You are on page 1of 37

RESUME BUKU

“AQIDAH ISLAM ” (ILMU TAUHID)


PENULIS BUKU: SAYYID SABIQ (GURU BESAR UNIVERSITAS AL_AZHAR)

BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
wa sallam, dan intinya adalah iman dan amal.Iman dan amal, atau aqidah dan syari’ah kedua-
duanya berkaitan satu sama lainnya seperti keterkaitan antara buah dan pohonnya.Iman
mencerminkan aqidah dan pokok-pokok yang menjadi landasan syari’at Islam. Dan dari dasar-
dasar ini keluarlah cabang-cabangnya. Amal mencerminkan syari’ah dancabang-cabang yang
dianggap sebagai tindak lanjut dari iman dan aqidah.
Pengertian Keimanan Atau Aqidah itu tersusun atas 6 perkara yaitu
1. Ma’rifat kepada Alloh
2. Ma’rifat kepada alam yang ada dibalik alam semesta ini atau alam yang tidak dapat dilihat.
3. Ma’rifat kepada Kitab-kitab Allah yang diturunkan untuk menentukan rambu-rambu kebenaran
dan kebathilan.
4. Mar’rifat kepada para nabi dan rasul Allah yang telah dipilih untuk menjadi pembimbing dan
pemimpin makhluk menuju kepada yang hak.
5. Ma’rifat kepada hari akhir dan hal-hal yang ada didalamnya.
6. Ma’rifat terhadap qadar (takdir).
Kesatuan Aqidah : Aqidah merupakan kesatuan yang tidak akan berubah-ubah karena
pergantian zaman atau tempat, tidak pula berganti-ganti karena perbedaan golongan atau
masyarakat. Alloh berfirman dalam syuarat As Syura ayat 13.
Aqidah merupak ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh padanya itu ia akan
hidup dalam keadaan yang baik dan menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya akan
matilah semangat kerohanian manusia. Aqidah bagaikan cahaya yang apabila seseorang buta dari
padanya maka pasti orang tersebut akan tersesat dalam liku-liku kehidupan, bahka tidak musthil
orang tsb akan terjerumus dalam lembah kesesatan yang amat dalam. Alloh berfirman dalam syurat
As al-An’am ayat 122.
BAB 2
MA’RIFAT KEPADA ALLOH
Ma’rifat Kepada Alloh adalah seluhur-luhur dan semulia ma’rifat, sebab Ma’rifat Kepada
Alloh itulah yang merupakan asas atau fundamental yang diatasnya didirikanlah segala
kehidupan kerohanian.
Ada dua cara atau sarana untuk melakukan ma’rifatullah yaitu :
1. Menggunakan akal pikiran untuk memikirkan dan memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan
oleh Allah. Ma’rifatullah dapat dilakukan dengan bertafakur. Sesungguhnya tiap organ tubuh
mempunyai tugas, sedangkan tugas akal adalah merenungkan, memperhatikan dan memikirkan.
Jika potensi ini tidak difungsikan maka hilanglah kerja akal dan tidak berfungsi pula tugasnya.
Islam menghendaki agar akal bangkit melepaskan diri dari belenggunya dan bangun dari tidurnya.
“Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.” (Yunus : 101)
Tidak memfungsikan akal dapat menurunkan derajat manusia ke tingkatan yang lebih
rendah dari derajat binatang. Taqlid (mengikuti orang lain tanpa mengetahui alasan dan tujuannya)
menjadi penghalang bagi kemerdekaan akal dan pengekang akal untuk berpikir. Oleh karena itu
Allah memuji orang-orang yang bersikap objektif terhadap berbagai fakta dan dapat membedakan
antara yang satu dengan yang lain, sesudah diteliti, diperiksa, dan dicermati lalu mereka
mengambil yang terbaik dan meninggalkan yang lain. Allah mencela orang-orang yang bertaqlid
yang tidak mau berpikir kecuali mengikuti pikiran orang lain. Ketika Islam mengajak manusia
untuk berpikir, sesungguhnya apa yang dikehendakinya adalah berpikir dalam batas
kemampuandan jangkauan akal.
“Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan jangalah kamu memikirkan tentang dzat
Allah, sebab kamu tidak akan dapat memikirkan kadar kedudukan-Nya(sebagai mana mestinya).”
(Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam alHilyh secara marfu’ kepada Nabi dengansanad yang
lemahtetapi maknanya shahih).
2. Dengan Mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
Sarana lain yang dipergunakan Islam untuk mengenalkan manusia kepada Allah dengan
menjelaskan nama-nama Allah yang baik (al-Asma’ al-Husna) dan sifat-sifat-Nya yang luhur.
“Katakanlah: serulah Allah dan serulah Ar-Rahmaan. Dengan nama yang mana saja yang kamu
seru, Dia mempunyai Al-Asmaul-Husna (nama-nama yang terbaik)” (Al-Israa’ : 110)
“Dan bagi Allah-lah nama-nama yang terbaik, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
Asmaul-Husna itu.” (Al-A’raaf : 180)
BAB 3
DZAT KETUHANAN
Kemustahilan untuk Menemukan Dzat Ketuhanan
Sesungguhnya hakikat Dzat Tuhan tidak dapat diketahui oleh akal manusia. Sebab Dzat
tuhan memang tidak dapat dijangkau oleh akal, dan sesungguhnya meskipun akal manusia itu
cerdas dan kemampuan untuk mengetahui sesuatu telah mencapai puncaknya namun ia sangat
terbatas dalam suatu batas tertentu dan sangat lemah untuk mengetahui hakikat berbagai hal atau
benda yang bahkan dapat dilihatnya dalam sehari-hari. Sebagai contoh bahwa manusia sampai saat
inipun belum dapat mengetahui secara benar tentang hakikat jiwa itu sendiri padahal jiwa itu
melekat pada diri manusia itu sendiri. Manusiapun tidak dapat mengiraikan hakikat cahaya atau
sinar padahal, padahal cahaya atau sinar itu adalah benda yang amat jelsa dan terang sekali. Dan
masih banyak contoh lainnya.
Sesungguhnya Dzat Alloh masih jauh lebih besar dari apa yang dapat dicapai oleh akal
ataupun yang dapat diliputi oleh pemikiran-pemikiran. Firman Alloh SWT dalm quran surat
Al_An’am ayat 103 “ Alloh tidak akan dapat dicapai oleh penglihatan-penglihatan dan Dia dapat
mencapai penglihatan-penglihatan itu dan Dia adalah Maha Halus dan Waspada.”
Kelemahan Mema’rifati Hakikat Benda-Benda Tidaklah Membuktikan Ketiadaan Benda-
Benda itu
Tebatasnya akal pikiran dan kelemahannya atau tidak dapatnya mencapai hakikat benda-
benda itu tidak dapt digunakan bukti bahwa benda-benda itu tidak ada. Jadi kalau akal pikiran
tidak dapat dari pada jiwa, tidak berarti bahwa jiea itu tidak ada. Begitu juga akal pikiran tidak
dapat menjelaskan hakikat cahaya, tidak berarti bahwa cahaya itu tidak ada, jelas sekali bahwa
cahayaitu ada dan merta keseluruh alam.
Demikian pula halnya dengan Dzat ketuhanan (Illahiyah), jikaa manusia belum mencapai
hakikaatnya, maka tidaklah ini berarti bahwa Dzat ketuhanan (Illahiyah) itu tidak ada, tetapai Dzat
Ketuhanan (Illahiyah) itu ada dengan sekokoh-kokoh penetapan sebagai sesuatu yang wajib ada.
Alam Semesta Adalah Bukti Adanya Sang Maha Pencipta
Semua yang ada di Lingkungan alam semsta ini dapat digunakan sebagai bukti tentang
wujudnya (adanya) Tuhan, bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-
unsurnya dapat membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya. Hal in
dijelaskan dalam Q.S AT_Thur ayat 35-36, Q.S Al-Fushshilat ayat 37.
Fitrah Sebagai Bukti Adanya Alloh
Alam semesta serta segala sesuatu yang ada di dalamnya yang tersusun rapi dan kokoh
bukan hanya itu saja yang dapat dijadikan bukti akan adanya Tuhan yang menciptakan Langit dan
Bumi ini, tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu yaitu berupa perasaan-
perasaan yang tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Alloh SWT.
Perasaan ini merpakan pembawaaan sejak manusia dilahirkan dan oleh sebab itu disebut sebgai
fitrah. Hal in dijelaskan dalam Q.S Yunus ayat 12.
Perasaan sejatinya tertanam di dalam jiwa setiap manusia. Dan di dalam perasaan itu pula
setiap manusia akan meyakini adanya Tuhan yang Maha Suci. Namun kadang-kadang perasaan
ini tertutup dan tenggelam oleh suatu hal dan tidak akan bangkit kembari dari kelalaiannya kecuali
jika ada pemicu yang menyadarkannya semisal kecacatan, penyakit yang dideritanya, bahaya yang
mengepung dirinya, ataupun ketika ada ancaman-ancama suatu hal.
Pengokohan Ketuhanan
Pengalaman spiritual juga menjadi bukti akan eksistensi sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Diantara bukti-bukti adanya Tuhan adalah bahwa orang-orang yang benar-benar beriman kepada
