Professional Documents
Culture Documents
KEMENKES JAKARTA II
MATERI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA II
Kalibrasi no loud dilakukan pada saat tidak di pasang pada beban yaitu dengan
melepas tabung x-ray. Pada kalbrasi no loud ini dilakukan pengkalibrasian pada beberapa
faktor yaitu :
a) Faktor efektifitas autotransformator atau power supply.
b) Faktor efektifitas High Tension Transformator ( HTT ).
c) Faktor perbandingan antara transformator primer HTT dengan
transformator sekunder HTT.
d) Faktor perubahan tegangan dari tegangan efektif ke tegangan yang di ukur
( peak ).
Faktor – faktor di atas terjadi pada transformator, pada transformator selalu ada
kerugian – kerugian yang menyebabkan beberapa faktor diatas. Kerugian – kerugian yang
disebabkan oleh transformator yaitu :
Kalibrasi ini dilakukan dengan menggunakan atau dipasang pada sparegap, dimana
sparegap ini terdiri dari 2 bola ( S1 dan S2 ) yang terbuat dari besi yang di topang oleh
penyangga yang dilengkapi dengan skala yang berguna untuk mengetahui jarak antara kedua
bola tersebut. Pada bola besi S1 dipasangkan kutub anoda dari tabung x-ray, bola besi S1 ini
bekerja sebagai stasioner yaitu hanya diam atau tidak dapat diatur posisinya dan pada bola
besi S2 dipasangkan kutub katoda dari tabung x-ray, bola besi ini bekerja sebagai variabel
yaitu bisa atau dapat diatur posisinya.
CARA KERJA :
Setelah loncatan bunga api pertama maka pemberian tegangan masukan di atur
pada kondisi lebih tinggi dari semula. Kemudian kita atur jarak kedua bola hingga
menimbulkan loncatan bunga api. Kemudian kita lihat di skala dimana pada jarak 2,7 cm
tegangan yang di hasilkan sebesar 70 KV.
Kemudian di atur kembali seperti di atas, dan lihat skala sampai menunjukkan jarak
3,9 cm tegangan yang dihasilkan 90 KV. Setiap 3 kali pengukuran perubahan KV antara 2 bola
besi ( S1 dan S2 ) tersebut di atur ke posisi awal setiap pengukurannya.
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA II
I/V / R
o
m
DIV R/D
R
o
m
I/V /
Kalibrasi dengan KVP mentor dilaksanakan agar mendapatkan nilai KVP yang sesuai
dengan yang diatur. Kalibrasi ini biasanya untuk pesawat rontgen multipurpose atau
komputerize. Saat sinar X menembus materi akan terjadi penyerapan radiasi. Daya tembus
radiasi tersebut ditentukan oleh besarnya perbedaan potensial antara anoda dan katoda.
Besarnya beda potensial tersebut ditentukan oleh pemilihan tegangan tinggi atau KVP.
Besarnya KVP tersebut selain menentukan bentuk besarnya daya tembus juga akan
menentukan bentuk spektrum dari radiasi yang dihasilkan. Misalkan untuk 70 KV akan
berbeda dengan spektrum yang dibentuk pada 100 KV.
KVP mentor ini terdiri dari 2 buah filter alumunium yang tebalnya masing – masing
1,5 mmAL dan 0,75 mmAL. Dan KVP mentor ini juga dilengkapi dengan peralatan elektronik
seperti ionitation chamber, current to voltage, rangkaian penguat diferensial, ratio
formation (DIV ),
Ionitation chamber ini disebut bilik ionisasi yang berfungsi sebagai pengubah sinar X
menjadi arus sinyal listrik lalu arus sinyal listrik. Keluaran dari ionisasi chamber akan
dibandingkan keluar 1,25 dan 0,75, sehingga terjadi ratio diantaranya alat ini juga dilengkapi
dengan system komputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga dihasilkan
perbandingan dari keluaran kedua sinyal tersebut diistilahkan dengan Q = Quitation Ration
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA II
Formation, ionisasi chamber pada pengukuran ini diletakkan persis dibawah kolimator. Arus
sinyal listrik ini dirubah oleh current to voltage menjadi tegangan yang akan dikuatkan oleh
rangkaian penguat diferensial dan dirubah menjadi penunjukkan pada komputer pada DIV,
lalu diproses menuju ke ROM ( Read Only Memory ) sebagai penyimpanan data dan juga
sebagai pengubah untuk di tampilkan pada display.
3.2. SOP ( Standar Operasional Prosedur ) kalibrasi dengan kalibrator Piranha ( terbuat dari
perancis ).
TUBE I
AC TUBE
TUBE II Pb1 I
TIMER
Ry 1 Pb 3
mA - + TUBE
SWE II
anoda
VD
Ry 2 1 : 10.000
Pb 2
VD
1 : 10.000
TUBE
II
Pb 4
Oscilloscop + katoda
Oscilloscop -
GND
GND
CARA KERJA :
Pada saat setelah KV, mA dan timer di atur, SWE ditekan maka arus akan mengalir ke
HTT kemudian masuk ke penyearah diode bridge. Misalnya kita ingin melakukan kalibrasi
pada TUBE I maka TUBE tersebut diganti dan dilepas dan dipasang dengan oscilloscope dan
TUBE II tetap dipasang , dan jika ingin mengkalibrasi TUBE II maka TUBE tersebut diganti dan
dilepas dan dipasang dengan oscilloscope dan TUBE I tetap dipasang.
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES JAKARTA II
Kemudian pilih change over switch untuk memilih TUBE I atau TUBE II yang akan di
kalibrasi. Over switch TUBE I dan TUBE II di jumper. Maka arus mengalir ke Ry 1 energize
atau bekerja sehingga menyebabkan menutupnya contactor yang tadi normally open
menjadi close ( Pb1 dan Pb2 ), karena over switch TUBE I dan TUBE II di jumper maka Ry 2
juga energize atau bekerja sehingga menyebabkan menutupnya contactor yang tadi
normally open menjadi close ( Pb3 dan Pb4 ) sehingga arus mengalir secara bersamaan.
Arus yang keluar dari HTT mengalir ke penyearah diode brige yang akan disearahkan
menjadi DC full wave. Sehingga arus DC positif ( + ) tersebut mengalir memberikan polaritas
positif ke anoda melalui Pb 1, dan juga mengalir memberikan polaritas positif ke voltage
deveider ( VD ) melalui Pb 3. Dan arus DC negatif ( - ) tersebut mengalir memberikan
polaritas negatif ke katoda melalui Pb 2, dan juga mengalir memberikan polaritas negatif ke
voltage deveider ( VD ) melalui Pb 4. Perbandingan Voltage deveider ( VD ) yaitu 1 : 10.000.
Jadi jika mensetting KV sebesar 10 KV maka tegangan output pada voltage deveider harus
menunjukkan + 1 volt ( untuk oscilloscop + ) dan – 1 volt ( untuk oscilloscop - ). Karena
oscilloscop tidak dapat menerima tegangan tinggi maka tegangan yang keluar harus di
bandingankan oleh voltage deveider ( VD ).