You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

Bernapas adalah proses pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan


lingkungan sekitarnya. Pertukaran gas terjadi di dalam alveolus dimana terjadi
pengikatan O2 oleh hemoglobin darah yang akan diedarkan ke seluruh tubuh dan
pelepasan CO2 kembali ke atmosfer. Terdapat jalan yang memperantarai proses
ini dimana sering disebut jalan napas. Jalan napas berfungsi menyalurkan gas
antara udara di luar tubuh manusia (atmosfer) dan alveolus.1
Saluran pernapasan berawal di saluran hidung (nasal). Saluran hidung
berjalan ke faring (tenggorokan), yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi
sistem pernapasan maupun sistem pencernaan. Terdapat dua saluran yang berjalan
di faring, yaitu trakea (windepipe), tempat lewatnya udara ke paru, dan esofagus,
saluran tempat lewatnya makanan ke lambung. Trakea terbagi menjadi dua cabang
utama, bronkus kanan dan kiri. Di dalam setiap paru, bronkus terus bercabang
menjadi saluran pernapasan yang semakin sempit, pendek, dan banyak. Cabang
terkecil dikenal dengan bronkiolus. Di ujung-ujung bronkiolus terkumpul
alveolus, kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas-gas antara udara
dan darah.2
Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan aliran udara pada
jalan napas tidak adekuat sehingga memerlukan beberapa manipulasi pada jalan
napas untuk mendapatkan aliran udara yang adekuat. Adapun keadaan-keadaan
tersebut seperti trauma pada wajah, leher, dan mandibula, penyakit-penyakit
seperti obstructive sleep apnea, malignansi, dan penyakit degeneratif pada tulang
leher, terdapat benda asing pada saluran pernapasan, infeksi, trismus, syok
anafilaktik, angioedema, riwayat operasi pada kepala atau leher, dan kelainan
anatomis karena faktor kongenital.3,4
Pengelolaan jalan napas adalah tindakan untuk menjamin pertukaran udara
secara normal dengan cara membuka jalan napas sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia atau hiperkarbia. Pengelolaan jalan napas dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu tanpa menggunakan alat dan dengan menggunakan alat
bantu. Terdapat tiga cara yang digunakan untuk membebaskan jalan napas tanpa

1
menggunakan alat, yaitu dengan triple airway maneuver (head tilt, chin lift, dan
jaw thrust).1,5
Kurangnya pasokan oksigen yang dibawa oleh darah ke otak dan organ
vital lainnya merupakan penyebab kematian tercepat pada pasien dengan kondisi
yang gawat. Sehingga pencegahan kekurangan oksigen jaringan (hipoksia) yang
meliputi pembebasan jalan napas yang terjaga bebas dan stabil untuk menjamin
jalan masuknya udara ke paru secara normal, ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat untuk menjamin kecukupan oksigen tubuh, serta sirkulasi yang normal
menempati prioritas pertama dalam penanganan kegawatdaruratan.1
Anak-anak bukanlah sebuah miniatur dari orang dewasa sehingga perlu
dibedakan jalan napas pada pasien dewasa dan pada pasien anak-anak (pediatric).
Kelompok usia ditetapkan sebagai berikut; masa balita 0-5 tahun, masa kanak-
kanak 5-11 tahun, masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir 17-25 tahun,
masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhir 36- 45 tahun, masa lansia awal
46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun masa manula > 65 tahun.6
Faktor usia menyebabkan perbedaan bentuk anatomi pada jalan napas
manusia. Pada pasien pediatric biasanya dijumpai seperti; pernapasan hidung
yang obligat, nares sempit, lidah besar, oksiput besar, glottis terletak pada C3 bayi
yang prematur dan C3-C4 pada bayi baru lahir, Laring dan trakhea berbentuk
seperti corong, dan pita vokalis lebih miring ke anterior. Hal ini menyebabkan
dapat dijumpai perbedaan-perbedaan dalam melakukan tatalaksana jalan napas
pada pasien dewasa dan pediatric.7 Sehingga sebagai tenaga medis hendaknya
dapat mengetahui bagaimana melakukan tatalaksana jalan napas pada semua
pasien baik dewasa maupun anak-anak sehingga dapat menolong pasien agar tidak
jatuh ke dalam kondisi hipoksia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tatalaksana Jalan Napas


