You are on page 1of 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang mampu mengembangkan potensi diri siswa

dalam menghadapi perkembangan dunia khususnya bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK). Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan

sangat tergantung pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga

peningkatan kualitas pembelajaran merupakan tujuan mendasar bagi peningkatan

mutu pendidikan secara nasional.

Kualitas dan kuantitas pendidikan sangat menentukan kemajuan suatu negara.

Persaingan secara global pada saat ini harus mampu di atasi dengan mempersiapkan

siswa sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dan berdaya saing

global dan mengantisipasi era global dunia pendidikan. Salah satu cabang ilmu

pengetahuan yang sangat menunjang terbentuknya SDM yang berkompeten adalah

fisika. Fisika dapat membekali siswa dengan berbagai pengetahuan yang berkaitan

dengan perkembangan teknologi saat ini, sehingga diharapkan dapat menciptakan

SDM yang mampu menghadapi tantangan di dunia pendidikan.

Guru perlu membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan teknologi untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran fisika sebenarnya menempatkan

aktivitas nyata peserta didik dengan berbagai objek yang dipelajari. Mereka

dibimbing untuk penelurusan masalah, mencari berbagai penjelasan mengenai

1
2

fenomena yang mereka lihat, kemampuan fisik (motorik) dan melatih penalaran

mereka untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai eksperimen yang

relevan. Dimana kesempatan belajar harus diberikan langsung sehingga dapat

meningkatkan minat dalam proses belajar. Untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran fisika diperlukan perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan itu, maka perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran

yang dapat mengubah suasana belajar agar peserta didik lebih banyak terlibat dalam

pembelajaran. Dengan banyaknya keterlibatan peserta didik dalam proses

pembelajaran akan memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-konsep

yang dipelajarinya. Makin banyak peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran,

diharapkan makin tinggi kemungkinan hasil belajar yang dicapai peserta didik.

Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran

yang menempatkan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman penulis pada saat mengajar di kelas XD1 SMK

Negeri 1 Parepare terdapat beberapa masalah di dalam kelas diantaranya minat dan

hasil belajar peserta didik yang rendah. Indikasi rendahnya minat terlihat dari peserta

didik terlihat kurang aktif mengikuti proses pembelajaran, mereka terlihat tidak

antusias ketika diminta untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Bahkan mereka

terkesan tidak siap mengikuti pembelajaran karena pada saat jam pelajaran masih ada

beberapa peserta didik yang selalu keluar masuk kelas dengan berbagai alasan.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa peserta

didik menganggap mata pelajaran fisika sulit alasannya karena fisika membutuhkan
3

hafalan dan membutuhkan kemampuan matematika yang baik, akibatnya sebagian

peserta didik kesulitan memahami fisika. Hal ini berdampak pada rendahnya minat

dan hasil belajar fisika peserta didik.

Mengarahkan peserta didik aktif dalam pembelajaran bukanlah hal mudah,

guru harus mampu memilih, model, strategi, metode atau pendekatan pembelajaran

yang sesuai. Menurut Farhatin dan Suliyanah (2014), guru menempati kedudukan

sentral dalam mengelola pembelajaran, guru harus mampu menciptakan

pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan dan peran aktif siswa

dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diprediksi mampu

meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik adalah model Problem Based

Instruction (PBI). Hal ini cukup beralasan karena model pembelajaran PBI

merupakan model pembelajaran yang menyajikan permasalahan nyata yang ada

disekitar siswa untuk diselidiki secara autentik oleh siswa. Sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Trianto (2011: 90), bahwa Problem Based Instruction (PBI)

merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan

yang membutuhkan penyelidikan autentik dengan permasalahan yang nyata.

Menemukan pengetahuan baru dari proses penyelesaian masalah yang disajikan

dengan terlibat langsung saat melakukan penyelidikan mampu membuat pengetahuan

baru yang dimiliki siswa lebih bermakna dan melekat dalam memori jangka panjang.

Sebagai penunjang proses pembelajaran agar siswa tertarik dan memberi solusi

untuk Problem Based Instruction (PBI) yaitu konsumsi waktu yang cukup banyak

saat tahap penyelidikan, maka pembelajaran disertai media powerpoint. Sebagai


4

penunjang proses pembelajaran agar siswa tertarik belajar fisika maka perlu

diterapkannya model pembelajaran yang lebih inovatif dan penggunaan media

pembelajaran yang lebih menarik. Salah satu media yang mampu mendukung proses

pembelajaran adalah media powerpoint. Powerpoint merupakan salah satu media

yang menarik digunakan untuk membelajarkan siswa. Melalui tampilan Powerpoint

guru dapat mengemas pembelajaran yang sangat menarik dengan komposisi warna

dan animasi yang digunakan. Powerpoint melatih kemampuan siswa untuk

mengembangkan kemampuan berimajinasi yang dapat merangsang perkembangan

mental dan emosi siswa. Powerpoint menfasilitasi penggunaan sebuah gaya yang

konsisten dalam sebuah presentasi yang menggunakan template atau master slide.