Allah lebih tinggi ilmunya, lebih banyak adabnya, lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih
banyak pengorbanannya, lebih besar kepeduliannya terhadap kepentingan orang lain dan lebih
banyak manfaatnya untuk umat manusia. Hal apa yang menyebabkan kecenderungan tersebut.
Perhatikan dengan orang yang tidak beriman. Mereka sangat pekat kebodohannya, keras
wataknya, kotor jiwanya, gelap hatinya, rusak akhlaknya dan menjadi seperti binatang dalam
berbagai tuntutan maupun kebutuhan-kebutuhannya. Di balik itu semua pasti terdapat suatu
rahasia, dan perlu diyakini bahwa orang yang beriman selalu mendapat dukungan dari Allah.
Tidak ada satu buktipun yang mengingkari tentang adanya eksistensi Allah. Karena
memang sebenarnya akal yang mau berfikir keras tidak akan menerima ketiadaan dari Allah.
Meskipun ilmu pengetahuan sudah mencapai puncaknya, namun hal tersebut tidaklah dapat
dijadikan dasar untuk mengingkari Allah. Bahkan seorang ilmuwan yang sejati akan menjadi
seorang yang paling kuat imannya kepada Allah.
BAB VI
SIFAT-SIFAT ALLOH TA’ALA
Allah SWT yang menciptakan alam semesta ini selain memiliki asma’ul husna (nama-nam
yang baik) juga memiliki sifat-sifat yang luhur yang merupakan penetapan dari kesempurnaan
KetuhananNya serta keagungan IllahiyahNya. Sifat-sifat yang menjadi milik Alloh SWT. Itu
diantaranya ada yang disebut dengan sifat Salbiah dan diantaranya lagi disebut dengan sifat
tsubutiah.
Sifat-sifat Salbiah
Yang termasuk golongan sifat Salbiah yaitu :
- Alloh SWT bersifat Awwal dan Akhir
Allah adalah dzat yang maha dahulu, artinya bahwa tiada permulaan bagi wujud-Nya dab
bahwa wujud Allah tanpa didahului dengan tahap tiada. Allah adalah dzat yang Maha
Akhir. Artinya bahwa Allah itu dzatnya tiada akhir, kekal tanpa batas, dan tanpa berkesudahan.
Dia itu Azali (Maha dahulu) dan abadi, tidak didahului oleh siapapun.
“Dialah yang Awwal dan yang Akhir, yang Dhahir dan yang Bathin dan Dia mengetahui
segala sesuatu.”(Al-Hadiid : 3)
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”(Al-Qashash :88).
- Alloh SWT tidak Serupa dengan Sesuatu
Allah yang Maha Suci tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dia tidak sama
dengan apapun. Segala sesuatu yang terlintas dibenak anda maka Dia tidaklah seperti itu.
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (Asy-Syuura : 11)
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah, sedangkan Allah Maha Kuat dan Maha
Perkasa. Manusia diciptakan dalam keadaan memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan Allah
Maha Kaya dan Maha Terpuji. Manusia beranak dan diperanakkan, sedangkan Allah tidak beranak
dan tidak diperanakkan. Manusia pelupa, sedangkan Allah tidak pernah keliru dan tidak pula lupa.
Manusia serba berkekurangan sedangkan Allah Maha Sempurna secara mutlak.
- Alloh SWT adalah Maha Esa
Allah SWT Maha Esa baik dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Esa dalam Dzat, maksudnya adalah bahwa Allah SWT tidak tersusun dari beberapa bagian yang
terpotong-potong dan bahwa Alloh SWT tidak ada sekutu bagiNya dalam memerintah dan
menguasai kerajaanNya. “Maha Suci Allah, Dialah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan”
(Az-Zumar : 4). Esa dama sifat-sifat, maksudnya tidak ada sesuatu atau seorangpun yang sifatnya
menyerupai sifat Alloh Ta’ala. Esa Af’alNya maksudNya bahwa tidak seorangpun yang selain
Alloh Ta’ala itu yang mempunyai perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh Alloh. Terkait hal
ini dijelaskan dalam Quran Surat al-Ikhlas ayat 1-4, Al Anbiya ayat 22, al-Mu’min ayat 91, all_isra
42-43.
Adapun yang termasuk sifat-sifat Subutiah anatar laian :
- Quasa (qudrah), maksudnya Alloh SWT tidak lemah sedikitpun untuk mengerjakan sesuatu.
- Berkehendak (iradah) yakni Allah menentukan sesuatu yang mungkin ada dengan sebagian apa
yang pantas berlaku untuknya. Allah bebas berkehendak menjadikannya tinggi atau pendek, baik
atau buruk, berilmu atau bodoh, dll.
- Mengetahui (ilmu), yakni mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang
ada, baik yang terjadi di masa lampau atau yang sedang terjadi atau yang akan terjadi.
- Hidup (hayat), yakni sifat hidup inilah yang membuat pihak yang disifatinya menjadi layak
menerima sifat qudrah, iradah, ilmu, sama’, dan bashar. Andaikata Dia tidak hidup maka sifat-sifat
tersebut tidak aka nada pada-Nya.
- Berfirman (kalam), yakni tidak dengan huruf dan tidak pula dengan suara. Allah telah
menetapkan sifat ini kepada diri-Nya sendiri.
- Sama’ ( mendengar ) dan Bashar ( Melihat)
Allah itu Maha Mendengar, yakni dapat mendengar segala sesuatu sehingga Dia benar-
benar, dapat mendengar langkah-langkah semut hitam yang berjalan di atas batu licin diwaktu
malam yang gelap gulita. Sebagaimana Dia mampu mendegar segala sesuatu, Dia-pun Maha
Melihat, yakni melihat segala sesuatu dengan penglihatan menyeluruh mencakup segala yang ada.
Penglihatan Allah tidaklah menggunakan mata seperti cara melihat makhluknya.
Sifat Dzat dan sifat Af’al
Sifat-sifat Allah diantaranya ada yang disebut sifat Dzat, dan ada juga yang disebut sifat-
sifat af’al (perbuatan). Sifat Dzat adalah sifat tsubutiyah atau sifat-sifat ma’ani sebagaimana yang
diuraikan sebelumnya. Adapun sifat-sifat af’al (perbuatan) adalah seperti mencipta dan memberi
rezeki. Alloh yang membentuk makhluk ini dan juga mengaruniakan rizki pada mereka.
Sifat-sifat Alloh Sebagai Tiang Petunjuk Jalan
Sesungguhnya kita wajib berjalan mengikuti petunuk sifat-sifat Allah itu, menggunakannya
sebagai cahaya penerang jalan, menjadikan sebagai contoh tauladan teritinggi, dan mencapai
puncak ketinggian jiwa dan peningkatan ruhani yang sempurna. Allah “Rabbul-‘Alamin”
merupakan teladan tertinggi yang wajib diteladani oleh orang beriman, Allah “Maha Pemurah”
mengaruniakan nikmat pada makhluk-makhluk-Nya, dan menampakkan cinta-Nya kepada
mereka, sekalipun mereka tidak mengerjakan suatu amal yang menyebabkan mereka berhak
menerima hal itu. Allah “Maha Pengasih” memberikan balasankepada manusia atas amal
perbuatanya. Ini juga merupakan contoh yang sangat tinggi, yang mengharuskan umat manusia
membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan pula. Allah “Yang menguasai hari pembalasan”
menghitung amal perbuatan manusia, lalu memberikan balasan kepada orang yang berbuat buruk
dengan balasan setimpal, bukan karena senang menyiksa, melainkan dengan semangat toleransi
(bersediamemberi maaf). Sebagaimana seorang pemimpin yang penyayang wajib bersikap seperti
itu terhadap yang dipimpinnya. Keempat sifat-sifat Allah tertinggi yang palinng utama, serta
keteladanan-Nya yng sangat tinggi. Apa saja pelajaran yang dapat diambil dari sifat-sifat ini juga
berlaku untuk sifat-sifat yang lain. Dari keempat sifat Allah ini dapat diambil pelajaran untuk
dijadikan tauladan. Demikian pula halnya dari sifat yang lain. Misalnya sifat cinta dan sayang
merupakan cerminan dari sifat-sifat Allah berikut : 1) Ar-Rauf (Maha Belas Kasihan), 2) Al-
Wadud (Maha Mencintai), 3) At-Tawwab (Maha Menerima Taubat), 4) Al-‘Afuw (Maha
Memaafkan), 5)Asy-Syakur (Maha Pemberi Balasan), 6) As-Salaam (Maha Damai), 7)Al-Mu’min
(Maha Pemberi Rasa Damai), 8)Al-Baar (Maha Baik Dalam Tindakan Dan Pemberian), 9)Rafi’ud
Darajaat (Maha Meninggikan Derajat), 10)Ar-Razaq (Maha Pemberi Rezeki), 10) Al-Wahhab
(Maha Pemberi Karunia), 11) Al-Wasi’ (Maha Luas Anugrah-Nya). Demikian pula halnya dengan
sifat-sifat yang mempunyai makna ‘mengetahui’ yang tercermin dalam sifat-sifat-Nya sebagai
berikut: 1) Al-‘Alim (Maha Mengetahui), 2) Al-Hakim (Maha Bijaksana), 3)As-Sami’ (Maha
Mendengar), 4) Al-Bashir (Maha Melihat), 5) Asy-Syahid (Maha Menyasikan), 6)Ar-Raqib (Maha
Mengawasi), 7) Al-Bathin (Maha Mengetahui Rahasia).
BAB 5
HAKIKAT KEIMANA DAN BUAHNYA

