Professional Documents
Culture Documents
STASE MATERNITAS
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DISUSUN OLEH :
ANANDA MAHARANI PUTRI
I4052181037
c. Progesteron Serum
Pengukuran progesteron satu kali dapat sering digunakan untuk
menegakkan kehamilan yang berkembang normal. Nilai yang melebihi
25 ng/mL menyingkirkan kehamilan ektopik dengan sensivitas 97,5
persen. Nili kurang dari 5 ng/mL memberi kesan bahwa janin-embrio
mati, tetapi tidak menunjjukan lokasinya. Tingkat progesteron diantara
5 dan 25 ng/mL tidak memberikan kesimpulan apapun. (MD, 2016).
2. Pencitraan Ultrasonografi
a. Sonografi Transabdomen
Identifikasi kehamilan didalam tuba uterina sulit bila
menggunakan sonografi trans abdomen. Tidak adanya kehamilan
dalam uterus dengan sonografi, uji kehamilan yang positif, adanya
cairan didalam cavum Douglas, adanya masa abnormal pada pelfis
menunjukan adanya kehamilan ektopik. Sayangnya, ultrasonografi
mungkin memberi kesan kehamilan intra uteus pada bebrrapa kasus
kehamilan ektopik sementara penampilan kantung intra uterus kecil
sebenarnya adalah bekuhan darah atau serpihan desi dua. Sebaliknya,
adanya masa adneksa atau di cavum douglas dengan sonografi tidak
mebantu dengan pasti karena kista korpus luteum dan usus yang kusut
kadang-kadang terlihat sepeti kehamilan tuba dengan sonografi.
Penting diingat, kehamilan dalam uterus biasanya tidak diketahui
dengan ultrasonografi abdonmen sampai minggu kelima hingga
keenam menstruasi.
b. Sonografi Trans Vagina (STV)
Sonografi dengan tranducer vagina dapat mendeteksi
kehamilan dalam uterus sejak usia satu minggusetelah keterlambatan
haid jika kadar β-hCG serum lebih dari 1000 mLU/m.L. atau lebih
sangat akurat dalam mengidentifikasi kehamilan ektopik.
Ditemukannya kantung gestasi berukura 1-3mm atau lebih, terletak
eksentrik didalam uterus, dan dikelilingi oleh reaksi korion-desidua
menadakan kehamilan intra uterus. Kutub janin didalam kantung
bersifat diagnostik untuk kehamilan intra uterus, terutama jika diikuti
dengan adanya aktifitas jantung janin. Tanpa kriteria terbut,
ultrasonografi mungkin bersifat nondiagnostik. Pada kejadian kasus
nondiagnostik,kebanyakan para ahli menganjurkan sonografi seria
disertai dengan pengukuran β-hCG.
3. Terapi Pembedahan
Pembedahan konservatif sepenuhnya sesuai untuk wanita yang
secara hipodinamik stabil.
a. Salpingostomi linear laparoskopik
Prosedur yang paling sering digunakan. Suntikan vasopresin
sebelum melakukan insisi linear dapat sangat mengurangi perdarahan.
Kadar β-hCGserum harus dipantau sampai tidak terdeteksi pada pasien
yang ditatalaksana secara konservatif karena 5-10% diantranaya akan
berkembang menjadi kehamilan ektopik persisten yang mungkin
memerlukan terapi lebih lanjut dengan menggunakan MTX
(Metotreksat).
b. Salpingektomi parsial
Mencakup pengangkatan bagian tuba falopi yang rusak dan
diindikasikan ketika terdapat kerusakan yang luas atau perdarahan
lanjutan setelah salpingostomi (Norwitz & Schorge, 2008).
g. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi.
Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan
yaitu sebagai berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektopik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum
pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari
tindakan pembedahan, karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka
deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan.
Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat
yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,
operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan
lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif
adalah pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta
kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam
kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi
atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan
pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan
“second look operation”.
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a) Pengumpulan data
1) Anamnesa
Riwayat terlambat haid
Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
Terdapat aminore
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mulut : bibir pucat
Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil
daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada
adnexa.
Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas
menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
Pemeriksaan fisik umum:
Pasien tampak anemis dan sakit
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas
darah, nyeri saat perabaan.
Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Kavum douglas menonjol dan nyeri
Mungkin tersa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang
dokter dapat melakukan:
a. Laboratorium
Hematokrit: Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan
abdominal yang terjadi.
Sel darah putih: Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya
leukositosis. Leoukosite 15.000/mm3. Laju endap darah
meningkat.
·Tes kehamilan: Pada kehamilan ektopik hampir 100%
menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan
intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap
dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar
hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti
kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan
USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di
rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
1. USG :
Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
Adanya massa komplek di rongga panggul
2. Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan
ektopik sudah diganti oleh USG
3. Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik
terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik
dan definitif).
4. Kuldosintesis, Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi
transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah
dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila
diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat
ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
b. Diagnosa
a. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan perdarahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
c. Resiko infeksi
d. Ansietas
c. Perencanaan
No Diagnosa NOC NIC
1 Devisit volume cairan Fluid balance 1. Timbang pembalut jika
yang berhubungan Hydration diperlukan
dengan kehilangan cairan Nutritional fluid 2. Pertahankan catatan intake
aktif ditandai dengan status : food and dan output yang akurat
perdarahan fluid intake 3. Monitor status hidrasi
Kriteria hasil (kelembaban membran
Mempertahankan mukosa, nadi adekuat,
urin output sesuai tekanan darah ortostatik)
dengan usia dan BB, 4. Monitor TTV
BJ urine normal HT 5. Monitor masukan makanan /
normal cairan dan hitung intake kalori
Tekanan darah, harian
nadi, suhu, tubuh, 6. Kolaborasikan pemberian
dalam batas normal cairan IV
Tidak ada tanda- 7. Monitor status nutrisi
tanda dehidrasi. 8. Berikan cairan IV pada suhu
Elastesitas turgor ruangan
kulit baik, 9. Dorong masukan oral
membrane mukosa 10. Berikan penggantian
lembab, tidak ada nesogastrik sesuai output
rasa haus yang 11. Dorong keluarga untuk
berlebihan membantu pasien makan
12. Kolaborasikan dengan dokter
13. Atur kemungkinan transfusi
14. Persiapan untuk transfusi