Tatalaksana jalan napas adalah suatu usaha untuk membebaskan jalan napas
seseorang yang dicurigai mengalami sumbatan jalan napas sehingga dapat
memudahkan jalan masuknya udara ke paru-paru secara normal guna
menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.
Tatalaksana jalan napas terbagi menjadi 2 jenis yaitu tatalaksana tanpa
menggunakan alat (tatalaksana napas dasar), dan tatalaksana jalan napas
dengan menggunakan alat bantu.1 Selanjutnya akan dibahas mengenai
tatalaksana jalan napas dasar (tanpa menggunakan alat bantu).
2.2 Anatomi, Inervasi, dan Fisiologi Sistem Respirasi Pada Dewasa dan
Anak-Anak
2.2.1 Anatomi Sistem Respirasi
2.2.1.1 Anatomi Sistem Respirasi Dewasa
Saluran napas yang menuju paru atau saluran napas atas terdiri dari
hidung, mulut, faring, laring, trakea, dan dua cabang utama bronkus
kiri dan kanan.5

Gambar 2.1. Anatomi Saluran Pernapasan Atas


Sumber: Moore dkk., 2013
3
Saluran pernapasan dimulai dari hidung dan mulut yang
membuka ke dalam menuju nasofaring dan orofaring, dimana faring
berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pernapasan dan sistem
pencernaan (Gambar 2.1). Hidung dan mulut dipisahkan oleh palatum
pada bagian anterior dan bersatu di faring pada bagian posterior.
Terdapat dua saluran yang berasal dari faring, yaitu trakea yang
mengalirkan udara menuju paru dan esofagus yang dilalui oleh
makanan menuju lambung.8
Laring terdiri dari sembilan tulang rawan yaitu tiroid, krikoid,
sepasang aritenoid, sepasang kornikulata, dan sepasang kuneiformis.
Laring pada dewasa berada setinggi segmen servikal 3–6 berfungsi
untuk memodulasi suara dan memisahkan trakea dari esofagus saat
menelan. Pada pria panjang laring sekitar 45 mm dan memiliki
diameter sekitar 35 mm, sedangkan pada wanita memiliki panjang
sekitar 35 mm dan berdiameter sekitar 25 mm.1,2 Ligamentum
tiroaritenoid membentuk pita suara (plica vocalis) dan merupakan
jalan napas tersempit pada dewasa, namun pada bayi trakea
merupakan jalan napas tersempit.4 Celah antara kedua pita suara
disebut rima glottis dengan panjang antero-posterior pria sekitar 23
mm dan sekitar 17 mm pada wanita, sedangkan lebar sekitar 6–9 mm
dan dapat memanjang hingga 12 mm, sehingga dapat disimpulkan
pembukaan glottis dewasa adalah sekitar 6–10 mm.3 Trakea
membentang dari tepi bawah tulang rawan krikoid setinggi vertebra
servikal 6 hingga percabangan karina setinggi vertebra torakalis 5
(antara vertebra torakalis 4 dan 5). Trakea dibentuk oleh 16–20 cincin
tulang rawan hialin dan pada bagian posterior dibentuk oleh jaringan
otot. Panjang trakea sekitar 10–12 cm. Pada dewasa lumennya
berdiameter 2,5 cm, sedangkan pada bayi kurang dari 3 mm.

