Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Secara istilah poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan
Poros adalah salah satu elemen terpenting dari setiap mesin. Peran utama
7
2.2 Jenis-Jenis Poros
1. Berdasarkan pembebanannya
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami
Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai,
dll.
Poros Gandar
barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban
lentur.
Poros spindle
pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.
Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load).
2. Berdasarkan bentuknya
Poros lurus
8
2.2.1 Sifat-Sifat Poros
1. Kekuatan poros
lentur (bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam
ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut, kekuatan poros dapat di lihat
Kekuatan impak/ketangguhan
Kekuatan tarik
9
2. Kekuatan Lentur
dari beban puntir dan beban lentur. Kekuatan lentur adalah kekmpuan suatu
bahan atau poros dalam menerima beban lentur. Kekuatan lentur terjadi akibat
kerja yang berulang dan terjadi secara terus menerus diterima bahan
Pd
T = 9,74 105
n
Di mana :
T = Momen puntir/ torsi (kg.mm).
3. Kekakuan Poros
menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
dan suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang
Material yang biasa digunakan dalam membuat poros adalah carbon steel
untuk poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit
10
(case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Dengan demikian perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga
akan diperoleh kekuatan yang sesuai, pada penelitian ini penulis memilih material
poros pada konveyor yaitu baja AISI 4140 yang mengandung 0,40 % C, karena
material tersebut lebih mudah di dapatkan dan material tersebut mempunyai sifat
tahan aus karena dalam pembuatan baja paduan ini dengan sistem pengerasan
kulit, untuk beberapa keperluan seperti poros perlu dilakukan pengerjaan ulang
Pembuatan poros sampai diameter 150 mm adalah dari baja bulat (St 42,
St 50, St 70 dan baja campuran) yang diputar atau ditarik.Dari lebih tebal ditempa
menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan, dalam hal
persyaratan diputar halus digosok, dipoles, dicetak dan pada pengaretan tinggi
kemudian dikeraskan.
1. Poros transmisi
Poros transmisi atau poros perpindahan mendapat beban puntir murni atau
puntir dan lentur. Dalam hal ini mendukung elemen mesin hanya suatu cara,
bukan tujuan. Jadi, poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah
11
Gambar 2.2 poros transmisi untuk roda gigi
Sumber : (http://technicmechanical.blogspot.co.id/2009/05/perencanaan-
poros-macam-poros-serta.html )
dibengkokkan. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi,
2. Spindle
Poros tranmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan bentuk serta
3. Gandar
Bahan logam pada jenis besi merupakan material yang sering digunakan
dalam pembuatan paduan logam lain untuk mendapatkan sifat bahan yang
diinginkan. Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi, karbon dan unsur
12
lainnya seperti mangan (Mn), phosfor (P), sulfur (S) dan silikon (Si). Menurut
komposisi kimianya tersebut baja dapat di bagi dua kelompok besar yaitu: Baja
karbon dan baja paduaan. Baja karbon bukan berarti baja yang sama sekali tidak
mengandung unsur lain, selain besi dan karbon. Baja karbon mengandung
sejumlah unsur lain tetapi masih dalam batas–batas tertentu yang tidak
berasal dari proses pembuatan besi atau baja seperti mangan. Silikon, dan
beberapa unsur pengotoran seperti belerang, oksigen, nitrogen dan lain-lain yang
a. Baja Bessemer
b. Baja Siemen-Martin
c. Baja Listrik
13
c. Baja karbon tinggi ( 0,6 – 1,7% C)
Baja kabon rendah (low carbon steel) adalah baja yang mengandung
kurang dari 0,3% karbon sehingga baja ini tidak termasuk baja yang keras. Baja
karbon rendah tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbonnya tidak cukup
untuk membentuk struktur martensit. Baja jenis ini banyak beredar dalam bentuk
batang, profil, pelat, pipa, dan lain-lain. Sifat-sifat baja karbon rendah diantaranya
adalah:
a. Mudah dibentuk
o Industri mobil
o Industri lemari es
o Konstruksi pabrik
Baja karbon ini memiliki sifat-sifat mekanik yang lebih baik dari pada baja
karbon rendah. Baja ini dapat ditingkatkan kekuatannya melalui proses heat
treatment, baja karbon sedang mengandung 0,3 – 0,6 %C (sumber: Hari Amanto,
2010: 3). Baja karbon sedang ini banyak diproduksi masal oleh industri dalam
14
bentuk batang, balok, pelat, pipa, bahan poros, batang torak dan lain-lain. Baja
c. Kekuatan tinggi
Poros
Roda gigi
Pegas
namun keuletannya lebih rendah, baja jenis ini tahan terhadap gesekan, baja
15
a. Kuat sekali
yang tinggi
Pembuatan tap dan snei, pisau cukur perkakas transing dan lain-lain.
