Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN
- Mahasiswa dapat memahami formulasi dan langkah-langkah pembuatan salep serta
evaluasinya.
- Mahasiswa mampu membuat salep tetrasiklin dengan baik dan benar.
2. TEORI DASAR
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut dan terdispersi homogen kedalam dasar salep yang
cocok (FI Edisi III,1979). Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukkan untuk
pemakaian topikal kulit atatu selaput lendir. Setiap salep boleh berbau tengik kecuali
dinyatakan lain, kadar bahan obat salep yang mengandung obat keras narkotika adalah
10% (FI Edisi IV,1995). Kualitas dasar salep meliputi :
- Stabil
Selama masih dipakai mengobati, maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil
pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
- Lunak
Lunak yaitu semua zat dalam keadaan harus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskloriasi.
- Mudah dipakai
Umumnya salep tipe emulsi adalah yang oaling mudah dipakai dan dihilangkan dari
kulit.
- Dasar salep yang cocok
Dasar salep yang ccok yaitu dasar salep yang halus kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi
terapi dari obat yang mampu melepas pada obatnya pada daerah yang diobati.
- Terdispersi merata
Terdispersi merata yaitu obat terdispersi sacara merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan (Anief,2006).
Komposisi dasar salep :
a. Dasar salep hidrokarbon yaitu :
- Vaselin putih atau vaselin kuning
- Campuran vaselin yaitu malam putih dan malam kuning
- Parafin cair dan parafin padat
- Minyak tumbuh-tumbuhan
b. Dasar serap salep yaitu dapat menyerap air yang terdiri :
- Adeps lanae
- Unguentum simpleks
- Hidrofilic fetrolerlum
c. Dasar salep dapat diolesi dengan air, yaitu terdiri atas :
- Dasar salep emulsi minyak dalam air seperti vanishing cream
- Emulsifying quitment B.P
- Hydrophilic quitment dibuat dari minyak mineral, stearyalcohol mayri (emulgator
tipe M/A)
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air antara lain PGA atau campuran PEG
- Polyethaleneggropl quitment USP
- Ciagacant
- PGA
Salep mempunyai fungsi :
- Sebagai bahan aktif pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
- Sebagai bahan pelumas pada kulit
- Sebagai bahan pelindung kuli yaitu mencegah kontak permukaan kulit yang dengan
larutan berair dan perangsang kulit (Dachman, 2008).
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan
USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi. Menurut Depkes RI persyaratan
mutu salep antara lain :
a. Aman
Aman artinya sediaan yang dibuat harus aman/tidak toksik secara fisiologis
maupun psikologis dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih
toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi. Bahan sediaan farmasi merupakan
senyawa kimia yang mempunyai karakteristik fisikokimia yang berhubungan dengan
efek farmakologis. Perubahan sedikit saja pada karakterisasi tersebut dapat
menyebabkan perubahan farmakokinetika, farmakodinamika suatu senyawa.
b. Efektif
Efektif dapat diartikan sebagai sejumlah kecil obat yang diberikan pada pasien
mampu memberikan efek yang maksimal dan optimal. Jumlah atau dosis pemakaian
sekali pakai, sehari, dan selama pengobatan (kurun waktu) harus mampu untuk
mencapai reseptor dan menimbulkan respons farmakologis. Sediaan efektif adalah
sediaan bila digunakan sesuai aturan yang disarankan dengan aturan pakai
menghasilkan efek farmakologis yang optimal untuk tiap bentuk sediaan dengan efek
samping minimal.
c. Stabil
- Stabilitas fisika
Sifat-sifat fisika seperti organoleptis, keseragaman, kelarutan, danviskositas
tidak berubah. (USP XII, p.1703).
- Stabilitas kimia
Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan
bentuk sediaan (USP XII, p.1703). Sediaan dibuat pada pH 3-6 diharapkan
tidak mengalami perubahan potensi.
- Stabilitas mikrobiologi
Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama waktu edar. Jika
mengandung pengawet, harus tetap efektif selama waktu edar.