4
Gambar 2.2. Struktur Tulang Rawan yang Membentuk Laring
Sumber: Klock P. Allan dan Ovassapian Andranik., 2008
Bagian dalam laring atau kavitas laring dibedakan menjadi tiga
bagian (Gambar 2.3), yaitu vestibulum laring yang terletak superior
terhadap plica vestibularis, ventriculus laring yang terletak antara plica
vestibularis dan diatas plica vokalis, dan kavitas infraglottica yakni
kavitas laring inferior yang meluas dari plica vokalis ke tepi inferior
cartilago cricoidea.9 Pada laring terdapat epiglotis dan plica vokalis
atau pita suara (Gambar 2.3). Epiglotis mencegah aspirasi dengan
menutup kavitas laring pada saat menelan makanan. Plica vokalis
merupakan jaringan elastik yang melintang di pintu masuk laring,
dapat diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh otot
laring sehingga dapat menghasilkan berbagai suara bicara.5,8

Gambar 2.3. Kompartemen Laring


Sumber: Klock P. Allan dan Ovassapian Andranik., 2008

5
Trakea adalah pipa fibromuskular pada dewasa panjangnya 10-
12 cm, diameter 18-20 mm. Trakea terbagi menjadi dua cabang
utama, bronkus kanan dan bronkus kiri. di dalam masing-masing paru,
bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang semakin
sempit, pendek, dan banyak seperti percabangan sebuah pohon.
Bronkus terbagi menjadi bronkus utama (diameter ± 13 mm), bronkus
lobaris (diameter 5-7 mm), bronkus segmentalis (diameter 3-4 mm),
dan bronkus kecil (diameter ± 1 mm). Cabang-cabang yang lebih kecil
dikenal sebagai bronkiolus. Bronkiolus terbagi menjadi bronkiolus
utama 0,5-1 mm, bronkiolus terminalis ± 0,5 mm, dan bronkiolus
respiratorius ± 0,5 mm. Di ujung bronkiolus terminalis berkelompok
alveolus, kantung-kantung udara halus tempat pertukaran gas antara
udara dengan darah.1,8

2.2.1.1 Anatomi Sistem Respirasi Anak-Anak

Hal yang paling mendasar perbedaan jalan napas dewasa dengan


anak-anak berada pada struktur anatominya. Ada 5 perbedaan
mendasar anatomi dari airway pada anak dan dewasa: 10
1. Pada anak-anak, kepala lebih besar dan lidah juga lebih besar.
Obstruksi jalan napas atas mudah terjadi karena jarak yang lebih
kecil antara lidah dan palatum. Posisi lidah dapat sebagai penyulit
dalam usaha melapangkan jalan napas pada anak-anak
2. Laring yang letaknya lebih anterior superior. Laring bayi terletak
lebih tinggi, yakni terletak di vertebra servikal ketiga (C3) pada
bayi prematur, antara C3 dan C4 pada bayi cukup bulan dan antara
C4 dan C5 di remaja atau orang dewasa.
3. Epiglotis yang lebih besar dan panjang
4. Leher dan trakea yang lebih pendek daripada dewasa
5. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway

6
Gambar 2.4. Perbedaan jalan napas anak dan dewasa
Sumber: Salvo dkk., 2009

2.2.2 Inervasi Sistem Respirasi Dewasa dan Anak-Anak


Suplai sensoris saluran pernapasan atas diinervasi oleh nervus kranialis
(Gambar 2.4).

Gambar 2.5. Suplai Saraf Sensoris Jalan Napas


Sumber: Butterworth dkk., 2013

Membran mukosa hidung bagian anterior diinervasi oleh nervus


ethmoidal anterior cabang dari nervus trigeminus ophtalmikus (N. V1), dan
pada bagian posterior diinervasi oleh nervus sphenopalatinus cabang dari
nervus trigeminus maxilaris (N. V2). Cabang nervus Trigeminus

