Professional Documents
Culture Documents
com
TUMOR BULI
Tumor Buli-Buli atau juga bisa disebut tumor vesika urinaria (kandung kemih)
merupakan keganasan kedua setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
banyak mengenai laki-laki daripada wanita. Terdapat kasus yang melaporkan,
pernah mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan bercampur darah. Tetapi
karena pernah mendengar bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih
dan bisa sembuh atau hilang dengan minum obat tertentu, pasien kemudian menjadi
tenang. Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu
bukan hanya berarti infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing
bahkan keganasan atau kanker di saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan
kencing darah yang berulang atau menetap dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum
dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus dianggap sebagai sebuah masalah
yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Buli-buli
Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah
‘kantung’ dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke
kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung kemih dibagi
menjadi beberapa lapisan, yaitu :
• Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya
sel kanker.
• Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.
• Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-
lapisan otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot
kantung kemih.
• Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak,
jaringan-jaringan, dan pembuluh darah.
Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di
bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot
longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada
mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang
disebut trigonum buli-buli.
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat
penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-buli yang
terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi
pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan
kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra
sehingga terjadilah proses miksi.
Perjalanan Penyakit
Karsinoma buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan
merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma
prostat. Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah
industri kejadian tumor ini meningkat tajam.
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen.
Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe, perivesika, obturator, iliaka eksterna,
dan iliaka komunis. Penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan
tulang.
ditemukan. Substansi ini diyakini terbawa dalam urine dan menyebabkan asal tumor
dalam kaitannya dengan kontak dengan permukaan mukosa vesika dalam waktu
lama. Substansi kimia lainnya yang diwaspadai bersifat karsinogenik adalah
benzidine.
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak
terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang
menderita karsinoma buli-buli adalah:
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek
api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering
terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-
naftilamin, benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih
besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.
Bentuk tumor
Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Jenis histopatologi
Sebagian besar (± 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri
atas sel transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis
yang lainnya adalah karsinoma sel squamosa (± 10%) dan adenokarsinoma (± 2%).
A. Karsinoma sel transisional
Sebagian besar dari seluruh tumor buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi.
Carsinoma in situ berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel membesar
dan nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi oksofitik,
dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah tumor yang
sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor papilari.
adalah:
• Karsinoma campuran
Terdapat 4-6 % dari seluruh tipe tumor. Merupakan kombinasi antara
Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara
transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik,
cenderung menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor
lebih besar dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding
vesika. Sering dapat diatasi dengan reseksi transuretral. Kurang
berespon dengan radio terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke
dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di
sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada
organ limfe yang terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan
sistektomi tidak terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap
radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Palpasi bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum pada saat sebelum dan
sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur
atau colok vagina, sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor.
Gejala klinis
Gejala pada kanker buli-buli tidaklah spesifik. Banyak penyakit-penyakit
lain, yang termasuk kondisi inflamasi, melibatkan ginjal dan kandung kemih,
menunjukkan gejala yang sama. Gejala pertama yang paling umum adalah
adanya darah dalam urin (hematuria). Hematuria dapat terlihat dengan mata
telanjang, ataupun berada dalam level mikroskopik. Gejala seperti adanya
iritasi pada urinasi juga dapat dihubungkan dengan kanker kantung kemih,
seperti rasa sakit dan terbakar ketika urinasi, rasa tidak tuntas ketika selesai
urinasi, sering urinasi dalam jangka waktu yang pendek. Iritabilitas vesikal
dengan atau tanpa sakit biasanya menandakan adanya infiltrasi, walaupun
tidak dalam semua kasus.
2. Kambuhan (intermitten).
3. Terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total).
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukan dalam darah dan
urin. Gejala anemia dapat dijumpai bila ada perdarahan dari tumor yang
sudah lanjut. Dapat juga ditemukan gejala ganggunan fungsi ginjal berupa
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila
tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter. Selain pemeriksaan
laboratorium rutin, diperiksa pula:
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen dan Pielografi Intra Vena (PIV)
khusus yaitu cytoscope. Identifikasi dari sebuah tumor biasa dilakukan dengan
cytoscopy. Banyak tumor yang muncul dari bagian yang lebih tergantung dari
kantung kemih, seperti basal, trigonum, dan daerah di sekitar orifisium vesika.
