Masyarakat pun dapat menciptakan lingkungan rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarganya sehingga
terwujud suatu keluarga yang sehat jasmani dan rohani.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan
pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam
mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang
optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif.
8
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,
yaitu:
a. Penerapan paradigma sehat
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat.
b. Penguatan pelayanan kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan.
9
mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya, yang akan mempengaruhinya dalam berfikir (kognitif), bersikap
(afektif), dan bertingkah laku (psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang
realitas di sebuah komunitas. Dengan demikian, Paradigma Sehat dapat
didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang
mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan
agar tetap sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara
pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih
menitikberatkan pada penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan –
Paradigma Sakit. Apalagi dengan dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih
memperhatikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan bagi
perorangan. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu lima tahun ke depan harus
dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar diterapkan dalam
membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan JKN. Perubahan
yang dimaksud mencakup perubahan pada penentu kebijakan (lintas sektor),
tenaga kesehatan, institusi kesehatan, dan masyarakat.
10
dijadikan fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena menurut
Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada
anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan agar memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan. Tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
Pendekatan keluarga merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh
Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut:
11
a) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data profil kesehatan
keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
b) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
c) Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam
gedung.
d) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan
memanfaatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan
demikian, pelaksanaan upaya Perkesmas harus diintengrasikan ke dalam kegiatan
pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya
mengandalkan UKBM yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga
langsung berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM-UKBM yang ada, tetapi
justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang
efektif.
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh Puskesmas yang
mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada data dan
informasi dari profil kesehatan keluarga (gambar 4). Tujuan dari pendekatan keluarga
adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan
kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta
pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.
b) Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) kabupaten/kota
dan provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.
c) Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk menjadi peserta JKN.
d) Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.
12
2.3 Definisi Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar-upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar-upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya- upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya.
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang
menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan kepada data dan
informasi dari profil kesehatan keluarga.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk mening- katkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan menda- tangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan
pelaya- nan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan
mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
13
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat
karena menurut Friedman (1998) terdapat lima fungsi keluarga.
14
2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam
keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh
keluarga, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan lintas
sector terkait, PKK.
3. Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu
dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat
dan lain-lain.
15
Indikator yang digunakan semula ada 20 namun setelah di uji coba
menjadi 12 indikator. Namun daerah bisa menambahkan indicator muatan
lokal sesuai masalah kesehatan setempat.
Disepakati 3 tingkatan Keluarga Sehat yaitu :
o Keluarga Sehat > 80% indikator baik
o Keluarga Pra-Sehat 50-80% indikator baik
o Keluarga Tidak Sehat <50% indikator baik
16
Kontrasepsi dengan AKDR dibagi menjadi 2, yaitu AKDR yang mengandung
hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
d. Kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam, yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).
e. Kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat terdiri dari 2 macam, yaitu pil dan AKDR.
2. Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan
Adalah persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Meningkatnya proporsi ibu bersalin
dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal yang
terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang aman, bersih dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Adalah bayi dan balita usia 0-18 bulan yang sudah mendapat imunisasi lengkap
dan sesuai jadwal berdasarkan Rekomendari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
tahun 2017.
17
4. Bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif
Adalah bayi pada usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI sejak lahir sampai usia 6
bulan, tidak diberi makanan tambahan dan minuman lain kecuali pemberian air
putih untuk minum obat saat bayi sakit. ASI banyak mengandung nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat
kekebalan sehingga mampu melindungi bayi dari alergi. Keuntungan menyusui
bagi bayi:
a. Ditinjau dari aspek gizi
Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembang yang optimal. Mudah diserap dan dicerna.
b. Ditinjau dari aspek imunologi
Bayi tidak sering sakit. ASI mengandung kekebalan antara lain imunitas seluler
yaitu leukosit sekita 4000/ml, misal IgA-enzim pada ASI yang mempunyai efek
antibakteri misalnya lisozim, katalase, dan peroksidase.
c. Ditinjau dari aspek psikologis
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengang. Pemberian ASI mendekatkan
hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting
untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang
lain/ibu dan akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
5. Pertumbuhan balita dipantau
Adalah menimbang bayi dan balita usia 2 – 59 bulan 29 hari setiap bulan dan
dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Penimbangan balita dimaksudkan untuk
memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada
pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk. Setelah balita ditimbang di buku KIA
atau KMS maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak turun. Naik apabila
garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna diatasnya. Tidak naik
bila garis pertumbuhannya mendatar dan garis pertumbuhannya naik tetapi warna
yang lebih muda. Bila balita mengalami gizi kurang makan akan dijumpai tanda-
tanda:
a. Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus
18
b. Mudah sakit
c. Tampak lesu dan lemah
d. Mudah mengisi dan rewel
6. Penderita tuberkulosis paru yang berobat sesuai standar
Adalah apabila anggota keluarga yang berusia >15 tahun menderita batuk selama 2
minggu berturut-turut belum sembuh atau didiagnosis sebagai penderita
tuberculosis (TB) paru, dan penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk
dokter atau petugas kesehatan lainnya.