7
mandibularis (N. V3) dan nervus glosofaringeus (N. IX) masing-masing
mempersarafi dua pertiga anterior lidah dan sepertiga posterior lidah. Nervus
glosofaringeus juga menginervasi faring bagian superior, tonsil, dan
permukaan bawah palatum molle.5
Nervus vagus (N. X) mempersarafi jalan napas dibawah epiglotis.
Nervus laringeal superior yang merupakan cabang dari nervus vagus terbagi
menjadi nervus laringeal eksternal (motorik) dan nervus laringeal internal
(sensorik) yang mana mempersarafi bagian laring diantara epiglotis dan pita
suara. Cabang lain dari nervus vagus, nervus laringeal recurren
menginervasi bagian laring dibawah pita suara dan trakea. Semua otot-otot
laring diinervasi oleh nervus laringeal recurren, kecuali otot krikotiroid yang
mana diinervasi oleh nervus laringeal eksternal (motor).5 Pada dasarnya
tidak terdapat perbedaan pada sistem persarafan jalan napas dewasa dan
anak-anak. Hanya saja pada anak-anak sel-sel saraf yang ada belum
sepenuhnya matur.
2.2.3 Fisiologi Sistem Respirasi Dewasa dan Anak-Anak
Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan: respirasi
internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal merujuk kepada proses-
proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses mengambil energi
dari molekul nutrien. Respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian
kejadian pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.2
Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru itu
sendiri, dan struktur-struktur dada yang berperan menyebabkan aliran udara
masuk dan keluar paru melalui saluran napas. Udara cenderung mengalir
dari area dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah, yaitu
menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama
tindakan bernapas karena berpindah mengikuti gradien tekanan antara
alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan
oleh aktivitas siklus otot pernapasan.8

8
Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi:1,8
1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan
oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi.
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan
ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di
atas permukaan bumi juga semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu) adalah tekanan di dalam
alveolus.
3. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam
kantung pleura atau tekanan yang ditimbulkan di luar paru di
dalam rongga toraks.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang
ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume gas:
yaitu, sewaktu volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan
oleh gas berkurang secara proporsional. Sebaliknya, tekanan
meningkat secara proporsional sewaktu volume berkurang.
Perubahan volume paru, dan karenanya tekanan intra-alveolus,
ditimbulkan secara tak langsung oleh aktivitas otot pernapasan.1
Sedangkan pada anak-anak hingga usia empat minggu bayi bernapas
melalui hidung dan tidak beradaptasi dengan baik untuk pernapasan melalui
mulut. Bayi dan anak lebih mudah mengalami gagal napas daripada orang
dewasa, diantaranya karena perbedaan anatomi. Saluran napas pada bayi dan
anak kecil dan lebih mudah mengalami obstruksi oleh benda asing,
pembengkakan lokal, atau oleh pangkal lidah. Saluran napas bawah juga
lebih kecil dan kartilago penyangganya belum berkembang sempurna.
Saluran napas lebih mudah mengalami obstruksi oleh mukus, darah, pus,
edema atau bronkokonstriksi.11

9
2.3 Penilaian Jalan Napas

2.3.1 Penilaian Jalan Napas Dewasa


1. Look:3
a) Kesadaran: pasien yang bisa bicara berarti airway bebas,
namun tetap perlu evaluasi berkala.
b) Agitasi
c) Napas cuping hidung
d) Sianosis
e) Retraksi
f) Accessory respiratory muscle
2. Listen:3
a) Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi
faring dengan tindakan maneuver angkat dagu (chin lift, jaw
thrust) atau triple airway maneuver, bila perlu pasang jalan
napas orofaringeal atau naso faringeal.
b) Gargling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/
benda asing dengan tindakan keluarkan dengan dialirkan
keluar dari mulut (bila perlu dengan memiringkan kepala
atau badan pasien), dengan alat penghisap (suction).
c) Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas
jalan napas setinggi larings (Stridor inspirasi) atau stinggin
trakea (stridor ekspirasi) dengan tindakan keluarkan manual
bila memungkinkan, kalau perlu tindakan operatif.
d) Suara Parau (crowing) penyebabnya adalah edema pada
laring dengan tindakan medikamentosa bila perlu jalan
napas buatan (krikotiroidotomi s/d trakeostomi).
e) Suara meni (wheezing) penyebabnya bronkospasme dengan
tindakan medikamentosa.
f) Hoarnes, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi
faring.