Baja merupakan salah satu jenis logam dengan unsur utama besi (Fe) dan
carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lainya dengan persentase yang lebih
terhadap sifat-sifat baja adalah unsur carbon, meskipun unsur-unsur lain tidak bisa
diabaikan begitu saja. Besar kecilnya persentase unsur karbon akan dampak pada
sifat mekanik dari baja tersebut, misalnya dalam hal kekerasan, kerapuhan,
logam yang akan sifat. Dengan melakukan proses perlakuan panas (heat
16
treatment) maka akan diperoleh sifat yang diinginkan. Selain dengan melakukan
beberapa unsur paduan terhadap baja. Penambahan unsur paduan pada baja
berfungsi untuk:
1. Meningkatkan kekerasan.
5. Menaikkan hardenability.
sifat yang diinginkan. Secara umum unsur paduan utama yang sering digunakan
1. Al (Aluminium)
2. B (Boron)
17
3. Be (Berilium).
Dipakai pada pegas koil pada alroji, sifatnya anti magnet dan lebih tahan
dari pada baja pegas biasa. Dibuat dari paduan tembaga-berilium sebagai
pegas. Paduan berilium-nikel sifatnya sangat keras dan tahan korosi hingga
4. Ca (Kalsium)
konduktor.
5. Ce (Cerrium)
Meperbaiki mampu bentuk dalam keadaan panas, bila pakai sebagai baja
6. Co (Kobalt)
Digunakan sebagai unsur paduan pada baja potong cepat, baja perkakas
dan tahan baja tahan panas. Unsur paduan pada baja mangnetik permanen.
7. Cu (Cupprum) / tembaga
kadar Cu sangat sedikit, tapi di udara bajanya sudah tahan karat. Tembaga
8. Carbon (C)
Karbon adalah unsur pengeras utama dalam baja, jumlah persentase dan
18
berkomunikasi dengan besi akan membentuk karbida Fe 3 C atau sementit
9. H (Hidrogen)
Mangan memiliki titik cair 1260 ºC. Unsur mangan diperoleh melalui
proses reduksi pada bijih mangan sebagai mana proses yang dilakukan
dalam pembuatan baja. Mangan digunakan hampir semua jenis baja dan
terhadap abrasi.
ditemper, baja silikon akan memiliki kekuatan yang tinggi disetai keuletan
dan ketahanan terhadap beban yang tiba-tiba. Silikon digunakan pada baja
dengan histeris yang rendah, baja pegas serta sebagai material tahan asam.
Titanium memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan
stabil hingga temperatur 400 ºC, tahan korosi dan memiliki berat jenis
19
(p) = 4,5 kg/ dm3. Titanium (Ti) digunakan sebagai unsur pemurni serta
memiliki titik cair 1660 ºC dan kekuatan tarik 470 N/mm2 serta densitas
56 %.
