You are on page 1of 10

TELAAH KASUS

PULPEKTOMI DEVITAL GIGI 85

Oleh :
Rezy Kurnia
1210342029

Dosen Pembimbing :
drg. Sri Ramayanti Sp. KGA, M.DSc

DEPARTEMEN PEDODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
DAFTAR ISI

Daftar isi ...................................................................................................................... 1


A. Data pasien ................................................................................................................... 2
B. Pemeriksaan subjektif................................................................................................... 2
C. Pemeriksaan Objektif ................................................................................................... 3
D. Diagnosa ....................................................................................................................... 3
E. Study Literature ............................................................................................................ 3
F. Rencana perawatan ....................................................................................................... 5
G. Prognosis ...................................................................................................................... 5
H. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 5
I. Tahap Pekerjaan .......................................................................................................... 6
Kepustakaan ............................................................................................................... 9

1
A. Data Pasien
Nama : Azzam Abdullah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 5 tahun 10 Bulan
Alamat : Jl. Purus 2 no. 5a
No. Rekam Medik : 12507
Elemen Gigi : 85

B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kanan bawah berlubang dan kadang
pernah dirasakan sakit.
2. Present Illness
Pasien merasakan giginya berlubang dan sakit sejak 1 tahun lalu. Pasien merasakan
sakit saat minum minuman dingin dan saat mengunyah makanan. Kadang-kadang
terdapat rasa sakit tiba tiba. Rasa sakit dirasakan selama + 5 menit. Pasien sudah
pernah ke Puskesmas, lalu diberi obat penghilang rasa sakit.
3. Post Dental History
Pasien sudah pernah ke dokter gigi untuk melakukan penambalan. Selama ini
pasien mencabut giginya di rumah. Pasien menyikat gigi 2 x sehari ketika mandi
pagi dan sore.
4. Post Medical History
Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak sedang mendapatkan
perawatan dari dokter. Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik.
5. Family History
Ayah : tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik
Ibu : tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik
6. Social History
Pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Pasien belum sekolah. Pasien
tinggal dengan orang tua

2
C. Pemeriksan Objektif
Elemen gigi : karies profunda pada gigi 85 (site 1 size 4)
Sondasi : (+)
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
Termal : (+)
Mobility : (-)

Gigi 85 mengalami kehilangan struktur gigi akibat karies pada bagian oklusal hingga
mencapai pulpa. Akar gigi belum mengalami tanda-tanda resorbsi. Gigi permanen
pengganti belum terbentuk sempurna.

D. Diagnosa
Pulpitis Irreversible gigi 85

E. Study Literature
Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula disebabkan
oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas. Terbukanya pulpa
disebabkan oleh karies terjadi lebih sering pada gigi desidui daripada gigi permanen
karena gigi desidui mempunyai rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih
menonjol dan email serta dentin yang lebih tipis. Pulpa yang terbuka menjadi jalan masuk
mikroorganisme yang dapat menyebabkan inflamasi, dan bila berlanjut mengakibatkan
pulpa menjadi nekrosis.1
Ada dua alternatif pilihan perawatan pada gigi desidui dengan nekrosis pulpa, yaitu
ekstraksi atau pulpektomi. Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip
dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari
pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit
3
agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak
terdapat lagi symptom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis
yang lain.1
Perawatan endodontik pada gigi desidui juga bertujuan menjaga kesehatan anak dan
mempertahankan gigi desidui yang pulpanya telah terbuka sampai periode eksfoliasi
normal dan gigi permanen erupsi. Keberhasilan perawatan endodontik tergantung dari
reduksi atau eliminasi bakteri pada saluran akar dan dapat ditingkatan dengan penggunaan
bahan pengisi saluran akar yang bersifat antimikroba. Bahan pengisi saluran akar yang
ideal untuk pulpektomi pada molar desidui harus memiliki beberapa sifat, seperti
antibaketrial, dapat diresorpsi pada tingkat yang sama seperti resorpsi akar, tidak
berbahaya untuk benih gigi permanen, tidak mengiritasi jaringan periapikal, mudah
digunakan, dan lain-lain.1
Indikasi perawatan pulpektomi pada gigi desidui 2,3:
1. Pulpitis irreversible yang melibatkan kamar pulpa dan saluran akar, atau
2. Gigi desidui dengan pulpa non vital sehingga dapat mempertahankan posisi gigi
dalam lengkung
3. Gigi yang semula akan dilakukan pulpotomi tapi ternyata pulpa menunjukkan
tanda-tanda pulpitis ireversibel (misalnya, perdarahan berlebihan yang tidak
dapat dikendalikan dengan kapas dalam beberapa menit, sehingga harus
dilakukan pulpektomi)
4. Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik
5. Adanya riwayat nyeri spontan
6. Adanya abses
7. Gigi tidak goyang dan periodontal normal
8. Pada rontgen foto terlihat resorpsi akar tidak melebihi dari 1/3 apikal
9. Kondisi pasien baik
Kontraindikasi pulpektomi pada gigi desidui2,3 :
1. Gigi yang tidak dapat di restorasi lagi
2. Gigi dengan resorpsi akar lebih dari sepertiga akar
3. Gigi dengan resorpsi akar patologis
4. Kelainan pada pulpa yang menyebabkan dasar pulpa terbuka ke arah furkasi
5. Karies telah mencapai bifurkasi.
6. Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar
dibersihkan
4
7. Infeksi periapikal yang melibatkan benih gigi pengganti
8. Pasien dengan penyakit kongenital atau penyakit kronis