10
g) Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien
yang membutuhkan napas pendek untuk bicara menandakan
telah terjadi gagal napas.
3. Feel:3
a) Aliran udara dari mulut/ hidung
b) Posisi trakea terutama pada pasien trauma, Krepitasi

2.3.2 Penilaian Jalan Napas Anak-Anak

Penilaian airway pada anak dapat dilakukan dengan metode Look, Listen,
dan Feel sama seperti dewasa. Namun ditambahkan penilaian awal pada
anak melalui kesan observasional secara umum menggunakan segitiga
penilaian anak (SPA). Metode SPA ini bukan untuk menggantikan
pemakaian metode ABCDE, tetapi menambah dan saling melengkapi.
SPA dapat dipakai untuk menilai adanya distres pernapasan, yang
dapat dilakukan mulai dari pra-rumah sakit. Cara ini dilakukan oleh
pemeriksa tanpa menyentuh anak. Dengan hanya melihat dan mendengar,
tanpa memerlukan stetoskop, alat pengukur tekanan darah, monitor jantung
atau pulse oxymetri, pemeriksa dapat dengan cepat memperoleh kesan
seorang anak dalam keadaan sakit kritis. Pemeriksaan ini dapat diselesaikan
dalam waktu 30-60 detik sebagai penilaian awal bagi semua anak.12

Gambar 2.6. Segitiga Penilaian Anak


Sumber: Salvo dkk., 2019
Ada tiga komponen yang dinilai pada SPA:

11
1. Tampilan anak (appearance)

2. Kinerja napas (work of breathing)

3. Sirkulasi ke kulit (circulation to skin)

Dengan menggunakan SPA saat kontak pertama dengan pasien,


pemeriksa dapat segera menentukan tingkat kegawatan, menentukan
perlu tidaknya memberikan bantuan hidup dasar dan mengidentifikasi
masalah fisiologis yang terjadi. Secara bersamaan dengan menilai
ketiga komponen SPA akan diketahui kelainan yang dialami anak
seperti adanya gangguan kardiopulmonal, neurologis dan
metabolik.12,13

1. Tampilan Anak (appearance)


Tabel 2.1. Karakteristik Tampilan Anak dengan Metode TICLS12,13
Tone Apakah anak bergerak aktif atau menolak pemeriksaan?
Apakah tonus ototnya baik, lumpuh, layu atau flasid?
Interactiveness Bagaimana kesadarannya? Apakah orang/ benda/ suara
mempengaruhinya? Apakah ia mau bermain /meraih
mainan atau alat periksa? Atau tidak mau berinteraksi
dengan pemeriksa?
Consolability Apakah ia dapat ditenangkan oleh pemeriksa? Atau anak
menangis terus atau terlihat agitasi, sekalipun dilakukan
pendekatan
Look Apakah ia dapa memfokuskan penglihatan pada muka?
Atau pandangannya kosong?
Speech/Cry Apakah anak berbicara atau menangis dengan kuat? Lemah
menyengau atau parau?

12
2. Kinerja Napas (work of breathing)
Tabel 2.2. Karakteristik Kinerja Napas12,13
Karakteristik Gambaran yang harus dicari
Suara saluran napas Mengorok, kasar/menyengau, stidor, grunting,
abnormal mengi
Posisi abnormal Sinffing position, menolak untuk telentang
Retraksi Retraksi supraklavikula, interkosta, atau substernal
Kembang kempis Cuping hidung kembang kempis
3. Sirkulasi ke Kulit
Tabel 2.3. Penilaian Sirkulasi ke Kulit12,13
Karakteristik Gambaran yang harus dicari
Kulit atau membran mukosa tampak putih atau pucat karena
Pucat
kurangnya aliran darah ke daerah tersebut
Patchy skin discoloration (kulit bebercak kebiruan akibat
Mottling
vasokontriksi)
Sianosis Kulit dan membran mukosa tampak biru