Namun mereka juga dapat muncul dimana saja.
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan
pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya
tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajat
infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini
Diagnosis Banding
• Tumor ginjal atau tumor ureter
• Endometriosis
• Benign Prostatic Hipertrofi
• Batu ginjal, ureter, buli
Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sekunder kandung kemih yang parah bila terdapat
ulserasi tumor. Pada obstruksi ureter, jarang terjadi infeksi ginjal. Bila tumor
menginvasi leher buli, maka dapat terjadi retensi urin. Cystitis, yang mana sering kali
berada dalam tingkat yang harus diwaspadai, merupakan hasil dari nekrosis dan
ulserasi dari permukaan tumor. Ulserasi ini terkadang dapat dilihat dalam kasus
tumor-tumor yang tidak menembus, dari beberapa gangguan dengan aliran darah,
Jessica Ferdi, FK Trisakti 11
http://slidepdf.com/reader/full/tumor-buli-referat 11/32
5/11/2018 Tumor Buli(Referat)-slidepdf.com
tetapi muncul dalam 30 persen kasus dimana tumor menembus. Kantung kemih
yang terkontraksi dengan kapasitas yang sangat kecil dapat mengikuti ulserasi
dengan infeksi dan infiltrasi ekstensif dalam dinding kantung kemih.
Kembalinya tumor dalam kantung kemih dapat menunjukkan tipe lain dari
komplikasi. Jika pertumbuhan tumor kembali terjadi di area yang sama, kemungkinan
hal tersebut adalah hasil dari perawatan yang kurang profesional dan kurang layak
pada tumor asalnya. Namun tumor, yang muncul di tempat lain di dalam kandung
kemih harus berasal dari asal yang berbeda.
Kematian tidak jarang terjadi dikarenakan oleh komplikasi yang timbul karena
disebabkan oleh tumor itu sendiri atau perawatan atas tumor tersebut. Hidroneprosis
dan urosepsis, dengan gagal renal, toxemia, cachexia, dan kelelahan fisik dari
iritabilitas vesikal, sering kali menjadi suatu gambaran yang harus diperhatikan.
Hidronefrosis dapat disebabkan oleh oklusi ureter. Bila terjadi bilateral, terjadilah
uremia.
Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah
reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat ditentukan
luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain:
1. Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang
ketat atau wait and see.
2. Instilasi intravesika dengan obat-obat Mitosimin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Zat ini diberikan tiap minggu selama 6-8 minggu, lalu dilakukan
maintenan terapi sebulan atau dua bulan sekali. Walaupun toksisitas
lokal sering terjadi, toksisitas sistemik jarang terjadi karena ada
a. Ureterosigmoidostomi
Yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam sigmoid. Cara ini
sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit.
b. Konduit usus
Yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urin,
4. Radiasi eksterna
Radiasi eksterna diberikan selama 5-8 minggu. Merupakan alternatif
selain sistektomi radikal pada tumor ilfiltratif yang dalam. Rekurensi
lokal sering terjadi.
Stadium Tindakan
Superfisial TUR Buli / Fulgurasi
Kontrol berkala
Prognosis
Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali, atau muncul
papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal
3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul
kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radio
terapi harus dipertimbangkan kemudian.
Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan
diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan
reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4,
Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi
Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih.
mereka memiliki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati
proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus
dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna
dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang
setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Adalah sangat
penting untuk memeriksa pasien dalam interval reguler. Sehingga adanya tumor
yang kembali datang dapat dikenali lebih awal dan dapat diobati sebagaimana
seharusnya. Jika pemeriksaan ini dilakukan dalam interval tiap enam hingga delapan
bulan pada awalnya, dan perlahan-lahan waktu interval yang dibutuhkan semakin
panjang, maka prognosisnya dapat dikatakan sukses.
