You are on page 1of 19

Makalah

Fungsi Posbindu Sebagai Upaya Strategis Penapisan


kejadian PTM di Indonesia

Tugas Makalah Bapak Sugeng Eko Irianto, MPS., Ph.D

Oleh Kelompok 5:

A. Deza Farista 186131032


Murni Lasmara S 186131020
Novita Sari 186131031
Samsul Ma’arif 186131014
Sutriyani 186131001

Program Magister Kesehatan Masyarakat


Universitas Mitra Indonesia
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian
utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh
dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang
berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa
mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian)
dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama
pada negara-negara berkembang.
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang besar di Indonesia. Prevalensi PTM dan cedera di Indonesia
berdasarkan Riskesdas 2013, hipertensi usia ˃18 tahun (25,8%), rematik (24,7%),
cedera semua umur (8,2%) dengan cedera akibat transportasi darat (47,7%), asma
(4,5%), PPOK umur ≥ 30 tahun(3,8%), diabetes melitus (2,1%), PJK umur ≥ 15
tahun (1,5%), batu ginjal (0,6%), hipertiroid umur ≥ 15 tahun berdasarkan
diagnosis (0,4%), gagal jantung (0,3%), gagal ginjal kronik (0,2%), stroke
(12,1‰), dan Kanker (1,4‰).
Dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung
Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%,
Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%,
(dibagi menjadi perokok laiki-laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik
26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko
PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak
40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%.
obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.
Penyakit tidak menular (PTM) terjadi akibat berbagai faktor risiko, seperti
merokok, diet tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi minuman
beralkohol. Faktor risiko tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan
fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor risiko antara lain
tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah meningkat, dan
obesitas. Selanjutnya dalam waktu yang relatif lama terjadi PTM. Berdasarkan
Riskesdas 2013 prevalensi obesitas pada laki-laki umur ˃ 18 tahun (19,7%) dan
pada perempuan (32,9%), obesitas sentral (26,6%), konsumsi tembakau usia ≥ 15
tahun (36,3%), kurang konsumsi sayur-buah (93,5%).
Program pengendalian PTM dan faktor risikonya dilaksanakan mulai dari
pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan, dan rehabilitasi. Kegiatan pencegahan
dan deteksi dini dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat melalui
Posbindu PTM, sedangkan deteksi dini, pengobatan, dan rehabilitasi di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) maupun
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi
dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut
dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan
Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat
terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah.
Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat
yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada
saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat.
Oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul Fungsi Posbindu
sebagai upaya Strategis Penapisan kejadian PTM di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Fungsi Posbindu sebagai upaya Strategis Penapisan
kejadian PTM di Indonesia.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program PTM di Indonesia.
2. Untuk mengetahui tahapan pelayanan Posbindu PTM di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui Lintas Sektor yang terkait dalam pelaksaan Posbindu
PTM di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Posbindu PTM


Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan
deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri
dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan
dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan
gejala pada yang mengalaminya. Posbindu PTM merupakan salah satu upaya
kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan
preventif dalam pengendalian PTM dengan melibatkan masyarakat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan
sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai
sumber daya. Dalam pelaksanaan selanjutnya kegiatan Posbindu PTM menjadi
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), di mana kegiatan ini
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan
kebutuhan masyarakat.

2.2 Perencanaan Posbindu PTM


Persiapan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM didahului dengan
identifikasi kelompok potensial yang ada di masyarakat, sosialisasi dan advokasi,
fasilitasi teknis, dan logistik, pengaturan mekanisme kerja antara tenaga pelaksana
Posbindu PTM dengan pembinanya, serta sumber pembiayaan.
Secara substansi Posbindu PTM mengacu kepada kegiatan, bukan
terhadap tempat. Hal ini yang membedakan Posbindu PTM dengan UKBM
lainnya. Kegiatannya berupa deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta
tindak lanjutnya.
Kegiatan ini dapat berlangsung secara terintegrasi dengan kegiatan
masyarakat yang sudah aktif seperti majelis taklim, karang taruna, PERSADIA,
YKI, Yastroki, YJI dan Klub Jantung Sehat dan lain-lain dan dapat dikembangkan
pada kelompok khusus seperti kelompok Jemaah Haji, anak sekolah,
pekerja/karyawan, pengemudi di perusahaan angkutan/PO Bus, kelompok
masyarakat adat, kelompok masyarakat keagamaan, petani/nelayan, masyarakat
binaan negara di lembaga pemasyarakatan.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang
potensial untuk mendukung dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan
Pembinaan Terpadu PTM selaku pembina kesehatan di wilayah kerjanya. Salah
satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang ada di
Puskesmas melalui fasilitasi transportasi petugas Puskesmas untuk melakukan
penilaian dan monitoring terhadap pencapaian kegiatan Pembinaan Terpadu PTM
di masyarakat.
Pemerintah Daerah setempat memiliki kewajiban juga untuk menjaga
keberlangsungan kegiatan Posbindu PTM di desa/kelurahan, agar terus tumbuh
dan berkembang dengan dukungan kebijakan termasuk berbagai fasilitasi lainnya.