Jadi, pembelajaran PBI berbantuan media powerpoint dimaksudkan agar siswa

dapat mengembangkan kemampuan imajinasinya karena media pembelajaran berupa

media powerpoint digunakan untuk mendesain proses pembelajaran kesuasana yang

lebih menarik sehingga siswa berminat untuk mengikuti proses pembelajaran dan

dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Hasil observasi pembelajaran di kelas X D1 di SMK Negeri 1 Parepare,

diperoleh bahwa minat belajar peserta didik selama proses pembelajaran di kelas

tersebut masih rendah. Media komputer dan laptop pun jarang digunakan dalam

pembelajaran walaupun sekolah tersebut merupakan sekolah kejuruan di bidang

multimedia. Uraian diatas menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran fisika di kelas

tersebut masih rendah terbukti dengan banyaknya siswa yang belum tuntas atau

belum mencapai KKM yang diterapkan disekolah tersebut. Adapun KKM yang
5

diterapkan disekolah ini yaitu 75, berdasarkan data hasil belajar Fisika untuk ranah

kognitif peserta didik kelas XD1 tahun pelajaran 2018/2019 semester ganjil terlihat

bahwa peserta didik yang mencapai nilai KKM (75) hanya 60%, yakni dari 20

jumlah peserta didik masih terdapat 8 orang yang belum mencapai nilai KKM. Ini

menandakan bahwa hasil belajar Fisika siswa dikelas XD1 SMK Negeri 1 Parepare

masih rendah atau belum optimal.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model

pembelajaran PBI. Beberapa penelitian menggunakan model PBI untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik diantaranya, Arisca (2012) menerapkan

model pembelajaran PBI disertai LKPD, hasil penelitian menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan antara antara hasil belajar fisika siswa menggunakan

model pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) melalui media pembelajaran

powerpoint. Muhammad Arif (2010) pada pelajaran fisika materi pokok hukum

Newton menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model

Problem Based Instruction.

Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) adalah cara

pembelajaran dimana pembelajaran itu dapat mendorong pemahaman lebih dalam

dari materi daripada ulasan dangkal, dan juga orientasi masalah pembelajaran dimana

siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan ketika belajar, namun juga pengalaman

bagaimana mereka menggunakan pengetahuan mereka untuk menyelesaiakan

masalah (Bilgin, 2009).


6

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul penelitian, “Upaya

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika Melalui Penerapan Model PBI

Berbantuan Media Powerpoint pada Peserta Didik Kelas XD1 SMK Negeri 1

Parepare”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan minat belajar fisika peserta didik yang di ajar

melalui penerapan Model Pembelajaran PBI berbantuan media Powerpoint

pada kelas XD1 SMK Negeri 1 Parepare tahun ajaran 2018/2019?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika peserta didik yang di ajar

melalui penerapan Model Pembelajaran PBI berbantuan media Powerpoint

pada kelas XD1 SMK Negeri 1 Parepare tahun ajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan model

pembelajaran PBI terhadap hasil belajar fisika peserta didik setelah diterapkan model

pembelajaran PBI.

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
7

1. Untuk meningkatan minat belajar fisika peserta didik yang di ajar melalui

penerapan Model Pembelajaran PBI berbantuan media powerpoint pada

kelas XD1 SMK Negeri 1 Parepare tahun ajaran 2018/2019.

2. Untuk meningkatan hasil belajar fisika peserta didik yang di ajar melalui

penerapan Model Pembelajaran PBI berbantuan media powerpoint pada

kelas XD1 SMK Negeri 1 Parepare tahun ajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan

minat dan hasil belajar peserta didik dan membantu peserta didik

bertransisi dari model pembelajaran konvensional ke model pembelajaran

PBI.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajaran fisika di kelas serta membantu guru untuk menerapkan

model pembelajaran PBI.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik

dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah, khususnya dalam

pembelajaran fisika.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang luas

mengenai model pembelajaran dan memiliki keterampilan untuk

menerapkannya, khususnya dalam pengajaran fisika.


8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model pembelajaran PBI

1. Pengertian Model Pembelajaran PBI

Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menggunakan pendekatan

pembelajaran peserta didik pada masalah kehidupan nyata. Problem Based

Instruction dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan

kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar

berbagai peran, melalui pengalaman belajar dalam kehidupan nyata. Arends dalam

Trianto (2007 : 68) menjelaskan bahwa Problem Based Instruction merupakan

pendekatan belajar yang menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk

menyusun pengetahuan peserta didik, mengembangkan inkuiri dan keterampilan

berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model

pembelajaran ini bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir di kalangan

siswa lewat latihan penyelesaian masalah, oleh sebab itu siswa dilibatkan dalam

proses maupun perolehan produk penyelesaiannya.

Melalui PBI siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri

(Rusmiyati, 2009). Dengan demikian model ini juga akan mengembangkan

keterampilan berpikir lewat fakta empiris maupun kemampuan berpikir rasional,

sehingga latihan yang berulang-ulang ini dapat membina keterampilan intelektual


9

dan sekaligus dapat mendewasakan siswa. Siswa berperan sebagai self-regulated

learner, artinya lewat pembelajaran model ini siswa harus dilibatkan dalam

pengalaman nyata atau simulasi sehingga dapat bertindak sebagai seorang ilmuwan

atau orang dewasa. Model ini tentu tidak dirancang agar guru memberikan informasi

sebanyak banyaknya kepada siswa, tetapi guru perlu berperan sebagai fasilitator

pembelajaran dengan upaya memberikan dorongan agar siswa bersedia melakukan

sesuatu dan mengungkapkannya secara verbal. Dengan demikian apabila

kemampuan siswa meningkatkan diharapkan proses pembelajaran lebih baik.