7. Penderita hipertensi yang berobat teratur
Adalah apabila anggota keluarga yang berusia >15 tahun yang didiagnosis sebagai
penderita tekanan darah tinggi (hipertensi), dan berobat teratur sesuai dengan
petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.
8. Penderita gangguan jiwa berat diobati dan tidak ditelantarkan
Adalah apabila anggota keluarga mengalami gangguan jiwa berat tidak
diterlantarkan dan diupayakan kesembuhannya dengan rutin berobat dan kontrol ke
dokter jiwa.
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
Adalah anggota keluarga yang tidak merokok di dalam mapupun di luar rumah.
Tidak merokok di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota
keluarga lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan. Sementara
tidak merokok di luar rumah dimaksudkan menghargai tetangga maupun
lingkungan lainnya yang sebagai perokok pasif. Karena dalam satu batang rokok
yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, salah satunya
seperti nikotin.
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Adalah seluruh anggota keluarga yang sudah memiliki kartu JKN untuk
memudahkan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
11. Keluarga memiliki akses atau menggunakan sarana air bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%,
19
dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara
lain untuk minum, masak, mandi, dan mencuci (bermacam-macam cucian).
Air yang kita digunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit.
Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat
dilihat, dirasa, dicium, dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas
kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 °C (saat
mendidih).
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban keluarga
Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/WC dengan tangki
septik atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. Misalnya buang
air besar di jamban dan membuang tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban
akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban
mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga
memiliki syarat seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau, mudah
dibersihkan dan penerangan dan ventilasi yang cukup.
20
2.11 Manajemen Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Manajeman yang ada di Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
yaitu: Puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan.
1. Puskesmas
Puskesmas merupakan pusat penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) tingkat pertama, yakni kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Rumah Sakit
Rumah sakit bertugas melaksanakan promosi kesehatan kepada individu dan
keluarga yang datang ke Rumah Sakit.
3. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai penanggung jawab dari semua
kegiatan promosi kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berperan
mengupayakan terpenuhinya tanaga-tenaga kesehatan di puskesmas untuk
memenuhi pelaksaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
Provinsi untuk menyelenggarakan pembekalan/pelatihan tenaga Puskesmas
sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan.
21
kepadatan/jumlah penduduk merupakan dasar pertimbangan. Penyelenggaraan
Puskesmas terdapat 6 (enam) prinsip, yaitu; 1) Prinsip Paradigma Sehat. 2)
Prinsip Pertanggungjawaban Wilayah. 3) Prinsip Kemandirian Masyarakat. 4)
Prinsip Pemerataan. 5) Prinsip Teknologi Tepat Guna. 6) Prinsip Keterpaduan dan
Kesinambungan.
22
viii. Mengenali secara sederhana penderita gangguan jiwa dan menjelaskan
hal-hal penting berkaitan dengan penanganan penderita.
ix. Mengenali secara sederhana bentuk jamban sehat dan menjelaskan
manfaat jamban bagi kesehatan.
x. Mengenali secara sederhana ciri-ciri air bersih dan menjelaskan manfaat
air bersih bagi kesehatan.
xi. Menjelaskan tentang manfaat keluarga berencana (KB), jenis-jenis alat
kontrasepsi (kelebihan dan kekurangannya) serta cara-cara memperoleh
pelayanan KB.
xii. Menjelasakan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan cara-cara
menjadi peserta JKN atau asuransi kesehatan lain.
xiii. Meremajakan (update) data keluarga dalam Profil Kesehatan Keluarga
(Family Folder).
xiv. Pengembangan kompetensi dapat dilakukan sesuai dengan penambahan
muatan indikator lokal spesifik di masing-masing daerah.
23
Puskesmas (Kepala Puskesmas), diperlukan kelompok tenaga untuk fungsi
lainnya. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berperan mengupayakan
terpenuhinya tenagatenaga tersebut di Puskesmas. Jika hal itu belum dapat
dilakukan, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban membantu
Puskesmas mengatur penugasan tenaga-tenaga yang ada, agar ketiga fungsi di
atas dapat berjalan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk menyelenggarakan
pembekalan/pelatihan tenaga Puskesmas sesuai dengan arahan dari
Kementerian Kesehatan jika diperlukan pembekalan/pelatihan.
