You are on page 1of 21

BRONKOPNEUMONIA

A. DEFINISI
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne
C,2002).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi klinis panas yang
tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta btuk kering
dan produktif (Hidayat, 2008)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan
parenkim paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi bercak-
bercak (patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya berpusat di sekitar
bronkus yang mengalami peradangan multifocal atau bilateral (Putri, 2010).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung dari saluran pernapasan atau hematogen sampai
ke bronkus )Sujono dan Sukarmin 2009 dalam Rufaedah 2010).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan
inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan
mengenai ,lobuslus terdekat (Muscari, 2005).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang disebbakan
baik mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang ditandai dengan
bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru (Mitchell et al, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkopneumonia termasuk jenis infeksi paru yang disebabkan
agen infeksius dan terdapat pada daerah bronkus dan sekitar alveoli (Nurarif dan
Kusuma, 2013).
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi pada
paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan oleh bakteri atau
virus.

B. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Penyebab paling sering
adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza, Proteus sp dan pseudomonas
aeruginosa (Putri, 2011).
C. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru
melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam
alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada
dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat
dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan
(eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah
fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan
mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi
di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada
bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri 2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang
meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya diawali dengan
infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan perjalanan penyakit maka
hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik
tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus
dan sedang. (Ngastiyah, 2005).
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
E. PATHWAY
Jamur, virus, bakteri, protozoa

- Penderita yang
dirawat di RS
- Penderita yang
mengalami supresi sistem
Saluran pernapasan atas

Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh Penge- Naiknya
peredaran darah pirogen eksogen luaran termo-
Pelepasan histamin stat
(bakteri/virus/jamur) pirogen
Kuman terbawa di saluran cerna Hipertermia
endoge
Proses peradangan (36,4-37,50 C)
n
Peningkatan peristaltic
Peningkatan flora normal dalam usus Usus Malabsorbsi
Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus
Peningkatan metabolisme
Diare
Akumulasi secret di bronkus
Mucus bronkus meningkat Kehilangan cairan aktif
Ketidakefektifan bersihan
Bau mulut tidak sedap Infeksi saluran
jalan napas Resiko kekurangan volume cairan
Suara napas tambahan (+) Anoreksia pernapasan bawah
Intake
(Ronkhi, kurang
crackles.)
Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah
Ketidakseimbangan nutrisi alveoli Gangguan pertukaran gas
kurang dari kebutuhan Gangguan difusi dalam plasma PaO2 pada bayi: 45-95 mmHg
PaCO2 normal pada bayi : 27-40 mmHg
Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah
Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

F.Retraksi dada/
KOMPLIKASI
napas cuping hidung Akumulasi asam laktat

1. Atelektasis :Pengembangan paru yang tidak sempurna


Ketidakefektifan pola napas Fatique
2.RR normal
Atelektasis
: 40-60 x/menit :Pengembangan paru yang tidak sempurna

(Nurarif dan Hardhi, 2013)


3. Abses paru :pengumpulan pus padaIntoleransi
jaringan paru yang
aktivitas

meradang.
4. Infeksi sistomik
5. Endokarditis :peradangan pada endocardium
6. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.
G. DATA PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada saat
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak,
konsolidasi, infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis
pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan
organisme penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.
a. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
b. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transport muskusilier
c. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien bronkopneumonia
adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu
antibiotic. Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus dirawat inap.
Makah al yang perlu diperhatikan adalah pemilihan antibiotic berdasarkan usia,
keadaan umum, dan kemungkinan penyebab. Antibiotic yang mungkin diberikan
adalah penosolin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan
kloksasilin atau eritromisin dan kloramfenikol dan sejenisnya.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan
sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3
bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya
terpajanpada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,
serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung /
takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan
masa otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.

1. DP Dan FOKUS INTERVENSI


Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d mucus Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
dalam jumlah Respiratory status : Airway oral/tracheal suctioning
berlebihan patency (0410) 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Mendemonstrasikan suctioning
batuk efektif dan suara 3. Informasikan kepada klien
napas yang bersih, tidak dan keluarga tentang
ada sianosis dan dispneu suctioning
(mampu mengeluarkan 4. Minta klien napas dalam
sputum, mampu sebelum melakukan
bernapas dengan mudah, suctioning
tidak ada pursed lip) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan menggunakan nasal
napas yang paten (Klien 6. Anjurkan pasien untuk
tidak merasa tercekik, istirahat dan napas dalam
irama napas, frekuensi setelah kateter dikeluarkan
pernapasan dalam dari nasotrakeal
rentang normal, tidak 7. Monitor status oksigen
ada suara napas pasien
abnormal) 8. Anjurkan keluarga
3. Mampu bagaimana melakukan
mengidentifikasi dan suction
mencegah factor yang 9. Hentikan suction dan
dapat menghambat jalan berikan oksigen apabila
napas. psien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll
Airway Management (3140)
1. Buka jalan napas
menggunakan teknik lift
atau jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan
napas buatan.
4. Lakukan fisioterapi dada
bila perlu.
5. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas,
catat adanya suara
tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2

