You are on page 1of 11

LAPORAN

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

MOL

Dosen Pembimbing :
Dr. Rizqi Puteri Mahyudin, S.Si., MS

Disusun Oleh:
Alviana Nursa’adah H1E115001

Esti Rina H1E115004

Lisa Susdayanti H1E115013

Alfiyyah Nahdah H1E115030

Raudatun Ni’mah H1E115043

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemupukan terhadap tanaman yang dilakukan para petani yang semakin
lama semakin banyak membuktikan bahwa tanah kurang responsif terhadap
penambahan pupuk. Tanah yang demikian itu disebabkan karena kurangnya bahan
organik dan mikroorganisme tanah sebagai juru masaknya. Untuk mencari dan
mengembangkan mikroorganisme sebenarnya tidaklah sulit, karena
mikroorganisme sebenarnya sudah ada dan sangat banyak jumlah dan jenisnya
disekitar kita. Biasa kita sebut mereka dengan mikroorganisme lokal (MOL).
Mikro Organisme Lokal, yaitu sekumpulan mikro organisme yang
berfungsi sebagai “starter” dalam pembuatan kompos organik. Dengan kata lain,
MOL akan membantu mempercepat proses pengomposan. Selain untuk
pengomposan, MOL juga bisa disiramkan langsung ke media tanam guna
menyuburkan tanah para keluarga pohon yang kita miliki.
Salah satu mikro organisme lokal dapat berbahan dasar nasi basi yang
sering menjadi limbah terbuang begitu saja. Biasanya nasi basi ini dibuang ke
tempat sampah, drainase, atau diberikan sebagai bahan pakan ternak. Padahal nasi
basi bisa dijadikan bahan bioaktifator, unsur pembuatan pupuk kompos. MOL dari
nasi bekas tidak merusak lingkungan dan juga tidak berbahaya bagi manusia dan
hewan. Pembuatan cairan MOL sangat sederhana sekali yakni melalui proses
fermentasi yang ditambah dengan larutan gula. MOL ini sangat bermanfaat untuk
kebutuhan masyarakat umum dalam menyuburkan tanah.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan yakni mengetahui bagaimana cara pembuatan MOL
berbahan dasar nasi bekas.

1.3 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara pembuatan MOL berbahan dasar nasi bekas ?
BAB 2
DASAR TEORI

1.2 Pengertian Mol


Menurut Direktorat Pengelolaan Lahan, Mikro Organisme Lokal (MOL)
adalah larutan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan alami yang disukai
tanaman sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme. MOL
bermanfaat untuk mempercepat proses penghancuran bahan-bahan organik.
Menurut Mulyono, 2014 mikroba yang terlibat dalam proses penguraian
bahan organik ini dapat diperbanyak secara sederhana serta murah untuk berbagai
keperluan seperti mempercepat pembuatan Kompos atau Pupuk Organik Cair
(POC) dan dikenal dengan istilah Mikro-Organisme Lokal. Faktor-faktor yang
menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku
atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses
fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL.
Perbanyakan MOL memerlukan air kemudian bahan yang mengandung
glukosa atau gula seperti gula pasir, gula merah, air kelapa atau batang tebu.
Selanjutnya diperlukan bahan yang mengandung karbohidrat atau tepung seperti
air cucian beras, limbah nasi, singkong, jagung atau ubi. Terakhir adalah bahan
yang kandungan mikroba pengurainya sudah tinggi seperti buah-buahan busuk,
nasi basi, batang pisang yang sudah busuk dan sebagainya bahkan bahan organik
yang belum busuk pun bisa dimanfaatkan seperti rebung, sabut kelapa atau bahan
organik lainnya.
Menurut Seni, 2013 MOL hasil fermentasi pada dasarnya dapat digunakan
sebagai kebutuhan yang lain, yaitu seperti : pupuk cair, stater dalam pembuatan
kompos, campuran minuman atau pakan ternak, campuran pakan ikan, pestisida
nabati, penguras wc, penghilang bau pada kotoran ternak, zat perangsang tumbuh.
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-
asam organik, protein sel tunggal, antibiotika, dan biopolimer. Fermentasi
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan
oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah
biasa dimakan orang sampai sekarang seperti tape, oncom, kecap, yoghurt, dan
lain-lain.
Menurut Tarigan, 1988 fermentasi adalah proses metabolisme dimana
akan terjadi perubahan-perubahan kimia dalam suubstrat organik, kegiatan atau
aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan
kimia tadi tergantung pada macam bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya
aerasi atau usaha lain yang berbeda dengan faktor-faktor diatas, misalnya
penambahan-penambahan bahan tertentu untuk menggiatkan fermentasi.
Menurut Dwijoseputro, 1990 perkataan fermentasi sering disalin dengan
perkataan peragian. Hal ini sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe,
ragi untuk tape, ragi untuk roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman
keras itu menurut sistematika di dalam dunia tumbuh-tumbuhan banyaklah yang
berbeda. Secara fisiologi, ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan yaitu
menghasilkan fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan
lain. Adapun substrat yang mereka ubah itu berbeda-beda. Orang membatasi
pengertian fermentasi hanya pada alkoholisasi dan laktasi.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah :
1. Siapkan 2 buah reaktor berkapasitas 5000 mL
2. 1 buah pilox black doff
3. Batu bata
4. Saringan
5. Corong
6. Pengaduk
7. 2 buah botol bekas
8. Timbangan
9. Kamera ponsel
10. Gelas ukur berkapasitas 1000 mL
11. Botol semprot
12. Lakban

1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Nasi bekas 500 gr
2. Gula aren 300 gr
3. Air kelapa 1000 mL
4. Air cucian beras utama 1000 mL
5. Air sumur sebanyak 3000 mL