Nikel merupakan unsur penting yang terdapat pada endapan kerak bumi
yang biasanya tercampur dengan bijih tembaga. Oleh karena itu diperlukan
kesamaan dengan bijih logam yang lain seperti titik cair yang rendah
cair yang tinggi yakni 1890 ºC, chromium memiliki sifat yang keras serta
tahan terhadap korosi jika digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan
besin tuang dan dengan penambahan unsur nikel maka akan diperoleh sifat
20
15. Magnesium (Mg)
Mangnesium berwarna putih perak dan sangat mengkilap dengan titik cair
651 ºC yang dapat digunakan sebagai bahan paduan ringan, sifat dan karak
Molybdenum (Mo) ialah logam yang berwarna putih silver dengan titik
cair 2620 ºC. Terdapat dalam bentuk sulphide serta berbagai oxid pada
Memiliki titik cair 3410 ºC berwarna kelabu, sangat keras dan rapuh pada
temperatur ruangan, tetapi ulet dan liat pada temperatur tinggi. Wolfram
lampu serta digunakan pula sebagai unsur paduan pada alat potong (tool
steel) yakni sebagai bahan High Speed Steel (HSS) atau baja kecepatan
tinggi, baja Magnet serta dibentuk melalui proses sintering untuk bahan
perkakas.
21
18. Vanadium (V)
Vanadium (V) akan mencair pada temperatur diatas 1900 ºC, logam yang
berwarna putih ini sangat keras, jika ditambahkan pada baja sebagai unsur
19. Zr (Zirkon)
Baja AISI 4140 merupakan salah satu low alloy steel yang dikategorikan
termasuk baja karbon sedang karena memiliki kadar karbon sekitar 0,40%.
holders, sprockets, hydraulic machinery shaft, oil industry drill collars dan lain
cukup besar. Oleh karena itu, baja ini harus memiliki kekerasan yang tinggi,
Baja ini juga salah satu jenis logam yang banyak digunakan untuk
berbagai keperluan automotif dan perkakas. Baja tersebut mempunyai sifat tahan
aus karena dalam pembuatan baja paduan ini dengan sistem pengerasan kulit,
untuk beberapa keperluan seperti poros perlu dilakukan pengerjaan ulang guna
22
AISI 4140 adalah paduan yang mudah cocok untuk berbagai aplikasi dan
konstruksi yang paling banyak digunakan. Baja tersebut banyak ditemui pada
komponen mesin seperti poros, roda gigi dan lain-lain. Sifat yang dimiliki baja
jenis ini yaitu sifat tahan aus serta keulatan yang baik. Sebuah baja karbon
menengah dengan karakteristik sifat mampu mesin yang baik. Ada beberapa
standar yang biasanya digunakan untuk bahan-bahan poros seperti pada tabel 2.1.
23
Semakin berkembangnya teknologi sekarang ini, maka dengan mudahnya
orang meneliti kandungan karbon dari baja SCM 440 dengan cara melakukan uji
komposisi. Pada tabel 2.2 adalah komposisi yang terdapat pada baja SCM 440
(Sumber: Sumber: Carbon Steel SCM 440, Quality Certificate, PT. Baja Indo Era
Prima), dan termasuk seri baja karbon, dengan memiliki kandungan karbon
sekitar 0,40%.
Ilmuan telah meneliti kandungan karbon dari baja SCM 440 dengan cara
melakukan uji komposisi. Pada tabel 2.3 adalah batas komposisinya, dan termasuk
seri baja molybdenum seperti ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut dengan nomor
seri 41xx dan angka 40 adalah merupakan kandungan karbon sekitar 0,40%.
24
Tabel 2.3 Standar Klasifikasi Baja
tarik, tekan, bengkok, geser, puntir atau beban kombinasi. Sifat-sifat mekanik
ada beberapa macam, dan ini tergantung pada beban yang bekerja antara
lain dapat dilihat dari kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan,
25
2. Kekerasan (hardness) dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan
tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tegangan yang bekerja
besarnya tidak melewati suatu batas tetentu maka perubahan bentuk yang
melampaui batas, maka sebagian bentuk itu tetap ada walaupun tegangan
(deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting
terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan yang diproses
26
dengan berbagai proses pembentukan seperti, forging, rolling, extruding
dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagi keuletan/ kekenyalan
rapuh (brittle).
mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit untuk di ukur.
kelelahan merupakan sifat sangat penting tetapi sifat ini juga sulit di ukur
27
Sifat sifat mekanis juga dapat di lihat dari melalui grafik tegangan
Sumber : ( http://blog.ub.ac.id/sidiqdarmawan/2011/12/01/4/ )
2.6 Mikrostruktur
struktur kristal. Pada umumnya logam terdiri dari banyak kristal (majemuk),
walaupun ada diantaranya hanya terdiri dari satu kristal saja (tunggal). Tetapi
28
yang dapat memperluas ruang lingkup pemakaiannya. Dalam logam, kristal sering
disebut sebagai butiran. Batas pemisah antara dua kristal pemisah antara dua
Struktur bahan dalam bentuk yang kecil sering disebut sturktur mikro.
