You are on page 1of 21

LAPORAN KASUS

“MENINGITIS”

Oleh:
Brent
030.13.041

Pembimbing:
dr. Ade Amelia, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 2 OKTOBER 2017 – 9 DESEMBER 2017
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUD KARAWANG

STATUS PASIEN KASUS


Nama Mahasiswa: Brent Pembimbing : dr. Ade Amelia,Sp.A
NIM : 030.13.041 Tanda tangan:

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. G Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 1 Tahun Tanggal lahir : 10 Okt 2016
Suku bangsa : Sunda Agama : Islam
Pendidikan :- Anak ke : Anak kedua
Alamat : Cilamaya Wetan No. RM : 00.69.99.57

Orang Tua / Wali


Profil Ayah Ibu
Nama Tn. N Ny. SS
Umur 24 tahun 24 tahun
Alamat Cilamaya Wetan Cilamaya Wetan
Pekerjaan Wirausaha IRT
Pendidikan SMA SMA
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orang tua: Pasien merupakan anak kandung.
II. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan Ny. SS (Ibu
kandung pasien)
Lokasi : Ruang rawat inap anak Rawamerta RSUD
Karawang
Tanggal/Waktu : Jumat, 13 Oktober 2017
Tanggal masuk : 8 Oktober 2017 (dari IGD)
Keluhan utama : Anak tampak lemas
Keluhan tambahan :Kepala tampak besar, demam 14 hari, batuk 14
hari.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien diantar ibunya datang ke IGD RSUD Karawang pada hari
minggu, 8 Oktober 2017 pukul 10.48 WIB dengan keluhan anak tampak lemas
dan terus mengantuk dan juga kepala tampak membesar. Kepala pertama kali
tampak membesar saat pasien duduk. Kepala terlihat membesar terus menerus
dan semakin lama semakin memberat.. Keluhan ini didahului dengan demam
18 hari sebelumnya, demam ini disertai batuk dan pilek. Demam dirasakan
sepanjang hari tanpa ada penurunan suhu. Pasien berobat ke bidan, keluhan
batuk dan pilek berkurang tapi demam berlanjut dan nafsu makan berkurang.
Pasien telah dilakukan CT Scan ditemukan cairan di kepala dan dilakukan
rontgen paru ditemukan adanya infeksi pada paru.
Sejak 3 hari yang lalu, pasien juga mengalami BAB cair lebih dari 3
kali per hari. BAB pasien berwarna hijau dan terdapat ampas. Lendir dan
darah pada BAB disangkal. BAK masih dalam batas normal .
C. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
Morbiditas Anemia(-), hipertensi(-), diabetes
kehamilan melitus(-), penyakit jantung(-), penyakit
paru(-),infeksi(-), merokok(-), minum
KEHAMILAN alkohol(-)
Perawatan Kontrol rutin satu kali sebulan ke bidan
antenatal selama hamil, imunisasi TT ibu pasien
tidak ingat
Tempat persalinan Rumah
Penolong Bidan
persalinan
Cara persalinan Spontan per vaginam
Masa gestasi Cukup Bulan (37 minggu)
Berat lahir: ±3.000 gram (ibu tidak
KELAHIRAN
Keadaan bayi ingat)
Panjang lahir: 49
Lingkar kepala: (ibu tidak ingat)
Langsung menangis (+), Merah (-),
Pucat (+), Biru (-), Kuning (-).
Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran: Tidak terdapat kelainan selama


masa kehamilan dan kelahiran. Ibu pasien rutin kontrol selama masa kehamilan
walaupun tidak ingat pemberian imunisasi TT. Pasien lahir spontan per vaginam,
cukup bulan dengan berat badan lahir sesuai masa kehamilan.
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor :
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-5 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 11 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Ibu menyangkal


adanya keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak hingga usia 11 bulan

E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
0-2 ASI - - -
2-4 ASI - - -
4-6 ASI - - -
6-12 ASI 11 bulan 7 bulan 8 bulan

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/Pengganti nasi 3x/hari

Sayur 3x/hari (1 mangkok kecil)


Daging -

Ikan 3x/ hari (potongan kecil)

Telur 1x/hari

Tahu/ Tempe -
Susu Susu Formula
Kesimpulan riwayat makanan: Pasien mendapatkan ASI eksklusif. Asupan
makanan sehari-hari secara kuantitas dan kualitas relatif baik.

F. RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)


Hepatitis 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
B
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
BCG 1 bulan
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Hib 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Campak 9 bulan - - -

Tampak BCG scar pada lengan kanan atas. Imunisasi pasien dilakukan di bidan
dan posyandu.

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar pasien lengkap, namun


imunisasi pasien sesuai usia tidak lengkap.

G. RIWAYAT KELUARGA
1) Corak Reproduksi
Jenis Hid Lahir Mati Keterangan
No. Umur Abortus
kelamin up mati (sebab) kesehatan

1. 10/10/ Perempuan Ya - - - pasien


2016
2) Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama N SS
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 23 tahun 23 tahun

Pendidikan terakhir SMA SMA


Agama Islam Islam
Suku bangsa Sunda Sunda
Keadaan kesehatan Sehat Sehat

3) Riwayat Penyakit Keluarga


Pada anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita atau memiliki
keluhan yang serupa seperti yang dialami oleh pasien..
Kesimpulan Riwayat Keluarga : Tidak Terdapat anggota keluarga yang
mengalami gejala dan penyakit yang serupa dengan pasien.

4) Riwayat Kebiasaan Keluarga


Tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi alkohol dikeluarga pasien

H. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Penyakit paru (-)
Otitis (-) Trauma (-) Penyakit hati (-)
Morbili (-) Operasi (-) Lain-lain: (-)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: Pasien tidak pernah


mengalami penyakit yang menyebabkan dirinya ke RS sebelumnya.
I. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal dirumah bersama ayah dan ibu,. Menurut pengakuan ibu
pasien, keadaan lingkungan tempat tinggal cukup bersih namun padat penduduk,
lantai rumah dari keramik, ventilasi dan pencahayaan baik, kamar mandi terletak
didalam rumah, sumber air minum dari air isi ulang (galon), sedangkan untuk
mencuci dan mandi menggunakan air PAM.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan: Pasien tinggal di lingkungan dengan


ventilasi yang baik, dan bersih namun padat penduduk

J. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Ayah pasien seorang wirausahawan yang bekerja sendiri dengan
penghasilan total cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehari-hari
pasien diasuh oleh ibu dan ayah pasien.

Kesimpulan sosial ekonomi: Penghasilan ayah dan ibu pasien cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

K. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien telah berobat ke bidan, dan ke RS Titian Bunda

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 13 Oktober 2017)


Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolent (E4 V3 M3)
Kesan gizi : Gizi cukup
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)
Opisthotonus (+)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 7 kg
Tinggi Badan : 69 cm
Status Gizi

 𝐵𝐵
𝑢
= 73%
𝑃𝐵
𝑢
= 93%
𝐵𝐵
𝑃𝐵
= 80% (Gizi kurang)

Tanda Vital
Nadi : 180 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Napas : 54 x/menit
Suhu : 38,6˚C (diukur dengan thermometer)
Status Generalis
Kepala : Macrocephaly, ubun ubun terbuka menonjol tidak
tegang LK : 47
Rambut : Hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, luka/jaringan parut (-)
Mata
Oedem palpebra : (-/-) Visus : tidak dilakukan
Ptosis : (-/-) Lagoftalmos : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-) Cekung : (-/-)
Konjungtiva anemis : (-/-) Injeksi : (-/-)
Eksoftalmos : (-/-) Endoftalmos : (-/-)
Strabismus : (-/-) Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang +/+
Serumen : -/-
Cairan : -/-

