You are on page 1of 10

ENDAHULUAN

Membran timpani merupakan pemisah antara telinga luar dan tengah berupa suatu
membran tipis, semi transparan berbentuk elips, diameter lebih kurang 8-10 mm. Membran ini
terlihat cekung, oblik terhadap sumbu liang telinga. Paling panjang pada arah anterior inferior
ke superior posterior. Terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian atas disebut pars flaksida
(membran Shrapnell), dan bagian bawah disebut pars tensa (membran propria).
Sebagai salah satu bagian penting dalam anatomi manusia, membran timpani
merupakan struktur utama yang membantu dalam proses pendengaran, memberi salah satu dari
indera utama. Selain itu membran timpani juga memiliki fungsi proteksi berkaitan dengan
keberadaan telinga tengah dan tuba Eustachius.
Mengingat betapa pentingnya fungsi membran timpani dalam sistem pendengaran,
maka pada makalah ini akan dibahas anatomi dan fisiologi membran timpani sebagai dasar
pengetahuan di bidang otologi.
1. ANATOMI MEMBRAN TIMPANI
Membran timpani berkembang pada wilayah antara ectodermal meatal plug dan resesus
tubotimpanik endodermis. Pertemuan tersebut bersifat oblik sehingga membran timpani
terletak miring 45o-55o terhadap sumbu liang telinga luar. Sedangkan pada bayi, kemiringan
membran timpani sekitar 30o.
Pars flaksida merupakan bagian atas yang bersifat lentur; dan pars tensa yang
merupakan bagian bawah membentuk sebagian besar membran timpani. Pars tensa merupakan
struktur yang kaku dan berbentuk konkaf. Bagian yang paling cekung terletak di inferior
manubrium maleus (umbo). Membran ini memiliki bentuk elips, diameter terpanjang mulai
dari bagian posterosuperior menuju anteroinferior yaitu sepanjang 9-10 mm, sementara
diameter terpendek 8-9 mm.
Gambar 1. Anatomi membran timpani.
Membran timpani terdiri tiga lapisan, lapisan skuamosa (stratum korneum) membatasi
telinga luar bagian medial yang berasal dari kulit liang telinga, lapisan mukosa (stratum
mukosum) membatasi telinga tengah sebelah lateral yang berasal dari kavum timpani, dan
jaringan fibrosa atau lamina propria yang terletak di antara stratum kutaneum dan mukosum.
Ada yang menjelaskan tentang membran timpani sesuai masing-masing bagian, pars tensa
terdiri dari tiga lapisan berbeda: pertama epidermis di lateral yang merupakan suatu epitel
skuamosa berlapis; kedua, lapisan tengah atau biasa disebut lamina propria, dengan serat radier
di luar dan sirkuler ke dalam; dan ketiga mukosa medial yang merupakan selapis sel yang tebal.
Pars flaksida lebih tipis dari pars tensa, juga terdiri dari epitel skuamosa berlapis di bagian
lateral; lamina propria di medial. Struktur utama lamina propria baik pars tensa maupun pars
flaksida adalah fibril kolagen. Pada pars tensa, fibril kolagen yang terletak paling dekat lapisan
epitel biasanya akan berhubungan langsung dengan membran basalis lapisan epidermis
meskipun masih diliputi adanya lapisan tipis jaringan ikat. Jaringan ikat yang mengandung
fibroblast, makrofag, serabut saraf yang sebagian besar tidak bermielin dan bermacam kapiler
yang terletak antara lapisan dalam lamina propria dan lapisan mukosa bagian dalam. Pada pars
flaksida, lamina propria tidak begitu jelas, tetapi masih memiliki serabut kolagen yang tersusun
tidak teratur. Membran timpani merupakan struktur yang terus tumbuh, yang kemungkinannya
menutup bila ada perforasi dan menyebabkan benda asing yang melekat padanya terusir ke
luar.
Lingkar membran timpani mengalami suatu penebalan dan membentuk cincin
fibrokartilagenus yang disebut anulus timpani. Struktur ini terletak dalam suatu bentukan
tulang yang disebut sulkus timpani. Mulai dari batas superior sulkus timpani, anulus timpani
berubah menjadi ikatan serat fibrosa (fibrous band) dan berjalan ke arah sentral sebagai lipatan
maleolar (maleolar folds) anterior dan posterior menuju prosesus lateralis maleus yang
ujungnya terletak dalam membran timpani. Hal ini menyebabkan terbentuknya regio triangular
pada membran timpani yang berada di atas lipatan maleolar.
Membran timpani terbagi dalam empat kuadran, dengan menarik garis imajiner searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian anterosuperior, anteroinferior, posteroinferior, dan posterosuperior untuk
menyatakan letak bila terjadi perforasi membran timpani.

