You are on page 1of 8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Bronkitis merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi utama
berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses ini dapat
disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas atas
maupun bawah. Proses inflamasi selintas mengenai trakea, bronkus utama dan
menengah sehingga pada anak biasanya bersamaan juga dengan trakeitis yang
merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bawah yang sering
dijumpai dan penyebabnya terutama virus sehingga biasanya akan membaik tanpa
terapi dalam 2 minggu.

3.2 Epidemiologi
Bronkitis merupakan infeksi saluran napas, sebagian besar infeksi saluran napas
biasanya terbatas pada infeksi saluran napas atas saja, tapi sekitar lima persen
diantaranya melibatkan laring dan respiratorik bawah berikutnya, sehingga
berpotensi menjadi serius. Kasus infeksi saluran napas bawah menyebabkan
kematian sekitar 4 juta anak pertahun, kira-kira 1/3 dari seluruh kematian anak di
negara berkembang.

3.3 Patofisiologi
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas oleh
virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus influenza.
Adanya bahan-bahan pencemar udara juga memperburuk keadaan penyakit begitu
juga dengan menghisap rokok. Bronkitis akut biasanya mengikuti gejala-gejala
infeksi saluran respiratori seperti rinitis dan faringitis. Batuk biasanya muncul 3–4
hari setelah rinitis. Batuk pada mulanya keras dan kering, kemudian seringkali
berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan produktif. Karena anak-anak

1
biasanya tidak membuang lendir tetapi menelannya, maka dapat terjadi gejala
muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih tua, keluhan
utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk, serta nyeri dada pada keadaan
yang lebih berat.
Proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelas karena
kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yang diketahui adalah adanya
peningkatan aktivitas kelenjar mukus dan terjadinya deskuamasi sel-sel epitel
bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran
respiratori menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi, karena migrasi
leukosit ini merupakan reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka
sputum yang purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi bakteri.

3.4 Etiologi
Sebagian besar bronkitis disebabkan oleh virus, antara lain yaitu Rhinovirus,
RSV, virus Influenza, virus Parainfluenza, Adenovirus, virus Rubeola, dan
Paramyxovirus. Akan tetapi, zat iritan seperti asam lambung, atau polusi lingkungan,
dilaporkan dapat menyebabkan bronkitis akut. Bronkitis juga dapat ditemukan
setelah pajanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pajanan dalam
jumlah besar terhadap zat kimia. Akan tetapi, umumnya pajanan ini lebih
menyebabkan terjadinya bronkitis kronis daripada bronkitis akut.

3.5 Klasifikasi
Bronkitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut atau kronik, penjelasannya
sebagai berikut :
Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus
utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan
membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Walaupun diagnosis bronkitis akut seringkali
dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri,

2
tapi berhubungan dengan keadaan lain seperti asma dan fibrosis kistik. Bronkitis
akut umumnya disebabkan oleh virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya
dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Bordetella pertussis, atau
Corynebacterium diphtheriae.
Bronkitis kronik
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3 bulan atau lebih
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih, namun tidak ada standar
demikian yang dapat diterima pada anak-anak. Merokok atau pemejanan terhadap
terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis
kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran
infeksi virus, bakteri, dan mikroplasma dapat menyebabkan episode bronkitis akut.

3.6 Diagnosis
Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi pernapasan atas. Khasnya anak
datang dengan batuk yang sering, kering, pendek, tidak produktif dan timbulnya
relatif bertahap , mulai 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis. Rasa nyeri terbakar dada
depan sering ada dan dapat diperjelek oleh batuk. Ketika penyakit menjelek,
penderita dapat terganggu oleh suara siulan selama respirasi (ronki), nyeri dada, dan
terkadang disertai napas pendek. Batuk paroksimal atau rasa mencekik pada saat
sekresi kadang-kadang disertai dengan muntah. Dalam beberapa hari, batuk menjadi
produktif, dan sputum berubah dari jernih ke purulen. Biasanya dalam 5-10 hari,
mukus encer, dan batuk menghilang secara bertahap. Malaise sering disertai dengan
sakit yang dapat berlanjut selama 1 minggu atau lebih sesudah gejala-gejala akut
mereda.
Pada pemeriksaan fisik awalnya anak biasa tidak demam atau demam ringan,
nasofaringitis, infeksi konjungtiva, dan rhinitis. Kemudian, auskultasi menunjukkan
adanya suara pernapasan yang kasar, ronki basah kasar dan halus, dan ronki yang
dapat bernada tinggi, menyerupai mengi pada asma.

3
Pada bronkitis kronik gejala utamanya adalah batuk dengan atau tanpa riak. Anak
biasanya mengeluh nyeri dada, dan secara khas tanda-tanda dan gejala ini menjelek
di malam hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda fisik yang sama
dengan bronkitis akut, namun suara mengi dapat ditemukan. Pada pemeriksaan
histologis dapat ditemukan silinder-silinder mukoid besar dengan epitel bronkus
metaplastik dan elemen-elemen yang bersama dengan sel radang dan bahan
nonseluler.