1.3 Prosedur Pembuatan


1 Botol bekas dan reaktor di gelapkan dengan pilox black doll sehingga
tidak tembus cahaya
2. Tanggal 16 Maret 2018. Siapkan nasi bekas sebayak 500 gr, cuci dan
masak dengan air sumur, nasi dalam kondisi dingin langsung masukkan ke
dalam reaktor untuk di fermentasi selama 7 hari, simpan di tempat yang
terhindari dari cahaya.
3. Lihat hasil fermentasi, apabila nasi bekas yang di fermentasi
mengeluarkan jamur berwarna kunging (Hifa) dan memiliki aroma
alkohol, maka bakteri telah jadi.
4. Tanggal 23 Maret 2018. Siapkan nasi bekas sebanyak 500 gr yang telah
difermentasi, air cucian beras pertama sebanyak 1000 mL, yang dicuci
menggunakan air sumur. Siapkan air kelapa muda sebanyak 1000 mL dan
gula area yang dihaluskan sebanyak 300 gr. Setelah semua bahan siap,
campurkan seluruh bahan ke dalam reaktor, aduk perlahan sampai
tercampur rata (Homogen).
5. Fermentasi kembali bahan yang telah tercampur (Homogen) selama 7 hari,
apabila hasil fermentasi mengeluarkan aroma alkohol yang pekat, maka
pembuatan MOL telah jadi.
6. Tanggal 30 Maret 2018. Fermentasi MOL dapat dipanen. Selanjutnya
pisahkan padatan dengan cairan MOL menggunakan saringan, masukkan
cairan ke dalam botol bekas.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Gambar 1. Gambar 2.

Sampel 1 Nasi yang telah Sampel 2 Nasi yang telah


difermentasikan selama 7 hari difermentasikan selama 7 hari

Gambar 3.

Pencampuran 1000 mL air kelapa, 1000mL air beras, 300 gr


gula aren pada nasi yang telah difermentasikan selama 7 hari
Gambar 4. Gambar 5.
Botol reaktor sampel 1 dan 2 Reaktor sampel 1 dan 2

Gambar 6. Gambar 7.
Hasil fermentasi sampel 1 Hasil fermentasi sampel 2
Nasi Warna Karakteristik
Sebelum Putih Tekstur nasi padat, tidak berbau,
difermentasi belum terjadi perubahan apapun
Setelah difermentasi Putih Tekstur nasi kental seperti bubur,
kekuningan bau seperti tape.

4.2 Pembahasan
Dari penelitian membuat Mikro Organisme Lokal (MOL) yang berbahan
dasar nasi bekas, maka diperoleh hasil seperti tabel dan dokumentasi di atas. Dari
tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa keadaan nasi sebelum difermentasikan
memiliki warna putih dengan memiliki beberapa karakteristik diantaranya, yaitu
tekstur nasi padat, tidak berbau, dan belum terjadi perubahan apapun. Sedangkan
nasi yang difermentasikan ialah nasi basi yang telah ditumbuhi jamur atau
cendawan yang berwarna merah hingga kekuning-kuningan. Nasi basi tersebut
dimasukkan dalam reaktor lalu diberi campuran air kelapa dan gula. Dalam
pembuatan MOL ini gula berfungsi sebagai sumber makanan dan hidupnya
bakteri yang ada di jamur. Nasi yang sudah tercampur dengan air kelapa serta gula
merah dalam wadah di tutup rapat-rapat. Wadah berisi nasi basi diletakkan di
tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Biarkan selama 7 hari,
sebelum membuka tutup wadah, wadah dikocok terlebih dahulu supaya nasi basi
dan air campuran gula dapat tercampur rata. Pada saat membuka reaktor haruslah
hati-hati karena tekanan gas cukup tinggi. Karena cukup mengejutkan bila tutup
wadah dibuka dan tekanan gas pada cairan cukup tinggi. MOL sudah dikatakan
siap pakai, apabila tercium bau masam manis seperti tapai yang keluar dari dalam
reaktor hasil fermentasi nasi basi. Sebelum mempergunakannya, cairan ini
terlebih dahulu di saring cairan. Kemudian masukan ke dalam botol dan MOL
siap untuk dipergunakan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Mikroorganisme berguna untuk membantu kesehatan dan penyerapan unsur
hara dalam tanah.
2. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat,
glukosa, dan sumber mikroorganisme.
3. Fermentasi adalah perombakan anaerob karbohidrat yang menghasilkan
pembentukan produk fermentasi yang stabil.
4. Gula digunakan sebagai sumber makanan dan hidupnya bakteri yang ada di
jamur nasi basi.
5. Media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat
mikroorganisme yang aktif dalam proses fermentasi, termasuk kedalam
faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL.

5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah perlu diadakannya penelitian
ulang untuk lebih memperkuat hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang

Juanda, Irfan, dan Nurdiana. (2011). “Pengaruh Metode Dan Lama Fermentasi
Terhadap Mutu Mol (Mikroorganisme Lokal”. Jurnal Floratek. 6, 140 –
143.

Mulyono. 2014. Membuat Mol dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga-cetakan
1. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Murtini, J.T. dan Ernik Yuliana. 1997. Pengaruh Penambahan Starter Bakteri
asam Laktat Pada Pembuatan Bekasam Ikan Sepat Terhadap Mutu Daya
Awetnya. Vol. 1. No.1 ( 30 Januari 2010).

Seni, Ida Ayu Yadnya, I Wayan Dana Atmaja, Ni Wayan Sri Sutari.
(2013). “Analisis Kualitas Larutan Mol (Mikoorganisme Lokal) Berbasis
Daun Gamal (Gliricidia Sepium)”. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.
Issn: 2301-6515 Vol. 2, No. 2, April 2013.

Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Jakarta

You might also like