Iman kepada Allah mencermikan hubungan paling mulai antara manusia dengan
Penciptanya. Hal ini dikarenakan makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia, dan
sesuatu yang ada di dalam diri manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan sesuatu yang
ada di dalam hati yang paling mulia adalah keimanan. Diantara manifestasi iman adalah ahwa
Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh orang yang beriman dari pada apapun juga, dan hal itu
tampak dalam ucapan, perbuatan dan perilakunya. Jika di sana masih ada sesuatu yang lebih
dicintainya dari pada Allah dan Rasul-Nya berarti imannanya tidak murni lagi, dan akidahnya
tergoncang. Nabi Muhammad bersabda :
“Ada tiga hal; barangsiapa dalam dirinya terdapat tiga hal tersebut maka ia benar-benar telah
mendapatkan manisnya iman, yaitu: 1. Allah dan Rasul-Nyalebih dicintai dari ada selain
keduanya. 2. Ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. 3. Ia benci kembali kepada
kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilempar ke dalam neraka.”
Nabi juga bersabda :
“Tidaklah beriman salah seorang dari kamu sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tuanya,
anaknya, dirinya sendiri, dan manusia seluruhnya” (HR. Bukhari).
Sebagaimana iman tercermin dalam bentuk cinta (kepada Allah dan Rasul-Nya), maka
keimanan juga tercermin di dalam jihad meninggikan kalimat Allah dan berjuang meninggikan
bendera kebenaran, menghentikan kezaliman dan kerusakan di bumi. Pengaruh dan dampak iman
akan tampak dengan jelas dalam rasa takut kepada Allah.
“Sesungguhnya yang taku kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir
:28)
Bila ma’rifat seseorang kepada Allah semakikn sempurna maka sempurna pula rasa
takutnya kepada Allah. Manifestasi keimanan yang paling besar adalah berpegang teguh kepada
wahyu Allah. Iman dapat menumbuhkan hubungan yang beraneka macam. Ia dapat mengikat
hubungan antara orang-orang beriman dn Allah, dengan ikatan kasih saying dan cinta. Iman juga
dapat mempererat hubungan antar sesame kaum mukminin atas dasar kasih sayang. Apabila
manusia telah mengenal Tuhannya melalui akal dan hati maka ma’rifat ini akan menghasikan buah
yang masak baginya dan meninggalkan dampak yang bagus dalam dirinya. Ma’rifat ini juga akan
mengarahkan perilakunya menuju kebaikan dan kebeneran, keluhuran dan keindahan. Buah
keimanan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.


2. Iman dapat membangkitkan keberanian di dalam jiwa dan keinginan untuk terus maju,
menganggap enteng kematiandan menggandrungi mati syahid demi membela kebenaran.
3. Keimananmenetapkan keyakinan bahwa Allah-lah yang Maha Pemberi rezeki, dan
bahwasanya rezeki tidak dapat dipercepat karena kerakusan orang yang rakus, dan tidak
pula dapat ditolak oleh kebencian orang yang benci.
4. Rasa tenang dan tentram.
5. Keimanan dapat meningkatkan kekuatan maknawiyah manusia dan menghubungkan
dirinya dengan contoh taulan tertinggi.
6. Kehidupan yang baik.

BAB 6
KADAR (TAKDIR)

Alloh SWT adalah maha pencipta yang bebas. Dia mengatur segala sesuatu dengan
kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri. Alloh berfirman “ segala sesuatu itu disis Alloh adalah
dengan ketentuan Takdir ” (Q.surat Ar_Rad ayat 8 ).
Makna yang gamblang dari Takdir yaitu bahwa ALLOH Ta’ala membuat beberapa
ketentuan, peraturan dan undang-undang yang diterapkan, peraturan dan undang-undang yang
diterapkan untuk segala yang sesuatau yan ada, dan segala sesuatu yang ada itu pasti akan berlaku,
beredar dan berjalan tepat dan sesuai dengan apa-apa yang telah dipastikan dalam ketentuan,
aturan dan peraturan tsb. Alloh berfirman dalam Q. Surat Yasiin ayat 37-40.
Kita wajib beriman kepada takdir. Iman kepada takdir merupakan sebagian dari
kepercayaan atau aqidah yang harus ditanamkan dengan sebenar-benarnya didalam hati setiap
muslim. Dalam hal takdir tidak ada pengertian paksaan. Takdir itu sama sekali tidak boleh
dianggap sebagai jalan untuk bertawakkal yang tidak sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan sebab
untuk melakukan kemaksiatan, bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan kepada
seseorang hambaNya, tetapi sebaliknya yaitu bahwa takdir haruslah dianggap sebagai jalan untuk
mentahkikkan tujuan-tujuan atau cita-cita yang besar dari sekian banyak amal perbuatan yang
besar pula.
Adapun hikmah beriman kepada takdir yaitu memberikan pelajaran kepada manusia
bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini hanya akan berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah digarisakan oleh Dzat yang maha tinggi. Oleh sebab itu, jika ia tertimpa
musibah ia tidak akan menyesal, juga ketika tertimpa pertolongan dan keuntungan dia tidak
bergembira sehingga lupa daratan.

BAB 7
MALAIKAT

Malaikat adalah suatu golongan makhluk yang ghaib, yang wujud jasmaniahnya tidak
dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan. Yang mengetahui perihal keadaan mereka
dan hakikat yang sebenarnya hanyala Alloh SWT. Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-
kesyahwatan hayawaniah, terhindar sama sekali dari keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-
perbuatan dosa dan salah. Malaikat diciptakan dari cahaya.
Keutamaan Manusia Melebihi Malaikat.
Manusia dimuliakan oleh Alloh SWT dengan mengaruniakan ilmu pengetahuan yang
tidak diberikan kepada malaikat. Hal ini dijelaskan dalam Q.surat Al-Baqarah ayat 31-34. Sedang
keutaan yang dimiliki oleh Malaikat yaitu dalam hal ketaatannya kepda Alloh juga dalam hal
meninggalkan maksiat.
Tabiat Malaikt adalah secara sempurna berbakti kepada Alloh, tunduk dan patuh pada
kekuasaan dan keagunganNya, melaksanakan seua perintahnya dan mereka ikut mengatur hal-
ihwal alam emsta ini, dengan mengikuti kehendak dan iradah Alloh SWT.
Karya Malaikat dalam alam ruh yaitu :
1. Bertasbih ( memahasucikan ) serta patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Alloh Ta’ala, sebagiaman
firman Alloh dalam surat al-A’raf ayat 206 dan Az-Zumar ayat 75.
2. Mamikul ‘Arasy, sebagiaman firman Alloh dalam surat al-Ghafir ayat 7 dan Al-Haqqah ayat 17.
3. Memberi salam kepada para ahli surga, sebagiaman firman Alloh dalam surat aR-Rad ayat 23-
24.
4. Menyiksa para ahli neraka, sebagiaman firman Alloh dalam surat at-Tahrim ayat 6 dan al-
Muddatsir ayat 27-31.
Karya Malaikat dalam alam Dunia dan yang berkaitan dengan Manusia
1. Menggitkan kekuatan ruhani yang ada dalam diri manusia dengan mengilhamkan kebaikna dan
kebenaran.
2. Malaikat berdo’a kepada oarng-orang mukmin.
3. Malaikat ikut membaca Ta’min bersama orang-orang yang sholat.
4. Malaikat hadir dalam sholat-sholat terutama sholat subuh dan asar.
5. Malaikat turun diwaktu ada bacaan Al-Quran.
6. Malaikat hadir dalam Majlis-majlis dzikr.
7. Malaikat memohon kerahmatan bagi kaum mikminin terutama para ahli ilmu.
8. Malaikat membawa kabar gembira.
9. Malaikat mencata segala amal perbuatan.
10. Malaikat memberikan pengokohan kepada kaum mukminin.
11. Malaikat bertugas mencabut nyawa.

