You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan energi semakin meningkat.
Tetapi hal ini tidak diimbangi oleh pasokan energi yang memadai karena terbatasnya
energi fosil. Untuk itu kita harus menemukan alternatif sumber energi lain yang dapat
menghasilkan energi secara kontinu demi berlangsungnya kehidupan manusia, yaitu
menggunakan energi terbarukan yang tersedia sepanjang tahun.
Indonesia sebagai negara maritim, 2/3 wilayahnya terdiri dari laut. Sebagai
akibatnya Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang didunia setelah Kanada.
Panjang pantai Indonesia sekitar 80.000 Km dan luas lautnya adalah sekitar 52 juta
Km2. Diantara lautnya ada yang memiliki potensi untuk digali energi gelombangnya
karena memiliki gelombang laut yang cukup potensial dikonversikan menjadi energi
listrik sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil seperti di daerah
pantai barat Pulau Sumatra, Pantai Selatan Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara Timur, di
perairan Laut Kepulauan Natuna dan di laut di wilayah Indonesia Bagian Timur. Oleh
karena itu energi dari laut ini adalah sebuah solusi yang sangat tepat dan strategis
bagi bangsa dan negara Indonesia untuk memenuhi kelangsungan kehidupan manusia
akan energi.
Energi dari laut ini ada 3 macam, yaitu: energi ombak, energi pasang surut dan
energi panas laut. Dan yang akan dibahas kali ini adalah energi energi pasang surut
(tidal wave). Energi pasang surut adalah energi kinetik dari pemanfaatan beda
ketinggian pasang permukaan laut antara saat pasang dan surut. prinsip kerja dari
energi pasang surut ini sama dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana potensi sumber energi gelombang laut di dunia?
2. Bagaimana teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik?
3. Bagaimana jika Indonesia memanfaatkan konversi energi gelombang
menjadi listrik?
4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang
menjadi listrik?
5. Bagaimana prinsip kerja pembangkit listrik tenaga pasang surut?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami potensi sumber energi gelombang laut di dunia.
2. Memahami teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik.
3. Dapat menganalisis apakah Indonesia dapat memanfaatkan konversi
energi gelombang menjadi listrik.
4. Memahami kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang
menjadi listrik.
5. Memahami prinsip kerja pembangkit listrik tenaga pasang surut.

1.4. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang teknik konversi energi khususnya mengenai konversi energi
gelombang laut menjadi energi listrik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Potensi Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik di Dunia


Selain panas laut dan pasang surut, masih terdapat satu lagi energi samudera
yaitu energi gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan
pemanfaatan energi yang tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah
banyak meneliti hal ini adalah Inggris. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada,
deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar pantai Selandia Baru dengan
tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per
meter panjang ombak. Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3
meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk ombak dengan
ketinggian 100 meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 KW per meter. Di
Indonesia, banyak terdapat ombak yang ketinggiannya di atas 5 meter sehingga
potensi energi gelombangnya perlu diteliti lebih jauh. Negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda, banyak menaruh perhatian
pada energi ini. Lokasi potensial untuk membangun sistem energi gelombang adalah
di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bisa
dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Ocean energi memfokuskan pengembangan pembangkit listrik gelombang laut
dengan membuat oscilating water column yang mengapung di atas sebuah ponton
dengan dipancangkan di dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang dihasilkan
dialirkan melalui kabel transmisi menuju ke daratan. Berlokasi di Irlandia, sebuah
negara yang terletak di salah satu tempat dengan iklim yang mendukung terjadinya
gelombang laut dengan energi yang lebih dari cukup untuk dipanen, perusahaan
tersebut memiliki lokasi yang tepat untuk melakukan riset dan pengembangan.
Sistem pembangkit listrik tersebut terdiri dari chamber berisi udara yang
berfungsi untuk menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun
melalui saluran yang berada di bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan
generator. Gerakan air naik dan turun yang seiring dengan gelombang laut
menyebabkan udara mengalir melalui saluran menuju turbin. Turbin tersebut didesain
untuk bisa bekerja dengan generator putaran dua arah. Sistem yang berfungsi
mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas permukaan laut dan
terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus kedap air,
sehingga bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa
memanfaatkan efisiensi optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir
gelombang-gelombang yang ekstrim. Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang
dalam kondisi normal. Hal tersebut bisa dicapai dengan digunakannya katup khusus
yang menghindarkan turbin tersebut dari overspeed.