2.3 Pelaksanaan Posbindu PTM


Penyelenggaraan Posbindu PTM meliputi kegiatan wawancara,
pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Wawancara dilakukan untuk
menelusuri faktor risiko perilaku seperti merokok, konsumsi sayur dan buah,
aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stress. Pengukuran berat badan, tinggi
badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, dan tekanan darah. Pemeriksaan
faktor risiko PTM seperti gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida,
pemeriksaan klinik payudara, arus puncak ekspirasi, lesi pra kanker (Inspeksi
Visual asam asetat /IVA positif), kadar alkohol dalam darah, tes amfetamin urin.
Berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan dilakukan
tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu dengan peningkatan pengetahuan
dan kemampuan masyarakat tentang cara mengendalikan faktor risiko PTM
melalui penyuluhan/ dialog interaktif secara massal dan atau konseling faktor
risiko secara terintegrasi pada individu dengan faktor risiko, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat termasuk rujukan sistematis dalam sistem pelayanan
kesehatan paripurna.
Rujukan dilakukan dalam kerangka pelayanan kesehatan berkelanjutan
(Continuum of Care) dari masyarakat hingga ke fasilitas pelayanan kesehatan
dasar termasuk rujuk balik ke masyarakat untuk pemantauannya.
Kegiatan posbindu PTM dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Pelaksanaan Posbindu PTM secara
sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Kegiatan Posbindu PTM


Sebelum dan setelah kegiatan Posbindu PTM dapat dilaksanakan kegiatan
bersama, seperti senam bersama, bersepeda, ceramah agama, demo makanan
sehat, penyuluhan kesehatan tentang IVA dan CBE, upaya berhenti merokok, gizi
seimbang, dll.
2.4 Pencatatan dan Pelaporan Posbindu PTM
Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara
manual dan/atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh Petugas
Pelaksana Posbindu PTM maupun oleh Petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas
mengambil data hasil pencatatan posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan
dari petugas pelaksana posbindu PTM. Hasil pencatatan ini dianalisis untuk
digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara
berjenjang.
Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM merupakan
sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian perkembangan
kegiatan posbindu PTM. Laporan hasil kegiatan bulanan/ triwulan/ tahunan yang
berisi laporan tingkat perkembangan Posbindu PTM, proporsi faktor risiko PTM,
cakupan kegiatan Posbindu di tingkat Puskesmas, kab /kota, provinsi dan
nasional.
Melalui kegiatan surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM,
dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada peserta, penyelengara program
maupun pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan posbindu PTM untuk
dilakukan intervensi dalam rangka pengembangan kegiatan, pencegahan dan
pengendalian faktor risiko PTM.

2.5 Pemantauan Dan Penilaian


Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah hasil kegiatan sudah sesuai
dengan target yang diharapkan dan mengidentifikasi masalah dan hambatan yang
dihadapi, serta menentukan alternatif pemecahan masalah.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek masukan, proses,
keluaran atau output termasuk kontribusinya terhadap tujuan kegiatan. Tujuan
penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkemban¬gan kegiatan
Posbindu PTM dalam penyelenggaraannya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.
Pemantauan dilakukan dengan cara :
a. Analisis laporan hasil kegiatan Posbindu PTM
b. Kunjungan Lapangan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM
c. Sistim Informasi Manajemen PTM.

Pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM dilakukan sebagai berikut:


1. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas Puskesmas.
2. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para petugas pelaksana
Posbindu PTM.
3. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali dan penilaian
indikator dilakukan setiap 1 tahun sekali.
4. Hasil pemantauan dan penilaian ini dipergunakan sebagai bahan penilaian
kegiatan yang lalu dan sebagai bahan informasi besaran faktor risiko PTM
di masyarakat serta tingkat perkembangan kinerja Kegiatan Posbindu
PTM disamping untuk bahan menyusun perencanaan pengendalian PTM
pada tahun berikutnya.
5. Hasil pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM disosialisasikan
kepada lintas program, lintas sektor terkait dan masyarakat untuk
mengambil langkah-langkah upaya tindak lanjut.

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan Kegiatan


Posbindu PTM di masyarakat/ lembaga / institusi, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Obyektif dan profesional


Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara profesional
berdasarkan analisis data yang lengkap dan akurat agar menghasilkan penilaian
secara obyektif dan masukan yang tepat terhadap pelaksanaan kebijakan
pengendalian PTM.
2. Terbuka/Transparan
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
terbuka/transparan dan dilaporkan secara luas melalui berbagai media yang ada
agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah tentang informasi dan hasil
kegiatan pemantauan dan penilaian Kegiatan Posbindu PTM.

3. Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian dilakukan dengan
melibatkan secara aktif dan interaktif para pelaku program PTM.

4. Akuntabel
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dapat
dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal.

5. Tepat waktu
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dilakukan sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.

6. Berkesinambungan.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi
penyempurnaan kebijakan.

7. Berbasis indikator kinerja.


Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan berdasarkan kriteria
kinerja, baik indikator masukan, proses, luaran, manfaat maupun dampak.

Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan kegiatan


Posbindu PTM harus dilakukan dengan membandingkan indikator yang telah
ditetapkan sejak awal dan dibandingkan dengan hasil pencapaiannya. Indikator
tersebut terdiri dari;
Tingkat Perkembangan Posbindu PTM
Penilaian terhadap tingkat perkembangan Posbindu dilakukan sebagai
bahan dasar perencanaan dan pengembangan kegiatan serta intervensi pembinaan
dalam dukungan penguatan kapasitas Posbindu PTM terhadap upaya
pengendalian faktor risiko PTM di masyarakat. Beberapa tolak ukur hasil
pengukuran dan tindak lanjut faktor risiko PTM yang menjadi indicator untuk
perkembangan kegiatan Posbindu PTM yaitu merokok,konsumsi buah dan sayur,
aktivitas fisik, Konsumsi minuman beralkohol, IMT, lingkar perut, tekanan
darah,gula darah, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, IVA,
pemeriksaan funsi paru (arus puncak ekspirasi), kadar alkohol dalam darah, tes
amfetamine urin, Untuk menilai hal tersebut dapat dilihat berdasarkan indikator
cakupan kegiatan posbindu PTM dan indikator proporsi faktor risiko PTM.

Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM


Indikator ini untuk menilai cakupan kegiatan Posbindu PTM terhadap
masyarakat di tingkat desa/kelurahan.Cakupan tingkat posbindu adalah prosentase
penduduk > 15 tahun yang diperiksa faktor risiko PTM di 1(satu) Posbindu PTM
dibagi dengan jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun di satu desa / kelurahan.

Cakupan posbindu:
Ʃ pddk > 15 tahun yang diperiksa faktor risiko PTM di 1(satu) Posbindu PTM
_________________________________________________ x 100 %
Ʃ jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun di satu desa / kelurahan

Dengan indikator tersebut, maka diketahui sejauh mana kegiatan Posbindu


PTM pada suatu wilayah telah menjangkau masyarakat sehingga dengan demikian
pengelola program PTM dapat melakukan pembinaan dan tindak lanjut terkait hal
ini.
Indikator Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional
Indikator ini digunakan untuk menilai cakupan kegiatan Posbindu PTM
pada tingkatan Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional berdasarkan
prosentase masing-masing wilayah.
Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota,
Propinsi dan Nasional adalah prosentase penduduk berusia lebih >15 tahun yang
diperiksa faktor risiko disuatu wilayah (Puskesmas, kab/ kota, provinsi, nasional)
dibagi jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah yang sama.

Cakupan Kegiatan Posbindu PTM di Tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota,


Propinsi dan Nasional:

penduduk berusia lebih >15 tahun yang diperiksa faktor risiko disuatu wilayah
(Puskesmas, kab/ kota, provinsi, nasional)
_________________________________________________ x 100%
jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah yang sama

Hasil cakupan akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa /


kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional dengan 2
kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan dan hijau bila kurang atau
sama dengan nilai yang ditetapkan.

