Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
____________________________________________________________________________________________________ 1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Sindrom
Usia Hemoragik Necrotizing
Survival gawat Sepsis Intact
gestasional intraventrikular enterokolitis
(%) napas (%) (%)
(minggu) (%) (%)
(%)
24 40 70 25 25 8 5
25 70 90 30 29 17 50
26 75 93 30 30 11 60
27 80 84 16 36 10 70
28 90 65 4 25 25 80
29 92 53 3 25 14 85
30 93 55 2 11 15 90
31 94 37 2 14 8 93
32 95 28 1 3 6 95
33 96 34 0 5 2 96
34 97 14 0 4 3 97
Sumber : Department of Obstetrics and Gynecology, Pitt County Memorial Hospital, East
Carolina University Brody School of Medicine
BAB II
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
____________________________________________________________________________________________________ 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
____________________________________________________________________________________________________ 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
tinggi, dan kemudian memberikan penyuluhan agar ibu dapat mengurangi risiko
tambahan. Riwayat berat lahir rendah mempunyai perkiraan persalinan preterm
sebanyak 17,5%, suatu risiko relatif hampir 2,5 kali. Ia juga menunjukkan bahwa kelas
sosioekonomi yang rendah mempunyai risiko relatif hampir 2 kali. Demikian pula
ditemukan oleh peneliti di Inggris dan Amerika. Berat ibu yang menunjukkan
kemungkinan kurang gizi juga mempunyai risiko meningkat dibandingkan dengan
yang bergizi lebih baik. Ada pula hubungan bermakna antar kerja fisik (mengangkat
benda berat, kerja berat dan sebagainya) dengan kejadian preterm.
____________________________________________________________________________________________________ 6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
BAB III
DIAGNOSIS
____________________________________________________________________________________________________ 7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Diferensiasi dini antara persalinan sejati dan palsu sering sulit dilakukan
sebelum terdapat penipisan dan dilatasi serviks yang jelas. Dilatasi progresif tentu saja
merupakan indikator persalinan. Kriteria yang paling sering digunakan untuk
persalinan adalah kontraksi uterus dengan frekuensi sedikitnya sekali setiap 10 menit
dan lama kontraksi 30 detik atau lebih. Fungsi uterus seringkali dapat dievaluasi lebih
lanjut dengan bantuan tokografi eksternal untuk merekam frekuensi dan lama
kontraksi. Walaupun demikian, kontraksi uterus saja dapat menyesatkan, karena
adanya kontraksi Braxton-Hicks. Kontraksi ini, yang dijelaskan sebagai kontraksi yang
tidak teratur, tidak berirama dan kurang terasa nyeri dengan intensitas kurang lebih 10
hingga 15 mm Hg, dapat menyebabkan kekeliruan dalam menegakkan diagnosis
persalinan preterm. Tidak jarang terjadi, wanita hamil yang melahirkan sebelum aterm
memperlihatkan aktivitas uterus yang disebabkan oleh kontraksi Braxton-Hicks
tersebut, sehingga menghasilkan diagnosis persalinan palsu yang keliru.
Keluhan dan gejala lain yang dapat membantu menegakkan diagnosis dini
wanita hamil dengan risiko untuk persalinan preterm adalah:
(1) keluarnya mukus dari serviks, sering sedikit berdarah
(2) nyeri punggung bawah
(3) tekanan panggul yang disebabkan oleh desensus janin
(4) kram mirip menstruasi
(5) kram intestinal dengan atau tanpa diare
Akhir-akhir ini, Iams dkk. (1987) mewawancarai 180 orang wanita hamil
dengan persalinan preterm atau ruptura membran, dan mendapatkan bahwa lebih 30
hingga 50 persen dari wanita-wanita ini mengalami satu atau lebih gejala peringatan
semacam itu. Akan tetapi, diare ternyata bukan tanda ysng bisa diandalkan untuk
menunjukkan kelahiran preterm yang iminen.
Pemeriksaan klinik
Karena kontraksi uterus saja dapat menyesatkan, Herron dkk. (1982)
memerlukan kriteria berikut ini untuk mencatat persalinan preterm: kontraksi uterus
yang teratur setelah kehamilan 20 minggu atau sebelum 37 minggu, yang interval
antar-kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang, dan disertai dengan satu atau lebih tanda
berikut ini:
____________________________________________________________________________________________________ 8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk mencari hemoglobinopati,
anemia, infeksi pelvis dan saluran kemih, serta diabetes melitus. Kadar alfa fetoprotein
yang abnormal telah dihubungkan berkaitan dengan hasil kehamilan yang buruk.