2.2. Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik


Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan energi gelombang air laut :
 Energi Ombak
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk
menggerakkan turbin. Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang
naik menekan udara keluar dari ruang generator dan menyebabkan turbin
berputar ketika air turun, udara bertiup dari luar ke dalam ruang generator dan
memutar turbin kembali.(lihat gambar di sampin
 Pasang surut air laut
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang
surut. Ketika pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam
reservoir. Kemudian ketika air surut, air di belakang reservoir dapat dialirkan
seperti pada PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang
pasang yang besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang
pasang dan gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki
kriteria ini. Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem
ini. Sebuah pembangkit listrik di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi
kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.
 Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy)
Cara lain untuk membangkitkan listrik adalah dengan memanfaatkan
perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita akan
merasakan bahwa semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah
(dingin).
Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari
memanasi permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat
dingin. Itulah sebabnya penyelam menggunakan baju khusus ketika mereka
menyelam. Baju tersebut akan menjaga agar suhu tubuh mereka tetap hangat.
Pembangkit listrik bisa dibangun dengan memanfaatkan perbedaan
suhu untuk menghasilkan energi. Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-
kurangnya 380 fahrenheit antara suhu permukaan dan suhu bawah laut untuk
keperluan ini. Cara ini dinamakan Ocean Thermal Energy Conversion atau
OTEC. Cara ini telah digunakan di Jepang dan Hawaii dalam beberapa proyek
percobaan.
Pengkonversian energi gelombang terdiri dari 3 (tiga) sistem dasar
yaitu : sistem kanal yang menyalurkan gelombang ke dalam reservoir atau
kolam, sistem pelampung yang menggerakan pompa hidrolik, dan sistem
osilasi kolom air yang memanfaatkan gelombang untuk menekan udara di
dalam sebuah wadah. Tenaga mekanik yang dihasilkan dari sistem-sistem
tersebut ada yang akan mengaktifkan generator secara langsung atau
mentransfernya ke dalam fluida kerja, air atau udara, yang selanjutnya akan
menggerakan turbin atau generator
Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan
mencapai 2 hingga 3 juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu yang
kondisinya sangat bagus, kerapatan energi gelombang dapat mencapai harga
rata-rata 65 megawatt per mil garis pantai. Ada 3 cara untuk menangkap
energi gelombang, yaitu:
1. Dengan pelampung.
Dimana alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerhana
vertikal dan rotasional pelampung. Alat ini dapat ditambatkan pada
sebuah rakit yang mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut.

2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column).


Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat
gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya
kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang
bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.

3. Wave Surge atau Focusing Devices.


Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau
kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur
kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang,
membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang
mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk
membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower.
Gambar 2.1. Contoh pusat stasiun pembangkit listrik gelombang laut
Seperti di negara Australia, Pusat stasiun pembangkit listrik
gelombang laut komersial yang pertama di Australia mengapung persis
dilepas pantai Australia. Stasiun pembangkit tersebut siap untuk
menyalurkan tenaga listrik dan air minum disekitar 500 rumah selatan
Sydney, Australia. Listrik dihasilkan ketika muncul gelombang yang
menerpa corong yang menghadap ke lautan; gerakan ini mengalirkan
udara melalui pipa dan masuk ke putaran roda air (turbin) yang mampu
memompa 500 kw daya listrik setiap harinya ke jaringan kota. Stasiun
ini merupakan proyek pencontohan untuk pemasangan dalam skala
yang lebih besar yang akan dibangun di pantai selatan Australia. Minat
untuk membangun tempat yang sama telah berdatangan dari Hawai,
Spanyol, Afrika Selatan, Meksiko, Cili, dan Amerika Serikat. John
Bell, Direktur Keuangan Energetech yang mengembangkan stasiun
tersebut, mengatakan bahwa ”Energi gelombang merupakan sumber
energi yang tiada habisnya dibandingkan sumber energi alam lainnya.
Gelombang selalu ada dan tidak hilang seperti matahari dan angin.”

