You are on page 1of 2

“Sesungguhnya KAMI telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung- 2.

2. Hilangnya Amanah Merupakan Tanda Kiamat dipegangnya amanah oleh yang orang-
gunung, maka mereka semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan orang bukan ahlinya
mengkhianatinya, maka dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
“Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya Kiamat.” Kata para sahabat ra:
amat zalim dan bodoh…” (QS 33/72)
Bagaimanakah disia-siakannya wahai rasuluLLAH? Jawab nabi SAW: “Ketika suatu urusan
MAKNA AMANAH dipegang oleh yang bukan ahlinya maka tunggulah tibanya Kiamat.’” (HR Bukhari

1. Secara Bahasa: Bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan). 3. Hilangnya Amanah Terjadi Bertahap,

2. Secara Definisi: Seorang muslim memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. “Seorang tertidur maka hilanglah amanah dari hatinya bagaikan titik hitam, lalu ketika ia
tertidur lagi maka hilanglah amanah tersebut bagaikan bekas/jejak, demikianlah
“Sesungguhnya ALLAH memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan
seterusnya sampai tidak ada lagi amanah dihatinya, dan tidak ada lagi di hati manusia,
kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi
sehingga mereka tidak menemukan lagi orang yang amanah. Maka berkatalah sebagian
dengan adil…” (QS 4/58)
mereka: Di tempat anu masih ada seorang yang bisa dipercaya. Sampai dikatakan kepada
DALIL-DALIL SYARIAT seseorang: Ia tidak bisa dipegang, tidak berakal, tidak ada dihati mereka sebesar biji sawi
dari keimanan.” (HR Muslim
1. Al-Qur’an: Kedua firman ALLAH SWT di atas (QS 4/58; 33/72) dan QS 2/283; 8/27; 23/8;
70/32. JENIS-JENIS AMANAH

2. As-Sunnah: 1. Amanah Fithrah: Yaitu amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta SWT sejak manusia
dalam rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa ALLAH
a. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta SWT sebagai RABB/Pencipta, Pemelihara dan Pembimbing (QS 7/172).
pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat, seorang pemimpin pemerintahan adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya, suami adalah 2. Amanah Syari’ah/Din: Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan ALLAH SWT dan
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang anggota keluarganya, istri memenuhi perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA, barangsiapa yang tidak mematuhi
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rumah tangga suaminya amanah ini maka ia zhalim pada dirinya sendiri, dan bodoh terhadap dirinya, maka jika ia
serta anak-anaknya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dan akan diminta bodoh terhadap dirinya maka ia akan bodoh terhadap RABB-nya (QS 33/72).
pertanggungjawaban tentang harta benda majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian
3. Amanah Hukum/Keadilan: Amanah ini merupakan amanah untuk menegakkan hukum
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat.” (HR
ALLAH SWT secara adil (QS 4/58). Makna adil adalah jauh dari sifat ifrath
Muttafaq ‘alaih, dalam Lu’lu wal Marjan hadits no. 1199)
(ekstrem/berlebihan) maupun tafrith (longgar/berkurangan).
b. “Ada 4 perkara yang jika semuanya ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu apa
4. Amanah Ekonomi: Yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai
yang terlepas darimu dalam dunia: Benar ketika berbicara, menjaga amanah, sempurna
dengan aturan syariat Islam(QS 2/283).
dalam akhlaq, menjaga diri dari meminta.” (HR Ahmad
5. Amanah Sosial: Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami,
HUBUNGAN AMANAH DENGAN KEIMANAN
jauh dari tradisi yang bertentangan dengan nilai Islam, menegakkan amar ma’ruf dan nahi
1. Amanah Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan munkar, menepati janji serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih-
dan mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW: “Tidak ada iman sayang (QS 23/8).
pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak ada agama pada orang
6. Amanah Pertahanan dan Kemanan: Yaitu membina fisik dan mental, dan
yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR Ahmad 3/135, Ibnu Hibban dalam shahihnya
mempersiapkan kekuatan yang dimiliki agar bangsa, negara dan ummat tidak dijajah oleh
imperialisme kapitalis maupun komunis dan berbagai musuh Islam lainnya (QS 8/27)

You might also like