Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
menggunakan alat, yaitu dengan triple airway maneuver (head tilt, chin lift, dan
jaw thrust).1,5
Kurangnya pasokan oksigen yang dibawa oleh darah ke otak dan organ
vital lainnya merupakan penyebab kematian tercepat pada pasien dengan kondisi
yang gawat. Sehingga pencegahan kekurangan oksigen jaringan (hipoksia) yang
meliputi pembebasan jalan napas yang terjaga bebas dan stabil untuk menjamin
jalan masuknya udara ke paru secara normal, ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat untuk menjamin kecukupan oksigen tubuh, serta sirkulasi yang normal
menempati prioritas pertama dalam penanganan kegawatdaruratan.1
Anak-anak bukanlah sebuah miniatur dari orang dewasa sehingga perlu
dibedakan jalan napas pada pasien dewasa dan pada pasien anak-anak (pediatric).
Kelompok usia ditetapkan sebagai berikut; masa balita 0-5 tahun, masa kanak-
kanak 5-11 tahun, masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun,
masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhir 36- 45 tahun, masa lansia awal
46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun masa manula > 65 tahun.6
Faktor usia menyebabkan perbedaan bentuk anatomi pada jalan napas
manusia. Pada pasien pediatric biasanya dijumpai seperti; pernapasan hidung
yang obligat, nares sempit, lidah besar, oksiput besar, glottis terletak pada C3 bayi
yang prematur dan C3-C4 pada bayi baru lahir, Laring dan trakhea berbentuk
seperti corong, dan pita vokalis lebih miring ke anterior. Hal ini menyebabkan
dapat dijumpai perbedaan-perbedaan dalam melakukan tatalaksana jalan napas
pada pasien dewasa dan pediatric.7 Sehingga sebagai tenaga medis hendaknya
dapat mengetahui bagaimana melakukan tatalaksana jalan napas pada semua
pasien baik dewasa maupun anak-anak sehingga dapat menolong pasien agar tidak
jatuh ke dalam kondisi hipoksia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.2. Struktur Tulang Rawan yang Membentuk Laring
Sumber: Klock P. Allan dan Ovassapian Andranik., 2008
Bagian dalam laring atau kavitas laring dibedakan menjadi tiga
bagian (Gambar 2.3), yaitu vestibulum laring yang terletak superior
terhadap plica vestibularis, ventriculus laring yang terletak antara plica
vestibularis dan diatas plica vokalis, dan kavitas infraglottica yakni
kavitas laring inferior yang meluas dari plica vokalis ke tepi inferior
cartilago cricoidea.9 Pada laring terdapat epiglotis dan plica vokalis
atau pita suara (Gambar 2.3). Epiglotis mencegah aspirasi dengan
menutup kavitas laring pada saat menelan makanan. Plica vokalis
merupakan jaringan elastik yang melintang di pintu masuk laring,
dapat diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh otot
laring sehingga dapat menghasilkan berbagai suara bicara.5,8
5
Trakea adalah pipa fibromuskular pada dewasa panjangnya 10-
12 cm, diameter 18-20 mm. Trakea terbagi menjadi dua cabang
utama, bronkus kanan dan bronkus kiri. di dalam masing-masing paru,
bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang semakin
sempit, pendek, dan banyak seperti percabangan sebuah pohon.
Bronkus terbagi menjadi bronkus utama (diameter ± 13 mm), bronkus
lobaris (diameter 5-7 mm), bronkus segmentalis (diameter 3-4 mm),
dan bronkus kecil (diameter ± 1 mm). Cabang-cabang yang lebih kecil
dikenal sebagai bronkiolus. Bronkiolus terbagi menjadi bronkiolus
utama 0,5-1 mm, bronkiolus terminalis ± 0,5 mm, dan bronkiolus
respiratorius ± 0,5 mm. Di ujung bronkiolus terminalis berkelompok
alveolus, kantung-kantung udara halus tempat pertukaran gas antara
udara dengan darah.1,8
6
Gambar 2.4. Perbedaan jalan napas anak dan dewasa
Sumber: Salvo dkk., 2009
7
mandibularis (N. V3) dan nervus glosofaringeus (N. IX) masing-masing
mempersarafi dua pertiga anterior lidah dan sepertiga posterior lidah. Nervus
glosofaringeus juga menginervasi faring bagian superior, tonsil, dan
permukaan bawah palatum molle.5
Nervus vagus (N. X) mempersarafi jalan napas dibawah epiglotis.
