You are on page 1of 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kasus

1. Anatomi Fisiologi

Sistem pernapasan termasuk hidung, rongga hidung dan sinus,

faring, laring (kotak suara), trakea (tenggorokan), dan saluran-saluran yang

lebih kecil yang mengarah ke pertukaran gas di permukaan paru-paru.

Saluran pernapasan terdiri dari saluran udara yang membawa udara dari dan

ke permukaan tersebut. Saluran pernapasan dapat dibagi menjadi bagian

konduksi dan bagian pernapasan. Bagian konduksi terdapat dari jalan masuk

udara dihidung ke rongga hidung ke bronkiolus terkecil dari paru-paru.

Bagian pernapasan termasuk saluran bronkiolus pernapasan dan kantung

udara halus, atau alveoli (al - VE) , di mana terjadi pertukaran gas . Sistem

pernapasan termasuk saluran pernapasan dan jaringan terkait, organ, dan

struktur pendukung . Saluran-saluran kecil ini menyesuaikan kondisi udara

dengan menyaring, pemanasan, dan melembabkan itu, sehingga melindungi

bagian konduksi yang peka dan melindungi pertukaran sistem pernapasan

bawah dari partikel-partikel, patogen, dan lingkungan ekstrem.

1
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut,

rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru

(bronkiolus, alveolus). Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat

kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan

selaput lender. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak

sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan

laringofaring kemudian Laring, laring berperan untuk pembentukan suara

dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan.

Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20

cincin kartilago yang terdiri dari tulangtulang rawan yang terbentuk seperti

C. Bronkus merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer

bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier

dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru

adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah

2
bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus

alveolar, nose, nasal cavity, oral cavity, larynx, trachea, pharynx, right

primary bronchus, lungs dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut

pernafasan extrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut

intrapulmonary. Terakhir adalah paru-paru yang berada dalam rongga

thorax, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi

kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada

dibelakang tulang dada. Paru-paru berbentuk seperti spins dan berisi udara

dengan pembagian udara antara paru kanan, yang memiliki tiga lobus dan

paru kiri dua lobus.

a) Anatomi Rongga Dada

Gambar 2.2 Anatomi Rongga Dada

Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung,

dan pembuluh darah besar.Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang

tulang iga (costae). Diafragma terletak di baawah rongga dada.

Diafragma berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi. Pleura

merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua

macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada

3
(lapisan luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-

paru (lapisan dalam paru-paru).

Secara anterior, rangka dada terdiri dari sternum, dimana terbagi

menjadi tiga bagian. Bagian superior adalah manubrium, bagian

medial/tengah adalah corpus dan merupakan bagian yang terbesar dari

sternnum, dan bagian inferior adalah procesus xipoideus yang

merupakan bagian terkecil dari sternum.

Adapun fungsi thoraks yaitu:

1) Melindungi organ dalam respirasi, sirkulasi dan saluran pencernaan.

2) Tempat melekatnya otot respirasi secara mekanikal mengembang

saat inspirasi dan mengempis saat ekspirasi.

3) Tempat melekat otot extremitas superior yang berfungsi saat

mengangkat, menekan, mendorong saat beraktifitas aktivitas selalu

berkaitan dengan usaha inspirasi.

Secara umum toraks berfungsi tempat melekatnya otot-otot dan

alat gerak saat mendorong, mengangkat. Kavum thorax atau rongga

thorak dibatasi oleh dinding thorak yang tersusun oleh os sternum pada

bagian anterior, vertebra thorakal pada bagian posterior, costae pada

bagian lateral, dan diafragma yang membatasi pada bagian inferior.

Rongga thorak barisi paru-paru, jantung, organ-organ respiratori, sistem

limfatik, bagian inferior dari esofagus serta kelenjar thimus.

Sebelah kanan dan kiri dari rongga thorak terisi penuh oleh paru-

paru beserta pembungkus paru-paru yang diebut pleura. Pleura ini

4
membungkus setiap bagian paru-paru dan membentuk batas lateral pada

mediastinum.

b) Anatomi Saluran Nafas Atas

Gambar 2.3 Anatomi Hidung

1) Hidung

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari

atas ke bawah: Pangkal hidung (bridge), batang hidung, (dorsum

nasi), puncak hidung (tip), ala nasi, kolumela, dan lubang hidung

(nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang 1) tulang hidung

(os nasal), 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os

frontal; serta tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan

beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau

menyempitkan lubang hidung.