Indikator Proporsi Faktor Risiko PTM pada Posbindu PTM .


Berdasarkan hasil pemeriksaan faktor risiko, maka dapat diketahui kondisi
faktor risiko disuatu posbindu atau suatu wilayah yang merupakan rekapitulasi
proporsi dari posbindu di wilayahnya. Proporsi faktor risiko ini untuk
kewaspadaan masyarakat dan pengelola program PTM terhadap suatu faktor
risiko di waktu tertentu dan prediksi atau proyeksi PTM di masa datang, serta
intervensi yang diperlukan.
Proporsi Faktor Risiko PTM adalah prosentase hasil faktor risiko dari
peserta Posbindu PTM yang diperiksa dibagi jumlah peserta setiap kunjungan
posbindu PTM.

Proporsi Faktor Risiko PTM:


Ʃ positif faktor risiko PTM
____________________________________ x 100 %
Ʃ peserta setiap kunjungan posbindu PTM

Hasil proporsi akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa /


kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional dengan 2
kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan dan hijau bila kurang atau
sama dengan nilai yang ditetapkan.

2.6 Pembinaan
Pembinaan teknis ditujukan terhadap kelompok masyarakat yang aktif
menyelenggarakan Posbindu PTM. Hasil penilaian terhadap masing-masing
indikator merupakan informasi yang digunakan untuk pembinaan lebih lanjut.
Pembinaan dilakukan secara berjenjang oleh puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, provinsi, dan nasional. Dukungan Pemerintah pusat dan Daerah
terhadap kegiatan posbindu PTM harus berjalan optimal untuk menjamin
keberlangsungan penyelenggaraan Posbindu PTM di masyarakat, termasuk
memotivasi dan memfasilitasi organisasi masyarakat/ profesi /swasta/ dunia usaha
sesuai dengan kearifan lokal.
Adanya kegiatan Posbindu PTM di setiap Desa/Kelurahan, merupakan
bagian integral dari kegiatan Desa / Kelurahan Siaga, yang mempunyai komponen
akses pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya surveilans berbasis
masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2.7 Peran Pemangku Kepentingan
Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM memerlukan peran lintas
program seperti promosi kesehatan, gizi, kesehatan ibu anak, pelayanan
kesehatan, surveilans, pelayanan kesehatan tradisional, Infeksi menular seksual,
kesehatan kerja dan olahraga, kesehatan jiwa; lintas sektor seperti PKK, BKKBN,
Bea cukai, Perhubungan, Pertambangan, Kehutanan, Pertanian, Perikanan dan
pemangku kepentingan lainnya seperti pihak swasta, mulai di Pusat, Provinsi,
Kabupaten/ Kota sampai ke tingkat Desa dan masyarakat.

Pemerintah Pusat
1. Menyusun norma, standar, prosedur, modul, dan pedoman
2. Menyusun materi dan Media KIE Pengendalian PTM termasuk
pendistribusiannya.
3. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik sebagai
stimulan untuk mendukung kegiatan Posbindu PTM.
4. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program,
lintas sektor dan pemegang kebijakan baik di Pusat dan Daerah
dalam pengembangan Posbindu PTM.
5. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pengendalian
PTM di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
6. Melakukan bimbingan teknis program pengendalian PTM.
7.
Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan.

Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan (UPT)


UPT yaitu Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Teknis Kesehatan
Lingkungan, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat, Balai Pengobatan Penyakit
Paru Paru, Balai Kesehatan Masyarat, Balai Besar Laboratorium Kesehatan, Balai
Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Balai Besar Litbang Vektor
dan reservoir penyakit, Balai Besar Pelatihan Kesehatan, melakukan:
1. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program, lintas
sektor dan pemegang kebijakan di wilayah kerjanya.
2. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja.
3. Melakukan bimbingan teknis
4. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan.