3.7 Penatalaksanaan
Sebagian besar terapi bronkitis akut viral bersifat suportif. Pada kenyataanya,
kebanyakan rhinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali. Istirahat yang
cukup, kelembapan udara yang cukup, masukan cairan yang adekuat, serta
pemberian asetaminofen pada keadaan demam bila perlu, sudah mencukupi untuk
beberapa kasus. Antibiotik sebaiknya hanya digunakan bila dicurigai adanya infeksi
bakteri atau telah dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemberian
antibiotik berdasarkan terapi empiris biasnya disesuaikan dengan usia, jenis
organisme yang biasnya menginfeksi dan sensitivitas di komunitas tersebut.
Antibiotik juga telah dibuktikan tidak mencegah terjadinya infeksi sekunder,
sehingga tidak ada tempatnya diberikan pada bronkitis akut viral.
Obat-obat penekan batuk sebaiknya tidak diberikan, karena batuk diperlukan
untuk mengeluarkan sputum. Fisioterapi dada tidak perlu dilakukan pada anak sehat
yang sedang dalam fase bronchitis akut. Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan
fisis, dapat diberikan bronkodilator b2-agonis, tetapi diperlukan evaluasi yang
seksama terhadap respon bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator yang
berlebihan.Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, asal telah
disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotik yang serasi untuk
M.pneumonia dan H.influenza sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid.

4
Pada pasien yang dirawat di rumah sakit, pemberian antibiotik biasanya
menggunakan rute intravena. Antibiotik parentral diberikan saat pasien relatif tidak
stabil dan kemudian secara oral bila keadaan pasien sudah stabil untuk
menyelesaikan terapi (Rudolph, 2006). Terapi antibiotika pada bronkitis akut tidak
dianjurkan kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari,
karena dicurigai adanya keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumoniae, H.
influenzae. Untuk batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan
Mycobacterium pneumoniae sehingga penggunaan antibiotika disarankan. Lama
terapi dengan antibiotik selama 5-14 hari sedangkan untuk bronkitis kronik
optimalnya selama 14 hari.
Di bawah ini adalah standar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu standar
dari BPOM RI tahun 2008 tentang pedoman pemilihan antibiotik dan dosis bronkitis.

Tabel I. Pedoman Pemilihan Antibiotik dan Dosis Bronkitis (BPOM RI, 2008)
Jenis Penyebab tersering Pilihan Dosis
Infeksi antimikroba
Bronkitis Virus Tidak -
Akut memerlukan
Streptococcus Amoksisilin = Dws : 250-500mg tiap 8
pneumoniae, Amoksisilin / jam
Haemophilus influenza ampisilin, (infeksi berat/berulang 3gram tiap 12 jam),
Anak <10 th : 125-250mg tiap 8 jam
Eritromisin (infeksi
Mycoplasma pneumonia Eritromisin berat dpt diberikan 2x lebih tinggi)
Ampisilin = Dws : 0,25 – 1 gram tiap 6
jam
diberikan 30 menit sebelum makan, Anak
<10
th : ½ dosis dewasa
Eritromisin = Dws & Anak > 8 th : 250-
500mg tiap 6 jam (4x sehari) atau 0,5-1
gram
tiap 12 jam (infeksi berat dpt dinaikkan
sampai 4 gram per hari), Anak 0-2th :
125mg
tiap 6 jam, Anak 2-8th : 250mg tiap 6 jam
(infeksi berat dapat digandakan).

5
Streptococcus Amoksisilin = Dws : 250-500mg tiap 8
Eksaserbasi pneumoniae, Amoksisilin / jam
(infeksi berat/berulang 3 gram tiap 12
Akut Haemophilus influenza ampisilin, jam),
Anak <10 th : 125-250mg tiap 8 jam
Bronchitis eritromisin, (infeksi
Kronis kotrimoksazol berat dpt diberikan 2x lebih tinggi)
Ampisilin = Dws : 0,25 – 1 gram tiap 6
jam
diberikan 30 menit sebelum makan, Anak
<10
th : ½ dosis dewasa
Eritromisin = Dws & Anak > 8 th : 250-
500
mg tiap 6 jam (4x sehari) atau 0,5-1 gram
tiap
12 jam (infeksi berat dpt dinaikkan sampai
4
gram per hari), Anak 0-2th : 125mg tiap 6
jam, Anak 2-8th : 250mg tiap 6 jam
(infeksi
berat dapat digandakan).
Kotrimoksazol = Dws : 960mg tiap 12
jam
(infeksi berat dpt ditingkatkan
menjadi
1,44gram tiap 12 jam), 480mg tiap 12 jam
bila
pengobatan lebih dari 14 hari. Anak/bayi
6
minggu-5 bln : 120mg tiap 12 jam, 6 bln-
5th
: 240mg tiap 12 jam, 6 -12th : 480mg tiap
12
jam.

6
3.8 Prognosis
Prognosis penyakit ini tergantung pada manajemen yang tepat atau pelenyapan
setiap penyakit yang mendasari.Komplikasi yang ada berasal dari penyakit yang
mendasarinya.

3.9 Komplikasi
Pada anak dengan malnutrisi atau mereka yang kesehatannya jelel, otitis, sinusitis,
dan pneumonia adalah lazim. Pada anak lainnya yang sehat, komplikasinya sedikit.

7
8

You might also like