Nervus laringeal superior yang merupakan cabang dari nervus vagus terbagi
menjadi nervus laringeal eksternal (motorik) dan nervus laringeal internal
(sensorik) yang mana mempersarafi bagian laring diantara epiglotis dan pita
suara. Cabang lain dari nervus vagus, nervus laringeal recurren
menginervasi bagian laring dibawah pita suara dan trakea. Semua otot-otot
laring diinervasi oleh nervus laringeal recurren, kecuali otot krikotiroid yang
mana diinervasi oleh nervus laringeal eksternal (motor).5 Pada dasarnya
tidak terdapat perbedaan pada sistem persarafan jalan napas dewasa dan
anak-anak. Hanya saja pada anak-anak sel-sel saraf yang ada belum
sepenuhnya matur.
2.2.3 Fisiologi Sistem Respirasi Dewasa dan Anak-Anak
Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan: respirasi
internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal merujuk kepada proses-
proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses mengambil energi
dari molekul nutrien. Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian
kejadian pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.2
Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru itu
sendiri, dan struktur-struktur dada yang berperan menyebabkan aliran udara
masuk dan keluar paru melalui saluran napas. Udara cenderung mengalir
dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah, yaitu
menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama
tindakan bernapas karena berpindah mengikuti gradien tekanan antara
alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan
oleh aktivitas siklus otot pernapasan.8
8
Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi:1,8
1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan
oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi.
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan
ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di
atas permukaan bumi juga semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu) adalah tekanan di dalam
alveolus.
3. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam
kantung pleura atau tekanan yang ditimbulkan di luar paru di
dalam rongga toraks.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang
ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume gas:
yaitu, sewaktu volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan
oleh gas berkurang secara proporsional. Sebaliknya, tekanan
meningkat secara proporsional sewaktu volume berkurang.
Perubahan volume paru, dan karenanya tekanan intra-alveolus,
ditimbulkan secara tak langsung oleh aktivitas otot pernapasan.1
Sedangkan pada anak-anak hingga usia empat minggu bayi bernapas
melalui hidung dan tidak beradaptasi dengan baik untuk pernapasan melalui
mulut. Bayi dan anak lebih mudah mengalami gagal napas daripada orang
dewasa, diantaranya karena perbedaan anatomi. Saluran napas pada bayi dan
anak kecil dan lebih mudah mengalami obstruksi oleh benda asing,
pembengkakan lokal, atau oleh pangkal lidah. Saluran napas bawah juga
lebih kecil dan kartilago penyangganya belum berkembang sempurna.
Saluran napas lebih mudah mengalami obstruksi oleh mukus, darah, pus,
edema atau bronkokonstriksi.11
9
2.3 Penilaian Jalan Napas
10
g) Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien
yang membutuhkan napas pendek untuk bicara menandakan
telah terjadi gagal napas.
3. Feel:3
a) Aliran udara dari mulut/ hidung
b) Posisi trakea terutama pada pasien trauma, Krepitasi
Penilaian airway pada anak dapat dilakukan dengan metode Look, Listen,
dan Feel sama seperti dewasa. Namun ditambahkan penilaian awal pada
anak melalui kesan observasional secara umum menggunakan segitiga
penilaian anak (SPA). Metode SPA ini bukan untuk menggantikan
pemakaian metode ABCDE, tetapi menambah dan saling melengkapi.