Problem Based Instruction berpusat pada peserta didik (student centered). Guru

berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan guru sebagai penyaji

masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan

dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri. Guru

diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang

kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang

bervariasi. Problem Based Instruction merupakan salah satu dari berbagai model

pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan peserta didik dalam

belajar (Trianto,2007: 8). Pelaksanaan Problem Based Instruction didukung dengan

beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, tanya jawab, diskusi,

penemuan dan pemecahan masalah.

Beberapa definisi tentang PBI, antara lain dikemukakan oleh:

a. Duch,(1995), mengemukakan bahwa Problem Based Instruction merupakan

suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar


10

bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari

permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat peserta

didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

b. Rasmussen, mengemukakan bahwa PBI adalah sebuah pendekatan dimana

peserta didik dihadapkan pada masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari yang dikonfrontasikan melalui simulasi simulasi.

c. Finkle dan Torp, mengemukakan bahwa PBI adalah sebuah model

pembelajaran yang mengembangkan strategi pemecahan masalah berbasis

pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan peserta didik pada

masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa PBI merupakan suatu

model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik kepada permasalahan yang

nyata. Ciri utama dari PBI adalah disuguhkannya masalah yang real dan peserta

didik diorganisasikan ke dalam kelompok. Dari masalah yang disuguhkan di awal

pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menemukan inti permasalahan dan

berfikir bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut tanpa bimbingan dari guru.

2. Karakteristik Model Pembelajaran PBI

Arends dalam Trianto (2007: 69-70) menyatakan bahwa pengembangan

Problem Based Instruction memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Problem Based Instruction menggunakan masalah yang berpangkal


11

kehidupan nyata peserta didik dilingkungannya. Masalah yang diberikan

hendaknya mudah dipahami peserta didik sehingga tidak menimbulkan

masalah baru bagi peserta didik yang pada akhirnya menyulitkan

penyelesaian peserta didik, selain itu masalah yang disusun mencakup

materi pelajaran disesuaikan dengan waktu, ruang dan tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan, merangsang dan mengajak peserta didik untuk

berpikir menyelesaikan masalah.

b. Adanya keterkaitan antar disiplin ilmu

Apabila Problem Based Instruction diterapkan pada pembelajaran mata

pelajaran tertentu, hendaknya memilih masalah yang autentik sehingga

dalam pemecahan setiap masalah peserta didik melibatkan berbagai

disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah tersebut.

c. Penyelidikan autentik

Problem Based Instruction mewajibkan peserta didik melakukan

penyelidikan autentik, menganalisis dan merumuskan masalah,

mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu

melakukan eksperimen, dan menyimpulkan hasil penyelesaian masalah.

d. Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya

Problem Based Instruction menuntut peserta didik menjelaskan atau

mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Peserta didik

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan.

Peserta didik menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan menyusun


12

hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil

pemecahan masalah di depan kelas.

e. Kolaborasi

Problem Based Instruction memberikan kesempatan pada peserta didik

untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan

minimal bantuan pada peserta didik, tetapi harus mengenali seberapa

penting bantuan itu bagi peserta didik agar mereka lebih saling bergantung

satu sama lain, dari pada bergantung pada guru.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model

PBI dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa), kemudian siswa

memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang

mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih

masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong

berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa

melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman pengalaman belajar

yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok,

disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti

membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan

data, menginterpretasikan data,membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi,

dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBI dapat

memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa.


13

Dengan kata lain, penggunaan PBI dapat meningkatkan pemahaman siswa

tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya

dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

3. Sintaks Model Pembelajaran PBI

Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI)

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Peserta didik

Fase 1. Guru menyampaikan tujuan Peserta didik mendengarkan


Orientasi peserta didik belajar, menjelaskan logistic tujuan belajar yang
terhadap masalah yang diperlukan, dan memotivasi disampaikan oleh guru dan
autentik menggunakan kemampuannya mempersiapkan logistik yang
memecahkan masalah. diperlukan.
Fase 2. Guru membantu peserta didik Peserta didik mendefinisikan
Mengorganisasi mendefinisikan dan dan mengorganisasikan tugas
peserta didik dalam mengorganisasikan tugas belajar belajar yang di angkat.
belajar yang diangkat.
Fase 3. Guru mendorong peserta didik Peserta didik mengumpulkan
Membantu peserta untuk mengumpulkan informasi informasi yang sesuai,
didik secara individual yang sesuai,melaksanakan melaksanakan eksperimen, dan
atau kelompok dalam eksperimen,untuk memperoleh berusaha menemukan jawaban
melaksanakan jawaban yang sesuai atas atas masalah yang di angkat.
penelitian masalah.
Fase 4. Guru membantu peserta didik Peserta didik merencanakan
Mengembangkan dan dalam merencanakan dan dan menyiapkan karya, video,
menyajikan hasil menyiapkan karya seperti dan menyampaikannya pada
karya laporan, video, model-model dan teman lain.
membantunya untuk
menyampaikan kepada teman
lain.
Fase 5. Guru membantu peserta didik Peserta didik melakukan
Analisis dan evaluasi melakukan refleksi kegiatan refleksi kegiatan
proses pemecahan penyelidikannya dan proses yang penyelidikannya dan proses
masalah. telah dilakukan yang dilakukan.
(Sumber: Trianto,2010:98)

Berdasarkan sintaks diatas, maka dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan


14

kelima tahap tersebut. Dalam pelaksanaannya perlu dirancang perangkat

pembelajaran yang mewakili kelima sintaks model PBI, sehingga dapat membantu

peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan kepada kelompoknya.