Gambar 2.2. Permanent Magnet Linear Buoy


Peneliti Universitas Oregon mempublikasikan temuan
teknologi terbarunya yang diberi nama Permanent Magnet Linear
Buoy. Diberi nama buoy karena memang pada prinsip dasarnya,
teknologi terbaru tersebut dipasang untuk memanfaatkan gelombang
laut di permukaan. Berbeda dengan buoy yang digunakan untuk
mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami. Peneliti
Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil listrik tersebut yaitu
dengan mengapungkannya di permukaan. Gelombang laut yang terus
mengalun dan berirama bolak-balik dalam buoy ini akan diubah
menjadi gerakan harmonis listrik. Sekilas bila dilihat dari bentuknya,
buoy ini mirip dengan dinamo sepeda
Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada
bagian dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi
sebagian tenggelam dan sebagian lagi mengapung. Kuncinya, terdapat
pada perangkat elektrik yang berupa koil (kumparan yang mengelilingi
batang magnet di dalam buoy). Saat ombak mencapai pelampung,
maka pelampung akan bergerak naik dan turun secara relatif terhadap
batang magnet sehingga bisa menimbukan beda potensial dan listrik
dibangkitkan. Tentu saja agar dapat bergerak koil tersebut ditempelkan
pada pelampung yang dikaitkan ke dasar laut, kata Annette von
Jouanne, teknisi dari Oregon State University (OSU). Jouanne
menuturkan dalam percobaan sistem ini diletakkan kurang lebih satu
atau dua mil laut dari pantai. Kondisi ombak yang cukup kuat dan
mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan menghasilkan
listrik dengan tegangan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
Universitas Oregon, setiap pelampung mampu menghasilkan daya
sebesar 250 kilowatt.
Ada beberapa pilihan untuk menghasilkan daya tersebut, ujar
Jouanne. Penjelasan di atas menggunakan teknik koil yang bergerak
naik turun, tetapi bisa juga dengan teknik batang magnet yang bergerak
naik turun. Pilihan kedua dengan menggunakan pelampung,
penempatan koil dan batang magnet bisa juga ditempatkan di dasar
atau di permukaan laut. Jouanne menuturkan, teknologi yang
ditawarkannya tersebut memiliki banyak keuntungan dibandingkan
dengan teknologi laut.
Ketersediaan teknologi ini mencapai 90 persen dan kerapatan
energi yang dihasilkannya lebih tinggi. Mesin sendiri juga dapat dirakit
dan digunakan dalam skala kecil maupun besar tergantung pada energi
yang dibutuhkan. Potensi penggunaan energi pun bisa diterapkan di
banyak negara terutama yang memiliki kawasan pantai. Dibandingkan
dengan energi angin atau matahari, energi gelombang laut
kerapatannya jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan
Wallace menyebutkan penyediaan energi gelombang ini dengan hanya
200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar
seperti Portland sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat
melimpah tanpa harus menarik bayaran. Peneliti percaya jika hasil
penelitian tersebut benar-benar dioptimalkan di sepanjang pantai,
seluruh energi listrik di dunia sudah bisa terpenuhi. Jumlah ini ditaksir
hanya mengambil 0,2 persen energi pantai, kata Alan. Keyakinanya
semakin lebih diperkuat dengan efisiensi penghasilan energi yang
tinggi dan besar, energi gelombang laut ini bisa menjadi energi utama
pengganti energi sekarang.
Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal
lain yang dapat memberikan keuntungan di bidang lingkungan hidup.
Energi ini lebih ramah Iingkungan, tidak menimbulkan polusi suara,
emisi CO2, maupun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan
ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk koloni terumbu karang
di sepanjang jangkar yang ditanam di dasar laut. Pada kasus-kasus
seperti ini biasanya lebih menguntungkan karena ikan dan binatang
laut selalu lebih banyak berkumpul. Penempatan buoy dengan ukuran
yang tidak terlalu besar juga tidak mengganggu pelayaran. Rata-rata
dengan besar buoy kurang dari dua meter, kapal besar atau kecil bisa
melihat obyek tersebut dan dapat menghindarinya. Energi listrik
namun yang secara efisien bisa dialihkan menjadi energi listrik adalah
gelombang laut.
-

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi


Listrik
 Kelebihan:
1. Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan
pernah habis.
2. Tidak menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya.
3. Mudah untuk mengkonversi energi listrik dari energi mekanik pada
ombak.
4. Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah
lingkungan, energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang
besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini
disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga
dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil
dibandingkan dengan turbin angin.
5. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang
kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan
memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada
kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.