Gambar 2. Kuadran membran timpani.

1.1 Vaskularisasi Membran Timpani


Vaskularisasi membran timpani penting dipahami untuk perlakuan yang benar terhadap
kulit liang telinga yang dilewati oleh pembuluh darah yang mendarahi membran timpani. Arteri
yang menyuplai membran timpani terutama berasal dari cabang aurikuler a. maksilaris interna
yang bercabang-cabang di bawah lapisan kulit, dari cabang ramus stilomastoid a. aurikularis
posterior dan dari cabang timpanika a. maksilaris interna yang menyuplai bagian mukosa.
Arteri timpani anterior merupakan cabang a. maksilaris di belakang artikulasio
temporomandibuler masuk ke telinga tengah melalui fisura petrotimpani yang menyuplai
bagian anterior kavum timpani dan mukosa membran timpani. Arteri timpani anterior
membentuk sirkulus vaskuler di sekeliling membran timpani dan beranastomosis dengan
cabang karotikotimpanik dari karotis interna, yang ikut berperan menghubungkan a. karotis
eksterna dengan a. karotis interna. Arteri aurikularis profunda sering muncul dari a. maksilaris
bersama dengan a. aurikularis anterior, kemudian ke atas di dalam kelenjar parotis di belakang
sendi temporomandibuler dan menembus tulang rawan atau tulang dinding liang telinga untuk
menyuplai bagian kutikular permukaan luar membran timpani.
Vena-vena yang letaknya supefisial bermuara ke v. jugularis eksterna sedangkan v.
profunda bermuara ke v. jugularis eksterna sedangkan v. profunda bermuara sebagian ke sinus
tranversus, vena-vena duramater, dan sebagian lagi ke pleksus venosus yang terletak sekitar
tuba Eustachius.

Gambar 3. Vaskularisasi membran timpani tampak dari sisi medial.


1.2 Inervasi Membran Timpani
Inervasi sensoris membran timpani bagian luar merupakan terusan dari inervasi
sensoris kulit liang telinga. Nervus aurikulotemporalis menginervasi bagian posterior dan
inferior membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior oleh cabang aurikularis n.
vagus. Inervasi sensoris permukaan mukosa membran timpani diinervasi oleh n. Jacobson yaitu
cabang n. glosofaringeus.
Penginervasian membran timpani melalui pleksus timpanikus pada promontorium
mengandung cabang-cabang saraf cranial V, VII, IX, dan X. Kelainan di daerah-daerah
anatomis yang diinervasi oleh saraf-saraf ini (temasuk gigi, lidah, tonsil, dan laring) dapat
menimbulkan nyeri alih ke telinga.
2. FISIOLOGI MEMBRAN TIMPANI
Fungsi terpenting membran timpani untuk menghantarkan getaran suara menuju
foramen ovale, selain itu juga memiliki beberapa fungsi proteksi.
2.1 Penghantar Getaran Suara
Getaran pada membran timpani dibagi menjadi tiga zona, yaitu sentral, intermediet, dan
perifer. Selama proses getaran berlangsung zona sentral bergerak maju mundur seperti piston
dengan bentuk kerucut yang tetap dipertahankan. Zona perifer bergerak seperti engsel pada
pertemuannya dengan anulus timpanikus. Zona intermediet bergetar dengan amplitude terbesar
dibanding kedua zona yang lain. Pada gambar di bawah ini tampak pembagian zona vibrasi
membran timpani, di mana tekanan konsentris tiap zona berbeda-beda.

Gambar 4. Tiga zona vibrasi membran timpani.