BAB 8
JIN

Jin adalah suatu macam makhluk yang termasuk golongan ruh yang berakal yang juga diberi
perintah taklif ( menjalankan syari’at agama), sebagaimana halnya bangsa manusia, hanya saja
mereka itu tidak mempunyai bahan-bahan kebendaan sebagaimana yang dipunyai manusia
sehingga ia tertutup oleh panca indra.
Jalan bagi kita untuk mengethui jin itu adalah melalui wahyu. Jin diciptakan oleh Alloh
SWT dari api. Sebagaiman firmanNya dalam surat Al-Hijr ayat 26-27.
Jin digolongkan dalam beberapa golongan berdasarkan tingkat ketaatnya kepada Alloh yaitu
ada jin muslim, kafir dan iblis. Jin merupakan makhluk ghaib tetapi jin tidak dapat mengetahui
hal-hal yang ghaib. Jin kafir dan iblis tersebut masuk dalam golongan syaithan ( Hizbus Syaithan).
Diman pemimpin atau nenek moyang golongan syaithan ( Hizbus Syaithan) itu adalah Iblis. Iblis
dan syaithan yang menyertainya itu semua amal perbuatannya mencerminkan kejahatan,
kerusakan serta kebinasaan. Syaithan mengajak manusia untuk melanggar apa yang sudah
digariskan oleh Alloh SWT.
Setiap manusia disertai oleh syaithan yang akan menggaggu dan menggodanya untuk
melakukan kemaksiatan. Semakin sering manusia tersebut melakukan kemaksiatan maka posisi
dan kedudukan syaithan dalam diri orang tersebut semakin kuat, dan begitu sebaliknya. Oleh
sebab itu manusia harhus tetap siap siaga untuk melawan semua bujukan dan rayuan syaithan
dengan cara terus menerus melakukan amal kebaikan.

BAB 9
KITAB-KITAB DARI LANGIT

Alloh SWT menurunkan wahyu kepada para nabi dan Rasulnya dan untuk disampaikan
kepada ummat-ummatnya yang berupa kitab. Adapun kitab-kitab yang tercatat dan dapat kita
ketahui yaitu ada 4 kitab diantaranya kitab Taurat diturunkan untuk nabi Musa a.s.,kitab Injil
kepada Nabi Isa a.s., kita zabur kepada nabi Daud a.s. dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
SAW. Kitab-kitab tersebut berisi petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia.
Kitab Al-Quran diturunkan kepada nabi terahir yaitu nabi muhammad SAW yang memiliki
beberapa keistimewaan dari kitab-kitab yang lain yaitu Al-Qura’an kitab terahir yang
menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya dan ajaranya akan tetap berlaku sepanjang masa dan
tetapt terjaga keasliannya oleh Alloh SWT.

BAB 10
RASUL-RASUL
Alloh SWT mewajibkan atas setiap oarng-orang beriman untuk percaya kepada rasul-
rasukNya tanpa membedakan antara yang satu dengan yanglainnya. Apabila seseorang sudah
beriman kepada sebagian rasul dan mengkari sebagian yang lain, maka ia jelas menjadi orang kafir.
Setiap ummat mempunyai rasul, tidak ada satu umat pun dalam suatu masa kecuali
semuanya dikirimkan rasul oleh Alloh SWT, yang bertugas mengajak mereka untuk berbakti
kepada Alloh SWT menuju jalan yang benar sekaligus menjadipemimpin mereka.
Rasul adalah seorang manusia laki-laki dari ummat itu sendiri yang dipilih oleh Alloh
untuk menerima wahyu dan untuk disampaiakan kepada ummatnya. Tugas utam rasul adalah untuk
mengajak ummatnya untuk beribadah kepada alloh SWT dan menegakkan agamaNya.
Ada beberapa rasul yang termasuk dalam golongan rasul ulul azmi yaitu Muhammad SAW,
Nuh As, Ibrahim AS, Musa As, dan Isa AS. Ulul azmi maksudnya teguh sekali hatinya dan segala
cita-citanya dikejar dengan segenap tenaga yang dimilikinya sehingga akhirnya tercapai.
Setiap rasul diberikan mu’jizat oleh Alloh SWT sebagai salah satu bukti dari kerasulannya.
Mu’jizat adalah suatu luar biasa yang menyalahi kebiasaan-kebiasaan umat manusia yang
diberikan oleh Alloh kepada para rasulNya. Janis mu’jizat yang diberikan oleh Alloh SWt kapada
tiap rasulNya itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan kaumnya masing-masing.

BAB 11
MANUSIA TERSUSUN DARI TUBUH DAN ROH
Manusia itu tersusun dari dua macam unsur yaitu tubuh kasar dan ruh halus. Dengan tubuh
kasarnya manusia dapat bergerak dan merasakan segala sesuatu, sedang dengan ruhnya manusia
itu dapat menemukan, mengingat, berfikir, mengetahui,berkehendak, memilih, mencintai,
membenci dansebagainya.
Tubuh kasar manusia itu berasal dari tanah,yang merupakan suatu kepastian yang haruskita
akui, karena telah banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut sedangkan terkait roh, roh
merupakan urusan dan perkara Alloh SWT sendiri yang selainNya tidak ada yang dapat
mengetahui hakikat dari roh itu sendiri. Yang dapat diketahi oleh manusia adalah bahwa roh itu
berdiam di dalam tubuh manusia dan dengan adanya roh tersebut tampaklah gerak kehidupan dari
tubuh tersebut dan dapat diketahui pula apa akibat dari adanya kehidupan tsb. Ada alim ulama
islam yang mendefinisikan roh yaitu suatu zat yang memiliki sifat tesendiri dan berbeda dengan
benda-benda lain. Ia adalah jisim ruhaniah (sebangsa nur atau cahaya ) amat tinggi kedudukannya
dan hidup, selai itu ia dapat meninggalkan tubuh kasar dan dapat menjalar dalam rongga tubuh itu
bagaikan mengalirnya air dalam tangkai yang hijau hidup. Roh itu tidak dipisah-pisah atau dibagi.
Roh merupak makhluk yang baru atau hawadist bukan benda yang qodim atau dahulu.
BAB 12
TANDA-TANDA HARI KIAMAT
Tibanya hari kiamat secara pasti tiak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Alloh SWT, tetapi
Alloh SWT mwmbwrika rambu-rambu kepada manusia yang merupakan tanda-tanda dekatnya
kiamat. Tanda-tanda datangnya hari kiamat itu secara garis besar dibedakan menjadi 2 macam
yaitu :
1. Tanda –tanda kecil ( alamat sughra)
2. Tanda-tanda besar (alamt kubra )
Adapun tanda-tanda kecil yaitu sebagai berikut :
1. Diutusnya nabi akhir zaman yaitu nabi Muhammad SAW
2. Pemimpin-pemimpin yang ada merupkan keturunan-keturunan wanita-wanita tawanan atau
golongan rendah.
Sedang tanda-tanda kubra yaitu :
1. Terbitnya Matahai dari arah barat
2. Keluarnya suatu binatang dari bumi yang dapat bercakap-cakap dengan manusia.
3. Almahdi
4. Munculnya Masih Dajjal
5. Turunnya nabiullah Isa AS.
BAB 13
HARI AKHIR (HARI KIAMAT)
Percaya kepada rukun hari kiamat merupakan salah satu dari rukun iman dan merupakan
bagian yang penting dari beberapa bagian akidah. Dimana hari kiamat merupakan hari dimana
hancurnya semua alam semesta ini beserta isinya,dan bumi akan berubah tidak seperti bumi yang
sekarang ini dan selanjutnya alloh SWT akan menciptakan alam lain yang disebut dengan alam
akhirat. Alam dimana semua manusia dibangkitkan dan dihisab segala amal perbuatan yang telah
dilakukan selama hidup di dunia.
Amal perbuatan yang telah dilakukan manusia selama hidup di dunia akan menetukan
kondisi saat dia dibangkitkan, ada yang dibangkitkan dalam kondisi yang sempurna, kurang
sebagian, dan berbagai jenis kondisi lainnya sesuai dengan kadar amal perbuatannya di dunia.
BAB 14 : HISAB
HISAB ADALAH PUNCAK PENETRAPAN KEADILAN ILAHI

Alloh SWT memiliki semua sifat kesempurnaan diantaranya yaitu Alloh maha Adil dan
Bijaksana. Dia maha adil tidak akan menganiaya atau merugikan seseorangpun dari makhluknya,
Dia juga maha bijaksana tidak akan meletakkan sesuatu itu bukan pada tempatnya. Sebagian dari
keadilan dan kebijaksanaan Alloh SWT itu adalah bahwa Dia tidak akan mempersamakan antara
orang yang berbakti dan taat kepadaNya dengan orang kafir yang durhaka, antara orang mukmin
dan orang musyrik,anatar orang yang baik dan jahat, dst. Hisab ini merupakan pengadilan yang
setinggi-tingginya dan seadil-adilnya yang akan dialami manusia, tidak ada satupun perbuatan
yang pernah dilakukan di dunia kecuali semuanya akan dihisab, baik itu perbuatan yang baik
ataupun buruk, baik kecilatau besar tidak akan ada yang terlewatkan dan terlupakan. Hasil hisab
tersebut akan menentukan nasib manusia apakah akan tinggal di surga Alloh yang penuh dengan
kenikmatan ataukah tinggal di neraka yang penuh dengan siksaan dan penderitaan. Alloh tidak
akan salah dalam memberikan putusannya terhadap makhluknya.