24
agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua
Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan
Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber daya,
koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.
1. Pengembangan Sumber Daya
Dalam rangka pengembangan sumber daya, peran Dinas Kesehatan
Provinsi terutama adalah dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan
tenaga kesehatan melalui penyelenggaraan pelatihan untuk pelatih (training of
trainers – TOT). Dinas Kesehatan Provinsi meminta kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya untuk mengirimkan calon-calon pelatih
untuk melatih tenaga-tenaga kesehatan Puskesmas. Sesuai dengan arahan dan
bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi
kemudian menyelenggarakan pelatihan untuk pelatih (training of trainers –
TOT), dengan memanfaatkan Balai Pelatihan Kesehatan yang ada di provinsi
bersangkutan.
2. Koordinasi dan Bimbingan
Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengundang Kepala-kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya untuk membahas dan menetapkan
hal-hal apa yang dapat dilaksanakan secara terkoordinasi (misalnya pelatihan,
pengadaan, dan lainlain) dan bagaimana mekanisme koordinasinya. Selain itu
juga untuk menentukan jadwal kunjungan Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas-
dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya dalam rangka bimbingan.
Bimbingan terutama dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendekatan
keluarga oleh Puskesmas.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan mengembangkan
sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan
Provinsi, sehingga Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengetahui IKS tingkat
kabupaten/kota dari masing-masing kabupaten dan kota di wilayah kerjanya,
dan menghitung IKS tingkat provinsi.
25
2.12.5 Peran Kementrian Kesehatan
Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren sebagaimana di maksud di
dalam Undang-Undang No. 23 Tentang Pemerintahan Daerah berwenang untuk:
(a) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, selain juga pengembangan sumber daya, koordinasi dan
bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi. Bentuk dan isi dari Prokesga, baik
dalam bentuk manual maupun elektronik, harus ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan sebagai contoh (prototype). Pengadaan/penggandaannya dapat
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Demikian pula isi dari Pinkesga, serta kurikulum dan modul
untuk pembekalan tenaga Pembina Keluarga. Secara lebih terinci hal-hal yang
perlu disiapkan oleh Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Kebijakan dan Pedoman Kebijakan dan pedoman yang harus disiapkan oleh Kementerian
Kesehatan meliputi, hal-hal berikut:
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Terpadu Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
Peta Jalan (Road Map) Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.
Pedoman Pembiayaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Kelaurga (Perencanaan Teritegrasi dari berbagai Sumber Dana- Kapitasi-
BOK- CSR)
Petunjuk teknis untuk sosialisasi kepada para pemangku kepentingan.
Petunjuk teknis untuk para petugas Puskesmas pelaksana kunjungan
rumah (pembina keluarga), kader, dan petugas Nusantara Sehat.
26
Pedoman untuk Petugas Puskesmas Pengolah dan Penganalisis Profil
Kesehatan Keluarga
Aplikasi dan Buku Panduan Aplikasi Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga
Buku saku pembina keluarga.
Kurikulum Pembekalan Petugas Pembina Keluarga.
Modul-modul untuk Pembekalan Petugas Pembina Keluarga.
Kurikulum Pelatihan Petugas Pengolah dan Penganalisis Profil Kesehatan
Keluarga.
Blanko atau Prototipe Blanko Profil Kesehatan Keluarga (cetakan dan
elektronik).
Paket Informasi Kesehatan Keluarga atau Prototipenya.
Media penyuluhan/lembar balik untuk petugas Pembina Keluarga atau
prototipenya.
Aplikasi (perangkat lunak) pemantauan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga yang terintegrasi dengan Sistem Informasi yang ada.
27
Nasional (Rakerkesnas). Bimbingan ke Dinas Kesehatan Provinsi dilakukan
dengan pembagian wilayah dan penugasan terhadap pejabat-pejabat
Kementerian Kesehatan untuk bertanggung jawab terhadap wilayah binaan
tertentu. Bimbingan atau pembinaan tidak dilakukan secara sendiri-sendiri
oleh setiap program kesehatan, melainkan secara terpadu secara tim. Untuk
itu, setiap tim yang hendak melakukan kunjungan ke provinsi binaannya,
harus terlebih dulu mempelajari IKS tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi dari provinsi yang bersangkutan. Selain itu juga mengkaji profil
kesehatan dari provinsi yang bersangkutan. Tim yang akan melakukan
kunjungan sebaiknya sudah memiliki agenda permasalahan yang akan
dibantu pemecahannya di provinsi yang dikunjunginya sebelum datang
berkunjung.