- Stabilitas toksikologi
Pada penyimpanan maupun pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas
(USP XII, p.1703)
- Stabilitas farmakologis
Selama penyimpanan dan pemakaian, efek terapetiknya harus tetap sama (USP
XII p.1703).
Basis salep yang digunakan pada praktikum kali ini adalah vaselin flavum dan
parafin liquid. Sebab campuran keduanya kompatibel. Warna kuning dari vaselin
flavum dan transparan dari parafin liquid akan menyatu dengan bahan aktifnya
(Tetrasiklin) yang juga berwarna kuning.
2. Antioksidan
a. Nipagin (Methyl Paraben)
- Kelarutan : praktis tidak larut di minyak. Larut di propilen glikol 1 dalam 5; air 1
dalam 400 (1 dalam 50 pada 50ºC dan 1 dalam 30 pada 80ºC).
- Fungsi : sebagai pengawet pada kosmetik, makanan, dan sediaan farmasi;
campuran paraben untuk menghasilkan pengawet yang efektif.
Penggunaan Konsentrasi
IM, IV, SC, Injeksi 0,065-0,25 %
Oral solution 0,015-0,2 %
Topical preparation 0,02-0,3 %
Rectal preparation 0,1-0,18 %
(Rowe R. C., 2009)
b. Nipasol (Propyl Paraben)
Dalam larutan air, propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan autoklaf,
tanpa dekomposisi, stabil di pH tersebut.
- Kelarutan : mudah larut di aseton, etanol 1 dalam 1,1. Etanol 1 dalam 5,6.
Mudah larut dalam eter, gliserin 1 dalam 250. Minyak mineral 1 dalam 3330.
Propilen glikol (50%) 1 dalam 110, air (1 dalam 2500, 1 dalam 225 pada 80ºC).
- Fungsi: sebagai pengawet pada kosmetik, makanan, dan sediaan farmasi
kombinasi ester paraben lain atau dengan antimikroba lain; sebagai pengawet
dikombinasi dengan nipagin. (Rowe R. C., 2009)
c. Butil Hidroksi Toluena (BHT)
- Pemerian : padatan putih atau kuning pucat, bau samar dan khas.
- Kelarutan : praktis tidak larut di air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali
hidroksida. Larut dalam aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, minyak,
minyak mineral. Lebih tinggi kelarutannya daripada BHA, dalam minyak
makanan dan lemak.
- Sinonim : agidol, dalpac, sustane, vianol, topanol.
- Stabilitas : paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan
warna dan kehilangan aktivitas.
- Inkompatibilitas : bersifat fenolik sehingga mengalami karakteristik fenol.
- Fungsi : antioksidan (Rowe R. C., 2009)
d. Butil Hidroksi Anisol (BHA)
- Pemerian : padatan putih atau kuning pucat, bau khas aromatik.
- Kelarutan : praktis tidak larut di air. Larut dalam di metanol, propilen glikol,
kloroform, eter, heksana, minyak biji kapas.
- Stabilitas : paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan
warna dan kehilangan aktivitas.
- Inkompatibilitas : bersifat fenolik sehingga
- Fungsi: antioksidan (Rowe R. C., 2009)
Sebagai bahan antioksidan dalam salep tetrasiklin dipilih BHT (Butil Hidroksi
Toluena).Sebab kelarutannya pada minyak lebih tinggi BHT daripada BHA. Cocok
sebagai antioksidan dalam sediaan salep tetrasiklin yang berasal dari basis minyak yang
mudah tengik.Tidak dipilih nipagin karena tidak larut dalam minyak mineral.Tidak
dipilih nipasol karena daya kerja sebagai antioksidan kurang.
6. SUSUNAN FORMULA DAN KOMPOSISI YANG DIGUNAKAN
Metode Kerja :
a. Alat :
- Mortir dan Stemper - Alat gelas
- Pipet tetes - Cawan porselin
b. Bahan :
- Tetrasiklin HCl
- Vaselin Flavum
- Parafin Liquid
- BHT
c. Cara Kerja
homogen dingin
Campuran 1 Campuran 2
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan agar mengetahui kehomogenan sediaan yang dibuat dan
homogenitas ini dapat dilihat dari ketercampuran dari bahabn – bahan yang
digunakan.