Pemeriksaan ultrasonografi adalah penting untuk menegakkan usia kehamilan
dan ukuran janin secara akurat dan untuk menunjukkan anomali rahim atau leiomioma.
____________________________________________________________________________________________________ 9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
BAB IV
PENATALAKSANAAN
____________________________________________________________________________________________________ 10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
pendapat dan pertanyaan pasien, catatlah terutama pada perjanjian yang batal atau
tidak berhasilnya mengikuti anjuran. Program yang diperluas harus dipertimbangkan
untuk wanita dengan risiko tinggi seperti ibu yang masih remaja. Kunjungan obstetrik
harus termasuk pemeriksaan skrining untuk hipertensi, diabetes, infeksi saluran kemih,
kontraksi rahim yang prematur, dan tanda-tanda pembukaan dan dilatasi serviks.
Pemeriksaan vagina yang serial dapat membantu dalam memperkirakan onset
persalinan prematur, hal tersebut harus dilakukan dengan sangat berhati-hati, untuk
menghindari tekanan digital atau memasuki ostium internal, untuk menghindari
kemungkinan perangsangan terjadinya persalinan.
Beberapa peneliti telah mencoba membuat program bagi pasien dengan
indikasi partus preterm dan mencoba menghentikan proses dengan terapi tokolisis,
hasilnya cukup menarik dengan menurunkan kejadian preterm sampai separuhnya.
Pasien diberitahu mengenai gejala kontraksi, baik secara palpasi maupun alat
perekam selama 2 jam dalam sehari. Dari penelitian yang dilakukan ternyata kontraksi
menjadi lebih sering yaitu 2 kali/10 menit dalam 48 jam menjelang partus. Pasien
dapat diinstruksikan bahwa bila merasakan kontraksi 4 kali atau lebih per jam diminta
untuk menghubungi klinik. Pasien dianjurkan untuk datang ke klinik dan dinilai
keadaan serviks; yang bila ternyata sudah matang maka dapat dilakukan pengobatan
tokolisis. Sebelum melakukan terapi tokolisis, sebaiknya dilakukan pengawasan
adanya his (sebaiknya dengan tokografi), dalam keadaan pasien berbaring miring dan
memberikannya minum. Bila kontraksi hilang maka tak perlu melajutkan terapi
tokolisis.
Perlu diperiksa adanya kontraindikasi pemberian obat. Obat beta mimetik
jangan diberikan pada pasien dengan penyakit jantung, edema paru. Pengobatan
tokolisis dimulai dengan infus dan kemudian dapat dilajutkan dengan obat oral secara
berobat jalan bila ternyata partus dapat ditunda.
Obat anti prostaglandin (misalnya Indometasin) harus dipakai dengan sangat
selektif mengingat komplikasi yang ditimbulkan terhadap janin seperti sindrom gawat
napas dan kelainan ginjal.
Tirah baring
Tindakan penanganan yang paling sering dilakukan adalah tirah baring dengan
meminta ibu untuk berbaring lebih enak pada sisi tubuhnya.
Pengobatan tokolisis
Tokolisis sebagai upaya untuk menghentikan persalinan preterm mempunyai
peranan penting dalam mengurangi kematian prenatal dari 60% menjadi 40% pada
bayi dengan berat 1500 kebawah. Meskipun demikian pengobatan harus diberikan
terhadap pasien dengan sangat selektif.
Obat-obat yang dapat berfungsi sebagai tokolisis ialah: progesteron, ethanol,
penghambat sintesa prostaglandin, antagonis kalsium, Magnesium sulfat, dan β
mimetik.di bawah ini akan dibahas mengenai obat yang termasuk ampuh yaitu β
mimetik.
____________________________________________________________________________________________________ 13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Ritodrin
Ritodrin merupakan satu-satunya obat yang indikasi spesifiknya adalah untuk
menghentikan persalinan preterm. Pada sebuah penelitian pusat medis di Amerika
Serikat, bayi-bayi yang ibunya mendapatkan obat ini dengan indikasi kemungkinan
persalinan preterm, ternyata mempunyai angka mortalitas yang rendah, tidak begitu
sering mengalami gawat pernapasan, dan dapat mencapai usia gestasional 36 minggu
atau berat lahir 2.500 gram yang lebih sering terjadi daripada bayi-bayi yang ibunya
tidak memperoleh terapi obat tersebut.
Regimen pengobatan β-mimetik harus dimulai secara parenteral, 50-100μg/mnt
ditingkatkan dengan 50 μg/menit tiap 10-15 menit sampai kontraksi berhenti atau efek
samping terjadi, sampai maksimum 350 μg/menit. Dan jika berhasil setelah 12 jam
diubah kepada regimen dosis oral 10-20 mg pada interval 2-6 jam, setiap hari
maksimal 120 mg.