Struktur ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan
Material logam terdiri dari berbagai jenis struktur mikro yang berupa
kristal - kristal kecil yang disebut "butir" atau kristalit. Perlakuan panas adalah
dan regangan. Sifat-sifat tersebut terjadi dikarenakan karbon yang dikandung baja
tidak terpadu. Hal ini tidak hanya disebabkan intensitas zat arang, tetapi juga cara
mengadakan ikatan dengan besi yang dapat mempengaruhi sifat baja. Baja yang
diinginkan sangat lambat menuju suhu ruangan (keadaan baja pada waktu
pengiriman dari pabrik. Dibedakan dalam tiga bentuk utama kristal (sumber:
merupakan bagian baja yang paling lunak. Ferrite murni tidak akan
29
Gambar 2.3.struktur ferrite
sumber:(http://www.industrialheating.com/ext/resources/IH/2001/01/Files/Images
/8343.gif )
2. Karbida besi (Fe3C), suatu senyawa antara (Fe) dengan zat arang (C).
sebuah atom zat arang (C) menjadi sebuah molekul karbida besi.
30
Gambar.2.4. struktur karbida (cementite )
Sumber:(http://www.industrialheating.com/ext/resources/IH/2001/01/Files/Images
/8345.gif )
mirip lamel.
Sumber:(http://www.industrialheating.com/ext/resources/IH/2001/01/Files/Images
/8345.gif)
31
2.7 Diagram Fasa Baja Karbon
fisik dan kimia yang beraturan. Contoh dari fasa yaitu material murni, larutan
padat, larutan cair dan gas. Untuk material yang mempunyai dua atau lebih
austenit (). Pada temperatur 1394 C akan kembali ke fasa ferit () hingga
akhirnya meleleh pada temperatur 1538 C. Gambar 2.2 adalah diagram fasa yang
padat. Didalam fasa feritte karbon yang larut maksimum 0,022% dengan
temperatur 727 C, karena kelarutan karbon dibatasi oleh bentuk dan ukuran
32
sifat mekanis dari fasa ferit. Baja karbon dari fasa ferit relatif lembut dan dapat
Fasa austenite () dari baja karbon bila dicampur baja karbon tidak akan
stabil jika dibawah 738 C. kelarutan maksimum didalam karbon pada fasa
austenite 2,14% pada temperatur 1147 C, kelarutan ini kira-kira 100 kali lebih
besar dari fasa ferit. Pada fasa perlit hampir sama dengan fasa ferrite () yang
membedakan daerah temperatur dari masing-masing fasa karena pada fasa ferit
(+Fe3C). Fe3C pada waktu bersamaan akan berada pada fasa austenit () dengan
temperatur antara 738 C sampai 1147 C. Adapun sifat mekanik yang dihasilkan
dan pendinginan dengan kecepatan terkontrol yang dilakukan terhadap logam atau
paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat
tertentu. Salah satu penelitian sudah pernah dilakukan perlakuan panas pada bahan
baja karbon rendah dan besi tempa dengan variasi temperatur. Pada penelitian lain
dilakukan pada temperatur 850°, 900°, dan 950°. Dari sini tampak bahwa proses
perlakuan panas dapat digunakan untuk melakukan manipulasi sifat mekanik (dan
beberapa sifat fisik) sesuai dengan kebutuhan atau keperluan. Proses perlakuan
panas sangat menentukan sifat dari suatu produk logam atau paduan. Proses
33
perlakuan panas yang sama mungkin akan menghasilkan sifat yang berbeda bila
proses pengerjaan sebelum atau sesudahnya juga berbeda. Tabel 2.4 adalah
transformasi austenit. Struktur dan bentuk dari hasil inilah yang akan menentukan
austenit, baja akan mengalami transformasi fasa akan terbentuk austenit. Dengan
Pada pendinginan kembali, austenite akan bertransformasi lagi dan struktur mikro
34
2.8.1 Flame Hardening
komponen selama waktu yang terbatas sehingga sebagian kecil bahan dengan
daerah local selama waktu yang terkendali untuk memanasi suatu komponen, di
ikuti dengan pencelupan dalam bak yang berisi air atau minyak atau dengan arus
air atau minyak. Pengerasan induksi adalah proses di mana suatu komponen di
kelilingi oleh kumparan yang akan di lewati arus listrik dengan frekuensi tinggi.