Udara memasuki hidung dan melewati permukaan konka nasal

(nasal turbinates) yang luas. Permukaan yang luas dan bergelombang

5
ini berfungsi untuk menghangatkan, melembabkan, dan menyaring

udara yang masuk.

Bagian dari rongga hdung atau kavum nasi yang letaknya

sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut

vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai

banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut

vibrise. Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding

medial (septum nasi), dinding lateral (terdapat 4 buah konka),

dinding inferior dan superior.

Hidung dibagi menjadi bagian eksternal dan internal. Hidung

eksternal merupakan bagian dari hidung yang terlihat pada wajah dan

terdiri dari kerangka penunjang tulang dan kartilago hialin yang

dilingkupi dengan otot dan kulit, dan dibatasi oleh membrane

mukosa. Rangka tulang hidung eksternal dibentuk dari tulang

frontalis, tulang nasale, dan maksilae.

Struktur inferior hidung eksternal memiliki 3 fungsi, yaitu:

(a) Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang

masuk.

(b) Mendeteksi stimulus olfaktori.

(c) Memodifikasi vibrasi suara ketika melewati ruang yang besar

beresonasi.

Hidung internal merupakan suatu rongga besar di anterior

tulang yang membentang inferior ke os nasale dan superior mulut.

Secara anterior, hidung internal berbatasan dengan hidung eksternal,

6
dan di posterior berhubungan dengan faring melalui dua pintu

bernama nares internal atau choana. Lantai hidung dibentuk oleh

palatum yang memisahkan rongga hidung dari rongga mulut di

bawahnya. Di anterior, di mana palatum disokong oleh processuss

maksilaris dan tulang palatum, dinamakan palatum durum (hard

palate). Di posterior yang tidak disoking adalah otot palatum

molle (soft palate).

Rongga hidung memiliki 3 regio, yaitu:

(a) Vestibulum : sebuah pelebaran tepat di sebelah dalam nares yang

dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk

menahan aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang

dihisap

(b) Penghindu : di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung

meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian

septum nasi di hadapan concha tersebut. Region ini terdiri dari

reseptor bau.

(c) Pernapasan : bagian rongga hidung selebihnya, Dinding lateral

hidung memperlihatkan tiga elevasi, yaitu concha nasalis

puperior, medius, dan inferior. inferolateral terhadap masing-

masing concha nasalis ini terdapat meatus nasi yang sesuai.

Susunan concha dan meatus meningkatkan area permukaan

hidung internal dan mencegah dehidrasi dengan menangkap

tetesan air selama ekshalasi.

7
2) Faring

Gambar 2.4 Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya

seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah

serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra. Kantong ini mulai

dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi

vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga

hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut

melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah

berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan

dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang

dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding

faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam

keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan

sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring,

orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi

mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot.

Adapun Faring yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

8
(a) Nasofaring

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di

bagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah rongga

hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.

Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan

erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan

limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang

disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan

invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius,

suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba

Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.

glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan

v.jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen

laserum dan muara tuba Eustachius.

(b) Orofaring

Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya

adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke

depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah

vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring

adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta

arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan

foramen sekum.

9
(c) Laringofaring (Hipofaring)

Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas

epiglotis, batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus,

serta batas posterior ialah vertebra servikal. Struktur pertama

yang tampak di bawah lidah ialah valekula. Bagian ini

merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum

glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral

pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets)

sebab pada beberapa orang, kadang – kadang bila menelan pil

akan tersangkut di situ. Di bawah valekula terdapat epiglotis.

Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada

perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang –

kadang bentuk infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa.

Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian

lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi

glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat

bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.

10
3) Laring

Gambar 2.5 Anatomi Laring.

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napsa

bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung,

dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Bangunan

kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid, dan

beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U,

yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan

tengkorak tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot

ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring

diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan

membantu menggerakan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago

epiglottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid,

kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea.