Tiap sampel diletakkan pada objek glass dan diamati pada mikroskop dengan
pembesaran 100x
Diletakkan dibawah kaca bulat yang bawahnya kertas dengan skala diameter,
ditutupi kaca lain yang telah ditimbang dan dibiarkan 1 menit
Dilakukan hal yang sama tiap 1 menit dengan penambahan beban 50 gram secara
terus menerus
d. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat yang baik pada salep adalah lebih dari 4 detik
Tekan dengan beban 1 kg selama 1 menit dan pasang objek glass pada alat uji
c
e. Uji Viskositas
Viskositas yang baik adalah 2000- 4000 cP dengan menggunakan alat
viscometer VT-04
Dimasukkan bagian bawah rotor pada sediaan hingga semua bagian tercelup
c
v
Dijalankan alat dan catat hasilnya
c
f. Uji PH c
Uji pH ini dilakukan dengan pH meter dan pH yang baik adalah 4,5-6,5
3. Uji Viskositas
Pengujian viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan sehingga
nyaman digunakan dan salep memiliki konsistensi yang tepat. Hasil dari uji viskositas
salep menggunakan alat viscometer VT-04 yaitu sebesar 50 dPas, sedangkan kriteria
viskositas menurut literatur 2000-4000 cP atau setara dengan 20-40 dPas. Nilai
tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang ada, dalam hal ini viskositas salep terlalu
kental, karena nilai tersebut melebihi dari 40 dPas.
4. Uji Daya Sebar
Evaluasi selanjutnya adalah pengujiaan daya sebar salep tetrasiklin. Uji daya
sebar bertujuan untuk melihat kemampuan sediaan untuk disebarkan pada kulit.
Prinsip uji tersebut menggunakan alat double plate, sampel diletakkan dipusat antara
dua lempeng gelas, lempeng atas dalam interval waktu tertentu diberi beban dengan
meletakkan anak timbangan. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan
menaikan beban yang menggambarkan suatu karakteristik daya sebar. Hasil
pengujiaan ini sebesar 5,5 cm yang menunjukkan diameter penyebaran, nilai tersebut
juga sesuai dengan literatur (Garg et al., 2002) yaitu 5 - 7 cm menunjukkan konsistensi
semifluid yang sangat nyaman dalam penggunaan.
Pada praktikum kali ini, terdapat beberapa kendala dalam proses pembuatan salep
antara lain:
1. Bahan aktif yang digunakan yaitu tetrasiklin HCl, berupa serbuk kuning sedikit kasar
sehingga pada saat pembuaat salep bahan aktif harus digerus dahulu dalam mortir agar
homogen dan memperkecil ukuran serbuk agar ketika diapliksikan dalam salep tidak
mengiritasi kulit karena kasar.
2. Penambahan vaselin album ditambahkan terakhir bertujuan karena, vaselin album
sendiri menjadi basis dalam pembuatan salep ini dan penambahan vaselin pun harus
sedikit – sedikit dan tidak boleh sekaligus, karena bertujuan agar semua bahan dapat
tercampur dengan homogen.
3. Komposisi parafin liquid yang terlalu banyak mengakibatkan salep terlalu encer, maka
komposisi prafin liquid dikurangi agar didapat sediaan salep yang diinginkan
4. Parafin liquid mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya
ditambahkan antioksidan seperti Butil Hidroksi Toluene (BHT), digunakan untuk
menghaluskan basis salep.
Titik kritis pada praktikum :
1. Dipilih basis salep yang sesuai dengan karakteristik bahan aktifnya
2. Pada saat penambahan vaselin album dilakukan sedikit demi sedikit untuk
menghasilkan campuran yang homogen
3. Pada saat pencampurannya harus sehomogen mungkin untuk menghasilkan salep
yang lembut di kulit
4. Pada saat penggerusan bahan aktif dan bahan antioksidan diusahakan sampai benar-
benar halus dan ukurannya seragam agar tidak mengiritasi kulit.