28
kehamilan dalam usia yang masih sangat muda. Untuk itu diperlukan pengaturan
agar tidak terjadi pernikahan dalam usia yang terlalu muda. Penyusunan dan
penerbitan peraturan tentang hal ini jelas berada di luar tugas dan wewenang
sektor kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa keberhasilan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan
oleh peran dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas
sektor).
Sebagaimana telah dikemukakan, keberhasilan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga diukur dengan Indeks Keluarga Sehat, yang
merupakan komposit dari 12 indikator. Semakin banyak indikator yang dapat
dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status keluarga tersebut akan mengarah
kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin banyak keluarga yang mencapai
status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya Indonesia Sehat.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Formulir Prokesga yang digunakan berisi 18 pertanyaan tentang
keterangan keluarga dan 15 pertanyaan tentang keterangan individu anggota
keluarga yang mencakup 12 indikator Keluarga Sehat. Formulir ini merupakan
formulir resmi program pendataan Keluarga Sehat yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan RI.
3.4.2. Populasi
Pada penelitian ini, populasi yang digunakan, yaitu seluruh warga yang
tinggal atau menetap lebih dari enam bulan di RT 05 RW 01, wilayah Desa Nagri
Kaler, Kabupaten Purwakarta.
31
Gangguan Jiwa Berat
Suatu kumpulan gejala, yang terdiri dari gangguan pikiran, gangguan perasaan,
dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan dan gangguan pada
fungsi sehari – hari (fungsi pekerjaan dan sosial) dari orang tersebut.
Pasung
Tindakan pengikatan, pengurungan, pengisolasian, dan penelantaran seseorang
yang dianggap ‘sakit’ oleh orang-orang di sekitarnya.
Tekanan Darah Tinggi
Suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 120
mmHg dengan / atau tekanan diastolik lebih besar sama dengan 80 mmHg
Merokok
Konsumsi rokok secara sengaja yang dilakukan seeseorang dalam waktu - waktu
tertentu atau secara rutin
Persalinan tenaga kesehatan
tindakan persalinan atau melahirkan bayi yang dibantu oleh tenaga medis, baik
itu bidan ataupun dokter dan dilakukan ditempat pelayanan kesehatan.
ASI Ekslusif
Pemberian ASI pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan pertama kehidupan
tanpa tambahan pemberian makanan atau minuman lain, termasuk air mineral
atau susu formula.
Keluarga Sehat
Keadaan sejahtera baik dari segi fisik, mental, maupun sosial yang kemudian
memungkinkan sebuah keluarga yang utuh (yang terdiri dari individu-individu
yang dipimpin seorang kepala keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan)
agar dapat hidup normal secara sosial dan ekonomi.
32
berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan yang berhubungan dengan
indikator dalam penilaian kategori kelurga sehat. Dalam kuesioner tersebut,
jumlah pertanyaannya sebanyak 18 buah mengenai data keterangan keluarga dan
15 pertanyaan mengenai keterangan individu anggota keluarga yang mencakup 12
indikator Keluarga Sehat. Pendataan dilakukan terhadap masing – masing
jawaban responden pada setiap nomor pertanyaan kemudian dikategorikan
berdasarkan jenis jawaban responden. Penilaian setiap individu dilakukan dengan
formulasi khusus lalu dilanjutkan dengan penilaian tingkat keluarga hingga
tingkat RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga). Hasil penilaian kemudian
disimpulkan menjadi beberapa kelompok seperti “Keluarga Tidak Sehat”,
“Keluarga Prasehat”, dan “Keluarga Sehat” berdasarkan ketentuan tertentu.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
34
Wanita 9
Total penduduk 46
35
keluarga tidak sehat, IKS 0.5–0.8, dikatakan keluarga prasehat, IKS lebih dari 0.8
maka dikatakan keluarga sehat. Setelah melihat tabel tersebut terdapat 4 keluarga
dengan predikat keluarga sehat, 32 keluarga dengan predikat keluarga prasehat,
dan 10 keluarga dengan predikat tidak sehat. Bila melihat keseluruhan keluarga
mulai dari KK 094-095, 096-097, 098 , 99, 100, 101, 102, 103, 104-105, 106,
107-108, 109-110, 111-112, 113, 114, 115-116, 117, 118, 119, 120, 121, 122,
123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132-134, 135,136-137, 138, 139,
disimpulkan bahwa keluarga di lingkungan KK tersebut merupakan keluarga pra
sehat. Kemudian dihitung IKS wilayah dengan perbandingan dari jumlah KK
dengan IKS keluarga sehat dibandingkan dengan jumlah keluarga yang terdata.