Kartilago krikoid dihbungkan dengan kartilago tiroid oleh

ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

11
Gambar 2.6 Ligament pada Laring.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah

ligamentum seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior),

ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid posterior,

ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hyoid lateral, ligamentum

hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum

ventrikularis, ligamentum vokale yang menghubungkan kartilago

aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot

ekstrinsik dan otot-otot intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama

bekerja pada laring secara kesulruhan,sedangkan otot-otot intrinsic

menyebabkan gerak bagian-bagian laring tertentu yang berhubungan

dengan pita suara.

12
Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hyoid

(suprahioid), m. digastrikus, m. geniohioid. Otot intrinsik laring ialah

m. krikoaritenoid lateral, m. tiroepiglotika.

Gambar 2.7 Musculus pada Laring.

Epiglotis membantu melindungi laring saat proses menelan

dengan mengarahkan makanan kea rah esophagus. Kartilago

aritenoid yang membantu proses pembukaan dan penutupan glotis

kurang jelas terlihat pada anak dibandingkan orang dewasa. Ruang

subglotis menyempit kea rah krikoid yang meruupakan bagian dari

trakea. Pada anak usia kurang dari 3 tahun, cincin krikoid (cincin

trakea pertama yang berbentuk lingkaran utuh) merupakan bagian

tersempit jalan napas, sementara pada anak besar atau dewasa, glotis

merupakan bagian tersempit.

13
Gambar 2.8 Laring dan Pita Suara

4) Trakhea

Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memeiliki

panjang 11-12 cm dengan diametel sekitar 2,5 cm. Terdapat pada

bagian oesephagus yang terentang mulai dari cartilago cricoid masuk

ke dalam rongga thorax. Tersusun dari 16 – 20 cincin tulang rawan

berbentuk huruf “C” yang terbuka pada bagian belakangnya.

Didalamnya mengandung pseudostratified ciliated columnar

epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus.

Terdapat juga cilia yang memicu terjadinya refleks batuk/bersin.

Trakea mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus

kiri dan kanan.

14
c) Anatomi Saluran Nafas Bawah

1) Bronkus

Gambar 2.9 Bronkus

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Bronkus

lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus

lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus

lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental.Bronkus

segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental

yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan

saraf.

(a) Bronkus Primer (Utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih

tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena

arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing

yang masuk ke dalam trakea kemungkina di tempatkan dalam

bronkus kanan.

(b) Setiap bronkus primer bercabang sembilan sampai dua belas kali

untuk membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter

yang semakin kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau

lempeng kartilago mengganti cincin kartilago.

15
(c) Bronkiolus adalah bronkus segmental bercabang-cabang menjadi

bronkiolus. Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang

memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus

untuk melapisi bagian dalam jalan napas.Dinding bronkiolus

mengandung otot polos & dipersarafi oleh sistem saraf otonom,

peka terhadap hormon tertentu dan zat kimia tertentu.

(d) Bronkiolus terminalis adalah bronkiolus membentuk percabangan

menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar

lendir dan silia).

(e) Bronkiolus respiratori adalah bronkiolus terminalis kemudian

menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori dianggap

sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan

udara pertukaran gas.

(f) Duktus alveolar dan Sakus alveolar bronkiolus respiratori

kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar

dan kemudian menjadi alveoli.

2) Alveoli

Pertukaran O2dan CO2 terjadi di alveoli. Terdapat sekitar 300

juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.

Alveoli dan kapiler polmuner, Arteri polmuner membawa O2 dari

jantung ke paru-paru. Melalui vena polmuner darah kembali ke

jantung.

16
Gambar. 2.10 Alveoli

3) Paru-paru

Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius

dan inferior. Paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang

mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,

ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa

setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai

permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Gambar 2.11 Paru-paru

17
(a) Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu:

(1) Lobus superior terdiri dari 3 segmen yaitu segment apical,

posterior, dan anterior.

(2) Lobus medius terdiri dari 2 segment yaitu segmen lateral dan

medial.

(3) Lobus inferior terdiri dari 5 segment yaitu segmen

superior,medial basal, anterior basal, lateral basal,dan

posterior basal.