B. Minat Belajar

Menurut Slameto (2003:57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat berperan sangat penting

dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap

dan perilaku. Peserta didik yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha

lebih keras dibandingkan peserta didik yang kurang berminat. Dalam belajar

diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami,

sehingga peserta didik dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat

dilakukan. Dampak tersebut terjadi suatu perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini

meliputi seluruh pribadi peserta didik, baik kognitif, psikomotor, maupun afektif.

Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam

bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan

secara berkelompok.

Menurut Slameto (2003:57) peserta didik yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.


15

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada

rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Tingkat pencapaian kompetensi dasar sangat ditentukan oleh minat siswa

terhadap mata pelajaran. Pada proses pembelajaran minat tidak muncul dengan

sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu: (a) motivasi, (b) proses

belajar, (c) bahan pelajaran dan sikap guru, (d) keluarga, (e) teman pergaulan, (f)

lingkungan, dan (g) fasilitas. Oleh karena itu, apabila seorang guru ingin berhasil

dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, harus dapat memberikan rangsangan

kepada peserta didik agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar

tersebut. Apabila peserta didik sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia

akan dapat mengerti dengan mudah. Sebaliknya apabila peserta didik merasakan

tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa

mengikuti pelajaran tersebut. Ini disebabkan pada diri peserta didik tidak muncul

perasaan senang dan ketertarikan pada pelajaran, sehingga tidak ada kenangan untuk

mengingat pelajaran yang telah lewat. Tetapi peserta didik yang memiliki minat

terhadap pelajaran cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar. Karena

pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi pelajaran dapat memungkinkan

peserta didik untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.
16

Pada proses pembelajaran minat tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi

banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu: (a) motivasi, (b) proses belajar

(c) bahan pelajaran dan sikap guru, (d) keluarga, (e) teman pergaulan, (f) lingkungan,

dan (g) fasilitas. Oleh karena itu, apabila seorang guru ingin berhasil dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar, harus dapat memberikan rangsangan kepada

peserta didik agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut.

Apabila peserta didik sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan

dapat mengerti dengan mudah. Sebaliknya apabila peserta didik merasakan tidak

berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti

pelajaran tersebut. Ini disebabkan pada diri peserta didik tidak muncul perasaan

senang dan ketertarikan pada pelajaran, sehingga tidak ada kenangan untuk

mengingat pelajaran yang telah lewat. Tetapi peserta didik yang memiliki minat

terhadap pelajaran cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar. Karena

pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi pelajaran dapat memungkinkan

peserta didik untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar

adalah rasa ketertarikan peserta didik untuk belajar atau mempelajari sesuatu materi

pelajaran yang diajarkan guru di sekolah. Untuk mengetahui apakah peserta didik

berminat belajar atau tidak, dapat dilihat dari beberapa indikator mengenai minat

belajar. Indikator yang ada pada peserta didik yang memiliki minat belajar yang
17

tinggi dapat dikenali melalui proses pembelajaran di kelas, yaitu: perasaan senang,

perhatian dalam belajar, bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik serta manfaat

dan fungsi pelajaran.

C. Hasil Belajar

Istilah hasil belajar tersusun dari dua kata, yakni “hasil” dan “belajar”.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, hasil diartikan sebagai suatu kegiatan yang

telah dicapai dari yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi hasil tidak lain dari kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok dalam

suatu bidang tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 2003:2).

Gagne (Slameto, 2003:2) memberikan definisi belajar yakni:

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh melalui interaksi.

Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh

Jerome Brunner dalam (Trianto, 2010:15), bahwa belajar adalah suatu proses aktif di

mana peserta didik membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme


18

‘Belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya,

tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan

pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format

yang baru.

Taksonomi Anderson, mengklasifisikan hasil belajar ke dalam tiga aspek yaitu,

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor, yaitu:

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif meliputi kemampuan pengembangan intelektual (knowledge)

dengan tingkat-tingkatan yaitu:

a. Mengingat (C1)

Mengambil pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan

pengetahuan tersebut (Misalnya, mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa

penting dalam sejarah Indonesia).

b. Memahami (C2)

Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang

diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Mengubah satu bentuk gambaran (angka)

jadi bentuk lain (kata-kata), misalnya memparafkan ucapan dan dokumen penting.

Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip.

c. Mengaplikasikan (C3)

Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

Menerapkan suatu prosedur pada tugas familier (Misalnya, membagi satu bilangan

ini terdiri dari beberapa digit)


19

d. Menganalisis (Analisis/C4)

Memecah-mecah materi dari bagian-bagian penyusunnya dan menentukan

hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut

dan keseluruhan struktur atau tujuan. Menemtukan bagaimana elemen-elemen

bekerja dan berfungsi dalam sebuah struktur (misalnya, menyususn bukti-bukti

dalam cerita secara jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatau

penjelasan historis).

e. Mengevaluasi(C5)

Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar. Menemukan

inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk, menentukan apakah

suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal, menemukan efektifitas suatu

prosedur yang sedang dipraktikkan (misalnya, memeriksa apakan kesimpulan-

kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data – data amatan atau tidak).

f. Mencipta (C6)

Memadukan bagian-bagian untuk bentuk sesuatu yang baru dan koheren atau

untuk membuat suatu produk yang orisinal. Membuat hipotesis – hipotesis

berdasarkan kriteria dan merancang prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas dan

menciptakan suatu produk (misalnya, membuat habitat untuk spesies tertentu demi

suatu tujuan) .

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah

mereka menerima pengalaman belajarnya dan perkembangan mental peserta didik


20

yang lebih baik dibandingkan sebelum pembelajaran. Hasil belajar yang dipakai

dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif saja yang meliputi aspek

mengingat (C1), memahami (Pemahaman/C2) dan mengaplikasikan (Penerapan/C3),

Menganalsi (Analisis/C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

D. Media Powerpoint

Microsoft Powerpoint merupakan salah satu produk unggulan. Microsoft

Corporation dalam program aplikasi persentasi yang paling banyak digunakan saat

ini. Hal ini dikarenakan banyak kelebihan di dalamnya dengan kemudahan yang

disediakan. Microsoft Powerpoint ini dapat merancang dan membuat persentasi lebih

menarik dan profesional ( Septiyani, Annisa,2013).

Beberapa tips yang perlu diperhatikan pada saat membuat presentasi

menggunakan Powerpoint, yaitu: a. Pilih jenis huruf yang tingkat keterbacaannya

tinggi. Gunakan ukuran huruf 17-10 untuk isi teks, sedangkan sub judul 18 dan untuk

judul 30, b. Gunakan variasi warna, gambar, foto, animasi atau video untuk

memperjelas dan memperindah tampilan, c. Area tampilan frame yang ditulis jangan

melebihi ukuran 16x10 cm d. Usahakan dalam satu slide/frame tidak memuat lebih

dari 18 baris teks, e. Dalam satu slide/frame hanya berisi satu topik atau satu sub

topik pembahasan, f. Beri judul pada setiap frame atau tampilan, g. Perhatikan

kombinasi warna, keseimbangan tata letak, keharmonisan, dan kekontrasan pada

setiap tampilan, h. Variasi warna memang diperlukan, tetapi harus juga diperhatikan

prinsip kesederhanaan. Pengembangan media presentasi sebaiknya

mempertimbangkan atau menggunakan secara maksimal segala potensi dan


21

karakteritik yang dimiliki oleh jenis media presentasi khusunya Powerpoint. Hal ini

karena bentuk tampilan akan menentukan kualitas saat kita melakukan presentasi.

E. Kerangka Pikir

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya

adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara

langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta

keterampilan . Model pembelajaran PBI merupakan suatu model pengajaran dengan

pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik. Masalah autentik

dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan PBI peserta didik dilatih menyusun sendiri

pengetahuannya, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta

meningkatkan kepercayaan diri.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika diperlukan perubahan dalam

kegiatan proses belajar mengajar. Pembelajaran akan lebih bermakna jika peserta

didik mengalami sendiri. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan

informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang. Sehubungan dengan itu, maka perlu adanya upaya perbaikan proses

pembelajaran yang dapat mengubah suasana belajar agar peserta didik lebih banyak

terlibat dalam pembelajaran. Dengan banyaknya keterlibatan peserta didik dalam

proses pembelajaran akan memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-

konsep yang dipelajarinya. Makin banyak peserta didik terlibat dalam proses

pembelajaran, diharapkan makin tinggi kemungkinan hasil belajar yang dicapai


22

peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan model

pembelajaran yang menempatkan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah

model pembelajaran PBI menggunakan media powerpoint sehingga minat dan hasil

belajar meningkat.

Kaitannya dengan ini, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang berhasil

adalah pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan hasil belajar peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran. Minat peserta didik adalah rasa ketertarikan

peserta didik untuk belajar atau mempelajari sesuatu materi pelajaran yang diajarkan

guru di sekolah. Dan untuk mengetahui apakah peserta didik berminat belajar atau

tidak, dapat dilihat dari beberapa indikator mengenai minat belajar. Indikator yang

ada pada peserta didik yang memiliki minat belajar yang tinggi dapat dikenali

melalui proses pembelajaran di kelas, yaitu: perasaan senang, perhatian dalam

belajar, bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik serta manfaat dan fungsi

pelajaran dalam kegiatan pembelajaran, minat dianggap menjadi modal utama bagi

peserta didik untuk memahami materi pembelajaran yang diajarkan oleh seorang

guru. Tanpa adanya minat pada diri peserta didik, pembelajaran akan berlangsung

sia-sia. Sebagai kelanjutannya, proses pembelajaran peserta didik akan sangat

bermutu jika peserta didik mengalami sendiri dan mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif, dalam hal ini salah satu

solusinya adalah dengan penerapan model pembelajaran PBI. Dengan model

pembelajaran PBI, maka minat belajar peserta didik akan meningkat sehingga
23

berdampak positif pula pada hasil belajar peserta didik.