Terdapat hubungan yang erat antara susunan serat dengan pergerakan membran
timpani. Fakta menunjukkan bahwa serat radier dan sirkular yang saling bersilangan serta
membran timpani yang menebal pada zona sentral membuat membran timpani paling kuat
getarannya. Zona perifer bergerak seperti engsel pada pertemuannya dengan anulus timpani.
Zona intermediet bergetar dengan amplitude terbesar dibanding kedua zona yang lain.
Vibrasi membran timpani terdiri atas dua variasi, yaitu:
2.1.1 Vibrasi pada frekuensi rendah
Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari dinamika membran timpani, dengan
cara mengukur dan menilai pergerakan membran timpani sebagai perubahan tekanan pada
liang telinga luar. Metode pengukuran ini menggunakan teori optikal dengan melekatkan
lempeng berbahan dasar emas pada permukaan membran timpani, observasi stroboskopi atau
metode sinematografi, metode kondensasi elektronik, pada metode ini dilakukan evaluasi
minute displacement membran timpani dengan menggunakan probe kapasitor. Teknik holograf
dengan sinar laser dapat juga digunakan untuk mengetahui pola displacement membran
timpani.
Selama frekuensi yang diterima adalah nada rendah atau sedang, maka membran
timpani akan bergerak maju mundur seperti piston dan gerakan ini melibatkan seluruh area.
2.1.2 Vibrasi pada frekuensi tinggi
Apabila frekuensi lebih dari 2400 Hz membran timpani akan bergerak secara segmental
dan kehilangan kekakuannya. Membran timpani mulai bervibrasi secara seksional pada
frekuensi lebih dari 3000 Hz dan terjadi peningkatan kompleksitas membran sesuai dengan
peningkatan frekuensi.
Pada semua frekuensi, membran timpani bervibrasi maksimal di kuadran
posterosuperior dan vibrasi minimal terjadi di daerah anteroinferior. Secara klinis derajat
pergerakan maksimal di kuadran posterosuperior dapat diamati dengan menggunakan otoskop
pneumatik pada area pars tensa, pada area tesebut dapat terjadi retraction pocket sekunder
akibat adanya tekanan negatif telinga tengah yang persisten.
2.2 Fungsi Proteksi
Fungsi proteksi yang berhubungan dengan bunyi pada membran timpani yang intak
dapat mencegah gelombang bunyi langsung menuju foramen rotundum. Fungsi proteksi yang
lain untuk melindungi kombinasi telinga tengah dari liang telinga luar serta menjaga
perlindungan udara telinga tengah dan mastoid guna mencegah refluks sekresi yang tidak
diinginkan dari nasofaring melalui tuba Eustachius.
2.3 Hubungan Membran Timpani dengan Organ Sekitarnya
Telinga tengah termasuk membran timpani, tulang pendengaran beserta ligamennya
dan liang telinga tengah dapat dilihat sebagai sistem mekanik pasif dengan masa dan elemen
regangannya sehingga bersifat resonansi. Sistem linier ini bergandengan dengan koklea, yang
memberikan tahanan yang besar terhadap koklea. Rasio volume kecepatan stapes terhadap
tekanan suara pada membran timpani meningkat pada manusia sekitar 800-900 Hz dan
berkurang pada frekuensi yang lebih tinggi. Fase pemindahan antara gerakan stapes dengan
membran timpani umumnya meningkat dengan meningkatnya frekuensi.
2.3.1 Tulang-tulang pendengaran
Tulang-tulang pendengaran berfungsi untuk menghantarkan getaran dari membran
timpani menuju koklea.
a. Mekanisme energi
Mekanisme untuk mendapatkan energi getaran mengikuti proses sebagai berikut:
1) Catenary lever
Menerangkan bahwa perlekatan membran timpani pada anulus timpanikus
menyebabkan tenaga suara yang diterima diteruskan ke bagian tengah yang lentur kemudian
diterima oleh prosesus longus maleus. Catenary lever menguatkan energi suara menjadi 2 kali
sesampainya di maleus.
2) Hydraulic lever
Hydraulic lever disebut sebagai areal ratio. Pada peristiwa ini terjadi perbedaan luas
antara membran timpani dan basis stapes. Energi suara yang diterima membran timpani dan
diteruskan ke kaki stapes akan mengalami konsentrasi energi sehingga energi yang diterima
per satuan luas akan meningkat. Perbedaan luas secara proporsional sesuai dengan
perbandingan luas kedua permukaan tersebut, perbedaan luas tersebut sekitar 21:1. Akibat
adanya bagian perifer membran timpani yang terfiksir maka daerah efektif hanya sekitar 60-
72% sehingga efektif rasio berkurang menjadi 14:1.
3) Ossicular lever atau lever effect
Maleus dan inkus yang merupakan satu kesatuan pengungkit, berotasi dengan sumbu
yang berjalan antara ligamentum maleus anterior dengan ligamentum inkus posterior.
Ossicular lever adalah panjang manubrium malei dibagi panjang prosesus longus inkus kira-
kira 1:1,3 karena adanya tahanan maka pembesaran energi tidak 1,3 kali melainkan menjadi
kira-kira 1,15 kali.
Gambar 5. Rasio luas membran timpani dan tulang-tulang pendengaran.
b. Transmisi suara