 Kekurangan:
1. Diperlukan alat khusus yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga
tenaga ahli sangat diperlukan.
2. Output dari pembangkit listrik tenaga pasang surut mengikuti grafik
sinusoidal sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi
Bumi-Bulan-Matahari.
3. Biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar.
4. Tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem
turbin, sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja
secara terus-menerus selama lebih kurang lima tahun.
5. Menggunakan pasang surut gelombang sebagai pembangkit energi
listrik, bisa mengakibatkan rotasi bumi melambat 24 jam tiap 2000
tahun.

2.4. Konversi Energi Gelombang di Indonesia


Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber
energi alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang
terbarukan dan tak terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam,
sumber energi yang tak terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah Indonesia
adalah methane hydrate. Methane hydrate adalah senyawa padat campuran antara gas
methan dan air yang terbentuk di laut dalam akibat adanya tekanan hidrostatik yang
besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi
yang timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (Ocean
Thermal Energy Conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi
permukaan air akibat pasang surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini hanya
energi gelombang yang tidak dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat karena
keberadaan energi gelombang sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan OTEC,
energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi arus laut dapat diprediksi
kapasitasnya dengan tepat di atas kertas. Untuk mendukung kebijaksanaan
pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada dua
sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari daratan dan
sumber energi yang berasal dari laut. Untuk Jawa yang padat penduduknya,
pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan energi alternatif yang berasal dari
daratan kemungkinan Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A,
2002) lokasi yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai
kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah
2.5 m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s.
Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif
dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas
sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau
penangkapan ikan. Gelombang laut sangat potensial dikonversikan menjadi energi
listrik, khususnya karena Indonesia memiliki pantai yang sangat panjang yang bisa
diberdayakan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Balai
Pengkajian Dinamika Pantai BPPT beberapa tahun yang lalu sudah melakukan kajian
Hybrid Power Energy dengan mendisain dan membangun sistem energi gelombang
laut dengan peralatan berbasis Oscilating Water Column (OWC).
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC
ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga
terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara
ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator
listrik sehingga menghasilkan listrik. Sistem ini diakuinya belum pernah dibangun di
Indonesia sehingga pelaksanaan disain dan pembangunan prototipe sistem OWC ini
adalah yang pertama kali dilaksanakan. Rencananya pada 2007 akan dilaksanakan
pengembangan rancang bangun Pembangkit Listrik Energi Gelombang untuk
menghasilkan listrik 2,5 KVA hingga 500 kVA yang disesuaikan dengan pendanaan
yang tersedia, pemerintah ataupun swasta. Prototipe yang telah diujicobakan adalah
dengan struktur baja yang untuk output 1KVA dicapai efisiensi 30 persen dan dengan
struktur beton yang untuk output 1 KVA dicapai efisiensi 45 persen. Jika
didayagunakan secara optimal maka energi konversi gelombang laut akan menjamin
ketersediaan energi listrik sepanjang tahun sehingga suplai listrik tidak akan
tergantung pada pergantian dan perubahan musim, ujarnya. Fenomena fisik laut
seperti pergerakan pasang surut, gelombang, panas laut, angin laut dan perubahan
salinitas seluruhnya bisa dikonversikan menjadi listrik.

2.5. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut.