Hidung
Bentuk : Simetris, tidak tampak deviasi
Napas cuping hidung : (-/-)
Mukosa hidung : Hiperemis (-/-)
Sekret : (-/-)
Bibir : Mukosa berwarna merah, kering (-), sianosis (-)
Mulut : halitosis (-), mukosa gusi dan pipi merah
Muda, oral hygiene baik
Lidah : Normoglosia, mukosa merah muda, atrofi papil (-),
tremor (-), coated tongue (-)
Tenggorokan : Sulit dinilai
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah.
Toraks
Jantung
Inpeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V linea midklavikularis
sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Bentuk toraks simetris, gerak dinding dada saat bernapas
simetris kanan-kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris,
Perkusi : sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-),wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut cembung, tampak distensi, benjolan (-), tidak
dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut,
kulit keriput (-), venektasi (-), gerak dinding perut
saat bernapas simetris
Auskultasi : Bising usung (+)
Perkusi : Shifting dullness (-), undulasi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat.
Hepar dan lien tidak teraba
Genitalia : Jenis kelamin perempuan
Kelenjar getah bening
Preaurikular : Tidak teraba membesar
Postaurikular : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Mentale : Tidak teraba membesar
Supraklavikula : Tidak teraba membesar
Aksila : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang,
edema (-), sianosis (-) Spastik (+)
Palpasi : Capillary filling time < 2 detik, akral hangat pada keempat
ekstremitas, edema pretibial (-) Hipertoni (+)
Kulit
Sawo matang, tidak tampak sianosis, tidak tampak ikterik, tidak
tampak ruam, turgor kulit kembali cepat < 2 detik.
Status Neurologis :
Rangsang Meningeal :
- Kaku kuduk : (+)
- Bruzinky I : (-)
- Bruzinky II : (-)
- Laseq : (-/- )
- Kernig : (-/- )
Reflek Patologis :
‒ Babinski (-/- )
‒ Chaddock (-/- )
‒ Gordon (-/- )
‒ Schaeffer (-/- )
‒ Oppenheim (-/- )
Sensorik : Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hasil laboratorium tanggal 9 Oktober 2017
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9,9 g/dL 10.5-14.0
Eritrosit 4,85 x 106/µL 3.6-5.2
Leukosit 23.68 x 103/µL 6.3-14.0
Trombosit 702 x 103/µL 150-400
Hematokrit 32.1 % 35-53
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-3
Neutrofil 65 % 40-70
Limfosit 19 % 20-40
Monosit 16 % 2-8
MCV 66 fL 72-88
MCH 20 pg 24-30
MCHC 31 g/dL 23-36
RDW-CV 17.4 % 12.0-14.8 %

Natrium 130 mmol/L 134-144


Kalium 4.4 mmol/L 3.5-6.1
Chlorida 93 mmol/L 98-106
V. RESUME
Pasien G, Perempuan, usia 1 tahun, diantar orangtuanya datang ke IGD
RSUD Karawang pada hari Kamis, 8 oktober 2017 pukul 10.48 WIB dengan
keluhan kepala tampak membesar. Kepala pertama kali tampak membesar saat
pasien duduk. Kepala terlihat membesar terus menerus dan semakin lama
semakin memberat.. Keluhan ini didahului dengan demam 18 hari
sebelumnya, demam ini disertai batuk dan pilek. Demam dirasakan sepanjang
hari tanpa ada penurunan suhu. Pasien berobat ke bidan, keluhan batuk dan
pilek berkurang tapi demam berlanjut dan nafsu makan berkurang. Pasien
melakukan CT Scan ditemukan cairan di kepala dan dilakukan rontgen paru
ditemukan adanya infeksi pada paru. BAK dan BAB masih dalam batas
normal . Riwayat trauma disangkal, kejang disangkal, keluar cairan dari
telinga disangkal.
Pasien lahir spontan per vaginam, cukup bulan dengan berat badan
lahir sesuai masa kehamilan. Tidak terdapat keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan pasien. Pasien mendapatkan ASI eksklusif,
asupan makanan sehari-hari secara kuantitas dan kualitas relatif baik.
Imunisasi dasar pasien lengkap, walaupun imunisasi pasien tidak lengkap
sesuai dengan usianya. Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami
gejala dan penyakit yang serupa dengan pasien. Pasien tinggal di lingkungan
dengan ventilasi yang baik, bersih dan padat penduduk. Pasien belum pernah
menderita penyakit seperti ini sebelunya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat,
somnolent, dan Opisthotonus (+). Data antropometri didapatkan: BB
sekarang = 7 kg, TB = 69 cm. Status gizi kurang. Pada pemeriksaan tanda
vital, Nadi: 108x/menit, RR: 54x/menit, Suhu: 38,6˚C. Pada pemeriksaan
generalis didapatkan:
Kepala : macrocephaly, ubun ubun terbuka menonjol tidak tegang LK
47cm
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat isokor
Hidung : tidak ada napas cuping hidung.
Bibir : mukosa berwarna merah muda, tidak kering, tidak sianosis dan tidak
pucat.
Lidah : normoglosia, mukosa berwarna merah muda, tidak ada atrofi papil .
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar,
Thoraks : Pada Jantung didapatkan BJ I & BJ II regular, tidak terdengar
murmur maupun gallop. Pada Paru-paru suara nafas terdengar vesikuler pada
seluruh lapang paru, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing, tidak terdapat
retraksi dinding dada, gerak napas simetris kanan-kiri.
Abdomen : tampak cembung, bising usus (+), turgor kulit kembali cepat,
shifting dullness (-), undulasi (-), tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, CRT < 2 detik, tidak
ditemukan edema. Ditemukan adanya spastik dan hipertoni. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan rangsang meningeal Kaku kuduk (+)
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan: Pada pemeriksaan
hematologi didapatkan hemoglobin 9,9 g/dl leukosit 23.680 trombosit
702.000 hematokrit 32,1 basofil 0 eusinofil 1 neutrofil 65 limposit 19 monosit
16 MCV 66 MCH 20 MCHC 31 Natrium 130 Kalium 4,5 Klorida 93.