Tumor kantung kemih yang menembus jauh lebih serius dan cepat atau lambat
akan bermetastasi. Beberapa pembelajaran otopsi menunjukkan bahwa kejadian
metastasis dan ekstensi ekstra vesikel secara langsung adalah proporsional dengan
tingkat kedalaman sejauh apa tumor tersebut telah menembus dinding kantung
kemih.
Metode apapun dari perawatan yang mana mampu untuk secara sempurna
melenyapkan tumor utama yang superfisial dan menembus akan dapat memberikan
tingkat bertahan hidup 5 tahun yang baik. Dalam kasus dari prosedur konservatif,
bukti atas sebuah efisiensi sama dengan yang dicapai dari reseksi segmental atau
sistektomi jelas akan tergantung kepada segregasi pra-operasi dari tumor yang
superfisial yang mana terletak cukup dalam.
Tumor yang telah menyebar ke lebih dari setengah jalan melewati muskularis
biasanya tidak lagi terlokasi ke kantung kemih. kemungkinan bertahan hidup 5 tahun
dari kasus-kasus seperti ini setelah sistektomi sederhana hanya 10 persen. Ketika
tumor menembus hingga sangat dalam, muncul kemungkinan kematian yang lebih
tinggi setelah kegagalan untuk membuang semua tumor tersebut dengan sistektomi.
Elektrosisi transurethral dan elektrokoagulasi diketahui memberikan kenyamanan
untuk berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Terkadang radiasi eksternal
dengan kontrol dari hemorrhage dan transplantasi uretral ke dalam kulit akan
mengurangi iritabilitas vesikal. Lebih jauh lagi, pemecahan dari arus urinase dalam
kasus tertentu dapat diikuti oleh penurunan dari masa total dari tumor.
ILUSTRASI KASUS
Seorang pria berusia 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri suprapubik saat BAK
sejak 3 bulan SMRS. Os merasa urin tidak lampias sehingga os harus mengedan.
Urin berwarna kuning keruh, disertai banyak gumpalan darah. Os mengaku susah
BAB sejak 2 bulan SMRS. Frekuensi BAB 2 hari sekali dengan tinja berbentuk bulat-
bulat kecil, berwarna hitam. Nafsu makan baik, namun setiap habis makan, terasa
nyeri seperti ditonjok-tonjok pada buli. Bila berbaring nyeri berkurang dan hilang.
Nyeri bertambah bila os berjalan atau duduk. Kedua betis terasa pegal sejak 3 bulan
SMRS. Os mengomsumsi rebusan dedaunan sejak 3 bulan SMRS, namun tidak ada
perbaikan. Os mengaku sering duduk dan banyak minum.
RPD: sebelumnya os pernah dua kali dioperasi. Yang pertama operasi batu saluran
kemih (thn 1979). Batu berwarna putih kehitaman sebesar telur ayam. Yang kedua
operasi ginjal kanan (thn 1999) karena os sakit pinggang 1 thn lebih, perut kembung
dan tidak bisa berjalan.
RPK: Tidak terdapat riwayat hipertensi, kencing manis, alergi dalam keluarga.
Kebiasaan: Setiap hari os minum kopi dan menghabiskan 1 bungkus rokok.
Pemeriksaan fisik:
Pada regio suprapubik teraba massa dengan konsistensi keras, berukuran 8x6 cm,
permukaan tidak rata, batas tidak tegas, nyeri tekan (+).
Terdapat hernia skrotalis kiri
Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan penunjang USG abdomen
Hasil USG:
Os post nefrektomi dextra
Ginjal kiri:
Ukuran +/- 10x5 cm
Tampak pelebaran sistem pelviokalises dan sebagian ureter proksimal yang
dapat tervisualisasi. Echostruktur kortex sedikit meningkat. Tak tanpak lesi
hyperechoik dengan PAS (+)
Buli-buli:
Tampak massa padat intra buli, lobulated, ukuran +/- 8,2 x 6,4 cm
Prostat:
Jessica Ferdi, FK Trisakti 17
http://slidepdf.com/reader/full/tumor-buli-referat 17/32
5/11/2018 Tumor Buli(Referat)-slidepdf.com
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada penderita
ini mengarah pada diagnosis tumor buli, hidronefrosis sinistra, dan hidroureter
sinistra. Perlu dilakukan tindakan TUR buli untuk mengetahui luas infiltrasi tumor dan
menentukan tindakan selanjutnya
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
Jessica Ferdi
030.04.116
Ilustrasi Kasus
Anamnesa
Seorang laki-laki 65 tahun datang ke RS dengan keluhan sakit saat kencing. Dari anamnesis
didapatkan pasien mengeluh sakit saat miksi yang dirasakan di suprapubik, keluar air kencing
warna merah terus menerus, saat miksi penderita harus mengejan, dan kencing ≥ 10x sehari.