Infus ritodrin dan preparat agonis β-adrenergik lainnya sering menimbulkan
efek samping yang kadang-kadang serius. Pada ibu pernah ditemukan gejala
takikardia, hipotensi, ansietas, rasa tertekan pada dada atau rasa nyeri yang
sebenarnya, depresi segmen-ST pada EKG, edema pulmoner dan bahkan kematian.
Efek metabolic pada ibu mencakup hiperglikemia, hiperinsulinemia (kecuali penderita
diabetes), hipokalemia, dan asidosis laktat serta ketoasidosis. Efek samping lain yang
tidak begitu serius tetapi juga mengganggu adalah emesis, nyeri kepala, tremor,
demam dan halusinasi. Gangguan yang sama jelas terjadi pula pada janin. Setelah
dilahirkan, hipoglikemia yang dapat cukup berat sering dijumpai. Karena itu, jika kita
akan menggunakan obat-obat ini dan bila persalinan terus berlangsung, pemberiannya
____________________________________________________________________________________________________ 14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
harus dihentikan untuk memperkecil efek yang berbahaya tersebut bagi janin sebelum
dilahirkan.
Terbutalin
Obat ini oleh sebagian ahli dinyatakan sebagai preparat yang dapat
menghambat kontraksi miometrium secara efektif bahkan setelah dilatasi serviks sudah
berlangsung lama. Toksisitas, khususnya edema pulmoner maternal, dan intoleransi
glukosa pernah terlihat dalam pemakaian obat ini.
Fenoterol
Obat ini secara struktural sangat menyerupai ritodrin. Masih belum jelas
apakah fenoterol lebih atau kurang efektif atau lebih atau kurang menyebabkan reaksi
yang merugikan bila dibandingkan preparat β-adrenergik lainnya. Epstein,dkk (1979)
mencatat peristiwa hipoglikemia persisten yang disertai dengan kenaikan kadar insulin
pada sebagian besar bayi yang dilahirkan dalam waktu 2 hari setelah penghentian infus
fenoterol pada ibu.
Isoksuprin
Isoksuprin merupakan salah satu dari sejumlah senyawa pertama yang
dievaluasi secara ekstensif untuk kerja tokolitiknya. Preparat ini tampaknya kurang
begitu efektif, paling tidak dengan takaran yang tidak menimbulkan efek samping
berbahaya, khususnya takikardia yang nyata.
____________________________________________________________________________________________________ 15
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Mekanisme kerja obat β mimetik adalah membuat relaksasi otot polos uterus,
tetapi secara terperinci belum diketahui. Agaknya AMP siklik mempunyai peranan
penting, tetapi beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan kadar cAMP bukan
satu-satunya pengaruh relaksasi uterus (Diamond, 1978).
Pada umumnya diterima anggapan bahwa efek obat tersebut adalah:
a. obat melekat dengan repseptor β adrenergik di dalam membran sel dan akibat
aktivasi adenilat siklase, meningkatkan cAMP sel yang berasal dari ATP. Hal
ini akan meningkatkan protein kinase yang mengakibatkan fosforilase protein
untuk meningkatkan aktifitas pompa.
b. Peningkatan aktifitas pompa akan meningkatkan perubahan ion (Na dan K) dan
perubahan ini akan mempengaruhi distribusi ion Ca. selain itu cAMP juga
mempunyai efek langsung terhadap aktifitas miosin kinase sehingga terjadi
hambatan kontraksi miometrium.
Edema paru merupakan efek samping yang jarang, tetapi amat ditakuti karena
berakibat fatal.
Terapi kombinasi
Untuk mencoba mengurangi efek ritodrin yang merugikan, sementara preparat
ini secara efektif menghentikan persalinan preterm. Ferguson,dkk (1984)
mengevaluasi respon terhadap pemberian magnesium sulfat bersama-sama dengan
ritodrin. Mereka terpaksa menghentikan penelitian tersebut karena frekuensi dan
intensitas efek samping pada ibu yang terjadi akibat penggunaan terapi kombinasi ini.
Gawat pernafasan yang terjadi merupakan keadaan yang menyulitkan, dan baik gejala
maupun hasil EKG yang memperlihatkan iskemia miokard lazim dijumpai.