(b) Paru kiri dibagi dua lobus yaitu

(1) Lobus superior terdiri dari 3 segmen apical, posterior, dan

anterior.

(2) Lingual terdiri dari segmen superiordan inferior.

(3) Lobus inferior terdiri dari 4 segment yaitu segmen anterior

basal, lateral basal, superior dan posterior basal.

18
Gambar 2.12 Segmen Paru.

Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel

langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura

parietal menempel pada dinding rongga dada dalam.

Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan

pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan

pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan

dengan dinding dada.

(a) Volume Paru-paru

(1) Volume dan Kapasitas Paru.

Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat

inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melalui spirometer.

(2) Volume Tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan

keluar paru-paru selama ventilasi normal biasa. Nilai VT pada

19
dewasa normal sekitar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml

untuk wanita.

(3) Volume Cadangan Inspirasi (VCI), yaitu volume udara ekstra

yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas

inspirasi tidal. CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900

ml pada perempuan.

(4) Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) yaitu volume ekstra

udara yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir

ekspirasi tidak normal. VCE berkisar 1200 ml pada laki-laki

dan 800 ml pada perempuan.

(5) Volume Residual (VR), yaitu volume sisa dalam paru-paru

setelah melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki

1200 ml dan pada perempuan 1000 ml. Volume

residual penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat

jeda pernapasan.

(b) Kapasitas Paru-paru

(1) Kapasitas Residual Fungsional (KRF) adalah penambahan

volume residual dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini

merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik

setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2200 ml.

jadi nilai (KRF=VR+VCE).

(2) Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan

volume cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml.

jadi nilai (KI=VT+VCI).

20
(3) Kapasitas Vital (KV) yaitu penambahan volume tidal, volume

cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi

(KV=VT+VCI+VCE). Nilai rata-ratanya sekitar 4500 ml.

(4) Kapasitas Total Paru (KTP) adalah jumlah total udara yang

dapat ditampung dalam paru- paru dan sama dengan kapasitas

vital ditambah volume residual (KTP=KV+VR). Nilai rata-

ratanya adalah 5700 ml.

d) Otot-otot Respirasi

1) Inspirasi

(a) Diaphragma

Otot ini letaknya diantara rongga perut dan rongga dada

dan di bagian tengahnya berbentuk kubah. Otot ini adalah otot

utama yang besar dari inspirasi yang akan bekerja selama

inspirasi rileks. Otot ini disarafi oleh nervus Phernic dari akar

saraf C3-C5.

(1) Intercostalis External

Otot ini akan berperan aktif saat inspirasi secara rileks

sebagai otot utama sedang otot intercostalos internal dan

transversal berpartisipasi sangat minimal. Fungsi dari otot ini

adalah memelihara space intercostalis dan mempertahankan

tonus otot intercostalissaat terjadi perubahan tekanan dalam

intrathoracal. Otot ini juga akan menaikkan costa dan

meningkakan diameter rongga thorax kearah anterior-

21
posterior dan transversal secara langsung saat terjadi

inspirasi. Otot ini dipersarafi oleh akar saraf T1-T12.

(2) Otot-otot Bantu Inspirasi (Accessory Muscle Inspirasi)

Selama inspirasi normal/rileks ada beberapa otot yang

tidak berperan secara langsung dan aktif dalam

menggerakkan costa, akan tetapi akan berperan aktif bahkan

kadang menjadi otot utama jika seseorang berusaha

melakukan inspirasi kuat misalnya: Beraktivitas fisik yang

berat atau bila diaphragm tidak bekerja secara aktif atau

mengalami kelemahan akibat penyakit paru-paru kronik dan

neuromuscular.

Yang termasuk dalam otot bantu pernapasan ini adalah :

a. Sternocleidomastoideus (SCM)

Fungsi utama dari otot ini adalah mengangkat

sternum untuk menambah diameter anterior-posterior

thorax. Bila seorang pasien mengalami kelemahan otot

diaphragm maka otot SCM ini akan berperan aktif sebagai

otot utama inspirasi. Otot ini dipersarafi oleh nervus XI

dan C1-C3.

b. Upper Trapezius

Fungsi utama dari otot ini adalah bersama dengan

scaleni sebagai stabilisasi leher dan berperan aktif untuk

mengangkat shoulder dan costa bila terjadi kesulitan

inspirasi serta dipersarafi oleh nervus XI.