Hasil IKS wilayah adalah 0,09 yang menunjukkan bahwa IKS wilayah RT 05 RW
01 Kelurahan Nagri Kaler masih tergolong tidak sehat.
36
106 Tidak sehat 0.4
107 Pra sehat 0.8
108 Pra sehat 0.8
109 Pra Sehat 0.8
110 Pra sehat 0.6
111 Pra sehat 0.75
112 Sehat 0.833
113 Pra sehat 0.5
114 Pra sehat 0.571
115 Pra sehat 0.8
116 Pra sehat 0.714
117 Pra sehat 0.5
118 Pra sehat 0.5
119 Pra sehat 0.5
120 Tidak sehat 0.2
121 Pra sehat 0.5
122 Pra sehat 0.6
123 sehat 0.5
124 Pra sehat 0.5
125 Tidak sehat 0.333
126 Pra sehat 0.6
127 Pra sehat 0.5
128 Tidak sehat 0.4
129 Pra sehat 0.8
130 Pra sehat 0.8
131 Pra sehat 0.5
132 Pra sehat 0.6
133 Pra sehat 0.6
134 Pra sehat 0.5
135 Pra sehat 0.75
37
136 Pra sehat 0.667
137 Pra sehat 0.5
138 Tidak sehat 0.429
139 Tidak sehat 0.286
IKS
0.09 Tidak sehat
Wilayah
38
penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan adalah
0 disebabkan karena tidak ada yang menderita gangguan jiwa berat.
Dari tabel 4 tersebut, ada beberapa cakupan yang perlu mendapat
perhatian, diantaranya 8.70% keluarga dengan penderita hipertensi yang berobat
teratur, 21.74% anggota keluarga tidak ada yang merokok, dan 45.65% keluarga
yang sudah menjadi Jaminan Kesehatan Nasional. Hal ini perlu dievaluasi lebih
untuk mencari penyebab rendahnya cakupan indikator tersebut dan memberikan
solusi yang tepat untuk setiap masalah yang dihadapi.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan survei yang dilakukan di RT 05 RW 01 Desa Nagri Kaler,
Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta pada warga yang telah dikunjungi pada
survei ini diambil kesimpulan bahwa:
• Jumlah warga di KK 094-095, 096-097, 098 , 99, 100, 101, 102, 103, 104-105, 106,
107-108, 109-110, 111-112, 113, 114, 115-116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123,
124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132-134, 135,136-137, 138, 139, RT 05,
RW 01 Desa Nagri Kaler, berjumlah 184 warga.
• Dari 184 warga di KK , 094-095, 096-097, 098 , 99, 100, 101, 102, 103, 104-105,
106, 107-108, 109-110, 111-112, 113, 114, 115-116, 117, 118, 119, 120, 121, 122,
123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132-134, 135,136-137, 138, 139, 94
warga berjenis kelamin pria dan 90 warga berjenis kelamin wanita. Rata rata warga
di KK 371-373, 374, 376, 382, 384, 387, 399, 403-404, 408-409, 412, 414, 419-420,
40
432, 439, 441, 451, 461, 465-466, 468-469, 471, 473, 476-480, 483, 487-489, 496
berusia produktif (15 – 54 tahun).
• Terdapat beberapa indikator yang memiliki cakupan rendah dan memerlukan
perhatian, diantaranya :
- Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar ( 66.67%)
– Penderita hipertensi yang berobat secara teratur (8.70%)
– Anggota keluarga tidak ada yang merokok (21.74%)
– Keluarga yang sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional/JKN
(45.65%)
- Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban keluarga (93.48)
5.2.Saran
Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit hipertensi. Warga dapat
dianjurkan untuk mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
di Puskesmas agar warga dapat mengontrol tekanan darah dan meminum obat
darah tinggi secara rutin.
Melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai dampak/bahaya dari merokok.
Melakukan sosialisasi mengenai pentingnya peran Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dalam membantu meringankan beban ekonomi masyarakat untuk berobat
di fasilitas kesehatan.
Sosialisasi dan penyuluhan dapat dilakukan dalam bentuk media cetak ataupun
media elektronik dan dilakukan dengan kerjasama bersama kader dan sekolah
agar dapat membantu warga untuk dapat mengerti materi yang diberikan dengan
lebih baik dan meningkatkan efektivitas kegiatan tersebut.
41
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Program%20Indonesia%20Sehat%2
0dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf
42