BAB 15
SURGA DAN NERAKA

Balasan yang diberikan oleh Alloh SWT terhadap makhluknya yaitu berupa kenikmatan syurga
bagi yang taat dan siksaaan neraka bagi yang durhaka.
Neraka. Ada beberapa untu neraka yaitu :
1. Hawiyah : suatu jurang yang sangat dalam dan barangsiapa yang jatuh disitu pasti pasti tidak
akan dapat kembali naik ke atas kecuali dengan izin Alloh. QS. Al Qari’ah ayat 8-11.
2. Lazha, api neraka lazha ini memiliki kehebatan yang luar biasa sehingga kulit kepalapun
mengelupas dengan sendirinya dan memiliki daya tarik yang kuat sehingga siapapun yang
mendekat akan langsun di sambar. Qs al Ma’arij ayat 15-18.
3. Sa’ir, ini dijelaskan Alloh dalam Qs al-Mulk ayat 5
4. Saqar, Dijelaskan Alloh dalam Qs. Al Muddatsir ayat 26-30.
5. Hutamah, Dijelaskan Alloh dalam Qs. Al Humazah ayat 4-9.
Surga atau Jannah merupakan balsan bagi yang taat, yang memilki kenikmatan-kenikmatan
yang luar biasa yang tidak bisa dibayangkan oleh akal manusia. Adpun kenikmatan Surga yang
tertinggi di samping kenikmatan-kanikmatan yang lainnya yaitu
1. Dapat melihat Alloh SWT. Qs Al-Qiyamah ayat 22-23.
2. Dapat bermunajat dengan Alloh SWT. Qs Yasin 55-58.
3. Mendapat keridhaanNya. Qs. At-Taubah 72 dan Ali imran 15.

BAB 16
PENUTUP

Apa yang ditempuh manusia dan apa yang telah dilaksanak olehnya dalam kehidupan di
dunia merupakan suatu pernyataan dari kenyataan aqidah atau kepercayaannya. Jika aqidah yang
terpateri dalam jiwanya itu baik dan benar maka baik dan benar pula jalan yang ditempuhnya serta
lurus dalam mengerjakannya, sebaliknya jika aqidah itu rusak dan salah maka jalan yang
ditempuhnya juga rusak, salah dan sesat. Oleh sebab itu, Aqidah Tauhid dan keimanan adala suatu
hal yang mutlak perlu yang sama sekali tidak dapat ditinggalkan dan diabaikan oleh siapapun,
supaya orang itu dapat mencapai kesempurnaan dan dapat merealisasikan kemanusiaanya itu
sendiri.

REFERENSI
Sabiq, Sayid. 2010. Aqidah Islam pola hidup manusia beriman. Bandung : penerbit Diponegoro.
RESUME AQIDAH ISLAMIYAH – SAYYID SABIQ _ Aneka Warna.htm
Resume Buku Akhlak Tasawuf karya
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A.

1. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN MANFAAT ILMU AKHLAK

A. Pengertian Ilmu Akhlak


Akhlak berasal dari Bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa,
yukhliqu, ikhlaqan, yang berarti kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan kelaziman, peradaban
yang baik dan agama.
Dari segi istilah, Imam al-Ghazali mengatakan akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dam mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Dalam Da’iratul Ma’arifat Ilmu akhlak adalah Ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara
mengikutinya hingga terisi dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga
jiwa kosong daripadanya.
Pada akhirnya bisa dikatakan bahwa Ilmu Akhlak adalah Ilmu yang mengkaji suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak
terpaksa dan sungguh-sungguh atau sebenarnya, bukan perbuatan yang pura-pura.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak


Ruang lingkup pembahasan Ilmu Akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan
manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik atau
buruk.
Obyek pembahasan Ilmu Akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kita katakana baik atau buruk, maka ukura yang
harus digunakan adalah ukuran normatif. Selanjutnya kita katakana sesuatu itu benar atau salah,
maka yang demikian itu juga termasuk masalah hitungan atau akal pikiran.
C. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Ilmu Akhlak berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan
manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi yang maju disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang dimilikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan umat
manusia.
Ilmu Akhlak itu sendiri bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi
manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik dan buruk. Dalam perbuatan baik ia akan
berusaha melakukannya dan dalam perbuatan yang buruk ia akan berusaha menghindarinya.

2. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DAN ILMU LAINNYA

Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Ilmu Akhlak dan bias dikatan berdekatan yaitu Ilmu
Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa dan Filsafat. Sedangkan Ilmu yang berkaitan
dengan Ilmu Akhlak dan dikategorikan Ilmu pertengahan adalah Ilmu Hukum, Ilmu Sejarah, Ilmu
Sosial dan Ilmu Antropologi. Dan Ilmu yang Agak jauh hubungannya adalah Ilmu Fisika, Biologi
dan Ilmu Politik.
A. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Tujuan tasawuf sendiri adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan
diri dari perbuatan tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian
dalam memperoleh tujuan bertasawuf, seseorang haruslah berakhlak mulia.
B. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan ini
merupakan salah satu akhlak yang mulia. Ilmu tauhid tanpa akhlak yang mulia tidak akan ada
artinya dan akhlak yang mulia tanpa tauhid tidak akan kokoh.

C. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa


Ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang ampak dalam tingkah laku.
Melalui ilmu Jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang dimiliki seseorang.
Ilmu Jiwa membahas potensi rohaniah secara mendalam dan untuk mengembangkan Ilmu Akhlak
kita dapat memanfaatkan informasi yang diberikan oleh Ilmu Jiwa ini.
D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan membahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi pembelajaran
(kurikulum), guru, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, proses belajar mengajar, dan lain
sebagainya. Sedangkan Pendidikan Islam dan Ilmu Islam sangatlah berkaitan. Pendidikan Islam
merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak.

E. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Filsafat


Ilmu Filsafat membahas tentang Tuhan, alam semesta dan makhlus seisinya. Dari
pembahasan ini akan diketahui dan dirumuskan cara-cara berhubungan dengan Tuhan dan
bagaimana memperlakukan makhluk dan alam sekitarnya. Dengan demikian itu akan dapat
diwujudkan akhlak yang baik terhadap Tuhan, terhadap manusia, alam, dan makhluk Tuhan
lainnya.

3. INDUK AKHLAK ISLAMI


Secara teoritis akhlak berinduk pada 3 perbuatan utama yaitu :
1) Hikmah (bijaksana)
2) Syaja’ah (perwira/kesatria)
3) Iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat)
Dengan demikian inti akhlak adalah pada sikap adil dalam mempergunakan potensi
rohaniah yang dimiiki manusia. Sikap pertengahan dalam menggunakan akal, amarah, dan nafsu
syahwat menimbulkan sikap bijaksana, perwira dan dapat memelihara diri. Dan dari tiga sikap itu
akan menimbulkan akhlak yang mulia.

4. SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK


Dengan pendekatan religi, pertumbuhan dan perkembangan ilmu Akhlak dibagi menjadi 2
yaitu pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak di luar ajaran islam (non muslim) dan
pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak dalam ajaran Islam.

A. Ilmu Akhlak di Luar Agama Islam


1. Akhlak pada bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak di Yunani baru terjadi setelah muncul
Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM) setelah sebelumnya perhatian
mereka hanya tertuju pada penyelidikan mengenai alam. Sejarah mencatat bahwa filsof pertama
dari Yunani yang mengemukakan pendapatnya mengenai akhlak adalah Scorates (469-399 M). Ia
dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Setelah Scorates pun ada Cynics dan Cyrenics, Plato,
Aristoteles, Stoics dan Epicurus. Keseluruhan ajaran akhlak yang mereka kemukakan bersifat
rasionalistik. Penentuan baik dan buruk didasarkan pada pendapat akal pikiran yang sehat dari
manusia. Ajaran akhlak merekan pun bersifat anthropocentris.
2. Akhlak pada agama Nasrani
Akhir abad ketiga Masehi agama Nasrani tersiar di Eropa dan membawa ajaran akhlak
dari kitab Taurat dan Injil. Menurut ajaran ini, Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhanlah yang
menentukan dan membentuk patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan
dalam kehidupan social kemsyarakatan. Ajaran akhlak pada agama Nasrani bersifat teo-
centri (memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Menurut agama Nasrani pendorong
berbuat kebaikan ialah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk kitab Taurat.
3. Akhlak pada Bangsa Romawi ( Abad Pertengahan )
Kehidupan masyarakat di Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Ajaran
akhlak yang lahir di Eropa itu adalah ajaran Akhlak yang dibangun dan merupan perpaduan
antaraajaran Yunani dan ajaran Nasrani.
4. Akhlak pada Bangsa Arab
Bangsa Arab pada zaman jahiliyah tidak punya ahli filsafat yang mengajak apada
aliran atau paham tertentu. Pada masa itu mereka hanya memiliki ahli hikmah dan
syair. Dalam kata-kata hikmah dan syairnya akan dijumpai ajaran yang mendorong dan
memerintahkan untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan.