Dinas Kesehatan Provinsi


1. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan di bidang
PPTM
2. Mensosialisasikan pedoman umum dan pedoman teknis, modul, standar
dan prosedur kegiatan Posbindu PTM
3. Melakukan sosialisasi dan advokasi kegiatan Posbindu PTM kepada
Pemerintah Daerah, DPRD, lintas program, lintas sektor, dan swasta.
4. Memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam mengembangkan Posbindu di
wilayahnya.
5. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor.
6. Membangun dan memantapkan kemitraan dan jejaring kerja PTM secara
berkesinambungan.
7. Memfasilitasi sarana dan prasarana termasuk logistik dan perbekalan
dalam mendukung pengembangan Posbindu PTM bersumber dana APBD
8. Melaksanakan Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan.
9. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke Pusat.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


1. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar operasional
prosedur dari Kegiatan Posbindu PTM.
2. Melakukan Advokasi kegiatan Posbindu PTM kepada Pemerintah
Kabupaten/ Kota dan DPRD, lintas program, lintas sektor, swasta, dan
masyarakat.
3. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis ke Puskesmas dan
jaringannya.
4. Menyelenggarakan pelatihan penyelenggaran Posbindu PTM bagi petugas
puskesmas dan petugas pelaksana.
5. Memfasilitasi Puskesmas dan jaringannya dalam mengembangkan
Posbindu di wilayah kerjanya.
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi Kegiatan Posbindu PTM.
7. Mengelola surveilans epidemiologi faktor risiko PTM pada wilayah
Kabupaten/Kota.
8. Melaksanakan pertemuan lintas program maupun lintas sektor.
9. Melaksanakan Promosi pengendalian PTM melalui berbagai metode
dan media penyuluhan kepada dan masyarakat/petugas pelaksana.
Pedoman Umum Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM.
10. Membangun dan memantapkan jejaring kerja serta forum masyarakat
pemerhati PTM secara berkelanjutan.
11. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberdayaan dan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian PTM yang sesuai
dengan kondisi daerah (lokal area specific) melalui kegiatan Kegiatan
Posbindu PTM.
12. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke Provinsi.
13. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan.

Puskesmas
1. Melakukan penilaian kebutuhan dan sumber daya masyarakat, termasuk
identifikasi kelompok potensial di masyarakat untuk menyelenggarakan
Posbindu PTM, misalnya swasta/dunia usaha, PKK/dasa wisma, LSM,
organisasi profesi, serta lembaga pendidikan misalnya Sekolah, Perguruan
Tinggi.
2. Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang Posbindu PTM, yang meliputi
informasi tentang PTM dan dampaknya, bagaimana pengendalian dan
manfaatnya bagi masyarakat, kepada pimpinan wilayah, pimpinan
organisasi, kepala/ketua kelompok dan para tokoh masyarakat yang
berpengaruh.
3. Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam menerima rujukan
dari Posbindu PTM.
4. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana termasuk logistik dan
perbekalan lainnya untuk menunjang kegiatan posbindu PTM.
5. Menyelenggarakan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM.
6. Menyelenggarakan pembinaan dan fasilitasi teknis kepada petugas
pelaksana Posbindu PTM.
7. Melakukan pemantauan, penilaian dan pembinaan.

2.7.6. KELOMPOK / ORGANISASI / LEMBAGA MASYARAKAT /


SWASTA
1. Menyelenggarakan Posbindu PTM di lingkungannya.
2. Mendorong secara aktif anggota kelompoknya untuk menerapkan gaya
hidup sehat dan mawas diri terhadap faktor risiko PTM.
3. Memfasilitasi pembentukan, pembinaan dan pemantapan jejaring kerja
pengendalian PTM secara berkesinambungan.
4. Mendukung implementasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
pengendalian PTM.
5. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan Puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan Posbindu PTM.
6. Berpartisipasi mengembangkan rujukan dari Posbindu PTM ke
Puskesmas.
7. Berkontribusi mengembangkan Posbindu PTM melalui dana CSR.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO), 2010. Global status report on


noncommunicable diseases 2010. Diunduh pada 18 Desember 2018 dari:
http://www.who.int/nmh/publications/ncd_report_full_en.pdf
2. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan
Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2013.
3. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Petunjuk
Teknis Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu.
Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2014.
4. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman
Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2014.
5. Pohan, IS. Dasar-dasar pengertian dan penerapan jaminan mutu layanan
kesehatan. Jakarta: EGC. 2007.
6. Departemen Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta:
2007
7. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Buku Pintar
Posbindu PTM Seri 2: Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2014.
8. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2014.
9. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Upaya
Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian
Kesehatan; 2014.
10. Dwi Astuti, Emi.,2015. Gambaran Proses Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular Di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi.
[Skripsi]. Jember: Universitas Jember. Diunduh pada 18 Desember 2018 dari
: http://repository.unej.ac.id

You might also like