Magnesium sulfat
____________________________________________________________________________________________________ 16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Untuk waktu tertentu diakui bahwa ion magnesium dalam konsentrasi yang
cukup tinggi dapat mengubah kontraktilitas miometrium secara in vivo disamping
secara in vitro. Peranan magnesium diperkirakan terletak dalam sifat antagonisnya
terhadap kalsium. Berikan dosis awal 6 gram diikuti dosis selanjutnya 2 gram/jam
Hati-hati untuk hipermagnesia untuk janin dan ibu. Lakukan kontrol dengan
pemeriksaan reflek dan frekuensi napas dan produksi urin.
Pada setiap peristiwa, wanita yang sudah dalam persalinan harus dipantau
dengan ketat untuk mendapatkan bukti hipermagnesemia yang bersifat toksik baginya
dan bagi janin/bayinya. Perlu diingat bahwa magnesium segera akan memintas
plasenta, sehingga lebih berkumpul di dalam plasma janin bila dibandingkan dalam
plasma maternal. Untuk menghindari intoksikasi magnesium sulfat, maka dalam
pemberian magnesium sulfat kita harus memperhatikan agar refleks patella tetap ada
dan respirasi tentun saja tidak boleh sampai mengalami depresi.
Antiprostaglandin
Preparat anti prostaglandin mungkin bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin atau dengan menghalangi kerja prostaglandin pada organ sasaran.
Sekelompok enzim yang secara kolektif disebut prostaglandin sintase bertanggung
jawab atas konversi asam arakidonat bebas menjadi prostaglandin. Beberapa obat
diketahui menghambat sistem prostaglandin sintase, termasuk aspirin serta jenis-jenis
salisilat lainnya, indometasin, naproksen, dan asam meklofenamat. Tetapi sayangnya,
indometasin dan zat-zat inhibitor prostaglandin sintase lainnya, secara merugikan
dapat mempengaruhi janin dengan menimbulkan perubahan kardiovaskuler yang
penting, khususnya penutupan premature duktus arteriosus.
untuk pengobatan penyakit arteria koronaria dan hipertensi, mengingat efek relaksasi
otot polos arteriol yang ditimbulkannya.
Diazoksida
Preparat antihipertensi yang sangat poten ini, juga dapat menghambat kontraksi
uterus yang hamil. Efek samping dari pemakaian diazoksida adalah hipotensi maternal,
takikardia, peningkatan curah jantung, hiperglikemia, hiperurisemia dan retensi air,
natrium, kalium,klorida serta bikarbonat. Mungkin tampak jelas bahwa efek samping
yang merugikan dan multipel ini melampaui efek yang bermanfaat dalam pencegahan
persalinan preterm. Obat ini tidak disetujui dan tidak direkomendasikan pemakaiannya
untuk penanganan persalinan preterm.
Preparat Progestasional
Secara historis dengan diketahuinya progesteron parenteral sebagai preparat
yang dapat memperpanjang masa kehamilan pada kelinci, progesterone dan preparat
____________________________________________________________________________________________________ 18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Etanol
Penggunaan etanol yang disuntikkan intravena untuk mencoba menghentikan
persalinan preterm, menjadi popular setelah adanya laporan dari Fuchs dkk. Pada
mulanya etanol dianggap merintangi pelepasan oksitosin dari neurohipofise. Namun
demikian, etanol mungkin memiliki efek depresi langsung pada miometrium. Juga
terlihat bahwa etanol menyebabkan mabuk pada ibu serta janin/bayinya dan
menimbulkan gangguan metabolisme yang berbahaya pada keduanya. Untungnya
memakai etanol untuk keperluan ini telah ditinggalkan.
Tempat bersalin
____________________________________________________________________________________________________ 19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Pada umumnya cara rujukan dapat dikerjakan seperti skema di bawah ini:
____________________________________________________________________________________________________ 20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Pembukaan < 3 cm
Kontraksi berhenti
RUJUK
Terapi Langsung
Pembukaan 3-6 cm tokolitik RUJUK
Jangan dirujuk,
Pembukaan > 6 cm lakukan pertolongn
persalinan di tempat
Obat-obatan
____________________________________________________________________________________________________ 21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Obat obatan yang sering digunakan dalam menangani persalinan prematur ini
ialah kortikosteroid serta obat-obatan tokolitik.
Jenis obat tokolitik serta cara kerjanya:
1. progesteron
menghambat rangsangan sel miometrium
2. β mimetik
aktivasi reseptor β2 miometrium
3. anti prostaglandin
menghambat sintesis dan daya kerja prostaglandin
4. etanol
menghambat sekresi neurohipofise
5. Ca. antagonis
Menghambat penyerapan ion Ca dalam miometrium
6. Oksitosin antagonis
Menghambat reseptor oksitosin miometrium.