B. Akhlak pada Agama Islam


Ajaran akhlak pada agama Islam bentuknya sempurna yang titik pangkalnya pada
Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan
dan mengakui bahwa Dia-lah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat,
Pengasih dan Penyayang terhadap segala makhluk-Nya. Akhlak dalam Islam memiliki dua corak,
corak yang pertama adalah normatif yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah yang bersifat
mutlak dan absolut. Kedua adalah yang bercorak rasional dan kultural yang didasarkan kepada
hasil pemikiran yang sehat serta adat-istiadat dan kebudayaan yang berkembang. Akhlak yang
kedua ini bersifat relative, nisbi dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

C. Akhlak pada Zaman Baru


Pada akhir abad ke limabelas Masehi Eropa mulai mengalami kebangkitan dibidang
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. SUmber akhlak yang semulanya al-Kitab dan dogma
kristiani dan khayalan mereka ganti dengan ajaran akhlak yang bersumber pada logika dan
pengalaman empirik. Pandangan akhlak yang dikemukakanpara sarjana Barat sepenuhnya
didasarkan pada pemikiran manusia semata-mata.

5. ETIKA, MORAL DAN SUSILA

A. Etika
Dari segi etimologis, etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Etika sifatnya humanistis dan anthropocentris, yakni
berdasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah
aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

B. Moral
Dalam segi Bahasa Moral berasal dari Bahasa Lati, mores yang merupakan jamak dari
kata mos yang artinya adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia moral berarti
penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Secara istilah moral berarti suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas
dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak, dapat dikatan benar, salah,
baik atau buruk.
C. Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila. Kata tersebut berasal dari Bahasa
sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip dan peraturan
hidup atau norma. Kata susila dapat pula berarti sopan, beradap, baik budi bahasanya. Dan
memiliki kesamaan arti dengan kesopanan.

D. Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak


Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan akhlak
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk
ditentukan baik-buruknya. Mereka saling berhubungan dan membutuhkan. Mereka berasal dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik
bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang
berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan hadits.
Antara etika, moral dan susila pun bisa saja tidak sejalan dengan akhlak, ini terjadi pada
masyarakat yang berpola pikir liberal, ateis dan sekuler sebagaimana terjadi di Barat. Akhlak
Islamyang bersumber pada wahyu dapat menerima atau mengakui peranan yang dimainkan oleh
etika, moral dan susil, yaitu sebagai sarana untuk menjabarkan akhlak islam yang terdapat pada
al-Qur’an da al-hadist sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan al-Qur’an dan al-Hadits.

6. BAIK DAN BURUK

A. Pengertian Baik dan Buruk


Dari segi Bahasa baik adalah terjemahan dari Bahasa Arab yaitu khair atau dalam
Bahasa Inggris yaitu good . Louis Ma’luf dalam kitabnya Munjid, mengatakan bahwa baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Adapula yang menyebutkan bahwa baik adalah
sesuatu yang diinginkan yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia.
Buruk dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah syarr dan diartikan sebagai sesuatu
yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam kualitas dll. Beberapa definisi
tersebut memberi kesan bahwa sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena
bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya.

B. Penentuan Baik dan Buruk


1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat-Istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini baik dan buruk di dasarkan pada adat-istiadat yang berlaku dan
dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti adat-istiadat yang berlaku di masyarakat
itu akan disebut baik dan yang melanggarnya akan disebut buruk.
2. Baik dan Buruk Menurut Hedonisme
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuata yang baik adalah perbuatan yang
banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Dan ada yang menurut
mereka ada yang mendatangkan kelezatan dan mendatangkan kepedihan. Dan bila mereka harus
memilih maka mereka akan memilih kelezatan. Dampak dari kehidupan yang hedonistic sudah
semakin parah, karena semakin dipersubur dan didukung oleh keberhasilan pembangunan
dibidang material yang kurang seimbang dengan pembangunan dibidang spiritual dan moral
3. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)
Intuisi adalah kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk
dengan sekilas tanpa melihat akibatnya. Penentuan baik buruk perbuatan melalui kata hati yang
dibimbing oleh ihlam atau intuisi ini banyak dianut para pemikir
akhlak dari kalangan Islam. Penentuan berdasarkan intuisi bersifat universal atau berlaku pada
masyarakat pada umumnya.
4. Baik dan Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini, yang baik adalah yang
berguna. Kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan denga materi tapi juga
rohani bias diterima. Dan juga yang tidak memberikan kerugian bagi orang lain pun juga bias
diterima.
5. Baik dan Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini, yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Kekuatan dan kekuasaan untuk menaklukan orang lain yang lemah juga dianggap baik.
Paha mini lebih cenderung pada sikap binatang dan berlaku hukum siapa yang kuat dan menang
itulah yg baik.
6. Baik dan Buruk Menurut Paham Religiosisme
Menurut paham ini segala yang baik adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yang
buruk adalah yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam
masing-masing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk dan antara satu dan
lainnya pun berbeda.
7. Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi (Evolution)
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam
ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju pada kesempurnaannya. Ahlinya
mengatakan bahwa akhlak itu tumbuh secara sederhana kemudian meningkat sedikit demi sedikit
kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Baik-buruk yang dikembangkan paham ini bias jadi
menyesatkan karena tidak sesuai norma yang berlaku secara umum dan telah diakui kebenarannya.
C. Sifat dari Baik dan Buruk
Sifat dari baik atau buruk adalah berubah, relative nisbi dan tidak universal. Namun
demikian sifat baik dan buruk itu akan tetap berguna sesuai dengan zamannya dan dapat
dimanfaatkan untuk menjabarkab ketentuan baik buruk pada ajaran akhlak yang bersumber pada
ajaran Islam.

D. Baik dan Buruk Menurut ajaran Islam


Menurut ajaran Islam baik dan burukharus didasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al-
Hadits. Penentuan baik atau buruk tidak hanya didasarkan atas amal perbuatan yang nyata tapi dari
niatnya. Sifat baik dan buruk ajaran islam mnegandung nilai universal dan mutlak yang tidak dapat
dirubah tapi dapat menampung nilai yang bersifat local dan dapat berubah sebagaimana yang
diberikan oleh etika dan moral.

7. KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB DAN HATI NURANI

A. Pengertian Kebebasan
Kebebasan yang dikemukakan oleh Ahad Charris Zubair adalah terjadi apabila
kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan
kepada orang lain. Paha mini disebut bebas negative karena hanya dikatakan bebas dari apa tapi
tidak ditentukan bebas untuk apa.
Dari segi sifatnya bebas dibagi menjadi tiga yaitu kebebasan jasmaniah, kebebasan
kehendak (rohaniah) dan kebebasan moral.

B. Tanggung Jawab
Sikap bertanggung jawab adalah sikap moral yang dewasa. Tak mungkin ada tanggung
jawab tanpa ada kebebasan. Sejalan dengan adanya kebebasan atau kesengajaan maka orang harus
bertanggung jawab terhadap tindakannya yang disengaja itu. Dengan demikian, tanggung jawab
dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik.
C. Hati Nurani
Hati nurani atau intuisi menupakan tempat dimana manusia memperoleh saluran ilham
dari Tuhan. Hati nurani diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada
keburukan.

D. Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani dengan Akhlak


Perbuatan akhlak harus muncul dari keikhlasan hati yang melakukannya dan dapat
dipertanggung jawabkan kepada hati sanubari. Masalah kebebasan, tanggung jawab dan hati
nurani merupakan faktor dominan yang menentukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
perbuatan akhlaki.

8. HAK, KEWAJIBAN DAN KEADILAN

A. Hak
1. Pengertian dan Macam-macam Hak
Hak dapat diartikan wewenag atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat
mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut sesuatu. Hak juga bias
berarti panggilan kepada kemauan orang lain dengan perantaraan akalnya, perlawanan dengan
kekuasaaan atau kekuatan fisik untuk mengakui wewenang yang ada pada pihak lain.
2. Macam-macam dan Sumber Hak
Dilihat dari segi Obyek dan hubungannya dengan Akhlak, hak dapat dibagi menjadi
tujuh yaitu hak hidup, hak mendapatkan perlakuan hukum, hak mengembangkan keturunan, hak
milik, hak mendapatkan nama baik, hak kebebasan berpikir dan hak mendapatkan kebenaran.
B. Kewajiban
Dalam ajaran Islam, kewajiban ditempatkan sebagai hokum Syara’, yaitu perbuatan
yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan mendapat siksa. Dengan
kata lain, kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah.