2. Gangguan NOC NIC


pertukaran gas Respiratory status : Gas Airway Management (3140)
b.d ventilasi- Exchange (0402) 1. Buka jalan napas
perfusi. Respiratory status : menggunakan teknik lift
ventilation(0403) atau jaw thrust bila perlu.
Vital sign status (0802) 6. Posisikan pasien
Kriteria hasil : untuk memaksimalkan
1. Klien mampu ventilasi
mendemonstrasikan 7. Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi perlunya pemasangan alat
dan oksigenasi yang jalan napas buatan.
adekuat 8.Lakukan fisioterapi dada
2. Memelihara bila perlu.
kebersihan paru-paru 9.Keluarkan secret dengan
dan bebas dari tanda- batuk atau suction
tanda distress 10. Auskultasi suara
pernapasan napas, catat adanya suara
3. Mendemonstrasikan tambahan.
batuk efektif dan suara 11. Berikan
napas yang bersih, tidak bronkodilator bila perlu
ada sianosis dan dispneu 12. Atur intake cairan
(mampu mengeluarkan untuk mengoptimalkan
sputum, mampu keseimbangan.
bernapas dengan mudah, 13. Monitor respirasi
tidak ada pursed lip) dan status O2
4. Tanda-tanda vital Respiratory Monitoring (3350)
dalam rentang normal 1. Monitor rata-rata
kedalaman, irama dan
usaha respirasi.
2. Catat pergerakan
dada, amati kesimetrisan,
penggunana otot tambahan,
retraksi otot subklavikular
dan interkostal.
3. Monitor suara
napas seperti dengkur
4. Monitor pula pola
napas bradipneu, takipneu,
hiperventilasi,cheyne stoke
5. Monitor otot
diafragma (gerakan
paradoksis)
6. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan/ tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan.
7. Tentukan
kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crackels
dan ronkhi pada jalan
napas.
8. Auskultasi suara
paru untuk mengetashui
hasil tindakan

3. Intoleransi NOC NIC


aktivitas b.d Energy conservation (0002) Activity therapy (4310)
ketidakseimbang Activity tolerance (0005) 1. Kolaborasikan dengan
an antara suplai Self care: ADLs (0300) tenaga rehabilitasi medik
dan kebutuhan Kriteria hasil : dengan merencanakan
oksigen 1. Berpartisipasi dalam program yang tepat.
aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan.
RR 3. Bantu memilih aktivitas
2. Mampu melakukan yang konsisten sesuai
aktivitas sehari-hari dengan kemampuan fisik,
(ADLs) secara mandiri. psikologi dan social
3. Tanda-tanda vital 4. Bantu untuk
normal mengidentifikasi dan
4. Energy psikomotor mendapatkan sumber yang
5. Level kelemahan diperlukan untuk aktivitas
6. Mampu berpindah: yang diinginkan.
dengan atau tanpa 5. Bantu klien membuat
bantuan alat jadwal latihan di waktu
7. Status luang.
kardiopulmonari adekuat 6. Bantu keluarga untuk
8. Sirkulasi status baik mengidentifikasi
9. Status respirasi: kekurangan dalam
pertukaran gas dan beraktivitas
ventilasi adekuat 7. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual.
4. Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang Nutritional status: food and Nutrition Management (1100)
dari kebutuhan fluid intake (1008) 1. Kaji adanya alergi
tubuh b.d Nutritional status: nutrient makanan
ketidakmampuan intake (1009) 2. Kolaborasi dengan hali
menelan Weight control (1006) gizi untuk menentukan
makanan Kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi
1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien.
berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan protein dan
2. Berat badan ideal vitamin C
sesuai dengan tinggi 4. Berikan subtansi gula.
badan 5. Yakinkan diit yang
3. Mengidentifikasi dimakan mengandung tinggi
kebutuhan nutrisi serat untuk mencegah
4. Tidak ada tanda-tanda konstipasi
mal nutrisi 6. Ajarkan pasien/keluarga
5. Menunjukan untuk membue=at catatan
peningkatan fungsi makanan harian
pengecapan dari 7. Berikan informasi
menelan. tentang kebutuhan nutrisi
6. Tidak terjadi 8. Kaji kemampuan pasien
penurunan BB yang untuk mendapatkan nutrisi
berarti yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring(1160)
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah.
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total protein, Hb
dan kadar Ht
11. Monitor pucat,
kemerahan dan kekeringan
jaringan konjungtiva
12. Catat adanya
edema, hipereremik,
hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral.
13. Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet.

