You are on page 1of 3

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU

PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Disusun oleh :

Kelompok 6

Ahmad Rizky 1102013014

Utami Kusumaputri 1102013294

Sania Dysa Hardi 1102013261

Dea Ardelia Putri 1102012050

Pembimbing :

DR. Rifqatussa’adah SKM., M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2018
PENDAHULUAN

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui kontak fisik dan
terutama melalui aktivitas seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus
atau protozoa. Di negara maju, infeksi virus menjadi sangat umum dan penting, sedangkan
infeksi bakteri lebih sering terjadi pada negara berkembang namun bahkan terjadi perubahan
dengan adanya peningkatan kasus infeksi virus (CDC, 2018)

Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan usia. Meskipun infeksi menular seksual
(IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari
ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer
jaringan yang telah tercemar, kadang - kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan
(Kemenkes RI, 2011).

Bank dunia memperkirakan bahwa untuk wanita usia 15-44 tahun, IMS (termasuk
termasuk infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired immunodeficiency
syndrome)) adalah penyebab kedua hilangnya hidup sehat setelah morbiditas maternal.

Penderita IMS sebagian besar berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara yaitu sebanyak
151 juta, diikuti Afrika sekitar 70 juta, dan yang terendah adalah Australia dan Selandia Baru
sebanyak 1 juta. Semakin lama jumlah penderita IMS semakin meningkat dan penyebarannya
semakin merata di seluruh dunia. WHO memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar ±
250 juta orang setiap tahunnya. Peningkatan insidensi IMS ini terkait juga dengan perilaku
berisiko tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini (Widoyono, 2011).

Di Indonesia, infeksi menular seksual yang paling banyak ditemukan adalah sifilis dan
gonorea. Prevalensi infeksi menular seksual di Indonesia sangat tinggi ditemukan di Jakarta
prevalensi infeksi gonorea 29,8%, sifilis 25,2% dan chlamydia 22,7%. Peneliti berasumsi
bahwa cukup tingginya prevalensi penyakit menular seksual di Indonesia ini dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan dan sikap mengenai penyakit menular seksual pada masyarakat.

Dalam 20 tahun belakangan ini, pengetahuan tentang dinamika transmisi IMS telah
berkembang sebagai dampak meningkatnya angka kejadian HIV dan peningkatan upaya untuk
mengendalikan infeksi lainnya. Pemahaman yang semakin baik terhadap dinamika penularan
IMS menimbulkan dampak pada rancangan strategi pencegahan dan intervensi
pengendaliannya

Ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menekan peningkatan angka
kejadian infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS diantaranya dengan memutuskan rantai
penularan infeksi menular seksual, mencegah berkembangnya infeksi menular seksual serta
komplikasinya, tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan,
menggunakan pengaman saat berhubungan seksual. Dengan melakukan pencegahan tersebut
maka rantai penularan IMS dapat terputus dan komplikasi tidak akan terjadi.

Banyaknya data peningkatan kasus infeksi menular seksual dewasa ini adalah hal yang
melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian ini guna mengetahui pengaruh
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan penyakit menular seksual

You might also like