Cara kerjanya adalah apabila muka air laut (surut) sama tingginya dengan
muka air dalam waduk maka aluran air ke turbin ditutup. Sementara itu muka air laut
(pasang) naik terus. Ketika tinggi muka air laut mencapai kira-kira setengah tinggi air
pasang maksimum, maka katup saluran air ke turbin dibuka dan air laut masuk ke
dalam waduk melalui saluran air ke turbin, dan menjalankan turbin dan generator
dalam hal tersebut tinggi muka air di dalam waduk akan naik. Apabila muka air laut
telah mencapai ketinggian maksimumnya tetapi masih lebih dari muka air dalam
waduk, turbin generator dan air dalam waduk menjadi sangat kecil.
Sehingga turbin generator tidak bekerja pada keadaan tersebut katup simpang
(bypass valve) yang menghubungkan laut dengan waduk dibuka, sehingga air laut
lebih cepat masuk mengisi waduk, ketika muka air laut dan air di dalam waduk sama
tingginya, baik katup simpang maupun katup saluran turbin ditutup. Pada keadaan
tersebut tinggi muka air dalam waduk tetap konstan sedangkan tinggi muka air laut
terus surut. Apabila pebedaan tinggi antara permukaan air laut dan permukaan air
dalam waduk sudah cukup besar maka turbin dijalankan dengan membuka katup air
ke turbin pada keadaan tersebut air mengalir dari waduk ke laut melalui turbin
sehingga turbin berputar dan permukaan air dalam waduk turun. Proses ini terus
berlangsung sampai tinggi air dalam waduk tidak cukup untuk menjalankan turbin,
dan katup simpang dibuka supaya air yang masih ada di dalam waduk cepat keluar
mengalir ke laut.
Dalam keadaan tersebut air laut masih surut atau telah naik tetapi masih belum
mencapai tinggi turbin setelah waduk kosong atau ketika permukaan air laut dalam
waduk sama tingginya dengan muka air laut, katup simpang dan katup masuk turbin
ditutup kembali. Demikianlah proses tersebut terjadi berulang-ulang mengisi dan
mengosongkan air dalam waduk untuk menjalankan turbin generator dengan
memanfaatkan proses air pasang dan air surut. Pusat listrik tenaga pasang surut
biasanya dibuat dengan waduk berukuran besar supaya dapat dibuat secara ekonomis
dengan menghasilkan listrik yang banyak.

Gambar 2.3. Pusat tenaga listrik waduk tunggal


Dari gambar di atas turbin yang digunakan adalah turbin air dua arah yang
nantinya untuk membangkitkan daya pada waktu pasang dan pada waktu surut. Hal
ini dapat dilakukan selama 12,5 jam dalam/hari dengan periode 2x sehari. Periode
pengosongan waduk dilakukan pada saat permukaan air laut mulai turun sehingga
turbin dapat berputar 24 jam. Turbin yang di sini ialah turbin dua arah seperti gambar
di bawah ini.

Gambar 2.4. Turbin dua arah


Namun jenis turbin paling cocok digunakan adalah jenis turbin dua arah yaitu
turbin air jenis “bulb” yang gambarnya seperti dibawah ini.
Gambar 2.5. Bulb turbine
Turbin-turbin ini putarannya lebih lambat dari kebutuhan putaran generator
sehingga dibutuhkan sistem percepatan putaran dalam bentuk “gear box” yang
nantinya perputaran yang dibutuhkan generator yang sesuai.
Untuk lebih jelasnya grafik dibawah ini yaitu grafik yang menunjukkan urutan
operasi pembangkitan daya pada waktu pasang dan pada waktu surut.

Gambar 2.6. Grafik hubungan daya yang dibangkitkan dengan waktu pasang/surut
Dalam grafik di atas untuk mengetahui debit air jatuh yang diperoleh dari
operasi pompa yang biasanya dilaksanakan pada saat terjadi beban puncak maka
dapat diibuat grafik yang mana dalam grafik itu menjelaskan urutan operasi turbin-
pompa di La-Rance dalam grafik tersebut terlukis garis tinggi permukaan air laut,
berupa suatu sinusoida, yang titik tertinggi berupa situasi pasang. Dengan garis-garis
terputus dilukis tinggi permukaan ari dalam waduk. Pada asasnya, antara tenaga
pasang surut dan tenaga air konvensional terdapat persamaan, yaitu kedua-duanya
adalah tenaga air yang memanfaatkan gravitasi tinggi jatuh air untuk pembangkit
tenaga listrik.
Perbedaan-perbedaan utama, secara garis besar, antara pembangkit listrik
tenaga pasang surut disbanding pembangkit listrik tenaga air konvensional adalah:
 Pasang surut menyangkut arus air periodik dua arah dengan dua kali
pasang dan dua kali surut tiap hari.
 Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan konstruksi yang
lebih tahan korosi daripada dimiliki material untuk air tawar.
 Tinggi air jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11meter) bila dibandingkan
dengan instalasi-instalasi hidro lainnya.

You might also like