5. Hipertermia b.d NOC: NIC


proses penyakit - Thermoregulation (0800) Penanganan Demam (3740)
1. Monitor suhu
Setelah dilakukan tindakan setiap 4 jam sekali
2. Monitor
keperawatan selama 3x24 kehilangan cairan
jam klien menunjukan 3. Monitor warna
kulit dan suhu
Thermoregulasi yang baik 4. Monitor tekanan
dengan criteria hasil sebagai darah, denyut jantung, dan
berikut : respirasi, jike dibutuhkan
5. Monitor level
1. HR klien kesadraan
6. Monitor nilai
dalam rentang normal WBC, Hgb, dan HCt
(Neonatus 120-140 7. Monitor masukan
dan keluaran cairan
rpm) 8. Beri obat
2. Suhu tubuh antiseptik, jika dibutuhkan
9. Beri obat penurun
klien dalam batas
panas
normal (36,5 – 37,50 C 10. Ganti pakaian
untuk aksila) pasien dengan pakaian
tipis
3. Tidak ada
11. Kaji peningkatan
perubahan warna kulit pengeluaran dan
4. RR dalam masukkan dari cairan
12. Beri cairan IV
batas normal 13. Aplikasikan
(30-60 rpm) compress hangat dengan
handuk di lipatan paha
dan ketiak

6. Resiko NOC : Fluid Management (4120)


1. Kaji cairan yang disukai
Kekurangan - Fluid Balance (0601)
klien dalam batasan diet.
Volume Cairan - Hydration (0602)
2. Rencanakan target
b.d kehilangan Setelah dilakukan intervensi pemberian asupan cairan
volume cairan selama 3 x 24 jam klien untuk setiap sif, misalnya
aktif terbebas dari resiko siang 1000 ml, sore 800ml,
kekurangan cairan dengan dan malam 200ml.
3. Kaji pemahaman klien
criteria hasil sebagai berikut :
tentang alasan atau
1. Mempertahankan
pentingnya mempertahankan
urine output sesuai usia
hidrasi yang adekuat dan
dan BB
metode yang dapat digunakan
2. Tanda-tanda vital
untuk mempertahankan
dalam batas normal
hidrasi yang adekuat.
3. Tidak ada tanda-tanda
4. Catat asupan dan
dehidrasi (elastisitas kulit
haluaran.
baik, mukosa lembab, dan 5. Pantau asupan cairan per
tidak ada rasa haus oral, minimal 1500ml/24 jam.
6. Pantau haluaran cairan,
berlebihan).
minimal 1000-1500ml/24
jam. Pantau penurunan berat
jenis urine.
7. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu yang
sama dan dengan
mengenakan pakaian yang
sama. Penurunan BB 2% -
4% menunjukkan dehidrasi
ringan; penurunan BB 5% -
9% menunjukkan dehidrasi
sedang.
8. Pantau kadar elektrolit
urine dan serum, BUN, dan
osmolalitas, kreatinin,
hematrokit, dan hemoglobin.
9. Jelaskan bahwa kopi, teh,
dan jus buah anggur
merupakan diuretik dan dapat
menyebabkan kehilangan
cairan.
10. Pertimbangkan
pengeluaran cairan lain akibat
demam, diare, dan drainase
tubuh.

7. Ketidakefektifan NOC : NIC :


pola napas b.d - Respiratory Status :
- Airway Management
hiperventilasi Airway Pattency(0410)
(3140)
- Vital Sign Status
1.Buka jalan napas
(0802)
menggunakan teknik lift
Setelah dilakukan intervensi
atau jaw thrust bila perlu.
selama 3 x 24 jam klien akan
2. Posisikan pasien
menunjukkan pola napas
untuk memaksimalkan
yang efektif, dengan KH :
ventilasi
1. TTV dalam batas
3. Identifikasi pasien
normal
perlunya pemasangan alat
2. Irama dan frekuensi
jalan napas buatan.
napas dalam rentang
4.Lakukan fisioterapi dada
normal
bila perlu.
3. Tidak suara napas
5.Keluarkan secret dengan
tambahan
batuk atau suction
4. Tidak ada pernapasan
6.Auskultasi suara napas,
bibir dan cuping hidung
catat adanya suara
tambahan.
7.Berikan bronkodilator
bila perlu
8.Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9.Monitor respirasi dan
status O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi klien
4. Observasi adanya tanda
tanda hipoventilusi
5. Monitor adanya
kecemasan klien terhadap
oksigenasi
Vital Sign Monitoring (6680)
1. Monitor TD, nadi,
suhu dan RR klien
2. Monitor kualitas
nadi
3. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
4. Monitor suara
paru
5. Monitor pola
pernapasan abnormal.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.
Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions Classification
(NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America

Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Cotran
ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 . Mosby :
United States of America.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak Ed.1. Graha Ilmu :
Jogjakarta.
Soemantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sisem Pernapasan. Jakarta: Salemba.
TUGAS INDIVIDU
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA
DIRUANG ICU RSUD Dr. ADHYATMA, MPH SEMARANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kritis

DI SUSUN OLEH :
ANA SILFIA ALFIANI
20101440116006

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2018

You might also like