Transmisi suara di telinga tengah merupakan hasil perpaduan kopling osikuler, kopling
akustik, input impedansi stapes-koklea dan aerasi telinga tengah:
1) Kopling osikuler
Kopling osikuler adalah pembesaran energi suara yang disampaikan ke telinga dalam
melalui membran timpani dan rantai osikel. Pada nada rendah, seluruh membran timpani
bergerak dalam satu fase, sedangkan nada di atas 1000 Hz gerakan membran timpani terbagi
menjadi bagian-bagian kecil yang bergerak dengan fase berbeda. Hal lain yang menyebabkan
berkurangnya penguatan suara pada nada tinggi adalah bergesernya gerakan rantai tulang
pendengaran akibat rotasi aksis osikel dan fleksi sendi-sendi tulang pendengaran. Sebagian
energi juga hilang untuk mengatasi ketegangan dan massa membran timpani serta tulang
pendengaran.
2) Kopling akustik
Kopling akustik adalah perbedaan tekanan suara yang beraksi langsung pada foramen
ovale dan foramen rotundum. Gerakan membran timpani menyebabkan tekanan suara di
telinga tengah yang dihantarkan langsung ke foramen ovale dan foramen rotundum. Tekanan
terhadap masing-masing foramen tersebut berbeda karena perbedaan orientasi letaknya
terhadap membran timpani. Pada telinga normal dengan membran timpani yang utuh
perbedaan itu dapat diabaikan.
3) Impedansi input stapes-koklear
Impedansi input stapes-koklear adalah gerakan kaki stapes yang tertahan oleh beberapa
struktur anatomi antara lain ligament anulare, cairan koklea, partisi-partisi di dalam koklea,
dan membran foramen rotundum. Impedansi foramen ovale dapat diabaikan pada telinga yang
normal, tetapi apabila round window nice terisi cairan atau jaringan patologik lain akan terjadi
peningkatan impedansi tingkap bulat, berakibat meningkatnya impedansi input stapes-koklear
sehingga akan menyebabkan tuli konduksi.
4) Aerasi telinga tengah
Adanya rongga udara dengan volume yang cukup dengan tekanan yang sama antara
udara luar perlu sekali untuk dapat bergeraknya membran timpani. Tahanan telinga tengah
berbanding terbalik dengan volumenya.
2.3.2 Otot telinga tengah
Otot telinga tengah berfungsi mempertahankan dan memperkuat susunan rantai tulang-
tulang pendengaran serta melindungi koklea terhadap stimulasi suara keras atau yang
berlebihan. Ada dua otot yang terdapat di telinga tengah: pertama, muskulus tensor timpani
yang berinsersio pada leher maleus dan menarik ke arah medial mengakibatkan membran
timpani menjadi tegang; kedua, muskulus stapedius berinsersio pada leher stapes dan menarik
batas posteroinferior stapes ke bawah dan ke arah foramen ovale. Muskulus stapedius akan
berkontraksi bila ada respon suara keras. Semakin keras stimulasi suara yang diberikan
semakin kuat kontraksi muskulus stapedius.
Fungsi dari reflex kontraksi ini dijabarkan oleh beberapa teori, di antaranya adalah teori
kontrol intensitas (protective intensity control theory), teori seleksi frekuensi (accommodation
or frequency selection theory) dan teori fiksasi (fixation theory).
a. Teori kontrol intensitas
Adanya kontraksi menyebabkan kelengkungan membran timpani ke dalam dan
penarikan kapitulum stapes ke posterior yang berakibat penurunan intensitas dan transmisi
sekitar 5-10 dB. Mekanisme ini disebutkan mempunyai fungsi untuk menjaga koklea dari
stimulasi suara keras yang berlebihan tapi peranannya kecil.
b. Teori seleksi frekuensi
Teori ini menyebutkan bahwa dalam frekuensi tertentu, kontraksi otot secara selektif
meningkatkan sensitivitas pendengaran. Tetapi belum ditemukan bukti-bukti yang cukup untu
menunjukkkan derajat peningkatan tersebut.
c. Teori fiksasi
Teori ini menyatakan bahwa otot-otot timpani mempunyai peranan yang jelas dalam
stabilitas suspense dari rantai osikel.
RINGKASAN
Membran timpani merupakan membran semitransparan yang terletak sebagai pembatas
antara liang telinga luar dan telinga tengah. Terdiri atas dua bagian, yaitu pars flaksida yang
bersifat lentur terletak di bagian atas membran timpani, dan pars tensa yang bersifat kaku serta
merupakan bagian terbesar dari membran timpani.
Vaskularisasi membran timpani terutama berasal dari cabang aurikuler a. maksilaris
interna. Inervasi disuplai dari n. aurikulotemporalis untuk bagian posterior dan inferior
membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior oleh cabang aurkularis n. vagus.
Inervasi sensoris permukaan mukosa membran timpani diinervasi oleh n. Jacobson yaitu
cabang n. glosofaringeus.
Fungsi terpenting dari membran timpani adalah sebagai penghantar getaran suara
bersama rantai tulang pendengaran menuju koklea serta otot dalam telinga tengah, dan sebagai
proteksi dalam mencegah gelombang bunyi langsung ke foramen rotundum serta menjaga
udara telinga tengah dan mastoid terhadap refluks sekresi dari nasofaring.

You might also like