VI. DIAGNOSIS KERJA


 Hidrocephalus e.c Meningitis Bakterial
 Anemia Defisiensi Besi
 Imunisasi tidak lengkap sesuai usia

VII. DIAGNOSIS BANDING


 Meningitis e.c M. Tuberkulosis
 Meningitis e.c N. Meningitidis
 Meningitis e.c S. Pneumoniae

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


 Pungsi Lumbal

IX. PENATALAKSANAAN
Non-Medika Mentosa :
 Rawat inap
 Observasi keadaan umum, tanda vital selama rawat inap
 Pemasangan OGT
Medikamentosa :
 Cefotaxime 3x 350 mg (50-180mg/KgBB)
 Paracetamol 3x 70 mg (10-50mg/KbBB)
 IVFD Kaen 4A 10 tpm makro
Edukasi
 Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit pasien
serta komplikasi yang dapat terjadi.
 Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pengobatan jangka
panjang yang akan diberikan kepada pasien.
X. FOLLOW UP
Rawat Inap Ruang Rawamerta
14/10/17 15/10/17 16/10/17 17/10/17 18/10/17 19/10/17
S: Demam (+) S: Demam (+) S: Demam (+) S: Demam (+) S: Demam (+) S: Demam (+)
Kejang (+) Spastik Kejang (+) Spastik Kejang (+) Spastik Kejang (+) Spastik Kejang (+) Spastik Kejang (+) Spastik
(+) muntah (-) (+) muntah (-) (+) muntah (-) (+) muntah (-) (+) muntah (-) (+) muntah (-)
Bak dan Bab dalam Bak dan Bab dalam Bak dan Bab dalam Bak dan Bab dalam Bak dan Bab dalam Bak dan Bab dalam
batas normal batas normal batas normal batas normal batas normal batas normal

O: O: O: O: O: O:
Somnolent, Somnolent, Somnolent, Somnolent, Somnolent, Somnolent,
Opisthotonus (+) Opisthotonus (+) Opisthotonus (+) Opisthotonus (+) Opisthotonus (+) Opisthotonus (+)
HR: 150x/mnt HR: 156x/mnt HR: 130x/mnt HR: 150x/mnt HR: 127x/mnt HR: 130x/mnt
RR: 44x/menit RR: 50x/menit RR: 42x/menit RR: 28x/menit RR: 28x/menit RR: 30x/menit
Suhu: 38,2º C Suhu: 37,7º C Suhu: 37,0º C Suhu: 37,0º C Suhu: 37,0º C Suhu: 37,1º C
BB : 7kg. LK: 47 BB : 7kg. LK: 47 BB : 7kg. LK: 47 BB : 7kg. LK: 47 BB : 7kg. LK: 47 BB : 7kg. LK: 47
Makrosefali, UUB Makrosefali, UUB Makrosefali, UUB Makrosefali, UUB Makrosefali, UUB Makrosefali, UUB
Menonjol Menonjol Menonjol Menonjol Menonjol Menonjol
Retraksi (–), Retraksi (–), Retraksi (–), Retraksi (–), Retraksi (–), Retraksi (–),
SNV +/+, Rh -/-, SNV +/+, Rh -/-, wh- SNV +/+, Rh -/-, wh- SNV +/+, Rh -/-, SNV +/+, Rh -/-, SNV +/+, Rh -/-,
wh-/- /- /- wh-/- wh-/- wh-/-
BJ I-II reg, m -, g - BJ I-II reg, m -, g - BJ I-II reg, m -, g - BJ I-II reg, m -, g - BJ I-II reg, m -, g - BJ I-II reg, m -, g -
Turgor kembali Turgor kembali Turgor kembali Turgor kembali Turgor kembali Turgor kembali
cepat, BU 3x/menit, cepat, BU 3x/menit, cepat, BU 3x/menit, cepat, BU 3x/menit, cepat,BU 3x/menit, cepat,BU 3x/menit,
Akral hangat, CRT Akral hangat, CRT < Akral hangat, CRT < Akral hangat, CRT < Akral hagat, CRT < Akral hangat, CRT
< 2 detik, Spastik, 2 detik, Spastik, 2 detik, Spastik, 2 detik, Spastik, 2 detik, Spastik, < 2 detik, Spastik,
hipertoni hipertoni hipertoni hipertoni hipertoni hipertoni