F. Rencana perawatan
Pada kasus ini, pasien laki-laki berusia 5 tahun 9 bulan mengalami karies profunda
pada oklusal gigi 85. Pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan atau abnormalitas.
Pemeriksaan intraoral gigi 85 menunjukkan kavitas dengan pulpa yang telah terbuka
dengan hasil pemeriksaan obyektif sondasi (+), perkusi (-), palpasi (-) dan CE (+) yang
menunjukkan gigi dengan pulpitis irreversibel. Pemeriksaan radiografi menunjukkan
kavitas dengan kedalaman pulpa yang telah terbuka tanpa menunjukkan adanya kelainan
periapikal. Selain itu, hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan gigi permanen belum
terbentuk sempurna.
Pada kasus ini dipilih perawatan pulpektomi pada gigi 85 sesuai dengan indikasinya,
yaitu gigi telah mengalami nekrosis pulpa dan gigi belum terjadi resorpsi akar. Diharapkan
perawatan pulpektomi dapat mencegah infeksi yang lebih lanjut dan gigi dapat
dipertahankan sampai waktu eksfoliasinya. Keuntungan dilakukan pulpektomi, yaitu
menjaga fungsi mastikasi, mempertahankan ruang untuk gigi tetap, mencegah munculnya
masalah dalam berbicara, mencegah kebiasaan buruk lidah, mencegah efek psikologis dari
kehilangan gigi dan mencegah gangguan erupsi gigi permanen.

G. Prognosis
Baik. Tidak terdapat fraktur horizontal maupun vertikal pada akar gigi. Pasien
kooperatif untuk datang berulang dan oral hygiene pasien baik.

H. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk pulpektomi non vital :
Diagnostic set Bite block
Handpiece Plastis instrument
Bur set Semen Spatula
Endoblock dan endobox Spuit irigasi
Jarum Miller Glasslab
Jarum Ekstirpasi Nerbekken
K-File

5
Bahan yang digunakan untuk pulpektomi non vital:
Cotton roll ChKM
Cotton pellet Caviton
Formokresol Fletcher
Chorhexidine diglukonat 2% Eugenol
Paper point GIC Lining

I. Tahapan pekerjaan
1. Pemeriksaan dan Pengisian Status (26 April 2018)
1) Anamnesa dan pengisian status
2) Pemeriksaan klinis : Perkusi (-), Palpasi (-), Sondasi (+)
3) Jaringan karies dibersihkan dengan menggunakan excavator
4) Foto intraoral keadaan gigi sebelum perawatan
5) Pengambilan foto rontgen diagnosis

2. Kunjungan I
Sebelum dilakukan tindakan perawatan, dilakukan perhitungan panjang kerja terlebih
dahulu berdasarkan rumus :
Panjang gigi pada rontgen x panjang mahkota klinis
Panjang gigi sebenarnya =
Panjang mahkota pada foto rontgen

Panjang gigi : mesial : mm


Distal : mm
Panjang kerja = 2/3 panjang gigi sebenarnya untuk mencegah terjadinya
perforasi foramen apikal dan merusak benih gigi permanen.
Panjang kerja : mesial : mm
Distal : mm