C. Keadilan
Poedjawijatna mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan terhadap
hak (yang sah). Sedangkan dalam literature Islam, keadilan dapat diartikan istilah yang digunakan
untuk menunjukkan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Keadilan ini
terjadi berdasarkan keputusan akal yang dikonsultasikan dengan agama.

D. Hubungan Hak, Kewajiban dan Keadilan dengan Akhlak


Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan, maka dengan sendirinya akan
mendukung perbuatan yang akhlaki. Disinilah letak hubungan fungsional antara hak, kewajiban
dan keadilan dengan akhlak.

9. AKHLAK ISLAMI

A. Pengertian Akhlak Islami


Akhlak Islami dalam islam dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan kepada
ajaran Islam atau akhlak yang Islami. Dengan demikian Akhlak Islami adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada
ajaran Islam. Akhlak islami dapat dikatan akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah.

B. Ruang Lingkup Akhlak Islami


Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu
sendiri. Ruanglingkup itu antara lain adalah Akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap sesame
manusia, dan Akhlak terhadap Lingkungan. Ruang lingkup itu menunjukkan bahwa Akhlak Islami
sangan komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan.
10. PEMBENTUKAN AKHLAK

A. Arti Pembentukan Akhlak


Ada dua pendapat tentang adanya akhlak, pendapat pertama mengatakn bahwa akhlak
tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.
Namun ada pula yang berpendapat bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan
dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka
membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram
dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.

B. Metode Pembinaan Akhlak


Pembinaan akhlak terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis
Muhammad al-Ghazalilas terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas bahwa
dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Pembinaan akhlak secara
efektif dapat dilakukan dengan memperhatikan factor kejiwaan sasaran yang akan dibina.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak


Menurut aliran nativisme, faktor yang paling berpengaruh adalah factor pembawaan
dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
Menurut aliran empirisme, faktor yang paling berpengaruh adalah factor dari luar,
yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang telak diberikan.
Terakhir adalah aliran konvergensi yang berpendapat bahwa pembentukan akhlak
dipengaruhi oleh factor internal yaitu pembawaan si anak dan factor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.

D. Manfaat Akhlak yang Mulia


Manfaat mengerjakan akhlak yang mulia yaitu mendapatkan keberuntungan antara
lain, memperkuat dan menyempurnakan agama, Mempermudah perhitungan amal di akhirat,
Menghilangkan kesulitan, Selamat hidup di dunia dan akhirat
11. ARTI, ASAL-USUL DAN MANFAAT TASAWUF DALAM ISLAM

A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia sehingga tercermin akhlak yang mulia dan
dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan
pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

B. Sumber Tasawuf
Dikalangan orientalis Barat, sumber yang membentuk tasawuf ada lima yaitu unsur
Islam, Masehi (Agama Nasrani), unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia.
1. Unsur Islam : munculnya tasawuf dikalangan ummat Islam bersumber pada
dorongan ajaran Islam dan factor situasi sosial dan sejarah kehidupan masyarakat pada umumnya.
2. Unsur Luar Islam : para orientalis Barat berpendapat adanya pengaruh Nasrani,
Yunani, Hindu Budha adalah karena agama-agama tersebut telah ada sebelum Islam.
3. Unsur Masehi : unsur-unsur yang diduga mempengaruhi tasawuf Islam adalah
sikap fakir. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir dan injil
juga disampaikan kepada orang yang fakir. Selanjutnya sikap tawakal kepada Allah oleh seorang
syaikh pun terlihat seperti pendeta, bedanya pendeta dapat menghapuskan dosa.
4. Unsur Yunani : kebudayaan Yunani yaitu filsafat telah masuk pada masa Daulah
Abbasiyah, metode berfikir filsafat Yunani juga telah ikut mempengaruhi pola berpikir sebagian
umat Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan,
5. Unsur Hindu/Budha : terlihat berhubungan karena adanya sifat fakir, darwisy. Al-
Birawi mencatat bahwa ada kesamaan antara cara ibadah dengan mujahadah tasawuf dengan
Hindu. Dan ada sepertinya ada persamaan antara Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham
tokoh sufi.
6. Unsur Persia : sebenarnya Arab dan Persia punya hubungan sejak lama yakni
hubungan politik, pemikiran dan sastra.Kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia terjadi
melalui ahli-ahli tasawuf didunia ini. Tasawuf sendiri berlandaskan ajaran Islam, tapi tidak dapat
dipungkiri saat tasawuf berkembang menjadi pemikiran, dia mendapat pengaruh dari filsafat
Yunani, Hindu, Persia dan lain sebagainya dan hal ini tidak hanya terjadi pada bidang tasawuf saja
tapi juga pada bidang yang lainnya.

12. MAQAMAT DAN HAL

A. Maqamat
Secara harfiah maqamat berasal dari Bahasa Arab yang artinya tempat orang berdiri
atau pangkal mulia.Dalam Bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya
tangga. Tentang berapa jumlah tangga tang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk mencapai
Tuhan, dikalangan sufi tidak sama pendapatnya.
1. Al-Taubah : taubat atau memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai
janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut.
2. Al-Zuhud : keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. mengendalikan
diri dari pengaruh kehidupan dunia dan mengutamakan dan mengejar kebahagiaan akhirat.
3. Al-Wara’ : menjauhkan diri dari pebuatan dosa. Meninggalkan segala yang
didalamnya terdapat keraguan antara halal dan haram (syubhat)
4. Kefakiran : tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita
5. Sabar : tabah hati. Sabar dalam menjalan kan perintah-perintah Allah, menjauhi segala
cobaan-cobaan yang ditimpakan-Nya pada diri kita.
6. Tawakkal : menyerahkan diri. Tawakkal tempatnya didalam hati dan timbulnya gerak
dalam perbuatan tidak akan mengubah tawakkal yang terdapat dalam hati itu.
7. Kerelaan : rela, suka, senang. Menurut Harun Nasution kerelaan adalah tidak
berusaha, tidak menentang Qada dan Qadar Allah, menerimanya dengan hati senang,
mengeluarkan perasaan benci dari hati sehingga didalamnya hanya aka nada perasaan senang.

B. Hal
Menurut Harun Nasution, hal adalah keadaan mental seperti perasaan senang, sedih,
takut dan sebagainya. Hal didapat sebagai anugerah dan Rahmat dari Tuhan. Hal bersifat
sementara, dating dan pergi, dating dan pergi bagi seorang sufi dalam perjalanannya mendekati
Tuhan.

13. MAHABBAH

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Mahabbah


Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatam yang secara harfiah
berarti mencintai secara endalam atau kecintaan atau cinta yang mendalam. Mahabbah yang
dikehendaki tasawuf adalah mahabbah yang artinya kecintaan yang mendalam secara ruhaniah
pada Tuhan.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan
dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa.
Dengan demikian kedudukan mahabbah lebih tinggi dari pada ma’rifah.

B. Alat Untuk Mencapai Mahabbah


Mengutip pendapat dari al-Qusyairi, Harun Nasution mengatakan, bahwa
dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat dipergunakan untuk berhubungan dengan

Tuhan. Alat yang pertama adalah al-qalb , hati sanubari sebagai alat mengetahui sifat-sifat Tuhan.
Yang kedua adalah roh sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga, sir sebagai alat untuk melihat
Tuhan.

C. Tokoh yang Mengembangkan Mahabbah


Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang zahid perempuan yang amat besar di Bashrah.
Hidup antara tahun 713-801 H. Ia adalah seorang hamba yang dibebaskan. Dalam hidup
selanjutnya ia banyak beribadat, bertaubat dan menjauhi hidup duniawi. Cinta Rabi’ah yang tulus
tanpa mengharapkan sesuatu pada Tuhan, terlihat dari ungkapan doa-doa yang disampaikannya.

D. Mahabbah dalam al-Qur’an dan al-Hadits


Banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menggambarkan bahwa manusia dan Tuhan
dapat saling bercinta. Misal pada QS. Ali ‘Imran, 3:30, QS. Al-Maidah, 5:54, Ayat tersebut
menjelaskan bahwa pada saat terjadi mahabbah diri yang dicintai telah menyatu dengan yang
mencintai yang digambarkan dalam telinga, mata dan tangan Tuhan. Untuk mencapai keadaan
tersebut dilakukan dengan amal ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

14. MA’RIFAH

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Ma’rifah


Ma’rifah adalah mengertahui rahasia-rahasia Tuhan dengan menggunakan hati
sanubari. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai oleh ma’rifah ini adalah mengetahui rahasia-
rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan. Kedudukan ma’rifah adalah sesudah mahabbah
sebagaimana dikemukakan al-Kalabazi. Hal ini karena ma’rifah lebih mengacu epada
pengetahuan, sedangkan mahabbah menggambarkan kecintaan.