A: Susp Meningitis A: Susp Meningitis A: Susp Meningitis A: Susp Meningitis A: Susp Meningitis A: Susp Meningitis
TB TB TB TB TB TB
P: Cefotaxime 3x P: Cefotaxime 3x 350 P: Cefotaxime 3x 350 P: Cefotaxime 3x P: Cefotaxime 3x P: Cefotaxime 3x
350 mg (50- mg (50- mg (50- 350 mg (50- 350 mg (50- 350 mg (50-
180mg/KgBB) 180mg/KgBB) 180mg/KgBB) 180mg/KgBB) 180mg/KgBB) 180mg/KgBB)
Paracetamol 3x 70 Paracetamol 3x 70 Paracetamol 3x 70 Paracetamol 3x 70 Paracetamol 3x 70 Paracetamol 3x 70
mg (10- mg (10-50mg/KbBB) mg (10-50mg/KbBB) mg (10- mg (10- mg (10-
50mg/KbBB) IVFD Kaen 4A 10 IVFD Kaen 4A 10 50mg/KbBB) 50mg/KbBB) 50mg/KbBB)
IVFD Kaen 4A 10 tpm makro tpm makro IVFD Kaen 4A 10 IVFD Kaen 4A 10 IVFD Kaen 4A 10
tpm makro tpm makro tpm makro tpm makro
XI. DIAGNOSIS AKHIR
 Meningitis TB
 Gizi Kurang
 Imunisasi sesuai usia tidak lengkap

XII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad malam

Ad functionam : Dubia ad malam

Ad sanationam : Malam
ANALISA KASUS

Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan meningen


terutama pada pia mater dan araknoid. Meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis adalah bentuk infeksi TB paling sering di SSP.(1) Di
indonesia TB pada anak yang telah terdiagnosis dengan usia ≤ 14 tahun sebanyak
1,1%. Sedangkan anak dengan gejala TB (Batuk ≥ 2 minggu dan batuk darah)
sebanyak 4,9%.(2) Fokus tuberkel tersebar di otak atau selaput otak (meningen),
terbentuk pada saat penyebaran hematogen selama masa inkubasi infeksi TB
primer (2-4 minggu). Bila penyebaran hematogen terjadi dalam jumlah besar akan
langsung menyebabkan penyakit TB primer seperti TB milier dan meningitis TB.

Meningitis TB juga dapat merupakan reaktivasi fokus TB (TB pasca


primer) bertahun-tahun setelah pembentukannya pada fase infeksi TB primer.(3)
Penyebaran protein kuman TB ke ruang subaraknoid merangsang reaksi
hipersensitivitas yang hebat. Selanjutnya menyebabkan reaksi radang yang paling
banyak terjadi di basal otak.(4)

Secara patologi ada 3 keadaan yang terjadi pada meningitis TB. Pertama
adalah araknoiditis proliferative yang terutama terjadi di basal otak berupa
pembentukan masa fibrotic yang melibatkan saraf kranialis dan menembus
pembuluh darah. Kedua berupa vaskulitis dengan thrombosis dan infark pembuluh
darah yang melintasi membrane basalis atau berada dalam parenkim otak.(5)
Kelainan inilah yang sering meninggalkan sekuele neurologis bila pasien selamat.
Kelianan ketiga adalah hidrosefalus komunikans akibat perluasan inflamasi ke
sisterna basalis yang akan mengganggu sirkulasi dan resoprsi likuor
serebrospinal.(6)