1. Isolasi daerah kerja


2. Ekskavasi jaringan karies , dan lakukan devitalisasi dengan bahan devitec.
3. Tutup dengan kaviton.

6
Kunjungan II
1. Setelah satu minggu, buka bahan devitec dan lakukan pemeriksaan vitalitas gigi.
Apabila gigi sudah non vital lakukan preparasi
2. Preparasi kamar pulpa
a. Outline form, akses preparasi dari oklusal dengan menggunakan bur bulat
b. Buang semua jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin
c. Buka kamar pulpa dan buang atap kamar pulpa dengan bur bulat
d. Haluskan dinding kavitas dengan bur silindris
e. Kontrol perdarahan dengan menekan cotton pellet lembab yang dibasahi
formokresol ke daerah tersebut.
f. Buang isi kamar pulpa dengan ekscavator
g. Cari orifis dengan jarum miller (smooth broach) sekaligus untuk mengetahui
arah dan keadaan saluran akar
h. Semua tahapan preparasi kamar pulpa akan mempengaruhi preparasi pada
saluran akar. Irigasi sesering mungkin dengan chlorheksidine.
i. Preparasi kamar pulpa selesai.
3. Preparasi saluran akar
a. Pasang stoper sesuai panjang kerja
b. Gunakan jarum ekstirpasi untuk mengeluarkan isi pulpa dari kamar pulpa dan
saluran akar dengan diputar 360 derajat kemudian ditarik keluar.
c. Irigasi sesering mungkin setiap pergantian alat dengan clorheksidin. Jangan
menyemprotkan udara kedalam kavitas karena akan mendorong debris ke arah
apeks
d. Preparasi saluran akar dengan file. Mulai dari file terbesar yang dapat masuk
dan sesuai dengan panjang kerja, serta diakhiri dengan 1 atau 2 nomor
diatasnya. Pada gigi desidui, preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat
jaringan pulpa dan menghaluskan dinding saluran akar, bukan memperluas
saluran akar.
e. Irigasi dengan clorheksidin, keringkan dengan cotton pellet dan paper point
4. Sterilisasi saluran akar
a. Pastikan kavitas dan saluran akar telah benar-benar kering
b. Basahi cotton pellet yang ukurannya kira-kira 1/3 kamar pulpa dengan ChKM,
keringkan dengan cotton roll, karena yang diperlukan hanya uap ChKM
c. Letakan cotton pellet pada kamar pulpa, tutup dengan kapas kering
7
d. Tutup dengan tambalan sementara
e. Cek oklusi dengan articulating paper

Kunjungan III
1. Bongkar tambalan sementara
2. Keluarkan kapas kering dan cotton pellet
3. Periksa apakah dari kavitas ada tercium bau busuk, ada atau tidaknya lendir dan
darah, dengan memasukkan paper point kedalam kavitas. Jika hal tersebut tidak
ada menandakan bahwa saluran akar sudah bersih dan steril dan dapat dilakukan
obturasi. Jika belum periksa kembali saluran akar dan lakukan sterilisasi dengan
ChKM
4. Lakukan obturasi dengan fletcher dan eugenol (1:1) yang langsung dimasukan
kedalam saluran akar dengan menggunakan lentulo, lakukan obturasi hingga orifis
sampai pada 1/3 kamar pulpa
5. Tutup dengan gic lining dan caviton
6. Cek oklusi dengan articulating paper
7. Lakukan foto rontgen untuk melihat hasil obturasi

Kunjungan IV
1. Cek hasil obturasi sudah hermetis melalui rontgen foto
2. Tanyakan apakah ada keluhan dari pasien, lakukan tes perkusi, palpasi
3. Jika tidak ada keluhan, bongkar tambalan sementara
4. Lakukan build up dengan gic restoratif

Kunjungan Ke V
1. Kunjungan kelima dilakukan 1 minggu setelah obturasi.
2. Cek kembali perkusi.
3. Lakukan rontgen foto kembali sebagai rontgen control
4. Lakukan restorasi akhir dengan stainless steel crown

8
KEPUSTAKAAN

1. Damayanti, Asri dan Kaswindiarti, Septriyani. 2017 Perawatan Pulpektomi Non Vital
Pada Gigi Desidui Anterior Maksila (Laporan Kasus). Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi,
1(1)
2. Welburi R, Duggal MS, Hosey MT. 2005. Paediatric Dentistry. 3rd ed. Oxford :
University Press
3. McDonald RE, Avery DR. 2004. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed.
Missouri : Mosby Inc.

You might also like