induksi, dan waktu pemaparan, akan menentukan seberapa dalam bagian bahan
yang akan mencapai suhu transformasi. Pencelupan cepat setelah pemanasan akan
Semakin lama flame bekerja maka tebal pengerasan akan semakin besar.
Lamanya flame bekerja dapat diatur menurut kebutuhan melalui kecepatan laju
35
Pengerasan permukaan Flame hardening memiliki beberapa keuntungan
d. Penyusutan sedikit.
Sedangkan kerugian dari metode ini adalah kurang cocoknya metoda ini
untuk diterapkan pada benda kerja dengan ukuran kecil dan benda kerja harus
penting kita ketahui apakah suatu ukuran kira-kira atau pasti yang dibutuhkan dan
apakah temperatur yang terhitung tinggi atau rendahnya yang harus diukur. Satu
(kira-kira). Metode ini mendasarkan pada fenomena baja apabila dipanaskan akan
mengalami perubahan warna yang nyata karena temperaturnya berubah dan ini
36
pudar sampai warna oranye muda. Besi tuang berubah menjadi merah tua, akan
Gas yang biasa digunakan untuk keperluan flame hardening adalah gas
oksi-asetilen. Gas oksi-asetilen ini dapat diperoleh melalui perangkat las Gas
Oksi-asetilen. Pengeluaran gas dapat diatur dengan mengatur kran dan brander
sehingga dapat menimbulkan 3 macam nyala api yang berbeda (Tan Lay Hing,
ATMI).
Nyala api yang dihasilkan bila volume oksigen sama dengan volume
asetilen. Reaksi ini membentuk kerucut inti (dalam) yang berwarna hijau kebiruan
37
Pembakaran ini membentuk kerucut luar yang berwarna biru bening.
Nyala ini banyak digunakan, karena tidak berpengaruh terhadap logam yang dilas
atau dipotong.
Nyala ini terjadi bila volume oksigen lebih sedikit dari volume asetilen,
dan hydrogen.
benda kerja dan dalam prakteknya nyala ini banyak digunakan untuk
Nyala yang terjadi bila volume oksigen lebih banyak dari volume asetilen.
Karena sifat oksidasinya sangat kuat maka nyala ini banyak digunakan untuk
2.8.4 Quenching
Menurut dasar pengujian pengerasan pada bahan baja yaitu suatu proses
martensit. Gambar 2.8 adalah struktur martensit yaitu fasa larutan padat lewat
38
jenuh dari karbon dalam sel satuan tetragonal pusat badan atau mempunyai bentuk
perlit dengan ferit bebas atau sementit bebas, hal ini tergantung pada kandungan
karbon. Tahap pendinginan lambat pada baja mengakibatkan suatu keadaan yang
relatif lunak atau plastis. Untuk menambah kekerasan baja, dapat dilakukan
dengan pengerjaan yang dimana baja dipanaskan sampai suhu 830 C kemudian
dari pada pendinginan lain sampai temperatur mendekati 790 C. Jika berhasil
struktur yang keras dan relatif rapuh yang dikenal martensit untuk itu pengerjaan
39
kedua dalam pengerasan baja yaitu pendinginan cepat (quenching) dari austenitic
Pada dasarnya baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok
sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat. Pada saat tempering proses
difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan diri dari martensit berarti
keuletan (ductility) dari baja naik, akan tetapi kekuatan tarik, dan kekerasan
menurun. Senada dengan itu Tata Surdia (2005) menyatakan sifat-sifat mekanik
baja yang telah dicelup, dan di-temper dapat diubah dengan cara mengubah
flame hardening hal ini di sebabkan untuk mendapatkan nilai kekerasan yang
tinggi pada permukaan material untuk mengurangi nilai keausan pada material
tersebut.