Gejala TB meningitis timbul lambat selama beberapa minggu dan dapat


dibagi menjadi 3 stadium.(7)

a. Stadium 1 berlangsung 1-2 minggu dengan gejala tidak spesifik sepertipanas


badan, sakit kepala, mengantuk, dan malaise, tidak terdapat gangguan neurologis
(glasglow coma scale/ GCS : 15).
b. Stadium 2 dengan gejala timbul tiba-tiba, seperti penurunan kesadaran, kejang,
kaku kuduk, muntah, hipertoni, gangguan saraf otak, Burdzunski dan kernig (+),
serta gejala neurologis lainnya (GCS 11-14).

c. Staidum 3 terdapat gangguan kesadaran yang lebih dalam (GCS <10),


hemiplegi atau paraplegi, hipertensi, deserebrasi, dan sering menimbulkan
kematian.

Cairan serebrospinal memberi gambaran khas berupa peningkatan kadar protein


dan penurunan kadar glukosa, serta pleositosis mononuclear dengan hitung sel
antara 100-500 sel/uL. Pemeriksaan apusan langsung untuk mendapatkan hasil
positif dianjurkan melakukan pungsi lumbal 3 hari berturut-turut. Terapi dapat
langsung diberikan tanpa menunggu hasil pemeriksaan pungsi lumbal ke 2 dan ke
3.

Pemeriksaan CT scan dengan kontras dapat menentukan adanya dan luasnya


kelainan di daerah basal, serta adanya dan luasnya hidrosefalus. Pada pasien
dengan gambaran klinis sesuai TB, dengan hasil CT scan berupa kelainan daerah
basal dan hidrosefalus, apapun derajatnya sangat menunjang meningitis TB.
Gambaran dan pemeriksaan CT scan dan MRI meningitis TB adalah normal pada
awal penyakit. Seiring berkembangnya penyakit, gambaran yang sering
ditemukan adalah penyangatan (enhancement) di daerah basal tampak
hidrosefalus komunikans yang disertai dengan tanda-tanda edema otak atau
iskemia fokal yang masih dini.(8)

Terapi segera diberikan tanpa ditunda bila ada kecurigaan klinis ke arah
meningitis TB. Terapi TB sesuai dengan konsep baku, yaitu 2 bulan fase intensif
dengan 4-5 OAT (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol),
dilanjutkan dengan 2 OAT (isoniazid dan rifampisin) hingga 12 bulan. Bukti
klinis mendukung penggunaan steroid pada meningitis TB sebagai terapi ajuvan.
Steroid yang dipakai adalah prednisone dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari, selama 4-
6 minggu sesuai dengan lamanya pemberian steroid.(9,10)
REFERENSI

1. Marx EG, Chan ED. Tuberculous Meningitis: Diagnosis and Treatment


Overview. Department of Medicine, University of Colorado. 2011
(2011), Article ID 798764,p 9
2. Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2013. Kementrian
kesehatan RI, 2013 Des. p268
3. Rahajoe NN, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman
nasional tuberkulosis anak. edisi ke 2. Jakarta: UKK Respirologi PP
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2007.
4. Rahajoe NN,dkk. Buku Ajar Respirologi Anak. In 1st ed. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015.
5. N. I. Girgis, Y. Sultan, Z. Farid et al., “Tuberculous meningitis,
Abbassia Fever Hospital—U.S. Naval Medical Research Unit No. 3—
Cairo, Egypt, from 1976 to 1996,” American Journal of Tropical
Medicine and Hygiene, vol. 58, no. 1, pp. 28–34, 1998.
6. M. C. Thigpen, C. G. Whitney, N. E. Messonnier et al., “Bacterial
meningitis in the United States, 1998–2007,” The New England Journal
of Medicine, vol. 364, no. 21, pp. 2016–2025, 2011.
7. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011
8. N. J. Farinha, K. A. Razali, H. Holzel, G. Morgan, and V. M. Novelli,
“Tuberculosis of the central nervous system in children: a 20-year
survey,” Journal of Infection, vol. 41, no. 1, pp. 61–68, 2000.
9. R. Kumar, S. N. Singh, and N. Kohli, “A diagnostic rule for tuberculous
meningitis,” Archives of Disease in Childhood, vol. 81, no. 3, pp. 221–
224, 1999.
10. D. H. Kennedy and R. J. Fallon, “Tuberculous meningitis,” Journal of
the American Medical Association, vol. 241, no. 3, pp. 264–268, 1979.

You might also like