Secara Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kegiatan belajar mengajar

Guru Peserta didik

Model PBI:
1. Orientasi peserta didik
2. Mengoorganisasi peserta didik dalam belajar
3. Membantu peserta didik secara individual atau
kelompok dalam penelitian
4. Menyajikan hasil karya
5. Analisis dan evaluasi pemecahan masalah

Minat Belajar
Keaktifitan peserta didik meningkat

Hasil Belajar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka hipotesis tindakan dalam

penelitian penerapan model Problem Based Instruction dalam pembelajaran fisika,

akan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar fisika pada peserta didik kelas
24

XD1 SMK Negeri 1 Parepare.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitan tindakan kelas (classroom action

research). Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus setiap siklus dalam penelitian

memiliki 4 tahapan kegiatan yaitu : (1). Perencanaan, (1) pelaksanaan, (3)

pengamatan, (4) refleksi ( Arikunto, dkk 2011).

1. Siklus pertama

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan yang di maksudkan dalam hal ini adalah merecanakan,

menentukan strategi yang digunakan pada model PBI yang akan diterapkan

dalam proses pembelajaran di kelas, menentukan pokok bahasan yang akan

dipelajari, mengembangkan rancangan pembelajaran, menyiapkan sumber

belajar, menyusun format evaluai, mengembangkan format evaluasi,

mengembangkan pembelajaran, membuat media pembelajaran dalam bentuk

powerpoint.

b. Pelaksanaan
25

Pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dan

satu kali tes pada akhir siklus. Materi yang dibahas dalam pelaksanaan tindakan

siklus 1 adalah hukum I, II, dan III Newton dan gaya Gesek . Tindakan-tindakan

yang dilakukan pada siklus 1 ini adalah sebagai berikut :

1. Pada awal pembelajaran guru peneliti memberikan motivasi kepada

peserta didik agar ingin belajar dan memperhatikan materi yang akan

dipelajari lalu guru peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dibantu

dengan media powerpoint.

2. Guru peneliti selanjutnya menampilkan gambar melalui media

powerpoint yang berhubungan dengan masalah yang diberikan kepada

peserta didik untuk diselesaikan. Guru peneliti membagi peserta didik

berdasarkan urutan tempat duduk dengan masing-masing kelompok

maksimal 4 orang. Guru peneliti membagikan LKPD dibantu oleh

observer kepada setiap kelompok. Selanjutnya menginformasikan bahwa

setiap peserta didik diharapkan bekerja secara berkelompok, bekerja sama

dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah karena dalam

waktu kurang lebih 60 menit setiap kelompok akan mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya.

3. Guru peneliti mengarahkan peserta didik membagi tugas dalam

kelompok, misalnya: siapa yang akan mewakili presentasi, siapa menulis

pada LKPD dan siapa yang menulis resume untuk memamerkan hasil

kelompok, dll.
26

4. Guru peneliti mengarahkan peserta didik berdiskusi dan melakukan

eksperimen dalam kelompoknya untuk menjawab masalah yang terdapat

pada LKPD

5. Guru peneliti memberikan bimbingan seperlunya kepada peserta didik/

kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan dan

melaksanakan kegiatan pada LKPD

6. Guru peneliti meminta setiap perwakilan kelompok menyajikan dan

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain

menanggapi

7. Guru peneliti merefleksi dan mengevaluasi karya-karya yang telah

dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok

8. Guru peneliti menjelaskan kaitan masalah yang telah diselesaikan dengan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan menggunakan media

powerpoint, guru peneliti menjelaskan secara ringkas materi yang

dipelajari.

9. Guru peneliti memberikan umpan balik dengan menanyakan kembali

materi pelajaran yang dipelajari

10. Guru peneliti bersama peserta didik menyimpulkan hasil yang diperoleh

dari kegiatan pembelajaran dan memberikan penghargaan pada kelompok

yang kinerjanya baik.

c. Observasi
27

Kegiatan observasi dalam PTK dilakukan pada langkah ini adalah melakukan

observasi, pengamatan dengan mencatat kegiatan pembelajaran berdasarkan

penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media

powerpoint di kelas. Kemudian di akhir pelaksanaan pembelajaran, subjek

peneliti diberi angket dan tes hasil belajar untuk mengetahui minat dan hasil

belajar peserta didik pada siklus I

d. Refleksi

Kegiatan refleksi pada tahapan ini adalah :

1. Pengumpulan menganalisis data dari peserta didik berupa angket minat

dan hasil belajar yang dicapai peserta didik

2. Bersama dengan obsever mengevaluasi tindakan, kejadian selama

pembelajaran berlangsung dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan

tentang apa saja yang harus dipertahankan, diperbaiki atau dihilangkan

pada siklus berikutnya

2. Siklus kedua

Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini adalah mengukur kegiatan – kegiatan

yang pernah dilakukan sebelumnya merupakan perbaikan dari refleksi

pelaksanaan siklus pertama. Jika indikator pencapaian tindakan ternyata belum

tercapai pada siklus kedua ini maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya

sampai tujuan tercapai.