2.4 Tatalaksana Jalan Napas Dasar

2.4.1 Tatalaksana Jalan Napas Dasar Dewasa

Pada pasien yang tidak sadar, penyebab tersering sumbatan jalan napas yang
terjadi adalah akibat hilangnya tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini
lidah jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas.1
2.4.1.1 Triple Airway Manuver
Teknik dasar pembukaan jalan napas atas adalah dengan mengangkat
kepala-angkat dagu (Head Tilt-Chin Lift). Teknik dasar ini akan efektif
bila obstruksi napas disebabkan lidah atau relaksasi otot pada jalan
napas atas. Bila pasien yang menderita trauma diduga mengalami
cedera leher, lakukan penarikan rahang tanpa mendorong kepala (jaw
thrust).4,5
Agar pasien dapat bernapas secara spontan, maka jalan napas atas
harus dijaga agar tetap terbuka. Oleh karena itu, pada pasien yang
dalam keadaan tidak sadar tanpa adanya refleks batuk atau muntah,
pasanglah OPA atau NPA untuk mengelola patensi jalan napas. Bila

13
menemukan seorang pasien tersedak yang tidak sadar dan henti napas,
bukalah mulutnya lebar-lebar dan carilah benda asing didalamnya. Bila
menemukannya, keluarkan dengan menggunakan jari (finger swap).
Bila tidak melihatnya adanya benda asing, mulai lakukan RJP. Tiap
kali membuka jalan napas untuk memberikan napas, bukalah
mulutnya lebar-lebar dan carilah benda asing didalamnya. Bila ada
keluarkan dengan menggunakan jari (Gambar 2.5). Bila tidak ada
benda asing, lanjutkan RJP. Dalam melakukan teknik membebaskan
jalan napas agar selalu diingat untuk melakukan proteksi Cervical-
spine terutama pada pasien trauma/multipel trauma. Jalan napas pasien
tidak sadar sering tersumbat oleh lidah, epiglotis dan juga cairan, agar
jalan napas tetap terbuka perlu dilakukan manuver head tilt, chin lift
dan juga jaw thrust. Bisa sebagian atau kombinasi ketiganya (tripple
airway manouver)5 (Gambar 2.6).

Gambar 2.7 Head tilt, Chin lift dan Jaw thrust.


Sumber: Klock P. Allan dan Ovassapian Andranik., 2008

2.4.1.2 Manuver Heimlich


Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing dapat
menjadi penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami
tersedak, orang lain dapat membantu saat korban masih sadar.
Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan tingkat
kelangsungan hidup dapat mencapai 95%.15

14
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika
makanan tidak dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau
tertawa. Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya
makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu.
Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan bendabenda padat kecil
ke dalam mulutnya.14 Karena pengenalan tanda-tanda tersedak
merupakan kunci dari keberhasilan penanganan, penting untuk dapat
membedakan tersedak dengan pingsan, serangan jantung kejang, atau
keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan kesulitan
bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran.15
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan
atau berat. Penyelamat harus segera melakukan penanganan jika
korban tersedak menunjukkan tanda-tanda penyumbatan yang berat
yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan bernapas,
antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk
berbicara atau bernapas.15 Korban dapat sambil memegang atau
mencengkeram lehernya. Hal itu merupakan tanda umum dari
tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?” Jika korban
mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat
menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang ringan.
Jika korban mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya tanpa
berbicara, ini dapat menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran
napas yang berat.16