Pada anamnesis juga diketahui bahwa penderita memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi (+)
Pemeriksaan fisik
Pada regio suprapubik teraba massa dengan konsistensi keras, berukuran 3 x 3 x 1 cm,
permukaan tidak rata, batas tidak tegas, nyeri tekan (-). Dan didapatkan nyeri ketok di regio
CVA (Costo-Vertebra Angle) kiri.
Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa FPA-UIV dan USG
abdomen. Dari pemeriksaan UIV penderita, tampak filling defect dengan tepi iregular pada
lateral kiri Vesika Urinaria. Dari pemeriksaan UIV juga terlihat gambaran flattening kaliks
minor pada ginjal kanan maupun kiri, yang disertai pelebaran pelvis renis pada ginjal kiri.
Sementara ureter kiri tampak melebar sampai ke ureteropevico junction dan kinking setinggi
vertebra lumbal 4. Hasil pemeriksaan USG pada penderita menunjukkan gambaran massa
intravesika dengan hidronefrosis dan hidroureter kiri. Dari pemeriksaan penunjang, yaitu
USG abdomen dan x-foto thoraks, tidak ditemukan adanya metastasis ke organ intraabdomen
maupun pulmo.
Kesimpulan
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada penderita ini
mengarah pada diagnosis suspek carsinoma buli, hidronefrosis dextra et sinistra, dan
hidroureter sinistra. Perlu dilakukan tindakan TUR buli untuk mengetahui luas infiltrasi tumor
dan menentukan tindakan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
• Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.
dan..
Keluhan-Keluhan yang dirasakan penderita diantaranya :
• Hematuri tanpa keluhan nyeri (painless), kambuhan dan seluruh proses miksi.
• Retensi urine akibat, bekuan darah.
• Udema tungkai, akibat penekanan saluran limfe atau pembesaran kelenjar limfe di pelvis.
Mungkin suatu hari keluarga Anda atau teman Anda pernah mengeluhkan kencing yang
berwarna merah dan bercampur darah. Karena pernah mendengar dari seorang kenalan lain
bahwa itu adalah tanda adanya infeksi di saluran kemih dan bisa sembuh atau hilang dengan
minum obat tertentu, Anda kemudian menjadi tenang.
Tapi ketahuilah jangan pernah meremehkan kencing berdarah karena itu bukan hanya berarti
infeksi, tapi bisa juga berarti tanda adanya batu saluran kencing bahkan keganasan atau
kanker di saluran kemih. Bila Anda menemui keluhan kencing darah yang berulang atau
menetap dengan atau tanpa rasa sakit, sebelum dipastikan oleh seorang dokter maka itu harus
dianggap sebagai sebuah masalah yang serius dan bukan sekedar infeksi biasa.
Dari berbagai jenis kanker saluran kemih, kanker buli-buli/kandung kemih merupakan yang
sering ditemui. Di Amerika Serikat keganasan ini merupakan penyebab kematian ke enam
dari seluruh penyakit keganasan, dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan
52.900 kasus baru kanker buli-buli. Di Indonesia berdasarkan pendataan hasil pemeriksaan
jaringan yang dilakukan selama 3 tahun (1988-1990) diketahui bahwa kanker buli- buli
menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria. Di Subbagian Urologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152 kasus keganasan urologi antara tahun 1995-1997,
36% diantaranya adalah kanker buli-buli dan juga menempati urutan pertama. Keganasan ini
dapat mengenai semua jenis kelamin namun pria memiliki resiko 3 kali lebih besar daripada
perempuan. Puncak kejadiannnya terutama berada pada usia dekade ke lima sampai ke tujuh.