B. Subjek Penelitian
28

Subjek penelitian adalah siswa kelas XD1 SMK Negeri 1 Parepare Tahun

Pelajaran 2018/2019 berjumlah 20 orang siswa, terdiri dari 14 orang laki – laki dan 6

orang perempuan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada minggu ke empat bulan agustus hingga bulan

oktober. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Parepare yang beralamat Jl. Bau

Massepe no.34, Lumpue, Kecamatan Bacukiki barat, Kota Parepare Provinsi.

Sulawesi selatan.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu :

1. Variabel tindakan yaitu Problem Based Instruction

2. Variabel masalah yaitu minat dan hasil belajar

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel

penelitian yang digunakan, definisi operasional variabel penelitian yang

dimaksud dijelaskan sebagai berikut:

1. Problem Based Instruction adalah model pembelajaran yang

menggunakan pendekatan Problem Based instruction (PBI) yaitu suatu

model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik


29

pada masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai

proses pembelajaran dengan mengemukakan masalah melalui tahap

:orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk

belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan mengevaluasi proses

penyelesaian masalah.

2. Minat belajar fisika peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah skor yang diperoleh peserta didik melalui kuesioner minat yang

meliputi ketertarikan, perhatian, keterlibatan, dan perasaan senang peserta

didik terhadap pelaksanaan pembelajaran dan cara guru mengajar.

3. Hasil belajar fisika peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah tingkat penguasaan materi yang diajarkan dalam proses

pembelajaran melalui tes hasil belajar dengan ketercapaian hasil belajar

peserta didik yaitu 85% secara klasikal dan mencapai penguasaan materi

minimal 75 (KKM = 75 dari rentang nilai 0 sampai 100).

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus. Antara siklus I dan siklus II

merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, dalam artian pelaksanaan

siklus lainnya merupakan perbaikan atau refleksi dari siklus sebelumnya.

Prosedur tindakan yang dilakukan mengikuti model “Kemmis and MC Taggart”

yang terdiri atas 4 komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan


30

(acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting) (Kusuma dan

adwitabama, 2011 : 10).

DIAGRAM ALUR PTK KEMMIS DAN MC. TAGGAT

Refleksi Awal

Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan SIKLUS I Refleksi

Observasi
Berhasil,. ? dst

Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan SIKLUS II Refleksi

Observasi
Berhenti

Gambar 3.1 Diagram Alur PTK

1. Siklus Pertama ( I )
31

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan yang akan dilaksanakan adalah :

1. Menelaah kurikulum

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan LKPD untuk setiap

pertemuan.

3. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pengajar dikelas,

ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.

4. Membuat media pembelajaran powerpoint

5. Mempersiapkan soal soal pilihan ganda, isian, betul/salah yang dijadikan

tugas untuk diselesaikan secara kelompok dan individu

6. Membuat dan merancang tes hasil belajar yang akan diberikan setiap

akhir siklus serta kunci jawaban, penilaian untuk mengukur kemampuan

hasil belajar fisika peserta didik.

7. Membuat angket untuk melihat sejauh mana minat peserta didik dalam

belajar.

b. Tahap Tindakan

1. Pertemuan diawali dengan mengarahkan atau memberi penjelasan secara

klasikal melalui media pembelajaran powerpoint.

2. Mengajarkan materi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

3. Pada saat kegiatan inti guru menyajikan masalah kepada peserta didik

berupa LKPD untuk ditemukan sendiri oleh peserta didik.


32

4. Guru membimbing siswa untuk menemukan masalah dalam

menyelesaikan masalah dengan cara mengarahkan dengan pertanyaan

atau informasi.

5. Bagi peserta didik yang dapat memecahkan masalah akan memaparkan

hasil pekerjaan kelompoknya dan meminta kelompok lain memberikan

tanggapan dan kelompok penyaji siap menjawabnya.

6. Guru membimbing peserta didik mengkaji kembali proses pemecahan

masalah.

7. Memberikan latihan pengayaan untuk memantapkan temuan siswa peserta

didik.

8. Pada akhir siklus I diadakan tes

9. Seluruh hasil observasi, tanggapan peserta didik dan hasil tes siklus I

dianalisis.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan :

1. Catatan harian digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi

dalam kelas selama proses pembelajaran.

2. Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mengidentifikasi

segala yang terjadi selama proses belajar mengajar, antara lain : Daftar

absensi dan keaktifan/kesungguhan siswa didalam proses belajar

mengajar.
33

3. Soal tes digunakan untuk melihat hasil belajar.

4. Memberikan angket minat belajar fisika.

d. Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi di kumpul dan dianalisa dari

hasil tersebut direfleksi tindakan yang dilakukan selanjutnya dibuat rencana

perbaikan dan penyempurnaan tindakan pada siklus, berikutnya.

