You are on page 1of 3

Kualitas dan kuantitas tidur yang adekuat penting untuk proses metabolisme

harian tubuh dan pengaturan nafsu makan. Penurunan kualitas dan kuantitas
tidur semakin meningkat setiap harinya, terutama di negara berkembang. Hal
tersebut sering dikaitkan dengan perubahan metabolisme dan perubahan
endokrin. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa durasi tidur
diasosiasikan dengan diabetes, obesitas, penyakit kardiovaskular dan penyakit
lain yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu, kualitas tidur juga sering
dikaitkan dengan resetensi insulin. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh The
Coronary Artery Risk Development in Young Adults Sleep Study menunjukkan
bahwa durasi tidur dan kualitas tidur berkaitan dengan peningkatan Indeks
Massa Tubuh (Hung et al., 2013).

Manusia memerlukan 7-9 jam waktu tidur setiap malamnya. Selama


seseorang tertidur akan terjadi pemanfaatan glukosa dan penurunan produksi
glukosa secara bersamaan pada sepertiga malam pertama dan akan meningkat
kembali pada dini hari. Namun saat seseorang mengalami gangguan tidur pola
pemanfaatan glukosa akan berubah dan kadar glukosa akan tetap sepanjang
malam (Vargas, Flores and Robles, 2012). Gangguan tidur tersebut
menyebabkan perubahan metabolisme dalam tubuh seperti meningkatnya
gherlin dan menurunnya leptin (Yan, Chang-quan and Zhen-chan, 2012).

Gherlin dan leptin memiliki peran penting untuk mengatur asupan makanan
dan berat badan . Aktivasi reseptor gherlin dan leptin akan memberikan sinyal
di hipotalamus yang akan menginisiasi kaskasde yang berbeda menyebabkan
perubahan pola makan (Klok, Jakobsdottir and Drent, 2006). Leptin adalah
hormon turunan adiposit yang berfungsi untuk menekan nafsu makan,
sedangkan gherlin adalah hormon yang berasal dari peptida yang berfungsi
untuk merangsang nafsu makan (Taheri et al., 2004).
Leptin berkerja melalui leptin reseptor LEPR atau OBR. Setelah leptin
dilepaskan oleh jaringan adiposa, leptin akan masuk ke aliran darah melewati blood-
brain barrier (BBB) dan akan berikatan dengan reseptor leptin di hipotalamus yang
akan memberi informasi mengenai penyimpanan energi tubuh. Setelah berikatan
dengan reseptornya, leptin akan mempengaruhi berbagai aktivitas neuron dan
mengekspressikan berbagai macam orexigenik dan anorexigenik. Orexigenik peptida
kadarnya dipengaruhi oleh leptin termasuk neuropeptide Y (NPY), melanin
concentrating hormone, agouti-related protein (AgRP), galanin, orexin dan galanin-
like peptide (GALP). Leptin akan memblokir gherlin melalui aktivasi NPY/Y1 di
hipotalamus sehingga leptin menjadi salah satu hormon yang penting untuk
mengontrol asupan makan dan berat badan. Sehingga kadar serum leptin yang rendah
dapat meningkatkan prevalesi obesitas (Klok, Jakobsdottir and Drent, 2006).

Gherlin dikode oleh gen prepro-gherlin yang terletak di kromosom 3 dan


terdiri dari empat akson dan tiga intron. Gherlin awalnya hanya ditemukan di
lambung, namun protein gherlin juga telah diidentifikasi di jaringan lain seperti
saluran gastrointestinal, pancreas, ovarium dan korteks adrenal. Sekresi gherlin
dilambung sangat bergantung pada status gizi seseorang. Kadar gherlin dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, IMT, growth homone (GH), glukosa dan insulin. Gherlin
memiliki efek yang berlawanan dengan leptin. Leptin akan menginduksi penurunan
berat badan dengan menekan nafsu makan sedangkan gherlin berfungsi sebagai sinyal
yang menginduksi nafsu makan (Klok, Jakobsdottir and Drent, 2006).

Gherlin sebagian besar berkerja di hipotalamus. Terdapat tiga jalur berbeda


yang dimiliki oleh gherlin untuk menstimulasi nafsu makan. Pertama, setelah
dilepaskan oleh lambung ke aliran darah, gherlin akan menembus BBB dan berikatan
dengan reseptornya di hipotalamus. Kedua, gherlin akan mencapai otak melalui
nervus vagus dan nukleus traktus solitarus. Ketiga, gherlin diproduksi secara lokal di
hipotalamus, yang secara langsung akan mempengaruhi berbagai macam nukleus di
hipotalamus. Gherlin akan menginhibisi leptin dengan mengekspressikan berbagai
macam peptida di hipotalamus. Oleh sebab itu, gherlin memberikan korelasi yang
negatif terhadap IMT seseorang (Klok, Jakobsdottir and Drent, 2006).

Gangguan tidur akan menyebabkan penurunan kadar leptin dan peningkatan


kadar gherlin (Yan, Chang-quan and Zhen-chan, 2012) yang akan berdampak pada
peningkatan rasa lapar pada malam hari dimanifestasikan dengan makan setelah
bangun tidur dan konsumsi makanan yang berlebihan setelah makan malam atau
dikenal dengan Night Eating Syndrome (Alfarhan et al., 2018). Hal tesebut
menyebabkan secara tidak langsung gangguan tidur akan berkontribusi pada
peningkatan indeks massa tubuh (Vargas, Flores and Robles, 2012)

You might also like