B. Alat Untuk Ma’rifah


Alat yang digunakan untuk ma’rifah telah ada dalam diri manusia yaitu qalb
(hati), qalb selain dari alat untuk merasa adalah juga alat untuk berpikir.

C. Tokoh yang Mengembangkan Ma’rifah


Dalam literatur tasawuf ada dua tokoh yang mengenalkan ma’rifah yakni Al-Ghazali
dan Zun al-Nun al-Misri. Sufi yang telah mencapai ma’rifah akan memiliki perasaan spiritual dan
kejiwaan yang tidak dimiliki orang lain.

D. Ma’rifah dalam Pandangan al-Qur’an dan al-Hadits


Ma’rifah berhubungan dengan nur (cahaya Tuhan). Didalam al-Qur’an, dijumpai tidak
kurang dari 43 kali kata nur diulang dan sebagian besar dihubungkan dengan Tuhan. Cahaya
tersebut ternyata diberikan Tuhan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Ajaran ma’rifah amat
dimungkinkan terjadi dalam Islam, dan tidak bertentangan dengan al-Qur’an.

15. AL-FANA, AL- BAQA DAN ITTIHAD

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan al-Fana, al-Baqa dan Ittihad


Dari segi Bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda dengan al-
fasad (rusak). Fana artinya tidak tampaknya sesuatu. Arti fana menurut para sufi adalah hilangnya
kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau denga sesuatu yang lazim digunakan pada diri.
Akibat dari fana adalah Baqa. Secara harfiah baqa berarti kekal, sedangkan menurut
para sufi, baqa adalah kekalnya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia.
Fana dan Baqa erat hubungannya dengan al-Ittihad, yakni penyatuan batin atau
rohaniah dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad. Dalam situasi
ini seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, satu tingkatan di mana yang mencintai
dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu
dengan kata-kata : “Hai Aku”.

B. Tokoh yang Mengembangkan Fana


Dalam sejarah Tasawuf, Abu Yarid al-Bustami (w. 874 M) disebut-sebut sebagai sufi
yang pertama kali memperkenalkan paham fana dan baqa. Ucapan yang keluat dari mulut Abu
Yazid bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata itu diucapkannya melalui diri Tuhan dalam
ittihad yang dicapainya dengan Tuhan.

C. Fana, Baqa dan Ittihad dalam Pandangan al-Qur’an


Paham fana dan baqa yang di tujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh sufi
sebagai sejalan dengan konsep liqa al-rabbi menemui Tuhan. Fana dan baqa merupakan jalan
menuju berjumpa dengan Tuhan. Hal ini sejalan dengan fieman Allah pada QS. Al-Kahfi, 18:110.

16. AL-HULUL

A. Pengertian, Tujuan dan Kedudukan al-Hulul


Secara harfiah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu,
yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana. Al-Hulul
dapat dikatakan sebagai suatu tahap dimana manusia dan Tuhan bersatu secara rohaniah. Tujuan
dari hulul adalah mencapai persatuan secara batin.

B. Tokoh yang Mengembangkan Paham al-Hulul


Tokoh dari paham al-Hulul adalah al-Hallaj. Nama lengkapnya adalah Husein bin
Mansur al-Hallaj, lahir pada 244 H (858 M) di negeri Baidha, salah satu kota kecil di Persia.
Diusianya yang 16 tahun dia telah pergi belajar pada seorang sufi yang terbesar dan terkenal,
bernama Sahl bin Abdullah al-Tustur dinegeri Ahwaz.

17. WAHDAT AL-WUJUD

A. Pengertian dan Tujuan Wahdat al-Wujud


Wahdad al-wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-
wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada.
Al-wahdah digunakan pula oleh para ahli filsafat dan sufistik sebagai suatu kesatuan antara materi
dan roh, substansi (hakikat) dan forma (bentuk), antara yang tampak (lahir) dan yang batin, antara
alam dan Allah, karena alam dari segi hakikatnya qadim dan berasal dari Tuhan.

B. Tokoh yang Membawa paham Wahdatul al-Wujud


Paham Wahdatul Wujud dibawa oleh Muhyiddin Ibn Arabi yang lahir di Murcia,
Spanyol di tahun 1165. Selesai Studi, ia pindah ke Tunis di tahun 1145 M dan disana ia masuk
aliran Sufi.

18. INSAN KAMIL

A. Pengertian Insan Kamil


Insan Kamil berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari dua kata: Insan dan kamil . secara
hafiah, insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil
berarti manusia yang sempurna. Insan Kamil lebih ditujukan kepada manusia yang sempurna dari
segi pengembangan potensi intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat, fitrah dan lainnya
yang bersifat batin lainnya, dan bukan pada manusia dari dimensi basyariahnya.

B. Ciri-ciri Insan Kamil


Ciri-ciri Insan Kamil antara lain adalah :
1. Berfungsi akalnya secara optimal
2. Berfungsi Intuisinya
3. Mampu menciptakan Budaya
4. Menghiasi diri dengan sifat-sifat Ketuhanan
5. Berakhlak Mulia
6. Berjiwa seimbang

19. TARIKAT

A. Pengertian dan Tujuan Tarikat


Dari segi Bahasa tarikat berasal dari Bahasa Arab thariqat yang artinya jalan, keadaan,
aliran dalam garis sesuatu. Tarikat dikalangan sufi berarti system dalam rangka mengadakan
latihan jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang
terpuji dan memperbanyak zikir dengan penuh keikhlasan semata-mata untuk mengharapkan
bertemu dengan dan bersatu secara ruhiah dengan Tuhan.
Dengan demikian tarikat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam
usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan.

B. Tarikat yang Berkembang di Indonesia


Ada tujuh aliran tarikat di Indonesia, yaitu tarikat Qadariyah, Rifaiyah,
Naqsyabandiyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, al-Hadad, dan tarikat Khalidiyah.
1. Tarikat Qadariyah didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166). Ia sering disebut al-
Jilli.
2. Tarikat Rifa’iyah didirikan oleh Syaikh Rifa’I. Nama lengkapnya Ahmad bin Ali bin Abbas.
3. Tarikat Naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin Bhauddin al-Uwaisi al-Bukhari (727-791 H).
4. Tarikat Samaniyah didirikan oleh Syaikh Saman yang meninggal dalam tahun 1720 di Madinah.
5. Tarikat Khalwatiyah didirika oleh Zahiruddin (w. 1397 M) di Khurasan dan merupakan cabang
tarikatbSuhrawardi.
6. Trikat al-Hadad didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad.
7. Tarikat Khalidiyah adalah cabang tarikat Naqayabanditah di Turki. Dibangun oleh Syaikh
Sulaiman Zuhdi al-Khalidi
C. Tata Cara Pelaksanaan Tarikat
Tata cara perencanaan tarikat antara lain :
a. Zikir, yaitu ingat terus-menerus kepada Allah dalam hati serta menyebutkan nama dengan lisan
b. Ratib, yaitu mengucap lafal la ilaha illa Allah dengan gaya, derak dan irama tertentu
c. Muzik, dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi dengan bunyi-bunyian
seperti memukul rebana
d. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan tertentu untuk
menimbulkan kekhidmatan
e. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu melakukan dzikir tertentu.
Selain yang tersebut diatas, menurut Mustafa Zahri untuk mencaai tujuan tarikat, perlu
mengadakan latihan batin, riadah dan mujahadah (perjuangan kerohanian). Perjuangan seperti itu
dinamakan pula suluk dan yang mengerjakannya disebut salik.

20. PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PERLUNYA AKHLAK TASAWUF


A. Pengertian Masyarakat Modern
Secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama
disuatu tempat dengan ikatan-ikatan tertentu yang bersifat mutakhir.

B. Problematika Masyarakat Modern


1. Desitegrasi Ilmu Pengetahuan
2. Kepribadian yang terpecah (Split Personality)
3. Penyalahgunaan Iptek
4. Pendangkalan Iman
5. Pola hubungan Materialistik
6. Menghalalkan segala cara
7. Stres dan Frustasi
8. Kehilangan harga diri dan masa depannya
C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf
Cara yang disepakati oleh sebagian besar Ahli untuk mengatasi berbagai macam
masalah pada poin B adalah dengan berakhlak dan bertasawuf. Banyaknya anak muda yang
terjerumus dengan perbuatan tercela pun bias dihindari dengan adanya tasawuf sebagai system
yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Akhlak tasawuf harus dijadikan alternative yang
penting. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, politik, kebudayaan dan lain sebagainya
perlu dilandasi pula dengan akhlak tasawuf.

You might also like