You are on page 1of 10

Laporan Pendahuluan Keperawatan Gadar dan Manajemen Bencana

Pada Klien Ny.E Dengan Diagnosa Kolik Renal


Di Ruang IGD RSUD Masohi

Disusun Oleh :
Nama : Mila Amelia Tuahuns
Nim : P07120316 104
Tingkat : III.C
Kelompok : 6 (Enam)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASOHI
TAHUN AJARAN 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN NY.E DENGAN DIAGNOSA KOLIK RENAL

DI RUANG IGD RSUD MASOHI

DI SUSUN OLEH :

MILA AMELIA TUAHUNS


NIM : P07123016104

MENGESAHKAN,

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

(…………………………) (……………………………)

NIP : NIP :
LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK RENAL

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis
ranal atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan dan spasme otot-otot
polos pada system pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi
obstruksi. Istilah kolik sebetulnya mengacu pada nyeri yang hilang timbul
(intermittent) dan bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun
pada kolik renal nyeri biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah
sudut kostovertebrata kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke
region inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri muncul tiba-tiba dan bisa sangat
berat sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang dirasakan manusia seumur
hidup. Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria dan demam bila
disertai infeksi. (Stoller, 2010)
2. Etiologi
Menurut Stoller (2010) penyebab atau faktor predisposisi dari kolik renal adalah
sebagai berikut :
a. Batu ginjal
b. Peradangan pada ginjal
c. Papila ginjal yang rusak (diabetes, penyakit sel sabit)
d. Kolik akibat bekuan darah (diastesis perdarahan)
e. Kolik akibat tumor.
3. Manifestasi Klinis
Gejala utama kolik renal ini adalah nyeri dengan onset akut dan intensitas
berat, unilateral yang berawal dari daerah pinggang atau daerah flank yang
menyebar ke labia pada wanita dan pada paha atau testis pada laki-laki. Nyeri
berlangsung beberapa menit atau jam, dan terjadi spasme otot bersifat hilang timbul.
Nyeri biasanya sangat berat dan merupakan pengalaman buruk yang pernah dialami
pasien. Derajat keparahan nyeri tergantung pada derajat obstruksi dan ukuran batu.
Posisi batu juga berhubungan dengan penyebaran nyeri. Kolik biasanya disertai
dengan mual, muntah, sering BAK, disuria, oliguria dan hematuria (Stoller, 2010).a
Kolik renal muncul oleh karena hasil dari obstruksi saluran kemih oleh batu
pada area anatomi yang sempit di ureter, Pelvic Ureter Junction (PUJ), Vesico
Ureteric Juntion (VUJ). Lokasi nyeri berhubungan dengan prediksi letak batu namun
bukan merupakan hal yang akurat. Nyeri biasanya dengan derajat berat pada daerah
sudut kostovertebra dan menyebar sepanjang ureter dan gonad (Stoller, 2010).
4. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut (Purnomo, 2011)
adalah :
a. Urinalisa
Urin dipstik dapat digunakan untu menegakkan suatu diagnosa kolik renal dan
untuk mengeksklusi infeksi. Biasanya ditemukan hematuria yaitu terdapatnya
eritrosit pada urinalisa yang mendukung suatu diagnosa akut kolik renal. Jika
tidak ditemukan hematuria bukan berarti diagnosa ini dapat dieksklusi.
Sedangkan adanya nitrit dan leukosit esterase pada urin menandakan suatu
infeksi.
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, kimia darah
(ureum, kreatinin, asam urat), dan urin lengkap.
c. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht (BNO) dan
ultrasonografi (USG) abdomen. Hasilnya pada rontgen BNO didapatkan tampak
bayangan radioopaque pada pielum ginjal.
d. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium
fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asama urat bersifat non-opak (radiolusen).
e. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batuk semiopak ataupun batu non-opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungis ginjal sebagai
gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
f. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan
pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu
di ginjal atau di bulibuli, hidronefrosis, pionefrosis
5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Manajemen kolik renal menurut yaitu dengan memberikan analgesik yang
adekuat sehingga tercapai penurunan skor nyeri. Beberapa obat yang dapat
digunakan sebagai terapi kolik renal menurut (Prabowo & Pranata, 2014) yaitu :
1) NSAIDS
NSAIDS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin.
Kemudian NSAIDS mencegah vasodilatasi arteri afferent dan meningkatkan
permiabilitas vaskuler sehingga menyebabkan diuresis dan peningkatan
tekanan pada pelvis renal. NSAIDS juga berperan dalam mengurangi
edema, inflamasi dan aktivitas otot ureter. Cyclooxygenase inhibitor
berfungsi pada kolik renal akut yaitu dalam mengatasi inflamasi dan edema
oleh karena BSK. COX-2 inhibitor selective bekerja dengan cara
menurunkan tekanan atau kontraksi melalui penghambatan aksi yang
dimediasi oleh calsium channel. Pada penelitian sebelumnya dilaporkan
bahwa diclofenac dan celecoxib tidak memiliki efek expulsi terhadap batu.
2) Kortikosteroid
Berperan sebagai antiinflamasi untuk memfasilitasi expulsi batu. Prednisone
10 mg 2 x sehari selama 5 hari tanpa menurunkan dosis. Dapat 12
dikombinasikan dengan Calsium Chanel Blocker (CCB) atau alpha blocker.
Hal ini berguna dalam mereduksi waktu batu untuk keluar oleh karena terlalu
besar serta mereduksi reaksi inflamasi.
b. Non-Farmakologi
Terapi Diet dapat diterapkan pada pasien dengan Renal Colic yakni dengan
mengonsumsi Makan makanan kaya vitamin A. Hindari makanan kaya oxalate
seperti kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri, cokelat, anggur, cabe hijau,
bayam, strawberries, summer squash, dan teh. Makan apel dan semangka.
Kurangi jumlah makanan kaya kalsium-susu, keju, m entega, susu dan makanan
lainnya.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kolik renal menurut (Prabowo & Pranata, 2014) yaitu :
a. Identitas
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa/ras, status, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian dan alamat. Tidak factor jenis kelamin dan usia
yang signifikan dalam proses pembentukan batu. Namun, angka kejadian
urolgitiasis dilapangan sering kali terjadi pada laki-laki dan pada masa usia
dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan geografis
(Prabowo & Pranata, 2014)
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien
dibawa atau datang ke Rumah Sakit (Prabowo & Pranata, 2014).
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi nyeri/kolik renal atau nyeri pada daerah pinggan
(Prabowo & Pranata, 2014).
d. Pola psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri
hebat) pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi
social tidak terjadi karena bukan merupakan penyakit menular (Prabowo &
Pranata, 2014).
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pada klien dengan kolik renal sering dijumpai :
1) Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi
dikarenakan gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas relative
dibantu oleh keluarga,misalnya berpakaian, mandi makan,minum dan lain
sebagainya,terlebih jika kolik mendadak terjadi (Prabowo & Pranata, 2014).
2) Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri
hebat. Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang
asam akibat sekresi HCL berlebihan. Pemenuhan kebutuhan cairan
sebenarnya tidak ada masalah. Namun, klien sering kali membatasi minum
karena takut urinenya semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami
(Prabowo & Pranata, 2014).
3) Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti
oleh penyakit penyerta lainnya (Prabowo & Pranata, 2014).
f. Pemeriksaan fisik
Anamnese tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat.
Oliguria, disuria, gross hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasis. Takikardi
juga sering ditemukan akibat nyeri yang hebat pada pinggang (Prabowo &
Pranata, 2014).
1) Keadaan umum Pemeriksaan fisik pasien dengan kolik renal biasanya
dijumpai wajah meringis
2) Tanda-tanda vital Kesadaran tidak ada perubahan yang berarti
3) Pemeriksaan fisik persistem
a) Sistem persyarafan, kaji tingkat kesadaran, GCS, reflex bicara.