Gambar 2.8. Tanda Umum Tersedak


Sumber: Cunha Jp

15
Saat menemukan orang tersedak disarankan langsung
melakukan manuver hentakan pada perut sampai sumbatan hilang.15
Yang perlu diingat adalah manuver hentakan pada perut hanya boleh
dilakukan untuk anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa.16
Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk
yang diharapkan cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada
saluran napas. Manuver hentakan pada perut membuat tekanan
(penekanan) pada paru-paru dan memaksa udara keluar. Udara yang
dipaksa keluar juga akan memaksa keluar benda yang membuat korban
tersedak.15
Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut:14,15:
1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban
dan letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam
kepalan tangan tersebut. Lingkarkan tubuh korban dengan kedua
lengan.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di
bawah tulang dada atau di ulu hati. Buat gerakan ke dalam dan ke
atas secara cepat dan kuat untuk membantu korban membatukkan
benda yang menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus
diulang hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban
kehilangan kesadaran.

16
Gambar 2.9 Heimlich Manuver
Sumber: Cunha Jp
Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara
perlahan sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap
saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat harus memeriksa apakah
terdapat benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila
menemukannya14,15 Apabila korban tersedak sedang hamil atau
mengalami kegemukan, manuver hentakan pada perut mungkin tidak
efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver
hentakan pada dada.16
1. Letakkan tangan di bawah ketiak korban
2. Lingkari dada korban dengan lengan kita
3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada
korban (sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan
hentakan ke dalam dan ke atas.

2.4.2 Tatalaksana Jalan Napas Dasar Anak-Anak


2.4.1.2 Manuver Back Blow
Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan sikap
bayi tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum tersedak.
Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang
lemah, dan suara tangisan lemah.15
Manuver tepuk punggung dilakukan pada pasien bayi atau anak
kurang dari 1 tahun yang mengalami sumbatan jalan napas. Manuver ini
dikerjakan dengan cara:12,13
1. Punggung anak diposisikan menghadap ke penolong, topang leher dan
kepala anak dengan satu tangan.
2. Wajah anak menghadap kebawah dengan kepala diposisikan lebih
rendah daripada tubuh supaya gaya gravitasi dapat membantu
mengeluarkan benda asing.

17
3. Untuk bayi, topang kepala dengan menggunakan ibu jari disatu sisi
rahang dan rahang yang lain menggunakan satu atau dua jari dari
tangan yang sama, jangan sampai menekan jaringan lunak dibawah
ranang, karena akan menyebabkan sumbatan jalan napas kembali.
Sedangkan untuk anak diatas 1 tahun, kepala kepala tidak perlu
ditopang secara khusus.
4. Lakukan 5 kali tepukan punggung diantara bahu dan tulang belikat
dengan punggung pergelangan tangan. Perhatikan arah pukulan pada
(Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Manuver Back Blow


Sumber: Litman RS., 2004

2.4.1.2 Manuver Chest Thrust


Manuver chest thrust dilakukan pada pasien bayi atau anak kurang dari 1
tahun yang mengalami sumbatan jalan napas. Manuver ini dikerjakan
dengan cara:12,13
1. Memposisikan bayi dengan kepala dibawah danposisi terlentang.
Tindakan ini akan lebih aman bila tangan diletakan dipunggung bayi
serta menopang ubun-ubun dengan tangan.

18
2. Topang bayi pada lengan dengan menggunakan bantuan paha
penolong.
3. Identifikasi daerah yang akan dilakukan tekanan. Kemudian chest
thrust. Tindakan ini mirip kompresi dada pada bantuan hidup dasar,
namun lebih lambat dan lebih menghentak sebanyak 5 kali. Bila
benda asing belum keluar, tindakan diulang kembali dari awal.
4. Biasanya tindakan ini dikombinasikan dengan back blow dengan
perbandingan 5 kali hentakan back blow dan 5 kali hentakan chest
thrust