lalu baja didinginkan (quenching) untuk mendapatkan jenis struktur mikro yang
diinginkan. Jenis dan variasi media pendingin ini dibedakan atas kekentalan atau
terbentuk. Ada beberapa jenis media pendingin yang digunakan sesuai urutan laju
40
Brine (air + 10% garam dapur)
Air
Oli dan
Udara.
memberikan pendinginan yang sangat cepat. Pada pendinginan ini sangat beresiko
pada spesimen terjadi cacat atau retak pada permukaan, hal ini dikarenakan
b. Air
yang sangat cepat. Karena viskositasnya yang rendah maka akan berpengaruh
terhadap waktu untuk berdifusi pada saat bertransformasi, sehingga struktur mikro
c. Udara
d. Oli (pelumas)
Pelumas atau oli merupakan sejenis cairan kental yang berfungsi sebagai
pelicin, pelindung, dan pembersih bagian dalam mesin. Kode pengenal Oli adalah
41
berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive
Engineers.
dari besarnya viskositas pelumas. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja
tersebut.
Pada penelitian ini media pendinginan yang di gunakan adalah media air
yang sangat cepat. Karena viskositasnya yang rendah maka akan berpengaruh
terhadap waktu untuk berdifusi pada saat bertransformasi, sehingga struktur mikro
(frictional force) dan dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari
deformasi plastis (deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan, tidak kembali
ke bentuk semula akibat indentasi oleh suatu menda sebagai alat uji. Dalam hal ini
42
karakteristik suatu material baru dan juga sebagai suatu cek mutu untuk
tertentu.
dipakai, karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran
Dengan kata lain, ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang
mendapat pengaruh pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat
besarnya beban yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan
tersebut.
bahan benda kerja yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Alasannya,
logam keras dianggap lebih kuat apabila dibandingkan dengan logam lunak.
Meskipun demikian, logam yang keras biasanya cenderung lebih rapuh dan
43
2.9.2 Dasar-dasar pengujian kekerasan
kekerasan logam tersebut. Dengan kata lain, pengujian kekerasan ini buka untuk
melihat apakah bahan itu keras atau tidak, melainkan untuk mengetahui seberapa
pada standar satuan yang baku. Karena itu, prosedur pengujian kekerasan pun
diatur dan di akui oleh standar industri di dunia sebagai satuan yang baku. Satuan
yang baku itu disepakati melalui tiga metode pengujian kekerasan, yaitu
industri permesinan. Hal ini dikarenakan prosesnya sangat mudah dan cepat dalam
44
memperoleh angka kekerasan logam tersebut apabila dibandingkan dengan
metode pengujian yang lainnya. Pengujian kekerasan yang menggunakan cara ini
terdiri dari tiga jenis, yaitu pengujian kekerasan dengan metode rockwell, brinell
kekerasannya. Metode brinell dan vickers misalnya, memiliki prinsip dasar yang
Perbedaan cara pengujian ini menghasilkan nilai satuan yang juga berbeda.
satuan itu ditunjukkan dalam bentuk tulisan angka hasil pengujiannya. Berikut ini
a. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J. A. Brinell pada tahun 1900.
(hardened steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu, sebagaimana
ditunjukkan oleh gambar 2.9. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran
45
jejak. Contoh pengukuran hasil penjejakan diberikan oleh gambar 2.7 Pengukuran
2P
BHN ................................ (pers 2.1)
(D)( D D2 d 2 )
Dimana :
P = Beban (kg)
mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk
Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu indentasi untuk setiap material
46
indentor bola baja 10 mm, beban 3000 kg selama waktu (1-15) detik. Untuk
Gambar 2.10 Hasil Indentasi Brinell Berupa Jejak Berbentuk Lingkaran Dengan
b. Metode Vickers
sudut 136o, seperti diperlihatkan pada gambar 2.8 prinsip pengujian adalah sama
dengan metode brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar
1.854 P
VHN ............................................... (pers 2.4)
d2
47
c. Metode Rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode rockwell ini diatur berdasarkan
menurut jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala. Dalam metode
rockwell ini terdapat dua macam indentor yang ukurannya bervariasi, yaitu:
1. Kerucut intan dengan sudut besar 120º dan disebut sebagai rockwell cone.
48
Untuk cara pemakaian skala ini, kita terlebih dahulu menentukan dan
memilih ketentuan angka kekerasan yang boleh digunakan oleh sala tertentu. Jika
pada skala tertentu tidak tercapai angka kekerasan yang akurat, maka kita dapat
Berdasarkan rumus tertentu, skala ini memiliki standar atau acuan, dimana acuan
dalam menentukan dan memilih skala kekerasan dapat diketahui melalui table 2.8
sebagai berikut:
49
Pembebanan dalam prose pengujian kekerasan metode rockwell diberikan
dalam dua tahap. Tahap pertama disebut dengan beban minor besarnya 10 kg dan
tahap kedua (beban utama) disebut beban mayor. Beban minor besarnya maksimal
suatu gaya tekan tertentu ke permukaan yang rata dan bersih dari suatu logam
yang di uji kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor, maka
yang akan dijadikan dasar perhitungan untuk nilai kekerasan rockwell bukanlah
hasil pengukuran diameter atau diagonal bekas lekukan, tetapi justru dalamnya
bekas lekukan yang terjadi itu. Inilah perbedaan metode rockwell dibandingkan
Pengujian rockwell yang umumnya dipakai ada tiga jenis, HRA, HRB, dan
dahulu sesuai dengan jenis pengujian yang diperlukan, yaitu indentor bola baja
atau kerucut intan. Setelah indentor terpasang, penguji meletakkan spesimen yang
akan di uji kekerasannya di tempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan
50
penguji dapat melihat pada jarum yang terpasang pada alat ukur berupa dial
indicator pointer.
Kesalahan pada pengujian rockwell disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Benda uji,
2. Operator,
sebagai berikut:
sebagai berikut:
material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras.
Terdapat tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan yang tergantung pada cara
lekukan dan kekerasan pantulan. Akan tetapi pengujian yang sering dilakukan
adalah pengujian tekanan, pada pengujian penekanan terdapat beberapa alat uji
yang dapat digunakan antara lain dengan alat uji brinell, vickers dan rockwell.
51
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji
dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan.
Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang
bahan. Pada baja unsur yang berpengaruh dalam penguatan baja yang dominan
perlakuan temper.
c. Kadar P yang rendah dapat menaikkan kuat tarik baja, tetapi P bersifat
(%) berdasar sensor perbedaan warna. Proses pembakaran elektroda ini sekitar 3
52
detik. Pengujian komposisi dapat dilakukan untuk menentukan jenis bahan yang
Pada komponen mesin yang menggunakan material atau bahan baja sering
mengalami beban akibat kerja secara kontiniu. Material yang menerima beban
akan mengalami kelelahan dengan kerja yang diterimanya. Salah satu contoh pada
komponen bahan poros yang menerima beban secara terus menerus. Akibat beban
misalnya retak,aus dan patah. Selain itu, pada komponen lain juga mengalami
beban yang sama. Dalam aplikasinya beban ini sering terjadi pada material yang
bekerja karena ada gesekan dan putaran. Dalam hal ini efek dari kerja mesin
diterimanya.
Salah satu yang menyebabkan kekegagalan pada poros ini adalah kurang
nya pelumasan pada mekanisme yang bergerak secara kontiniu. serta beban yang
berlebihan yang di tanggung oleh poros. Faktor lain yang menyebabkan kegagalan
pada komponen ini adalah menurunnya kemampuan material akibat gesekan yang
terjadi pada material tersebut. Faktor operasi yang terus- menerus tanpa
53
2.12 Kajian Terdahulu
Pada penelitian ini penulis mengambil beberapa literatur dari dua jurnal
terdahulu dan melihat hasil dari kesimpulan tersebut,berikut adalah daftar dua
jurnal tersebut :
54
pemanasan dengan jenis api yang berbeda
55