b) Sistem penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor, dengan reflex
cahaya (+)
c) Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas
d) Sistem pendengaran, biasanya tidak ditemukan gangguan pada sistem
pendengaran
e) Sistem pencernaan, kaji keadaan mulut dan tenggorokan: mulai dari
Fungsi mengunyah dan menelan, dan Bising usus
f) Sistem abdomen, sering dijumpai adanya nyeri tekan abdomen, teraba
massa keras atau batu, nyeri ketok pada pinggang Sistem reproduksi
tidak ada masalah/gangguan pada sistem reproduksi
g) Sistem kardiovaskuler, tidak ditemukan gangguan pada sistem
kardiovaskular
h) Sistem integumen, biasanya tidak ditemukan masalah
i) Sistem muskuluskletal, biasanya dijumpai mengalami intoleransi
aktivitas karena nyeri yang dirasakan yang melakukan mobilitas fisik
tertentu
j) Sistem perkemihan, sering dijumpai adanya nyeri yang hebat, nyeri
ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika dan
gangguan pola berkemih
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien dengan kolik renal Menurut
(Prabowo & Pranata, 2014).berdasarkan pedoman SDKI (PPNI, 2016) adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan Pola tidur b.d nyeri
3. Perencanaa Keperawatan
Rencana keperawatan pada klien obstruksi ileus paralitik dengan pedoman buku NIC
oleh (Bulechek et al, 2013) dan buku NOC oleh (Moorhead et al, 2013)
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen  Kontrol Nyeri  Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
keperawatan selama 2x24 jam nyeri secara
diharapkan masalah klien dapat komprehensif
teratasi dengan KH : 2. Observasi adanya
1. Menggunakan tindakan petunjuk nonverbal
pengurangan nyeri tanpa mengenai
analgesic ketidaknyamanan
2. Menggunakan analgesic yang 3. Ajarkan teknik
direkomendasikan nonfarmakologi
3. Melaporkan perubahan nyeri (relaksasi nafas dalam)
pada professional kesehatan 4. Berikan analgesic sesuai
resep dokter
Gangguan pola tidur  Tidur  Peningkatan Tidur
b.d nyeri Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24 jam 1. Bantu klien untuk
diharapkan masalah klien dapat menghilangkan situasi
teratasi dengan KH : stress sebelum tidur
1. Tidak ada gangguan pola tidur 2. Ciptakan lingkungan
2. Tidak ada gangguan dalam yang nyaman untuk
kualitas tidur meningkatkan tidur
3. Klien merasa segar setelah tidur 3. Diskusikan dengan
4. Tidak ada gangguan nyeri pasien dan keluarga
mengenai teknik untuk
memancing atau
meningkatkan tidur
4. Terapkan langkah-
langkah kenyamanan
seperti pijat dan
pangaturan posisi
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
4. Implementasi Keperawatan
(disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan bertujuan untuk
menentukan berbagai respon pasien terhadap intervensi keperawatan yang sudah
disusun dan sebatas mana tujuan-tujuan yang direncanakan sudah tercapai
(Smeltzer & Bare, 2013). Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan kolik renal
adalah :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
Kriteria Hasil :
1) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
2) Menggunakan analgesic yang direkomendasikan
3) Melaporkan perubahan nyeri pada professional kesehatan
b. Gangguan Pola tidur b.d nyeri
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada gangguan pola tidur
2) Tidak ada gangguan dalam kualitas tidur
3) Klien merasa segar setelah tidur
4) Tidak ada gangguan nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G. M., Butcher H. K., Dochterman J. M & Wagner C. M. (2013) Nursing Interventions
Classification (NIC). 6 Edition. Singapore : Elsevier

Moorhead S., Johnson M., Maas M. L & Swanson E. (2013). Nursing Outcomes Classification
(NOC). 5 Edition. Singapore : Elsevier Keperawatan S

Prabowo & Pranata. (2014). Buku Ajar Asuhan Sistem Perkemihan. Edisi 1. Yogyakarta :
Nuha Medika

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Purnomo, B. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta : CV. SagungSeto

Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Stoller (2010). Smith’s general Urology. Edisi 17. New York : LANGE medical book, MC Graw
Hill

You might also like