F. Instrumen penelitian

Instrumen data dalam penilaian ini adalah sebagai berikut ;

1. Kuensioner minat belajar fisika

Kuesioner minat belajar berfungsi untuk mengukur tingkat minat belajar

yang dimiliki oleh peserta didik dan diberikan sebelum penerapan model

pembelajaran problem based instruction dan setelah memberikan

penerapan model pembelajaran problem based instruction. Kuesioner ini

disusun dalam bentuk daftar pernyataan tertulis yang pilihan jawabannya

telah disediakan sehingga peserta didik akan memberikan tanda centang

(√) pada salah satu pilihan jawaban tersebut. Format pilihan jawaban

didasarkan pada skala likert, dengan pola jawaban 5 = sangat setuju (SS),

4 = setuju (S), 3 = ragu-ragu (RG), 1 = tidak setuju (TS), dan 1= sangat

tidak setuju (STS) Pernyataan kuesioner ini terdiri atas pernyataaan

bentuk daftar pernyataan tertulis yang pilihan jawaban dari peserta didik
34

kemudian di analisis sesuai prosedur pemberian skor dan dijumlahkan

sehingga diperoleh skor total, skor total ini menggambarkan tinggi

rendahnya minat belajar peserta didik.

2. Hasil belajar fisika

Tes hasil belajar fisika peserta didik disusun dalam tes tertulis berbentuk

pilihan ganda. Item pilihan jawaban berjumlah 5 (lima) buah dengan simbol

pilihan A, B, C, D, dan E. Setiap butir soal (item) hanya memiliki satu pilihan

jawaban yang benar. Jika peserta didik menjawab benar mendapatkan skor 1

(satu) dan jika salah mendapatkan skor 0 (nol).

3. Lembar observasi siswa dalam proses belajar

Lembar observasi digunakan sebagai panduan peneliti dan observer

dalam mengamati dan mencatat segala aktivitas siswa dalam memecahkan masalah

selama proses belajar mengajar.

G. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Data mengenai hasil belajar fisika (kemampuan kognitif) yang diambil dari

hasil tes tiap akhir siklus.

2. Data mengenai minat belajar fisika yang diambil dari hasil kuesioner tiap

akhir siklus.
35

3. Data tentang proses pembelajaran yang menyangkut perilaku/sikap siswa

(kemampuan afektif) dan keterampilan proses sains (kemampuan

psikomotorik) selama proses pembelajaran berlangsung untuk tiap-tiap

pertemuan diukur menggunakan lembar observasi.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data tentang hasil pengamatan mengenai

perilaku/sikap siswa (kemampuan afektif) dan keterampilan proses sains

(kemampuan psikomotorik) dianalisis secara kualitatif, sedangkan data tentang

hasil belajar (kemampuan kognitif) yang diambil dari hasil tes dan kuesioner tiap

akhir siklus dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yaitu

nilai rata-rata, persentase, standar deviasi, median, frekuensi, nilai terendah dan

nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus.

Analisis minat peserta didik terhadap pembelajaran fisika model PBI

(Problem Based Instruction) dilakukan dengan menggunakan skala likert, dengan

pola jawaban 5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = ragu-ragu, 1 = tidak setuju, dan 1=

sangat tidak setuju. Respon peserta didik pada instrumen minat belajar dihitung

sesuai skor dari jawaban yang diberikan ,kemudian dihitung persentasenya.

Persentase skor maksimal minat dari angket untuk jumlah item dengan jumlah

responden, jika semua jawaban respon yang diberikan bernilai 5 adalah 100%.

Persentase minimal adalah 10% jika semua respon peserta didik bernilai 1.
36

Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

JumlahSkorPerolehanS iswa
Skor Minat  x100%
SkorMaksimal

Mengacu pada rentang persentase minat peserta didik, maka dibuat 5 kriteria yang
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Minat Belajar Fisika
Interval Kategori
84% - 100% Sangat berminat
68% - 83% Berminat
51% - 67% Cukup berminat
36% - 51% Tidak berminat
10% - 35% Sangat Tidak berminat

Hasil belajar peserta didik yaitu nilai yang diperoleh dari tes setiap akhir

siklus. Untuk mengetahui nilai akhir maka skor jawaban peserta didik yang diperoleh

kemudian dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

𝑅
Na = 𝑥 100%
𝑛

Keterangan : Na= Nilai akhir


R = Jumlah jawaban benar
n = Jumlah butir soal

Sedangkan untuk mengetahui kategori hasil belajar peserta didik dapat dilihat

dibawah :

Panjang interval nilai untuk matapelajaran Fisika dapat ditentukan dengan cara:

(Nilai maksimum – Nilai KKM) : 3 = (100 – 75) : 3= 8,3

sehingga panjang interval untuk setiap kategori adalah 8 atau 9


37

Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Fisika

Interval nilai Kategori


93 – 100 Sangat Baik
84 – 91 Baik
75– 83 Cukup
<75 Kurang

Kemudian nilai akhir dikelompokkan dalam kategori kriteria ketuntasan

minimal (KKM) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh sekolah, dapat dilihat

pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kategori Kriteria Ketuntasan Minimal

Nilai Interval Kategori Ketuntasan Minimal


75 – 100 Tuntas
<75 Tidak Tuntas

I. Indikator Keberhasilan Penelitian


38

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila skor minat dan hasil belajar fisika telah

mencapai ketuntasan minimal, yaitu apabila 80% subjek penelitian telah mencapai

nilai KKM (nilai KKM adalah 75%).

You might also like