SPA dapat dipakai untuk menilai adanya distres pernapasan, yang
dapat dilakukan mulai dari pra-rumah sakit. Cara ini dilakukan oleh
pemeriksa tanpa menyentuh anak. Dengan hanya melihat dan mendengar,
tanpa memerlukan stetoskop, alat pengukur tekanan darah, monitor jantung
atau pulse oxymetri, pemeriksa dapat dengan cepat memperoleh kesan
seorang anak dalam keadaan sakit kritis. Pemeriksaan ini dapat diselesaikan
dalam waktu 30-60 detik sebagai penilaian awal bagi semua anak.12
11
1. Tampilan anak (appearance)
12
2. Kinerja Napas (work of breathing)
Tabel 2.2. Karakteristik Kinerja Napas12,13
Karakteristik Gambaran yang harus dicari
Suara saluran napas Mengorok, kasar/menyengau, stidor, grunting,
abnormal mengi
Posisi abnormal Sinffing position, menolak untuk telentang
Retraksi Retraksi supraklavikula, interkosta, atau substernal
Kembang kempis Cuping hidung kembang kempis
3. Sirkulasi ke Kulit
Tabel 2.3. Penilaian Sirkulasi ke Kulit12,13
Karakteristik Gambaran yang harus dicari
Kulit atau membran mukosa tampak putih atau pucat karena
Pucat
kurangnya aliran darah ke daerah tersebut
Patchy skin discoloration (kulit bebercak kebiruan akibat
Mottling
vasokontriksi)
Sianosis Kulit dan membran mukosa tampak biru
Pada pasien yang tidak sadar, penyebab tersering sumbatan jalan napas yang
terjadi adalah akibat hilangnya tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini
lidah jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas.1
2.4.1.1 Triple Airway Manuver
Teknik dasar pembukaan jalan napas atas adalah dengan mengangkat
kepala-angkat dagu (Head Tilt-Chin Lift). Teknik dasar ini akan efektif
bila obstruksi napas disebabkan lidah atau relaksasi otot pada jalan
napas atas. Bila pasien yang menderita trauma diduga mengalami
cedera leher, lakukan penarikan rahang tanpa mendorong kepala (jaw
thrust).4,5
Agar pasien dapat bernapas secara spontan, maka jalan napas atas
harus dijaga agar tetap terbuka. Oleh karena itu, pada pasien yang
dalam keadaan tidak sadar tanpa adanya refleks batuk atau muntah,
pasanglah OPA atau NPA untuk mengelola patensi jalan napas. Bila
13
menemukan seorang pasien tersedak yang tidak sadar dan henti napas,
bukalah mulutnya lebar-lebar dan carilah benda asing didalamnya. Bila
menemukannya, keluarkan dengan menggunakan jari (finger swap).
Bila tidak melihatnya adanya benda asing, mulai lakukan RJP. Tiap
kali membuka jalan napas untuk memberikan napas, bukalah
mulutnya lebar-lebar dan carilah benda asing didalamnya. Bila ada
keluarkan dengan menggunakan jari (Gambar 2.5). Bila tidak ada
benda asing, lanjutkan RJP. Dalam melakukan teknik membebaskan
jalan napas agar selalu diingat untuk melakukan proteksi Cervical-
spine terutama pada pasien trauma/multipel trauma. Jalan napas pasien
tidak sadar sering tersumbat oleh lidah, epiglotis dan juga cairan, agar
jalan napas tetap terbuka perlu dilakukan manuver head tilt, chin lift
dan juga jaw thrust. Bisa sebagian atau kombinasi ketiganya (tripple
airway manouver)5 (Gambar 2.6).
14
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika
makanan tidak dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau
tertawa. Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya
makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu.
Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan bendabenda padat kecil
ke dalam mulutnya.14 Karena pengenalan tanda-tanda tersedak
merupakan kunci dari keberhasilan penanganan, penting untuk dapat
membedakan tersedak dengan pingsan, serangan jantung kejang, atau
keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan kesulitan
bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran.15
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan
atau berat. Penyelamat harus segera melakukan penanganan jika
korban tersedak menunjukkan tanda-tanda penyumbatan yang berat
yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan bernapas,
antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk
berbicara atau bernapas.15 Korban dapat sambil memegang atau
mencengkeram lehernya. Hal itu merupakan tanda umum dari
tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?” Jika korban
mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat
menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang ringan.
Jika korban mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya tanpa
berbicara, ini dapat menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran
napas yang berat.16
15
Saat menemukan orang tersedak disarankan langsung
melakukan manuver hentakan pada perut sampai sumbatan hilang.15
Yang perlu diingat adalah manuver hentakan pada perut hanya boleh
dilakukan untuk anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa.16
Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk
yang diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada
saluran napas. Manuver hentakan pada perut membuat tekanan
(penekanan) pada paru-paru dan memaksa udara keluar. Udara yang
dipaksa keluar juga akan memaksa keluar benda yang membuat korban
tersedak.15
Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut:14,15:
1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban
dan letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam
kepalan tangan tersebut. Lingkarkan tubuh korban dengan kedua
lengan.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di
bawah tulang dada atau di ulu hati. Buat gerakan ke dalam dan ke
atas secara cepat dan kuat untuk membantu korban membatukkan
benda yang menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus
diulang hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban
kehilangan kesadaran.
16
Gambar 2.9 Heimlich Manuver
Sumber: Cunha Jp
Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara
perlahan sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap
saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat harus memeriksa apakah
terdapat benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila
menemukannya14,15 Apabila korban tersedak sedang hamil atau
mengalami kegemukan, manuver hentakan pada perut mungkin tidak
efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver
hentakan pada dada.16
1. Letakkan tangan di bawah ketiak korban
2. Lingkari dada korban dengan lengan kita
3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada
korban (sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan
hentakan ke dalam dan ke atas.
17
3. Untuk bayi, topang kepala dengan menggunakan ibu jari disatu sisi
rahang dan rahang yang lain menggunakan satu atau dua jari dari
tangan yang sama, jangan sampai menekan jaringan lunak dibawah
ranang, karena akan menyebabkan sumbatan jalan napas kembali.
Sedangkan untuk anak diatas 1 tahun, kepala kepala tidak perlu
ditopang secara khusus.
4. Lakukan 5 kali tepukan punggung diantara bahu dan tulang belikat
dengan punggung pergelangan tangan. Perhatikan arah pukulan pada
(Gambar 2.10).
18
2. Topang bayi pada lengan dengan menggunakan bantuan paha
penolong.
3. Identifikasi daerah yang akan dilakukan tekanan. Kemudian chest
thrust. Tindakan ini mirip kompresi dada pada bantuan hidup dasar,
namun lebih lambat dan lebih menghentak sebanyak 5 kali. Bila
benda asing belum keluar, tindakan diulang kembali dari awal.
4. Biasanya tindakan ini dikombinasikan dengan back blow dengan
perbandingan 5 kali hentakan back blow dan 5 kali hentakan chest
thrust
19
BAB III
SIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
12. Salvo I, Camporesi A. Preoperative Evaluation. Gullo A, Astuto M, Salvo
I; Anesthesia, Intensive Care and Pain in Neonates and Children. Milan:
Springer-Verlag.h. 80-6; 2009.
13. Chen LE, Minkes RK; Evaluation of the Pediatric Surgical Patient.
http//emedicine.medscape.com/article/936148-print. Diakses tgl 26 Januari
2016
14. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26]
Available at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
15. American Heart Association; Heart disease & stroke statistics – 2010
Update. Dallar, Texas: American Heart Association; 2010.
16. ECC Guidelines; Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
22