Faktor Resiko
Dari beberapa penelitian berhasil menemukan adanya hubungan antara merokok dengan
terjadinya kanker buli-buli. Hubungan tersebut terjadi secara dose respone yang berarti
bertambahnya jumlah rokok yang diisap akan meningkatkan resiko terjadinya kanker buli-buli
2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok ditemukan adanya
peningkatan metabolit–metabolit triptopan yang berada dalam urinnya (air kemih) yang
bersifat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Beberapa bahan kimia juga dilaporkan
bersifat karsinogenik pada terjadinya kanker buli-buli, seperti b -naftylamine yang sering
digunakan dalam industri cat dan karet, fenacetin, cyclophosphamine, cafein, dan pemanis
buatan. Penelitian terbaru juga menyebutkan pada orang yang sering memakai cat rambut
permanen resikonya jadi meningkat. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir
kandung kencing seperti yang terjadi pada infeksi kronis (infeksi yang berlangsung lama),
pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada buli-buli, juga diduga sebagai faktor
penyebab.
Pada seseorang yang memiliki gejala hematuria atau terdapatnya darah dalam air kemih
setelah dilakukan evaluasi lebih lanjut sebagian besar didiagnosis memiliki kanker buli-buli.
Bila ditemukan adanya darah dalam urin, haruslah dilakukan evaluasi yang lebih lanjut untuk
menyingkirkan penyebab yang bersifat keganasan. Hematuri tersebut umumnya bersifat total
yang terjadi mulai awal BAK (buang air kecil) sampai selesai. Ditemukannnya hematuri
mikroskopik (darah hanya ditemukan pada pemeriksaan laboratorium) pada penderita tanpa
disertai rasa sakit, merupakan tanda penting adanya keganasan buli-buli. Rasa nyeri pinggang
terjadi jika tumor meyumbat saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis. (pembesaran ginjal
karena sumbatan). Adanya hematuri juga dapat terjadi pada trauma buli-buli, infeksi saluran
kemih, kelainan parenkim/jaringan ginjal, atau adanya infeksi buli-buli yang disebabkan
infeksi M. tuberculosis. Sehingga pemeriksaan lebih lanjut sangat diperlukan.
Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya jarang ditemui adanya
kelainan. Hal ini disebabkan karena tumor tersebut merupakan tumor epitel transisional
kandung kemih yang letaknya superfisial dari buli-buli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila
tumor tersebut sudah tumbuh keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah
terjadi metastasis (penyebaran jauh) ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru.
1. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam air kemih. Tanda
adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang umumnya terjadi pada tumor yang
sudah lanjut atau dapat pula ditemukan tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa
peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut
menyumbat kedua muara ureter (saluran kemih).
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan sebagai
pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki persangkaan keganasan saluran kemih
termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect
(kelainan) pada buli-buli juga dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan
saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat
yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis
ke paru-paru.
Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada penderita
dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan
biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang
menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai
tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ). (mades/daya)
•meningkatkan
Kopi, pemanis buatan
resiko dan obat-obatan,
karsinoma buli-buli.untuk pemakaian jangka panjang dapat
• Histopatologi :
• 90 % merupakan karsinoma sel transisional, selebihnya merupakan karsinoma sel squamosa
dan adenokarsinoma.
Gejala klinis :
• Hematuri tanpa keluhan nyeri ( painless), kambuhan dan seluruh proses miksi.
• Retensi urine akibat, bekuan darah.
• Udema tungkai, akibat penekanan saluran limfe atau pembesaran kelenjar limfe di pelvis.
Diagnosis ;
• IVP, ditemukan filling defect, hidronefrosis bila terjadi infiltrasi tumor ke muara ureter.
• CT scan, MRI.
Terapi :
• Reseksi buli-buli,
• Sistektomi radikal.
• Instilasi intra vesika dengan obat-obat : Mitomisin C, 5 FU, Siklofospamide.
• Radiasi eksterna.