Gambar 2.11: Manuver Chest Thrust


Sumber: Litman RS., 2004

19
BAB III
SIMPULAN

Bernapas adalah proses pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan


lingkungan sekitarnya. Respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru
itu sendiri, dan struktur-struktur toraks (dada) yang berperan menyebabkan aliran
udara masuk dan keluar paru melalui saluran napas.
Beberapa keadaan dapat menyebabkan aliran udara pada jalan napas tidak
adekuat, sehingga memerlukan pengelolaan jalan napas dengan pembebasan jalan
napas. Pembebasan jalan napas menjamin pertukaran udara secara normal dengan
cara membuka jalan napas sehingga pasien tidak jatuh dalam kondisi hipoksia dan
atau hiperkarbia. Pembebasan jalan napas dapat dilakukan dengan menggunakan
alat dan tanpa menggunakan alat bantu.
Faktor usia mempengaruhi bagaimana tatalaksana jalan napas dilakukan.
Pada anak-anak, anatomi jalan napas belum terbentuk seperti dewasa sehingga
perlu perhatian lebih dalam melakukan tatalaksana jalan napas pada anak-anak.
Penilaian jalan napas dilakukan guna memastikan kondisi jalan napas pasien
dewasa maupun anak-anak. Pada pasien dewasa menggunakan Look, listen, dan
Feel, sedangkan pada anak-anak Look, Listen, dan Feel tetap digunakan namun
dtitambahkan dengan konsep Segitiga Penilaian Anak (SPA).
Pembebasan jalan napas tanpa alat (dasar) dapat dilakukan triple airway
manuver yaitu dengan mengangkat kepala-angkat dagu (Head Tilt-Chin Lift dan
Jaw thrust), Heimlich Manuver pada dewasa, dan pada anak-anak dapat dilakukan
Back Blow yang dikombinasikan dengan Chest Thrust.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief Said A, dkk.; Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. Jakarta:


Bagian Anestesiologi Dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
2. Alsgaff H dan Mukty, Abdul; Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya;
Airlangga University; 2006.
3. Klock P. Allan dan Ovassapian Andranik; Airway Management. Dalam:
Longnecker David E, dkk. Anesthesiology. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc. p 685-717; 2008.
4. Timmermann A.; Supraglottic airways in difficult airway management:
successes, failures, use and misuse. Journal of the Association of
Anesthetists of Great Britain and Ireland; 66 (Suppl. 2): 45–56; 2011.
5. Butterworth John F, dkk. ;Morgan and Mikhail’s Clinical Anesthesiology
Fifth edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2013.
6. Depkes RI; Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik
Indonesia; 2009.
7. Gutsche JT, Duetschman CS. Anesthesia for Children. Dalam: Longnecker
DE, Brown DL, Newman MF, Zapol WM, penyunting. Anesthesiology.
Edisi ke-1. USA: McGraw-Hill; 2008
8. Sherwood Lauralee; Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Ed. 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2012.
9. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME; Anatomi berorientasi
klinis. Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga; 2013.
10. Litman RS. The difficult pediatric airway. Litman RS,penyunting.
Pediatric Anesthesia: The Requisites in Anesthesiology. Philadelphia, PA:
Elsevier Mosby; 2004
11. He, F.J., N.M. Marrero, and G.A. MacGregor; Salt Intake Is Related to
Soft Drink Consumption in Children and Adolescents: A Link To
Obesity?, Hypertension JAHA. ; 2010. Available from:
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/51/3/629.pdf. [Diakses 29
Januari 2016].

21
12. Salvo I, Camporesi A. Preoperative Evaluation. Gullo A, Astuto M, Salvo
I; Anesthesia, Intensive Care and Pain in Neonates and Children. Milan:
Springer-Verlag.h. 80-6; 2009.
13. Chen LE, Minkes RK; Evaluation of the Pediatric Surgical Patient.
http//emedicine.medscape.com/article/936148-print. Diakses tgl 26 Januari
2016
14. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26]
Available at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
15. American Heart Association; Heart disease & stroke statistics – 2010
Update. Dallar, Texas: American Heart Association; 2010.
16. ECC Guidelines; Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.

22

You might also like