22
c. Scaleni

Fungsinya adalah menstabilkan costa I dan selama

inspirasi normal perannya sangat minimal tetapi pada

seseorang yang melakukan Deep Breathing atau

mengalami gangguan pernapasan maka otot ini akan

berperan aktif menstabilkan dan mengangkat costa 1-2

serta meningkatkan diameter rongga (cavun) thorax bila

perlekatan dibagian posteriornya di fiksasi.

d. Otot-otot lain seperti serratus anterior, pectoralis mayor

dan minor juga akan berperan aktif selama Deep Inspirasi

untuk mengangkat dan menarik kedepan costa bila upper

extremitas di fiksasi.

2) Ekspirasi

(a) Ekspirasi Rileks

Yang dimaksud dengan ekspirasi rileks adalah suatu

proses pasif saat seseorang rileks atau istirahat yang dimulai

setelah diaphragma kontraksi lalu bagian kubah atau sentral

diaphragm naik kembali ke posisi semula dan costa menjadi turun

ke posisi semula. Elastisitas recoil dari jarigan thoraks juga akan

menurunkan meningkatkan tekanan intrarhoracal sehingga terjadi

ekspirasi.

(1) Aktif Ekspirasi

23
Yang dimaksud dengan aktif ekspirasi adalah

ekspirasi yang dilakukan secara sadar dengan terkontrol, kuat

dan panjang sehingga secara aktif otot ekspirasi berkontraksi

khususnya otot abdominal dan otot intercostalis internal.

a. Otot Abdominalis

Otot ini terdiri dari Rectus Abdominalis, internal,

eksternal dan transversal yang terkontraksi menurunkan

rongga thoraks dan menaikkan isi abdomen yang akan

mendorong diaphragma lebih kuat sehingga tekanan

intrathoracal meningkat dan udara menjadi kuat keluar

dari paru-paru. Otot ini dipersarafi oleh nervus T10-T12.

b. Otot Intercostalis Internal

Otot ini akan berperan sebagai otot utama untuk

menekan kuat costa saat seseorang melakukan ekspirasi

kuat.

e) Mekanisme Pernapasan

1) Mekanisme Pernapasan Dada

(a) Fase Inspirasi Pernapasan Dada

Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:

Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal)

berkontraksi  tulang rusuk terangkat (posisi datar)  paru-

paru mengembang  tekanan udara dalam paru-paru menjadi

24
lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar  udara luar masuk

ke paru-paru.

(b) Fase Ekspirasi Pernapasan Dada

Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai

berikut: Otot antar tulang rusuk relaksasi  tulang rusuk

menurun paru-paru menyusut  tekanan udara dalam paru-

paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar 

udara keluar dari paru-paru.

f) Mekanisme Pernapasan Perut

1) Fase Inspirasi Pernapasan Perut

Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut: Sekat

rongga dada (diafraghma) berkontraksi posisi dari melengkung

menjadi mendatar paru-paru mengembang  tekanan udara dalam

paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar  udara

masuk.

2) Fase Ekspirasi Pernapasan Perut

Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut: Otot

diafraghma relaksasi  posisi dari mendatar kembali melengkung 

paru-paru mengempis  tekanan udara di paru-paru paru lebih besar

dibandingkan tekanan udara luar  udara keluar dari paru-paru.

25
2. Definisi

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

menyerang bronkus. Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh

bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya,

mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.

Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)

bronkus yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus

tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus

berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus

yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus

besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan

dapat merusaknya. (Marni, 2014)

Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan

inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang

bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi

dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti

Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus

rubeola, dan Paramixovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan

dengan Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis, atau Corynebacterium

diphtheria (Rahajoe, 2012).

26
1) Bronkitis akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan.
Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata
10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,
terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
2) Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3
bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut turut, walaupun demikian
tidak ada standart demikian yang dapat diterima pada anak-anak.
Diagnosa kronik bronkitis biasanya dibuat berdasar adanya batuk
menetap yang biasanya terkait dengan penyalahgunaan tobacco.

27

You might also like