Bladder cancer refers to any of several types of malignant growths of the urinary bladder. It
is a disease in which abnormal cells multiply without control in the bladder. The bladder is a
hollow, muscular organ that stores urine; it is located in the lower abdomen. The most
common type of bladder cancer begins in cells lining the inside of the bladder (epithelial
cells) and is called transitional cell carcinoma (TCC).
The greatest risk factor for bladder cancer is a genetic predisposition; it is also associated with
smoking and occupational exposure to aniline-based dyes (such as in textile factories), as well
as with petrol and other chemicals.
Treatment
The treatment of bladder cancer depends on how deep the tumor invades into the bladder
wall. Superficial tumors (those not entering the muscle layer) can be "shaved off" using an
electrocautery device attached to a cystoscope. Immunotherapy in the form of BCG
instillation is also used to treat and prevent the recurrance of superficial tumors. BCG
immunotherapy is effective in up to 2/3 of the cases at this stage. Instillations of
chemotherapy into the bladder can also be used to treat superficial disease.
Untreated, superficial tumors may gradually begin to infiltrate the muscular wall of the
bladder. Tumors that infiltrate the bladder require more radical surgery where part or all of the
bladder is removed (a cystectomy) and the urinary stream is diverted. In some cases, skilled
surgeons can create a substitute bladder (a neobladder) from a segment of intestinal tissue, but
this largely depends upon patient preference, renal function, and the site of the disease.
A combination of radiation and chemotherapy can also be used to treat invasive disease, and,
in many cases, it is not yet known which is the better treatment - radiotherapy or radical
ablative surgery.
ransitional cell or urothelial carcinoma is the most common type of bladder cancer,
accounting for more than 90% all bladder cancers. Urothelial carcinomas are separated
clinically into superficial tumors and muscle invasive tumors.
Tumors that are clinically superficial are composed of three distinctive pathologic types:
It is important to distinguish these cancers from usual transitional cell carcinoma, since their
treatment and prognosis are different.
The bladder is a sac-like organ in the pelvis that stores the urine produced by the kidneys.
There are two tubular structures called ureters (one from each
kidney) that drain the urine into the bladder. The urethra is
the outflow tract of the bladder and connects the bladder to
the exterior.
The bladder itself is made up of four layers. These layers are important landmarks in
determining how deeply the tumor has invaded and the ultimate stage of the cancer.
1. Epithelium: The epithelium, which lines the bladder and is in contact with the
urine, is referred as transitional epithelium or urothelium. Most bladder
cancers originate from the cells of this transitional epithelium. The urethra,
ureters and the pelvis of the kidney are also lined by this transitional
epithelium, therefore, the same types of cancers seen in the bladder can also
occur in these sites.
2. Lamina propria: Under the epithelium is the lamina propria, a layer of
connective tissue and blood vessels. Within the lamina propria, there is a thin
and often discontinuous layer of smooth muscle called the muscularis
mucosae. This superficial layer of smooth muscle is not to be confused with
the true muscular layer of the bladder called the muscularis propria or detrusor
muscle.
3. Muscularis propria or detrusor muscle: This deep muscle layer consists of
thick smooth muscle bundles that form the wall of the bladder. For purposes of
staging bladder cancer, the muscularis propria has been divided into a
superficial (inner) half and a deep (outer) half.
4. Perivesical soft tissue: This outermost layer consists of fat, fibrous tissue
and blood vessels. When the tumor reaches this layer, it is considered out of
the bladder.
Your doctor has several diagnostic tools to establish a diagnosis of bladder cancer, including
radiology, cystoscopy and pathology. However, a definitive diagnosis of bladder cancer can
only be made by examining bladder tissue which is performed by a pathologist. The various
diagnostic tools are described below.
1) Radiology
detecting enlarged
tumors, which can lymph
suggestnodes
that anear the
cancer
has spread (metastasized) to the lymph
nodes.
4) Cystoscopy
diagnose
the type ofif bladder
a bladder cancerbyislooking
cancer, present at
and
Click to compare urine cytology
the bladder tissue. The correct diagnosis
is critical, as appropriate treatment of
bladder cancer is dependant upon the type
of cancer seen. The pathology of the
bladder is complex and therefore a second
opinion is often advisable and can have a
major impact in therapy.