Salah satu masalah yang sulit ialah apakah persalinan prematur ini perlu
ditunda atau tidak. Hal ini tergantung pada evaluasi maturitas janin, perkiraan berat
badan janin, maturitas janin, perkiraan berat badan janin, maturitas paru, keadaan janin
intrauterin, stadium persalinannya dihambat.
Ada beberapa sikap yang dapat diambil setelah dilakukan evaluasi semua
keadaan yang telah disebutkan di atas yaitu:
1. menghetikan persalinan dan memperpanjang kehamilan sampai cukup bulan
2. menghentikan persalinan selama sekurang-kurangnya 48-72 jam sambil
mencoba memacu maturitas pada janin
3. membiarkan persalinan berlangsung bila dianggap obat-obat tokolitik tidak ada
gunanya lagi
Indikasi tokolisis harus di taati untuk kebaikan ibu dan bayinya. Ditinjau dari
usia kehamilan maka pengobatan dengan tokolisis jelas bermakna menunda persalinan
dan menurunkan kematian bayi yaitu sebeum usia 33 minggu.
____________________________________________________________________________________________________ 22
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Obat-obat tokolitik ini tidak diberikan bila dijumpai keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Solusio plasenta
2. kematian janin
3. keadaan gawat janin
4. adanya kelainan gross kongenital malformasi
5. preeklamsia yang bertambah berat
6. penyakit-penyakit pada ibu yang memerlukan terminasi dari kehamilannya
7. pecahnya ketuban
____________________________________________________________________________________________________ 23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Seksio sesaria akhir-akhir ini merupakan pilihan terbaik untuk cara pertolongan
persalinan prematur terutama pada bayi-bayi dengan berat badan yang lebih kecil.
Kiranya cara ini masih sulit dilaksanakan di negara kita mengingat biaya serta fasilitas
yang terbatas serta kemampuan perawatan neonatus yang terbatas pula.
Kiranya dapat dikemukakan, hendaknya cara pertolongan persalinan dikerjakan oleh
tenaga ahli sehingga tidak dikerjakan secara “in absentia” oleh tenaga ahli obstetri dan
ginekologi. Episiotomi mutlak dikerjakan dengan atau tanpa ekstraksi forceps, asalkan
selalu diingat untuk menghindari terjadinya trauma pada kala pengeluaran
Perawatan postnatal
Tidak dapat disangkal bahwa hasil akhir dari bayi yang dilahirka sangat
ditentukan oleh perawatan neonatal yang memadai. Kiranya sudah waktunya tiap
Rumah Sakit yang merupakan rujukan bagi daerah sekitarnya dilengkapi dengan
“Neonatal Intensive Care Unit” dengan tenaga dokter ahli anak maupun paramedis
yang terlatih baik sehingga hasil perawatan dapat lebih ditingkatkan.
Kelahiran
____________________________________________________________________________________________________ 25
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Managemen persalinan
____________________________________________________________________________________________________ 26
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Bila persalinan preterm harus terjadi maka ada beberapa pertanyaan yang
timbul.
a. Berapa besar kemapuan klinik menjaga kehidupan bayi preterm atau berapa persen
yang akan hidup menurat berat dan usia gestasi tertentu.
b. Bagaimana persalinan sebaiknya berakhir, dengan seksio atau per vaginam.
c. Komplikasi apa yang akan timbul, misalnya perdarahan otak atau simbol gawat
napas.
d. Bagaimana pendapat pasien dan keluarganya mengenai konsukuensi perawatan
bayi preterm dan kemungkinan hidup atau cacat.
untuk mencegah kelahiran preterm. Ibu sebaiknya dirujuk ke klinik yang mampu
menangani resusitasi, stabilisasi, serta perawatan bayi preterm. Kebijakan penanganan
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi setempat yang memerlukan evaluasi terus-
menerus guna mengurangi mortalitas dan morbiditas bayi preterm.
DAFTAR PUSTAKA
____________________________________________________________________________________________________ 29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Cunningham, FG, et al. 2005. Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of
America: McGraw Hill
Friedman EA, et al. 1998. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri edisi 2.
Jakarta: Binarupa Aksara
Saifuddin, AB. 2001. Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: JNPKRR-POGI
Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: JNPKRR-POGI
Sumampouw, H. Diagnosis dan Penanganan Partus Preterm. Surabaya: Seksi
Perinatologi RSUD Dr Soetomo/FK Unair
____________________________________________________________________________________________________ 30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006
Persalinan Preterm
Tucker, SM. 2004. Pemantauan & Pengkajian Janin edisi 4. Jakarta: EGC
____________________________________________________________________________________________________ 31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta 2006